Eliza dan Ryn panik melihat Karan terjatuh, keduanya menghampiri Karan. Mereka berusaha membangunkan Karan, tetapi dia tidak bergerak sama sekali. Tak banyak yang dilakukan oleh Eliza maupun Ryn, keduanya segera melarikan Karan ke rumah sakit.Meskipun terkesan angkuh, baik Ryn maupun Eliza tidak ingin terjadi hal buruk kepada Karan. Sebab pasca kecelakaan dan benturan keras tersebut membuat Karan hilang ingatan, kondisi Karan juga memburuk. Mereka tidak ingin membuat kondisi Karan lebih parah dari sebelumnya.PLAK!!!Eliza tidak memberikan ampun kepada Ryn, dia segera melayangkan tangannya kepada wanita penggoda suaminya ini. Keduanya melupakan pertemanannya yang selama ini terjalin antara keduanya seolah tak berguna lagi saat ini. Hanya demi merebut simpati seorang lelaki.“Beraninya kamu menamparku,” ujar Ryn tidak terima dengan sikap Eliza yang menamparnya tanpa pertimbangan.“Aku tahu, Ryn. Karan bukanlah lelaki yang layak aku perjuangkan dan aku perebutkan apalagi aku harus bert
Karan tidak membiarkan Eliza pergi darinya begitu saja. Dia memang marah, tapi semua itu akibat ulah dari Ryn yang berusaha untuk mengorbkan api pertikaian antara dirinya dengan Eliza. Meski bagaimanapun juga, Karan tentu saja akan memberikan kepercayaan lebih kepada Eliza daripada kepada orang lain.Semua itu karena, Karan tidak terima jika benar Eliza telah mengkhianatinya. Dia tidak ingin kehilangan Eliza bahkan dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi sebelum ini. Sebelum ingatannya pulih, Karan tidak tahu siapa Ryn yang masuk dalam kehidupannya dan berusaha merusak hubungannya dengan Eliza.Walau bagaimanapun juga, Eliza ada bersamanya saat pertama kali Karan membuka mata. Selian itu, Eliza yang membantu dirinya mengurusi perusahaan saat kondisi Karan tidak memungkinkan bekerja. Bagaimana mungkin dia akan meninggalkan Eliza begitu saja dan membiarkan dirinya pergi.“El, jangan pergi! Aku mohon, jangan tinggal aku!” ujar Karan seraya meraih tangannya.Langkah Eliza terhenti saat Ka
Eliza menghentikan mobilnya di halaman klinik praktek dokter Sean. Dia memang tidak benar-benar akan pergi ke kantor, Eliza sengaja menemui Sean di kliniknya. Seperti biasanya, Sean hanya sedang istirahat pagi ini jika tidak ada jadwal di rumah sakit.Mendengar suara mobil terparkir di halaman kliniknya, Sean segera membukakan pintu untuk Eliza. Dia pikir pertikaiannya dengan Eliza pagi tadi membuat sang wanita tidak akan datang lagi menemuinya. Akan tetapi, dugaan Sean ternyata salah. Eliza tetap datang menemui dirinya, entah dengan tujuan apa.“Aku pikir kamu tidak akan menemuiku lagi, El. Bukankah kamu memang akan memilih suamimu daripada diriku?” ujar Sean menyambutnya dengan pertanyaan.“Jadi, kamu sebenarnya ingin aku tetap bersamamu atau aku pergi darimu selamanya?”“Itu ada pada pilihanmu sendiri. Aku tidak berhak mengatur hidupmu, kamu datang kepadaku untuk melakukan pengobatan bukan untuk menjalin hubungan denganku.”Eliza masuk, lalu duduk di sofa seraya mengangkat kedua ta
Apa pun alasannya, pengkhianatan dalam bentuk apa pun tetaplah tidak dibenarkan. Tidak ada pembelaan bagi seseorang yang sudah berani membuat kehancuran atas pernikahannya. Eliza menangisi dirinya yang telah melakukan pengkhiatan kepada Karan.Meskipun memang, pernikahan keduanya sempat hancur akibat ulah Karan. Bahkan yang sudah lebih dulu mengkhianati hubungan mereka ialah Karan sendiri sebelum mereka menikah. Hanya saja, sepertinya lelaki itu tidak pernah mau menyadari kesalahannya hingga dia hilang ingatan.Eliza hanya mencari bantuan dan kenyamanan di sisi Sean, saat bersama Karan dirinya merasa terluka dan tersakiti. Hubungan itu terlalu dalam, bahkan keduanya tidak sungkan untuk tidak dalam satu selimut bersama. Hubungan yang awalnya disenangi oleh Eliza, kini dia menyesali semua yang telah terjadi.“Arrrghhhttt!!!” pekik Eliza, “sakit sekali kepalaku,” lanjutnya seraya memijat pelipisnya.Perlahan Eliza membuka matanya, lalu melihat ke sekeliling ruangan. Background putih sert
“Setelah apa yang terjadi, apakah Karan akan memaafkan aku? Apakah Karan akan memercayaiku lagi?” bisik Eliza seraya menyapukan pandangannya di taman halaman rumah.Dia memandang langit, sepi. Seperti hidupnya saat ini, semua hancur atas ulah dan dendamnya kepada Karan. Eliza terus mengurung diri dan menarik diri dari orang lain sejak kembali dari rumah sakit.Sudah beberapa kali bibi menawarkan makanan, bahkan tidak ada satu pun yang dia sentuh. Eliza terus berpikir dan berupaya keras untuk mendapatkan kembali kepercayaan Karan. Baginya, meski Karan sudah sangat menyakiti dirinya. Eliza tidak ingin meninggalkan Karan dalam keadaan ingatannya belum pulih.“Semua salahku, Zoe. Aku seharusnya tidak melampiaskan amarahku dengan melakukan pengkhiantan. Aku menikahi Karan, tapi aku juga memberikan harapan kepada Sean. Bahkan, hubungan kami sudah sangat jauh. Semua karena kebodohanku sendiri,” ujar Eliza sekali lagi.Semenjak tadi, keduanya duduk tanpa kata. Eliza diam, tak menggubris Zoe y
Eliza tidak mampu menampung lebih lama air matanya. Kalimat terakhir Karan membuat air matanya jatuh. Dia tidak tahu, apakah ini air mata kebahagian atau justru air mata kehancuran untuknya. Eliza masih terpaku dalam diamnya, sedang Karan terus berjalan mendekat ke arahnya.Mengingat rasa sakit yang pernah diberikan Karan membuat Eliza tidak ingin menirimanya kembali. Akan tetapi, sisi lain dari hatinya masih begitu dalam cintanya untuk Karan. Meski sangat sakit, Karan ialah lelaki pertama yang telah membuatnya jatuh cinta serta membuktikan cinta dengan menikahinya.Eliza masih terpaku dalam diamnya, sementara kini Karan sudah lebih dekat dengan dirinya. Kedua mata mereka bertemu, tatapan Karan masih sama indahnya saat pertama kali mereka bertemu. Tak mampu bertemu tatap dengan Karan, Eliza memalingkan wajahnya menghindari Karan. Eliza membalikkan tubuhnya, lalu mengambil langkah menjauh.“El, jangan pernah pergi lagi dariku. Aku bisa memaafkan pengkhianatan yang sudah kamu lakukan, t
Eliza tidak dapat berkomentar apa pun setelah Sean memberikan penjelasan kepadanya. Meski sangat berat, Sean melepas Eliza dengan Karan dan mengorbankan hatinya. Sedangkan Eliza, memilih kembali kepada Karan setelah rasa sakit yang diberikan Karan padanya.Dia menyadari, meski sangat singkat hubungannya dengan Sean. Akan tetapi, Eliza sudah berkhianat dari suaminya. Keduanya memilih untuk tidak saling menyalahkan atas kesalahan masing-masing. Mereka memilih saling memaafkan dan kembali memulai hubungan pernikahan dalam versi terbaik mereka.Karan tahu, sebesar apa pun kesalahan Eliza yang sudah berkhianat darinya. Masih terlalu besar kesalahan Karan yang bahkan sudah mengkhianati Eliza sebelum keduanya menikah. Dia mendapati Eliza tetap menerima dan memaafkannya meski tahu Karan bersama Ryn. Hubungan pernikahan itu akhirnya mereka mulai kembali sebagaimana pasangan suami istri sebenarnya.“El, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Nikmati kebersamaan kalian berdua, aku permisi.” Sean p
Eliza sudah bangun lebih awal, dia harus segera membersihkan dirinya setelah tragedi pertempurannya dengan Karan semalam. Entah ini sebuah hasrat atau kegilaan yang ada dalam diri mereka. Keduanya menghabiskan malam yang berbeda dari malam sebelumnya yang pernah dilewati.Tidak hanya itu saja, Karan juga tidak melakukan tindakan gila seperti yang pernah dia lakukan diawal malam pertamanya. Kali ini, Karan bertindak sangat hati-hati serta meminta persetujuan Eliza dalam tindakan dan gerakannya. Sepertinya, sebuah kesenangan yang diberikan Sean memberikan Eliza pelajaran dalam memuaskan pasangannya.Malam tadi seperti sebuah awal hubungan dan perubahan baru dalam pernikahan mereka. Tidak ada yang tersakiti dan menyakiti lagi, yang ada hanyalah kesenangan dan kepuasan didapatkan masing-masing. Sebuah perubahan baik yang membuat hari Eliza lebih baik pagi ini.“Setelah selang infusnya kamu lepas semalam, kondisimu sepertinya masih baik-baik saja. Jadi, kita perlu ke klinik atau tidak?” ta
Usai melakukan pemeriksaan, dokter memberikan izin Eliza untuk pulang dan menjalankan rawat jalan. Laura cukup terkejut mendengar kenyataan yang sedang dijalani oleh Eliza. bertahun-tahun lamanya mereka berpisah, tetapi pertemuan ini justru tidak akan bertahan lama.Aku akan baik-baik saja, Tante. Jangan menyalahkan Karan karena hal ini, semua bukan salahnya. Aku yang salah karena tidak teratur mengkonsumi obat-obatan dan melakukan pengobatan.Mengapa kamu tidak pernah menceritakan hal ini pada kami? Setidaknya dengan itu kami akan memberikan pengobatan yang jauh lebih baik.Tante, sebelum perusahaan Karan gulung tikar, Karan sudah memberikan aku pengobatan yang terbaik. Karan suami yang bertanggung jawab, aku saja sebagai istrinya tidak patuh dan memilih kabur dari rumah.Jangan berlebihan memberikan pembelaan padanya. Kamu tidak akan menghadapi situasi seperti ini jika benar suamimu ini bertanggung jawab.Karan memutar rodanya, dia menyadai bahwa yang dikatakan oleh Laura benar. Kal
Eliza menggelengkan kepalanya, dia tidak memperhatikan Karan. Tentu saja lelaki itu hanya duduk di kursi tanpa beranjak dan tidak mengejar dia seperti biasanya. Eliza menghela napas panjang, tidak tahu harus kembali ke rumah dokter Sean atau tetap melanjutkan perjalanan pulang."Kenapa kamu tidak bicara sejak awal, Sean?""Kamu tidak bertanya padaku, kupikir kamu sudah tahu sebelum akhirnya pergi saat itu. "Tubuh Eliza bergetar hebat, dia memilih masuk mobil dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya kembali ke rumah dokter Sean. Sementara itu, dokter Sean hanya menarik napas panjang dan kembali melajukan mobilnya. Dia harus membawa mobilnya ke bengkel agar segera diperbaiki kerusakannya.Saat tiba di rumah dokter Sean, dia melihat Karan sedang melanjukan kursi roda seorang diri. Benar saja yang dikatakan oleh dokter Sean, bahwa suaminya kini tidak dapat berjalan dengan sempurna. Eliza segera menghampiri Karan.Aku bantu dorong, Karan, pintanya.Karan hanya menatap tanpa memberikan
Sebuah takdir telah merubah kehidupan Eliza, siapa sangka bahwa gadis sebatang kara yang telah lama kehilangan sang ibu kemudian menjadi seorang pewaris tunggal keluarga Bagaskara. Lelaki yang dianggap Eliza adalah pewaris tunggal, ternyata hanya seorang anak angkat. Dia berusaha membuat Eliza tunduk, tetapi kenyataan akhirnya mengungkapkan siapa sebenarnya Aaryan Bagaskara.Seorang sopir bernama Bayu telah membawa Eliza pada sebuah rumah mewah berwarna putih abu-abu. Pemilik rumah tak lain adalah seorang dokter muda yang pernah terlibat scandal dengan dirinya. Namun kali ini, Eliza datang bukan menemui sang dokter melainkan mencari keberadaan Karan.Sudah satu bulan terakhir ini dia menghilang dari Karan, tentu saja satu kata maaf takkan mudah membuat Karan melupakan rasa kecewanya. Akan tetapi, Eliza tidak akan pernah menyerah hingga dia kembali meyakinkan Karan mengenai kepergiannya saat itu.Permisi, apakah dokter Sean ada di rumah? tanya Eliza kemudian usai seorang wanita paruh b
Satu bulan kemudian, setelah perjuangan cukup panjang bagi Eliza memenuhi permintaan Aaryan untuk mengemulihkan kembali perusahaan. Usaha yang dilakukan Eliza membuahkan hasil memuaskan, Bagaskara hotel kembali maju seperti sebelumnya bahkan lebih ramai. Dalam satu bulan terakhir, Eliza sudah bekerja keras untuk membangun kembali kehancurahan yang disebabkan oleh Aaryan.Namun, di hari kemenangan itu dia harus menerima kenyataan pahit bahwa Bagaskara tidak bisa diselamatkan dari serangan jantung yang kambuh seketika hingga merenggut nyawanya. Akan tetapi, Eliza merasa bahwa kematian itu tidak wajar, dia menduga ada seseorang yang sengaja membuat Bagaskara serangan jantung hingga merenggang nyawa. Sayang sekali, Eliza tidak bisa membuktikan semua itu hingga ia memilih bungkam dan tidak membahasa itu di hadapan keluarga yang telah berkabung.“Aku sudah menyelesaikan semua urusanku denganku, Aaryan. Itu artinya sekarang juga aku boleh meninggalkan rumah ini dan kembali kepada suamiku.”“
Seperti yang sudah Eliza janjikan kepada Aaryan, bahwa dirinya akan membantu memulihkan perusahaan. Benar yang ditakutkan oleh Bagaskara, ditangan Aaryan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Belum lama Bagaskara masuk rumah sakit, semua sudah luluh lantak. Karyawan juga mengeluh dengan keadaan ini, beberapa dari mereka sudah ada yang mengundurkan diri dari hotel.“Apa yang dilakukannya? Hanya mengurusi perusahaan saja tidak becus. Dia hanya bisa tidur dengan wanita, menghamilinya lalu pergi tanpa memberikan apapun kepada wanita tersebut. Kemudian, dia melanjutkan kembali rutinitas mabuk dan main wanitanya. Dasar lelaki gila!”Eliza menggerutu kesal kepada Aaryan usai mempelajari semua berkas yang diberikan oleh Aaryan mengenai perusahaan Bagaskara Hotel. Usai menyekapnya di gudang hari itu, tiba-tiba saja hari ini Eliza telah disulap Aaryan menjadi wanita cantik nan elegant. Entah apa yang sudah Aaryan jelaskan kepada karyawan, mereka tampak menyambut Eliza dengan hangat tanpa
“Arrgghhtt!!! Sakit sekali kepalaku,” pekik Eliza seraya mencoba membuka matanya. Eliza membuka mata, melihat ke sekeliling yang dipenuhi kegelapan. Tangannya terikat dengan posisi duduk di atas kursi. Bajingan, Aaryan telah melakukan kejahatan ini hanya untuk memenuhi hasratnya. Dia sengaja menggunakan uangnya untuk memeras Eliza dan menindas dirinya. “Aaryan, keparat!!! Lepaskan aku!!!” pekik Eliza dengan kencang. Teriakan Eliza berhasil memanggil Aaryan kehadapannya. Benar memang yang diduga oleh Eliza, bahwa semua ini adalah perbuatan Aaryan. Lelaki itu sangat licik, dulu dia menyelamakan dirinya atas perbuatan keji Broto, sekarang justru perilakunya lebih bajingan dari Broto sendiri. “Kenapa berteriak sayang? Sudah kukatakan agar kamu menuruti semua permintaanku bukan justru membantahnya. Ini adalah hukuman atas sikap berontakmu.” “Aku bahkan belum menjawab apapun, tapi kamu sudah menyiksaku seperti ini.” “Eliza, aku sangat tahu sifat licikmu. Bukankah dulu kamu berusaha ka
“Maaf, aku tidak bermaksud berbohong. Tadi aku memang mencari dokter Sean dan bertemu dengannya di kantin rumah sakit. Dia juga tidak mau berbicara apapun denganku, jadi aku makan saja di sana,” jawab Eliza seraya duduk di pinggiran ranjang tempat Karan berbaring.“Sejak kapan kamu memanggilnya dokter Sean?” tanya Karan lagi dengan surut mata yang tampak aneh.“Masih saja saja cemburunya gak terkontrol, lagi juga tidak terjadi apapun antara aku dengannya.”“Aku hanya bertanya, lagi pula untuk apa mencemburuinya. Sean sudah banyak membantuku bahkan sebelum kecelakaan ini terjadi.”“Baiklah, aku tidak akan mencari lelaki lain lagi selain kamu. Sudahlah ya, kurangi berpikir burukmu aku mau kamu segera pulih. Ada hal yang harus kita selesaikan, aku juga tidak mau berlama-lama melihatmu sakit. Nanti gak ada yang marah-marah lagi sama aku seperti dulu.”Hari pertama Karan membuka mata di luar dugaan Eliza, lelaki itu sungguh sangat kuat dan hebat. Dia tidak tampak lemah seperti saat koma, h
Jari Eliza tertahan saat akan melepaskan diri, spontan saja Eliza menatap ke arah sumber suara tersebut. Tanpa berpikir panjang lagi, Eliza segera mendekap tubuh lemah yang terbaring itu. Matanya yang sayu tampak berusaha membuka dengan sempurna. Suaranya tertahan oleh alat pernapasan yang terpasang.Lelaki yang dia tinggalkan begitu saja, kemudian jalan hidupnya harus berakhir di rumah sakit berhari-hari bahkan dalam hitungan bulan. Memang ini bukan kali pertama Karan masuk rumah sakit, dia pernah melewati kecelekaan sebelumnya. Akan tetapi, kecelakaan yang Karan alami saat ini sangat berbeda.“Karan, benarkah ini kamu? aku tidak sedang bermimpi lagi bukan?” seru Eliza seraya menyentuh lembut wajah Karan.“Aku sudah bangun, seperti yang kamu lihat,” jawab Karan dengan suara lirih bahkan hampir tak terdengar.Air mata Eliza jatuh tak tertahankan lagi, dia menangis bahagia dapat melihat wajah lelakinya. Melihat hal itu, Karan perlahan menggerakkan tangannya untuk menghapus butiran beni
Eliza segera memesan ojek online agar segera tiba di rumah sakit. Tentu saja, dia tidak boleh datang terlambat untuk menyelamatkan Karan. Bagaimanapun kondisi Karan sekarang dan sebagaimanapun kesalahan yang telah dilakukannya saat itu, kehilangan Karan bukan hal yang diinginkan Eliza.“Karan, bertahanlah! Aku akan segera datang dan membujuk mereka agar tidak melepaskan semuanya. Bertahanlah demi aku, demi pernikahan kita,” batin Eliza seraya terisak tangis.Eliza menyeka air mata yang mulai membasahi pipinya, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit dia terus berdoa memohon kepada Tuhan agar suaminya dapat diselamatkan. Baginya, ada hal yang belum mereka selesaikan. Sebab itulah, Eliza tidak ingin kehidupannya berakhir tragis dengan kehilangan sang suami disebabkan oleh kematian.Segera Eliza berlari menuju ruangan Karan di rawat usai tiba di rumah sakit. Dia terlihat sangat panik dan ketakutan. Hatinya semakin hancur ketika melihat dokter dan beberapa perawat mendorong tubuh lemah Ka