Aaryan mengalah, dia memilih untuk mengantarkan Eliza ke rumah Jacob. Ini cukup larut memang, tidak baik membiarkan seorang wanita berkeliaran di luar seorang diri. “Aaryan, perasaanku tidak enak. Aku takut terjadi sesuatu dengan ayahku.”“Jangan terlalu dipikirkan, aku yakin tidak terjadi apapun. Kamu selalu saja panik tidak jelas, padahal kita saja belum tiba di sana.”Aaryan menyebalkan memang, dalam keadaan genting dia masih menganggap bahwa tidak terjadi sesuatu. Padahal sudah jelas orang tadi mengatakan terjadi sesuatu dengan Jacob. Hati Aaryan tertutup untuk kebaikan, dia seolah tidak memiliki belas kasihan kepada wanita disebelahnya. Bukan menenangkan Eliza, justru dia mengangap Eliza sangat berlebihan.“Aku tidak tahu hati kamu terbuat dari apa, Aaryan. Aku jelas panik, orang tadi mengatakan terjadi sesuatu dengan ayahku. Kamu tahu aku tidak memiliki siapapun di sini selain ayahku.”“Ya, kamu benar. Aku memang tidak peduli dengan hal itu, bahkan aku tidak peduli sama sekali
Aaryan terjebak dengan pernyataanya sendiri, bahkan dia merasa ada sesuatu yang aneh dengan keberadaannya menemani Eliza. Tidak pernah sebelumnya, dia begitu memberikan perhatian kepada seorang wanita yang tidak dikenalinya.Sekalipun sering main perempuan, Aaryan tidak pernah berlebihan. Baginya, wanita hanya sebagai teman biasa dan paling tidak teman tidur. Wanita hanya cukup diberikan uang, lalu diberikan kebebasan melakukan banyak hal sesuka hatinya.Benarkah begitu? Tidak dengan Eliza. Bahkan Aaryan sendiri tidak begitu mengenal Eliza seutuhnya. Wajar saja, sebab keduanya baru kenal.“ELiza, aku akan kabarkan kepada Papa kita pulang terlambat. Aku juga akan mengabarkan keadaan Ayahmu, nanti setelah urusan di sini sudah selesai kita pulang.”“Aku percaya padamu, Aaryan.”Sial. Gadis ini seperti sudah mulai merasa nyaman bersama lelaki brengsek ini. Tetapi, tidak dapat dipungkiri, pujian Eliza membuat Aaryan salah tingkah.“Aku tidak tahu apa yang kurasakan ini, Aaryan. Terlalu cep
Aaryan membalikan tubuhnya, dia terpaksa mentap wajah sang ayah yang meminta jawaban atas pernyataannya tersebut.“Mengapa Papa menatapku begitu?”“Papa tanya, perjanjian apa yang sudah kamu buat dengan Eliza? Tidak mungkin gadis itu membatalkan begitu saja jika bukan perjanjian serius.”“Maksudku, perjanjian pernikahan itu ya, tentu saja rencana pernikahan. Sebelumnya kita sudah sepakat untuk menikah, tiba-tiba malam ini dia membatalkan semua.”“Tidak mungkin Eliza membatalkan, pasti kamu sudah membuat dia marah hingga membatalkannya.”“Cukup, Pa. Eliza bukan wanita yang penting, dia hanyalah gadis miskin. Tidak perlu Papa melakukan pembelaan kepadanya. Tidak akan berguna juga dia menjadi menantu di keluarga ini.”Kali ini, Aaryan sudah muak dengan sikap Bagaskara yang terus memihak kepada Eliza. Aaryan merasa bingung, ayahnya begitu ingin Eliza menikah dengan dirinya. Sementara, Bagaskara tahu betul Eliza bukan wanita harapan Aaryan.Aaryan mengabaikan panggilan sang ayah, ia terus
ELiza sama seperti wanita pada umumya, dia mudah tersentuh saat diperlakukan baik oleh lelaki. Sekalipun lelaki yang berada di harapannya ini Aaryan.Namun, jauh di dalam hatinya Eliza menyadari bahwa hidupnya saat ini hanya bertumpu di atas kakinya sendiri. Tidak ada yang menemaninya, setelah sang ayah meninggal.“Aaryan, aku tidak tahu kamu tulus atau hanya bersandiwara. Saat ini, aku hanya mencari pintu yang terbuka untuk tempatku berlindung. Jika pintu yang terbuka itu adalah rumahmu, tidak ada alasan lagi bagi diriku untuk menolaknya,” gumam Eliza dalam hatinya.“Kamu diam saja? Kenapa menatapku seperti itu?”“Tidak ada, aku hanya...”“Jika bukan untukku kamu kembali, kembalilah ke rumah untuk Papa. Entah ada kekuatan apa dalam dirimu, sampai dia tidak bisa melupakanmu begitu saja.”Spontan, Eliza memeluk Aaryan, “Aaryan, apapun yang terjadi bawalah aku bersamamu.”Yeah! Aaryan menang, dia berhasil meyakinkan Eliza untuk kembali kepadanya. Tentu saja kesempatan ini dimanfatkan de
Hakikatnya sebuah pernikahan bukan hanya tentang hidup bersama. Menikah hanya perihal keberkahan dan menjadikan pernikahan yang di jalankan itu sebagai ibadah terpanjang. Bukan berarti Eliza tidak memahami hal itu, bahkan lebih dari sekadar itu yang Eliza ketahui mengenai makna besar dari sebuah ijab qabul.Namun, Eliza hanya mengikuti keinginan Aaryan dan menyetujui segala peraraturan yang telah dibuatnya sebelum menikah. Nyatanya, pernikahan dia dengan Karan pun tidak jelas bagaimana akhirnya.Hal terpenting, Eliza selamat dari incaran Broto. Berlindung di tempat nyamna, bukan menjalankan pernikahan kontrak yang jelas hukum keharamannya. Eliza meyakini, bahwa segala sesuatu itu tergantung niatnya.“Benarkah keputusan yang sedang kuambil ini? Kuharap, ini tidak salah dan tidak menjadikan penyesalan di kemudian hari.”Eliza berbicara pada dirinya sendiri. Hatinya kecilnya tidak membenarkan tindakan ini, tapi sisi lain dari hatinya juga bingung harus mengambil jalan terbaiknya.Dia me
Aaryan dan Eliza tidak menyadari sudah sampai di depan sebuah studio sederhana yang mengurusi surat-surat nikah palsu, tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Bagaskara memerintahkan Aaryan untuk mengurus persyaratan nikah secara mandiri. Bukan ke kantor urusan agama, justru keduanya datang ke tempat terlarang ini. Uang bisa menutupi semua mulut kotor mereka.Selain itu, Bagaskara sudah memilihkan butik langganan keluarga untuk menjahitkan gaun pernikahan mereka. Begitu istimewanya dia menyambut calon menantu keluarga Bagaskara, sehingga memberikan persiapan terbaiknya.Meskipun bagi Aaryan maupun Eliza ini hanya pernikahan yang dipaksakan, tidak bagi Bagaskara. Dia berusaha memberikan yang terbaik untuk pernikahan pewaris tunggal keluarga Bagaskara.“Selamat siang! Ada yang bisa kami bantu?” tanya wanita cantik yang duduk di bagian informasi.“Saya ingin menanyakan berkas pernikahan.”“Baik, silahkan masuk!”Aaryan dan Eliza diarahkan masuk ke ruangan sekretariat. Keduanya masuk, d
“Owh, dasar wanita kampung! Jalan pakai mata,” ujarnya ketus.“Neha? Sedang apa kamu di sini?”“Mencarimu? Tadi aku ke rumah, katanya kamu pergi dengan gadis kampung ini.”Eliza menatap wanita yang dipanggil Neha oleh Aaryan. Tidak mungkin dia salah lihat, gadis yang sama dia temui di hotel waktu itu. Benar, tidak salah lagi.“Aku sedang ada urusan dengannya, kamu mau apa?”“Beberapa hari ini kamu sibuk, aku hubungi tidak pernah dibalas. Aku kangen sama kamu.”Tidak ada rasa malu sama sekali, Neha menempelkan tubuhnya kepada Aaryan di hadapan Eliza. Namun, tidak ada penolakan dari Aaryan sedikit pun.“Dia siapa, Aaryan? Bukankan dia bekerja di hotelmu?”“Kamu benar sekali, tapi dia ini juga kekasihku. Maaf, aku harus mengecewakanmu.”“Kamu punya kekasih, tapi kamu memilih menyetujui menikah denganku.”“Ya, mau bagaimana lagi. Aku terpaksa melakukan ini, Eliza. Papa tidak menyetujui hubunganku denganya. Jadi aku terpaksa harus menikahimu, wanita yang Papa restui.”Hati Eliza hancur, te
“Lepaskan dia!!” perintah Aaryan.“Bangsat!! siap lo, hah!!” ujar salah seorang dari mereka seraya menghampiri Aaryan.Tidak ingin terganggu atas tindakannya itu, lelaki berkulit hitam legam itu melayangkan tinju ke tubuh Aaryan. Aaryan yang saat itu belum benar-benar siap terpental jatuh dengan beberapa kali pukulan.“Aaryan!!” pekik Eliza ketakutan.Melihat Aaryan dipukuli habis-habisan, Eliza menjerit histeri. Dia khawatir terjadi sesuatu kepada Aaryan, apalagi lawannya tidak imbang.“Lepaskan dia!! Jangan lakukan apapun padanya. Cukup! Berhentilah!”“Tidak akan aku lepaskan.”BUGH!! BUGH!! BUGH!!“Aarghhhhtttt” pekik Aaryan menahan sakitnya.Tubuh Aaryan jatuh, tergeletak tidak beradaya di lantai. Jangankan untuk menyelamatkan Eliza, sekadar bangus saja dia tidak mampu.“Apa yang sudah kalian lakukan padanya? Jangan! Berhenti!”Eliza hanya berteriak berupaya untuk meminta belas kasihan agar mereka membebaskan Aaryan. Nihil, tidak ingin memberikan Aaryan kesempatan hidup, mereka te
Usai melakukan pemeriksaan, dokter memberikan izin Eliza untuk pulang dan menjalankan rawat jalan. Laura cukup terkejut mendengar kenyataan yang sedang dijalani oleh Eliza. bertahun-tahun lamanya mereka berpisah, tetapi pertemuan ini justru tidak akan bertahan lama.Aku akan baik-baik saja, Tante. Jangan menyalahkan Karan karena hal ini, semua bukan salahnya. Aku yang salah karena tidak teratur mengkonsumi obat-obatan dan melakukan pengobatan.Mengapa kamu tidak pernah menceritakan hal ini pada kami? Setidaknya dengan itu kami akan memberikan pengobatan yang jauh lebih baik.Tante, sebelum perusahaan Karan gulung tikar, Karan sudah memberikan aku pengobatan yang terbaik. Karan suami yang bertanggung jawab, aku saja sebagai istrinya tidak patuh dan memilih kabur dari rumah.Jangan berlebihan memberikan pembelaan padanya. Kamu tidak akan menghadapi situasi seperti ini jika benar suamimu ini bertanggung jawab.Karan memutar rodanya, dia menyadai bahwa yang dikatakan oleh Laura benar. Kal
Eliza menggelengkan kepalanya, dia tidak memperhatikan Karan. Tentu saja lelaki itu hanya duduk di kursi tanpa beranjak dan tidak mengejar dia seperti biasanya. Eliza menghela napas panjang, tidak tahu harus kembali ke rumah dokter Sean atau tetap melanjutkan perjalanan pulang."Kenapa kamu tidak bicara sejak awal, Sean?""Kamu tidak bertanya padaku, kupikir kamu sudah tahu sebelum akhirnya pergi saat itu. "Tubuh Eliza bergetar hebat, dia memilih masuk mobil dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya kembali ke rumah dokter Sean. Sementara itu, dokter Sean hanya menarik napas panjang dan kembali melajukan mobilnya. Dia harus membawa mobilnya ke bengkel agar segera diperbaiki kerusakannya.Saat tiba di rumah dokter Sean, dia melihat Karan sedang melanjukan kursi roda seorang diri. Benar saja yang dikatakan oleh dokter Sean, bahwa suaminya kini tidak dapat berjalan dengan sempurna. Eliza segera menghampiri Karan.Aku bantu dorong, Karan, pintanya.Karan hanya menatap tanpa memberikan
Sebuah takdir telah merubah kehidupan Eliza, siapa sangka bahwa gadis sebatang kara yang telah lama kehilangan sang ibu kemudian menjadi seorang pewaris tunggal keluarga Bagaskara. Lelaki yang dianggap Eliza adalah pewaris tunggal, ternyata hanya seorang anak angkat. Dia berusaha membuat Eliza tunduk, tetapi kenyataan akhirnya mengungkapkan siapa sebenarnya Aaryan Bagaskara.Seorang sopir bernama Bayu telah membawa Eliza pada sebuah rumah mewah berwarna putih abu-abu. Pemilik rumah tak lain adalah seorang dokter muda yang pernah terlibat scandal dengan dirinya. Namun kali ini, Eliza datang bukan menemui sang dokter melainkan mencari keberadaan Karan.Sudah satu bulan terakhir ini dia menghilang dari Karan, tentu saja satu kata maaf takkan mudah membuat Karan melupakan rasa kecewanya. Akan tetapi, Eliza tidak akan pernah menyerah hingga dia kembali meyakinkan Karan mengenai kepergiannya saat itu.Permisi, apakah dokter Sean ada di rumah? tanya Eliza kemudian usai seorang wanita paruh b
Satu bulan kemudian, setelah perjuangan cukup panjang bagi Eliza memenuhi permintaan Aaryan untuk mengemulihkan kembali perusahaan. Usaha yang dilakukan Eliza membuahkan hasil memuaskan, Bagaskara hotel kembali maju seperti sebelumnya bahkan lebih ramai. Dalam satu bulan terakhir, Eliza sudah bekerja keras untuk membangun kembali kehancurahan yang disebabkan oleh Aaryan.Namun, di hari kemenangan itu dia harus menerima kenyataan pahit bahwa Bagaskara tidak bisa diselamatkan dari serangan jantung yang kambuh seketika hingga merenggut nyawanya. Akan tetapi, Eliza merasa bahwa kematian itu tidak wajar, dia menduga ada seseorang yang sengaja membuat Bagaskara serangan jantung hingga merenggang nyawa. Sayang sekali, Eliza tidak bisa membuktikan semua itu hingga ia memilih bungkam dan tidak membahasa itu di hadapan keluarga yang telah berkabung.“Aku sudah menyelesaikan semua urusanku denganku, Aaryan. Itu artinya sekarang juga aku boleh meninggalkan rumah ini dan kembali kepada suamiku.”“
Seperti yang sudah Eliza janjikan kepada Aaryan, bahwa dirinya akan membantu memulihkan perusahaan. Benar yang ditakutkan oleh Bagaskara, ditangan Aaryan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Belum lama Bagaskara masuk rumah sakit, semua sudah luluh lantak. Karyawan juga mengeluh dengan keadaan ini, beberapa dari mereka sudah ada yang mengundurkan diri dari hotel.“Apa yang dilakukannya? Hanya mengurusi perusahaan saja tidak becus. Dia hanya bisa tidur dengan wanita, menghamilinya lalu pergi tanpa memberikan apapun kepada wanita tersebut. Kemudian, dia melanjutkan kembali rutinitas mabuk dan main wanitanya. Dasar lelaki gila!”Eliza menggerutu kesal kepada Aaryan usai mempelajari semua berkas yang diberikan oleh Aaryan mengenai perusahaan Bagaskara Hotel. Usai menyekapnya di gudang hari itu, tiba-tiba saja hari ini Eliza telah disulap Aaryan menjadi wanita cantik nan elegant. Entah apa yang sudah Aaryan jelaskan kepada karyawan, mereka tampak menyambut Eliza dengan hangat tanpa
“Arrgghhtt!!! Sakit sekali kepalaku,” pekik Eliza seraya mencoba membuka matanya. Eliza membuka mata, melihat ke sekeliling yang dipenuhi kegelapan. Tangannya terikat dengan posisi duduk di atas kursi. Bajingan, Aaryan telah melakukan kejahatan ini hanya untuk memenuhi hasratnya. Dia sengaja menggunakan uangnya untuk memeras Eliza dan menindas dirinya. “Aaryan, keparat!!! Lepaskan aku!!!” pekik Eliza dengan kencang. Teriakan Eliza berhasil memanggil Aaryan kehadapannya. Benar memang yang diduga oleh Eliza, bahwa semua ini adalah perbuatan Aaryan. Lelaki itu sangat licik, dulu dia menyelamakan dirinya atas perbuatan keji Broto, sekarang justru perilakunya lebih bajingan dari Broto sendiri. “Kenapa berteriak sayang? Sudah kukatakan agar kamu menuruti semua permintaanku bukan justru membantahnya. Ini adalah hukuman atas sikap berontakmu.” “Aku bahkan belum menjawab apapun, tapi kamu sudah menyiksaku seperti ini.” “Eliza, aku sangat tahu sifat licikmu. Bukankah dulu kamu berusaha ka
“Maaf, aku tidak bermaksud berbohong. Tadi aku memang mencari dokter Sean dan bertemu dengannya di kantin rumah sakit. Dia juga tidak mau berbicara apapun denganku, jadi aku makan saja di sana,” jawab Eliza seraya duduk di pinggiran ranjang tempat Karan berbaring.“Sejak kapan kamu memanggilnya dokter Sean?” tanya Karan lagi dengan surut mata yang tampak aneh.“Masih saja saja cemburunya gak terkontrol, lagi juga tidak terjadi apapun antara aku dengannya.”“Aku hanya bertanya, lagi pula untuk apa mencemburuinya. Sean sudah banyak membantuku bahkan sebelum kecelakaan ini terjadi.”“Baiklah, aku tidak akan mencari lelaki lain lagi selain kamu. Sudahlah ya, kurangi berpikir burukmu aku mau kamu segera pulih. Ada hal yang harus kita selesaikan, aku juga tidak mau berlama-lama melihatmu sakit. Nanti gak ada yang marah-marah lagi sama aku seperti dulu.”Hari pertama Karan membuka mata di luar dugaan Eliza, lelaki itu sungguh sangat kuat dan hebat. Dia tidak tampak lemah seperti saat koma, h
Jari Eliza tertahan saat akan melepaskan diri, spontan saja Eliza menatap ke arah sumber suara tersebut. Tanpa berpikir panjang lagi, Eliza segera mendekap tubuh lemah yang terbaring itu. Matanya yang sayu tampak berusaha membuka dengan sempurna. Suaranya tertahan oleh alat pernapasan yang terpasang.Lelaki yang dia tinggalkan begitu saja, kemudian jalan hidupnya harus berakhir di rumah sakit berhari-hari bahkan dalam hitungan bulan. Memang ini bukan kali pertama Karan masuk rumah sakit, dia pernah melewati kecelekaan sebelumnya. Akan tetapi, kecelakaan yang Karan alami saat ini sangat berbeda.“Karan, benarkah ini kamu? aku tidak sedang bermimpi lagi bukan?” seru Eliza seraya menyentuh lembut wajah Karan.“Aku sudah bangun, seperti yang kamu lihat,” jawab Karan dengan suara lirih bahkan hampir tak terdengar.Air mata Eliza jatuh tak tertahankan lagi, dia menangis bahagia dapat melihat wajah lelakinya. Melihat hal itu, Karan perlahan menggerakkan tangannya untuk menghapus butiran beni
Eliza segera memesan ojek online agar segera tiba di rumah sakit. Tentu saja, dia tidak boleh datang terlambat untuk menyelamatkan Karan. Bagaimanapun kondisi Karan sekarang dan sebagaimanapun kesalahan yang telah dilakukannya saat itu, kehilangan Karan bukan hal yang diinginkan Eliza.“Karan, bertahanlah! Aku akan segera datang dan membujuk mereka agar tidak melepaskan semuanya. Bertahanlah demi aku, demi pernikahan kita,” batin Eliza seraya terisak tangis.Eliza menyeka air mata yang mulai membasahi pipinya, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit dia terus berdoa memohon kepada Tuhan agar suaminya dapat diselamatkan. Baginya, ada hal yang belum mereka selesaikan. Sebab itulah, Eliza tidak ingin kehidupannya berakhir tragis dengan kehilangan sang suami disebabkan oleh kematian.Segera Eliza berlari menuju ruangan Karan di rawat usai tiba di rumah sakit. Dia terlihat sangat panik dan ketakutan. Hatinya semakin hancur ketika melihat dokter dan beberapa perawat mendorong tubuh lemah Ka