Aaryan benar-benar pergi meninggalkan Eliza seorang diri. Tidak peduli dengan malam sakral yang seharusnya dinikmati oleh keduaya malam ini.Tidak. Tentu saja itu tidak akan terjadi, sebab pernikahan mereka tidak memberikan arti apapun bagi keduanya. Eliza menjebak dirinya sendiri dalam pernikahan yang tidak akan membuatnya bahagia. Hanya ada tangisan dan juga air mata penderitaan yang harus dia terima.Bahkan di malam pertama pernikahan mereka saja Aaryan sudah berani meninggalkannya begitu saja. Tidak jelas ke mana perginya dan dengan siapa.“Duh, pengantin baru bukannya menikmati malam pertama, tapi justru terjebak di bar. Ada masalah apa dengan istrimu Aaryan?” tanya Hans, petugas bar sekaligus teman dekat Aaryan.“Bukan urusanmu, berikan aku segelas lagi. Lagi pula, aku sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menyentuhnya, gadis aneh.”“Ya, kalau seandainya kamu tidak menyukainya, berikan saja saja padaku. Kulihat, dia cantik. Seleramu saja yang aneh.”Aaryan yang setengah sad
BRUK!!!!Eliza mendorong Aaryan dengan paksa hingga tubuh Aaryan terpental jauh dari tubuhnya. Lelaki macam apa dia, seenaknya saja memperlakukan wanita.Sekalipun Aaryan memiliki hak penuh atas Eliza, tetap saja tidak pantas berlaku yang menyakiti seorang wanita. Aaryan sudah melewati batasnya.“Kamu memang memilik hak untuk mengatur diriku, Aaryan. Tetapi, bukan dengan cara seperti ini kamu memperlakukan aku. Bagaimanapun juga, pernikahan kita hanyalah hitam di atas putih, kita tidak sah secara negara maupun agama.”Aaryan meringis manahan rasa sakitnya terpental ke ujung meja.“Dengar! Jangan pernah sentuh aku!! Kita menikah bukan untuk itu, aku wanita yang memiliki kebebasan. Kamu juga harus ingat, bahwa secara agama dan negara aku masih istri orang. Kamu bebas dengan wanita lain, tapi jangan pernah melampiaskan nafsumu kepadaku.”Eliza beranjak meninggalkan Aaryan, tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Aaryan. Baginya, Aaryan tidak ubahnya lelaki gila yang hanya mencari kepua
Sentuhan lembut Aaryan membuat Eliza tidak bisa menahan sesuatu di tubuhnya. Tubuhnya bergetar, tetapi tidak berusaha melepaskan Aaryan.“Aaryan, lepaskan aku! Aroma keringatmu menyengat, apa kamu tidak ingin mandi?”“Iya, aku akan mandi setelah ini.”“Aku akan siapkan segalanya.”Tanpa mengucapkan kalimat lain, Eliza meninggalkan Aaryan menuju kamarnya. Lalu dia menyiapkan air hangat untuk Aaryan membersihkan diri.Eliza membenci kebohongan hatinya, tetapi dia tidak bisa juga jujur pada Aaryan bahwa tidak menyukai apa yang dilakukan Aaryan tadi.Meskipun begitu, Eliza tetap membantu kebutuhan Aaryan. Tidak peduli, apapun alasannya. Dia merasa berhutang banyak pada Aaryan, diberikan tempat tinggal yang nyaman saja sudah lebih baik daripada luntang lantung dijalanan menghindari Karan. Sejak saat itu Eliza berjanji akan mengabdi kepada Aaryan apapun yang terjadi. Tidak apa-apa dianggapnya pembantu, sebab dirinya tidak bisa mengganti uang yang dikeluaroan Aaryan untuk membantunya. “Aku
“Arrgghhtt!!” desis Aaryan seraya menyentuh pelipisnya yang terasa sakit.Sepertinya semalam benar-benar mengantuk, hingga Aaryan tidak mengingat apapun dan terlewatkan hingga matahari sudah terbit. Aaryan tidak melihat Eliza di sebelahnya, masih terlalu pagi tidak mungkin Eliza meninggalkannya begitu saja. Mengingat pernjanjian Eliza tidak boleh pergi tanpa sepengatahuannya.Aaryan menyingkapkan selimutnya, lalu berjalan menuju kamar mandi mencuci wajahnya. Masih ada sisa-sia kantuk sejak semalam.“Di mana gadis itu? Ini masih pagi, dia sudah tidak ada di kamar.”Aaryan turun ke bawah, terlihat meja makan sudah terhidang beberapa makanan kesukaan Aaryan. Benar saja, ini yang selalu disiapkan mamanya saat masih ada. Setelah itu digantikan oleh Bi Rah.Bagi Aaryan, tidak ada yang bisa menggatikan sang ibu yang telah meninggalkannya. Meskipun banyak yang berusaha membuatkan masakan serupa, tetapi tidak ada yang seenak makanan yang dibuat ibunya.“Selamat pagi! Aku sudah buatkan sarapan
Ketiganya menatap Bagaskara yang berdiri di ambang pintu sambil menatap mereka. Semakin murka ketika melihat Neha ada di sana pula. Hubungan Aaryan dengan Neha memang tidak direstui oleh Bagaskara, sehingga wanita itu tidak bisa menikah dengan Aaryan.Bagaskara tahu, bahwa Neha hanya mengharapkan harta Aaryan. Itulah alasan sebenarnya dia tidak mau anak semata wayangnya jatuh kepada wanita yang salah.“Papa! Beruntung Papa datang ke sini. Papa harus mengetahui sesuatu hal yang sangat penting,” ujar Neha kemudian seraya mendekati Bagaskara.“Lepaskan! Saya bukan papamu, tidak akan sudi saya menjadi mertuamu.”“Jangan katakan itu, Pa. Aku dengan Aaryan harus menikah, karena aku sedang mengandung cucu pertama Papa.”Aaryan mengepalkan tangannya menahan marah kepada Neha. Dia berharap bahwa sang ayah tidak langsung mengetahui semua itu.Mendengar kalimat yang dijelaskan Neha tadi, wajah Bagaskara murka. Ia menatap Aaryan, seoalah meminta jawaban atas pernyataan tersebut.“Benarkan itu, A
Melihat Aaryan ditampar oleh Bagaskara, Eliza langsung mendekapnya. Menghalangi Bagaskara berbuat yang lebih buruk lagi.Eliza tidak bisa melihat Aaryan terus disalahkan oleh sang ayah. Berharap, Bagaskara memberikan kesempatan kepada Aaryan untuk berubah.“Pa, sudah cukup! Jangan perlakukan Aaryan seperti ini. Kita sudah menyelesaikan masalahnya, Eliza akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Aaryan dan perihal anak dalam kandungan Neha.”“Tidak Eliza, kamu tidak perlu membelanya. Dia lelaki tidak tahu malu, seharunya kamu berterima kasih Eliza masih mau menerima kamu. Padahal dia tahu apa yang dilakukan suaminya.”“Pa, sudah cukup! Jangan salahkan Aaryan. Berikan Aaryan kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Setelah anak itu lahir, kita akan mengetahinya segalanya.”“Papa tidak perlu menuduh, memang anak itu pastilah anakmu Aaryan. Berapa wanita yang sudah kamu tiduri di luar sana, Papa tidak mengerti dengan perilakumu. Sudah pernah Papa katakan agar kamu berhenti bermain g
Eliza tidak peduli dengan Aaryan, dia memilih pergi darinya. Ia masih kesal pada Aaryan, merasa apa yang dilakukannya tidak dihargai.Aaryan berusaha menangkap tangannya, tetapi Eliza berusaha mencegah Aaryan agar pergi darinya.“Lepaskan aku, Aaryan! Jangan sentuh aku.”“Kamu kenapa? Kamu marah sama aku?”“Pikir saja sendiri.”BRUK!!Pintu kamar tertutup, sehingga Aaryan tidak bisa masuk. Namun, lagi dia tidak menyerah dengan semua itu, Aaryan terus mengetuk pintu kamar.Sementara Eliza membiarkan Aaryan begitu saja, dia memilih bersiap untuk pergi. Eliza ingin menenangkan diri setelah kejadian pagi ini. Tidak lama, Eliza keluar dan Aaryan masih di sana.“Kamu mau ke mana? Pagi-pagi sudah rapi?”“Kita sudah membuat perjanjian, tidak saling mengurusi kehidupan masing-masing. Kamu urusi urusanmu dan aku mengurusi urusanku.”“Iya, tapi kamu mau ke mana? Masa aku tanya saja tidak boleh.”“Bukan urusanmu.”Sepertinya Eliza sangat dendam kepada Aaryan, sehingga dia pergi saja tidak mengata
“Bukannya kamu tadi tidak peduli pada Karan? kenapa kamu sekarang seolah sangat peduli dengan kondisinya?”“Kamu tidak mengatakan apapun, bukan itu jawaban yang aku inginkan, Sean.”“Kamu menghilang dari rumah sakit, dokter yang menanganimu mengatakan bahwa kamu harus pergi untuk urusan penting. Tapi setelah itu kamu tidak ada kabar lagi, Eliza. Kamu tahu Karan mencarimu, dia terus menuduhku menyembunyikanmu. Dia mengalami kecelakaan saat perjalanan mencari keberadaanmu.”“Sean, aku tidak tahu hal itu akan terjadi. Karan juga pergi begitu saja saat aku berada di rumah sakit, dia tidak pernah datang lagi menemuiku.”“Itu karena kamu yang mengusirnya, kamu yang meminta dia pergi.”Eliza terdiam, dia tidak dapat menyangkal apa yang dikatakan oleh Sean. Semua itu benar adanya, tapi dia juga tidak berharap hal itu akan terjadi. Eliza selalu menunggu Karan agar kembali, tapi lelaki itu tidak peka dan benar-benar menghilang. Eliza berpikir bahwa Karan akan terus mengejarnya, membujuknya sepe
Usai melakukan pemeriksaan, dokter memberikan izin Eliza untuk pulang dan menjalankan rawat jalan. Laura cukup terkejut mendengar kenyataan yang sedang dijalani oleh Eliza. bertahun-tahun lamanya mereka berpisah, tetapi pertemuan ini justru tidak akan bertahan lama.Aku akan baik-baik saja, Tante. Jangan menyalahkan Karan karena hal ini, semua bukan salahnya. Aku yang salah karena tidak teratur mengkonsumi obat-obatan dan melakukan pengobatan.Mengapa kamu tidak pernah menceritakan hal ini pada kami? Setidaknya dengan itu kami akan memberikan pengobatan yang jauh lebih baik.Tante, sebelum perusahaan Karan gulung tikar, Karan sudah memberikan aku pengobatan yang terbaik. Karan suami yang bertanggung jawab, aku saja sebagai istrinya tidak patuh dan memilih kabur dari rumah.Jangan berlebihan memberikan pembelaan padanya. Kamu tidak akan menghadapi situasi seperti ini jika benar suamimu ini bertanggung jawab.Karan memutar rodanya, dia menyadai bahwa yang dikatakan oleh Laura benar. Kal
Eliza menggelengkan kepalanya, dia tidak memperhatikan Karan. Tentu saja lelaki itu hanya duduk di kursi tanpa beranjak dan tidak mengejar dia seperti biasanya. Eliza menghela napas panjang, tidak tahu harus kembali ke rumah dokter Sean atau tetap melanjutkan perjalanan pulang."Kenapa kamu tidak bicara sejak awal, Sean?""Kamu tidak bertanya padaku, kupikir kamu sudah tahu sebelum akhirnya pergi saat itu. "Tubuh Eliza bergetar hebat, dia memilih masuk mobil dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya kembali ke rumah dokter Sean. Sementara itu, dokter Sean hanya menarik napas panjang dan kembali melajukan mobilnya. Dia harus membawa mobilnya ke bengkel agar segera diperbaiki kerusakannya.Saat tiba di rumah dokter Sean, dia melihat Karan sedang melanjukan kursi roda seorang diri. Benar saja yang dikatakan oleh dokter Sean, bahwa suaminya kini tidak dapat berjalan dengan sempurna. Eliza segera menghampiri Karan.Aku bantu dorong, Karan, pintanya.Karan hanya menatap tanpa memberikan
Sebuah takdir telah merubah kehidupan Eliza, siapa sangka bahwa gadis sebatang kara yang telah lama kehilangan sang ibu kemudian menjadi seorang pewaris tunggal keluarga Bagaskara. Lelaki yang dianggap Eliza adalah pewaris tunggal, ternyata hanya seorang anak angkat. Dia berusaha membuat Eliza tunduk, tetapi kenyataan akhirnya mengungkapkan siapa sebenarnya Aaryan Bagaskara.Seorang sopir bernama Bayu telah membawa Eliza pada sebuah rumah mewah berwarna putih abu-abu. Pemilik rumah tak lain adalah seorang dokter muda yang pernah terlibat scandal dengan dirinya. Namun kali ini, Eliza datang bukan menemui sang dokter melainkan mencari keberadaan Karan.Sudah satu bulan terakhir ini dia menghilang dari Karan, tentu saja satu kata maaf takkan mudah membuat Karan melupakan rasa kecewanya. Akan tetapi, Eliza tidak akan pernah menyerah hingga dia kembali meyakinkan Karan mengenai kepergiannya saat itu.Permisi, apakah dokter Sean ada di rumah? tanya Eliza kemudian usai seorang wanita paruh b
Satu bulan kemudian, setelah perjuangan cukup panjang bagi Eliza memenuhi permintaan Aaryan untuk mengemulihkan kembali perusahaan. Usaha yang dilakukan Eliza membuahkan hasil memuaskan, Bagaskara hotel kembali maju seperti sebelumnya bahkan lebih ramai. Dalam satu bulan terakhir, Eliza sudah bekerja keras untuk membangun kembali kehancurahan yang disebabkan oleh Aaryan.Namun, di hari kemenangan itu dia harus menerima kenyataan pahit bahwa Bagaskara tidak bisa diselamatkan dari serangan jantung yang kambuh seketika hingga merenggut nyawanya. Akan tetapi, Eliza merasa bahwa kematian itu tidak wajar, dia menduga ada seseorang yang sengaja membuat Bagaskara serangan jantung hingga merenggang nyawa. Sayang sekali, Eliza tidak bisa membuktikan semua itu hingga ia memilih bungkam dan tidak membahasa itu di hadapan keluarga yang telah berkabung.“Aku sudah menyelesaikan semua urusanku denganku, Aaryan. Itu artinya sekarang juga aku boleh meninggalkan rumah ini dan kembali kepada suamiku.”“
Seperti yang sudah Eliza janjikan kepada Aaryan, bahwa dirinya akan membantu memulihkan perusahaan. Benar yang ditakutkan oleh Bagaskara, ditangan Aaryan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Belum lama Bagaskara masuk rumah sakit, semua sudah luluh lantak. Karyawan juga mengeluh dengan keadaan ini, beberapa dari mereka sudah ada yang mengundurkan diri dari hotel.“Apa yang dilakukannya? Hanya mengurusi perusahaan saja tidak becus. Dia hanya bisa tidur dengan wanita, menghamilinya lalu pergi tanpa memberikan apapun kepada wanita tersebut. Kemudian, dia melanjutkan kembali rutinitas mabuk dan main wanitanya. Dasar lelaki gila!”Eliza menggerutu kesal kepada Aaryan usai mempelajari semua berkas yang diberikan oleh Aaryan mengenai perusahaan Bagaskara Hotel. Usai menyekapnya di gudang hari itu, tiba-tiba saja hari ini Eliza telah disulap Aaryan menjadi wanita cantik nan elegant. Entah apa yang sudah Aaryan jelaskan kepada karyawan, mereka tampak menyambut Eliza dengan hangat tanpa
“Arrgghhtt!!! Sakit sekali kepalaku,” pekik Eliza seraya mencoba membuka matanya. Eliza membuka mata, melihat ke sekeliling yang dipenuhi kegelapan. Tangannya terikat dengan posisi duduk di atas kursi. Bajingan, Aaryan telah melakukan kejahatan ini hanya untuk memenuhi hasratnya. Dia sengaja menggunakan uangnya untuk memeras Eliza dan menindas dirinya. “Aaryan, keparat!!! Lepaskan aku!!!” pekik Eliza dengan kencang. Teriakan Eliza berhasil memanggil Aaryan kehadapannya. Benar memang yang diduga oleh Eliza, bahwa semua ini adalah perbuatan Aaryan. Lelaki itu sangat licik, dulu dia menyelamakan dirinya atas perbuatan keji Broto, sekarang justru perilakunya lebih bajingan dari Broto sendiri. “Kenapa berteriak sayang? Sudah kukatakan agar kamu menuruti semua permintaanku bukan justru membantahnya. Ini adalah hukuman atas sikap berontakmu.” “Aku bahkan belum menjawab apapun, tapi kamu sudah menyiksaku seperti ini.” “Eliza, aku sangat tahu sifat licikmu. Bukankah dulu kamu berusaha ka
“Maaf, aku tidak bermaksud berbohong. Tadi aku memang mencari dokter Sean dan bertemu dengannya di kantin rumah sakit. Dia juga tidak mau berbicara apapun denganku, jadi aku makan saja di sana,” jawab Eliza seraya duduk di pinggiran ranjang tempat Karan berbaring.“Sejak kapan kamu memanggilnya dokter Sean?” tanya Karan lagi dengan surut mata yang tampak aneh.“Masih saja saja cemburunya gak terkontrol, lagi juga tidak terjadi apapun antara aku dengannya.”“Aku hanya bertanya, lagi pula untuk apa mencemburuinya. Sean sudah banyak membantuku bahkan sebelum kecelakaan ini terjadi.”“Baiklah, aku tidak akan mencari lelaki lain lagi selain kamu. Sudahlah ya, kurangi berpikir burukmu aku mau kamu segera pulih. Ada hal yang harus kita selesaikan, aku juga tidak mau berlama-lama melihatmu sakit. Nanti gak ada yang marah-marah lagi sama aku seperti dulu.”Hari pertama Karan membuka mata di luar dugaan Eliza, lelaki itu sungguh sangat kuat dan hebat. Dia tidak tampak lemah seperti saat koma, h
Jari Eliza tertahan saat akan melepaskan diri, spontan saja Eliza menatap ke arah sumber suara tersebut. Tanpa berpikir panjang lagi, Eliza segera mendekap tubuh lemah yang terbaring itu. Matanya yang sayu tampak berusaha membuka dengan sempurna. Suaranya tertahan oleh alat pernapasan yang terpasang.Lelaki yang dia tinggalkan begitu saja, kemudian jalan hidupnya harus berakhir di rumah sakit berhari-hari bahkan dalam hitungan bulan. Memang ini bukan kali pertama Karan masuk rumah sakit, dia pernah melewati kecelekaan sebelumnya. Akan tetapi, kecelakaan yang Karan alami saat ini sangat berbeda.“Karan, benarkah ini kamu? aku tidak sedang bermimpi lagi bukan?” seru Eliza seraya menyentuh lembut wajah Karan.“Aku sudah bangun, seperti yang kamu lihat,” jawab Karan dengan suara lirih bahkan hampir tak terdengar.Air mata Eliza jatuh tak tertahankan lagi, dia menangis bahagia dapat melihat wajah lelakinya. Melihat hal itu, Karan perlahan menggerakkan tangannya untuk menghapus butiran beni
Eliza segera memesan ojek online agar segera tiba di rumah sakit. Tentu saja, dia tidak boleh datang terlambat untuk menyelamatkan Karan. Bagaimanapun kondisi Karan sekarang dan sebagaimanapun kesalahan yang telah dilakukannya saat itu, kehilangan Karan bukan hal yang diinginkan Eliza.“Karan, bertahanlah! Aku akan segera datang dan membujuk mereka agar tidak melepaskan semuanya. Bertahanlah demi aku, demi pernikahan kita,” batin Eliza seraya terisak tangis.Eliza menyeka air mata yang mulai membasahi pipinya, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit dia terus berdoa memohon kepada Tuhan agar suaminya dapat diselamatkan. Baginya, ada hal yang belum mereka selesaikan. Sebab itulah, Eliza tidak ingin kehidupannya berakhir tragis dengan kehilangan sang suami disebabkan oleh kematian.Segera Eliza berlari menuju ruangan Karan di rawat usai tiba di rumah sakit. Dia terlihat sangat panik dan ketakutan. Hatinya semakin hancur ketika melihat dokter dan beberapa perawat mendorong tubuh lemah Ka