BRUK!!!!Sial. Eliza justru bertabrakan dengan lelaki yang sedang mabuk berat. Saat Eliza akan melanjutkan lari, lelaki itu justru menangkap tubuh Eliza dan mendekap tubuhnya.“Ya, Tuhan. Aku bisa ditangkap mereka kalau begini caranya.”“Mau ke mana sayang, kenapa kita tidak bersenang-senang saja,” ujar lelaki itu sambil kembali meneguk wine di tanganya.Eliza bergedik ngeri, melihat lelaki di hadapannya sedang meracau sambil meminum bir. Dia mengingatkan pada sosok Karan yang sehabis mabuk berat justru kalap menjamah tubuhnya.“Lepaskan! Apa yang akan kamu lakukan?” ujar Eliza memberontak sambil mendorongnya.Lelaki asing itu terhempas ke pintu mobilnya. Eliza mencoba melepaskan diri dari lelaki yang sedang mabuk tersebut, tetapi tidak berhasil. “Jangan dorong dong, sayang. Kamu jahat sekali, ayo ikut saja denganku!” “Ke mana kita akan pergi, sementara kamu dalam keadaan mabuk berat?” tanya Eliza kemudian.“Apakah aku sudah gila bertanya pada lelaki mabuk?” gumamnya kemudian.“Bawa
PLAKKK!!!Tangan lelaki paruh baya itu langsung mendarat di pipi Aaryan. Sontak saja, lelaki yang sedang mabuk itu terjungkal di atas ranjang hotel. Sementara itu, Eliza yang terkejut dengan kehadiran lelaki tadi langsung menutupi tubuhnya dengan selimut.“Bawa dia sekarang!” perintahnya.Eliza semakin ketakutan melihat lelaki paruh baya itu mendekatinya. Wajah garangnya, membuat banyak orang yang melihat akan langsung panas dingin. Eliza takut, dia akan mendapatkan kemarahan dari lelaki tersebut.“Saya Bagaskara, pemilik hotel ini. Siapa Namamu?”“El-Eliza,” jawabnya terbata.“Eliza, saya akan berikan waktu agar kamu menggunakan pakaian. Setelah itu, kamu ikut saya ke rumah.”Eliza awalnya menolak, dia takut Bagaskara akan melakukan kejahatan padanya. Berkaca pada Broto, begitulah cara pandang Eliza. Ia takut, masuk ke sarang macan, padahal sebelumnya dia berusaha untuk lari dari lelaki semacam Broto.Bagaskara melihat, Eliza bukanlah perempuan yang sama seperti wanita lain yang sela
Sepertinya, Aaryan masih dalam pengaruh alkohol. Tidak menyadari saat ia masuk ke dalam kamar Eliza. Namun, lelaki ini sepertinya ingin menyelesaikan apa yang tertunda di hotel tadi bersamanya. Dia menarik gadis itu ke atas tubuhnya.“Sayang, kamu tahu aku sangat mencintaimu. Tetapi, mengapa kamu tega mengkianati cintaku,” ujar Aaryan meracau tidak jelas.“Sepertinya dia mabuk setelah patah hati, tidak kusangka lelaki seperti dirinya justru bisa sangat lemah karena wanita.”“Kemarilah sayang!”UPSTT!!!!Kali ini, Eliza benar-benar terpeleset hingga terjatuh menimpa Aaryan. Lelaki itu tidak menyia-nyiakan kesempatan apalagi sampai melepaskan sang gadis. Dalam hitungan detik, tubuhnya sudah berada tepat di atas tubuh Eliza.Namun, keruntungan benar-benar berpihak pada Aaryan. Eliza baru saja selesai mandi, sehingga ia dengan mudahnya melepaskan ikatan handuk yang menutup tubuh sang gadis.“Aaryan, sadarlah!! Kamu masih benar-benar mabuk.”“Sssstttt!!” Aaryan menaruk telunjuknya dibibir
Tidak perlu dijelaskan, sudah pasti Aaryan tidak menyetujui keputusan sang ayah untuk menikahi gadis asing. Namun, sepertinya Bagaskara tidak peduli dengan hal tersebut. Ia tetap pada keputusannya.“Benarkah dia gadis asing? Lalu mengapa kamu membawnya ke hotel? Papa sudah muak dengan tingkah kamu, setiap hari menghabiskan waktu di bar dan main perempuan.”“Tunggu Pa, kapan aku membawanya ke kamar hotel? Bahkan aku tidak tahu siapa dia? Gembel jalanan yang sengaja masuk ke rumah ini. Dia pasti ingin uang, berikan saja uang agar segera pergi.Eliza mengepalkan tangannya menahan amarah. Aaryan jelas menghina dan mempermalukannya di hadapan Bagaskara. Lelaki ini sama sekali tidak memiliki hati, seenaknya saja mempermalukan dirinya.“Saya memang orang biasa, Pak. Tetapi, saya tidak terima jika Aaryan menghina saya. Saya sama sekali setidak mengharapakan apapun, tujuan saya hanya membatu Aaryan yang saat itu sedang mabuk. Kalaupun ada hal yang terjadi, sungguh itu bukan yang saya inginkan.
“Terima kasih,” ucap Eliza seraya mengambil saputangan tersebut.“Sepertinya kita pernah bertemu.”Eliza terkejut seraya menatap wajah lelaki yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Wajahnya tidak asing memang, tetapi Eliza tidak mengetahui namanya.“Saya Dion, salah satu satpam di Bagaskara Hotel. Kita bertemu kemarin saat kamu bersama Tuan Muda.”“Ya, saya ingat sekarang. Tapi sebenarnya, kemarin saya tidak mengenalnya dan tidak tahu harus mengantarkannya ke mana,. Makanya saya membawa lelaki itu ke hotel. Sayang sekali, orang berpikir aneh, padahal saya sebenarnya hanyalah ingin mengantarkannya pulang.”“Tuan Muda memang sudah biasa menginap di hotel dengan seorang gadis, tetapi sebenarnya saya merasa heran saat gadis yang bersamanya menggunakan baju pengantin. Saya pikir, kalian menikah.”“Tidak, tetapi saya memang melarikan diri dari pernikahan.”“Emh, begitu. Oh bis saya sudah datang, lain waktu kita bicara lagi.”Dion melambaikan tangan meninggalkan Eliza. Kembali, Eliza sendirian
“Apa katamu? Kita tidak bisa menikah? Kenapa?”“Jelaskan dulu padaku, kenapa aku harus menyetujui tawaran darimu?”“Ya, tentu saja kamu harus setuju dengan penawaran ini. Banyak keuntungan yang bisa kamu dapatkan tentunya. Kamu bisa tinggal dalam keluarga Bagaskara, kamu dan ayahmu akan terbebas dari hutang dan tentu saja kamu akan menjadi istriku.”“Kenapa aku harus bangga menjadi istrimu, kurasa kamu hanya memanfaatkan keadaan dan ini hanyalah keuntungan untuk kamu saja.”“Eliza, jangan bodoh kamu. Banyak wanita yang ingin menjadi bagian dari menantu Bagaskara. Kamu punya kesempatan, bisa jadi ini hanya kesempatan kamu sekali saja.”Eliza masih berpikir mengenai apa yang akan terjadi jika dia tidak mengikuti penawaran Aaryan. Lelaki itu benar, Eliza akan mendapatkan banyak keuntungan dan bisa melepaskan sang ayah dari lilitan hutang kepada Broto.Sekali lagi, Eliza menatap Aaryan. Memastikan bahwa lelaki itu tidak akan menipunya. Eliza tahu, dia lelaki yang akan melakukan banyak car
“Berapa jumlah uang yang harus dibayarkan Eliza untuk mengganti hutang bapaknya?” tanya Aaryan kemudian.Broto tergelak, “Hahaha! Kamu pikir, kamu mampu membayarnya? Sok jadi pahlawan.”“Begini saja, Broto. Tuliskan nominal uang yang harus saya bayar, lalu serahkan bapaknya Eliza kepada saya.”Aaryan memberikan cek kosong kepada Broto, dengan tatapan yang mengerikan ia mengambil cek tersebut.“Apa jaminannya, kamu tidak membohongi saya?”“Saya pewaris tunggal Bagaskara Hotel, kamu pasti tahu siapa pemiliknya. Kamu juga pasti tahu, apa yang bisa saya lakukan untuk menjeratmu ke jeruji besi.”Broto kali ini tidak bisa membantah lagi, dia segera memerintahkan pengawalnya untuk membawa Jacob keluar. Setelah kesepatakan dibuat, Aaryan berhasil membawa Jacob keluar dari rumah Broto.“Dengar Broto! Kamu akan berhadapan dengan saya, jika kamu berani malakukan tindakan bodoh.”Tanpa kata, Broto menahan kesalnya. Dia memang tidak akan melawan hari ini, tetapi akan kembali merebut Eliza lain wak
Tidak terima Eliza memukulinya, Aaryan berlari menghindari sang gadis. Akan tetapi, seperti halnya Aaryan yang tidak terima dengan perilaku Eliza. Begitu juga sebaliknya, alhasil keduanya saling mengejar sampai harus menarik ranjang hingga Eliza hampir terjatuh. Beruntung Aaryan menangkapnya, tetapi keduanya justru terjatuh saling menindih. Tidak dapat dipungkiri lagi, kedua mata mereka bertemu dan saling menatap satu sama lain. Tanpa sadar, jantung keduanya berdetak merasakan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.“Aww!!!!” pekik Aaryan saat menyadari Eliza menggigit lengannya.“Dasar vampir, main gigit saja!” ujar Aaryan lagi seraya mencolek dahi Eliza.“Dasar otak cabul, kamu memang keterlalun. Pasti kamu sengaja memanfaatkan keadaan dengan menindih tubuhku, tidak sadar badamu ini berat.”Mendengar suara keributan di kamar Eliza, Bagaskara segera memastikan apa yang terjadi di lantai atas. Bukan lagi terkejut, Bagaskara segera menarik tubuh Aaryan agar menghindari Eliza setelah ia
Usai melakukan pemeriksaan, dokter memberikan izin Eliza untuk pulang dan menjalankan rawat jalan. Laura cukup terkejut mendengar kenyataan yang sedang dijalani oleh Eliza. bertahun-tahun lamanya mereka berpisah, tetapi pertemuan ini justru tidak akan bertahan lama.Aku akan baik-baik saja, Tante. Jangan menyalahkan Karan karena hal ini, semua bukan salahnya. Aku yang salah karena tidak teratur mengkonsumi obat-obatan dan melakukan pengobatan.Mengapa kamu tidak pernah menceritakan hal ini pada kami? Setidaknya dengan itu kami akan memberikan pengobatan yang jauh lebih baik.Tante, sebelum perusahaan Karan gulung tikar, Karan sudah memberikan aku pengobatan yang terbaik. Karan suami yang bertanggung jawab, aku saja sebagai istrinya tidak patuh dan memilih kabur dari rumah.Jangan berlebihan memberikan pembelaan padanya. Kamu tidak akan menghadapi situasi seperti ini jika benar suamimu ini bertanggung jawab.Karan memutar rodanya, dia menyadai bahwa yang dikatakan oleh Laura benar. Kal
Eliza menggelengkan kepalanya, dia tidak memperhatikan Karan. Tentu saja lelaki itu hanya duduk di kursi tanpa beranjak dan tidak mengejar dia seperti biasanya. Eliza menghela napas panjang, tidak tahu harus kembali ke rumah dokter Sean atau tetap melanjutkan perjalanan pulang."Kenapa kamu tidak bicara sejak awal, Sean?""Kamu tidak bertanya padaku, kupikir kamu sudah tahu sebelum akhirnya pergi saat itu. "Tubuh Eliza bergetar hebat, dia memilih masuk mobil dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya kembali ke rumah dokter Sean. Sementara itu, dokter Sean hanya menarik napas panjang dan kembali melajukan mobilnya. Dia harus membawa mobilnya ke bengkel agar segera diperbaiki kerusakannya.Saat tiba di rumah dokter Sean, dia melihat Karan sedang melanjukan kursi roda seorang diri. Benar saja yang dikatakan oleh dokter Sean, bahwa suaminya kini tidak dapat berjalan dengan sempurna. Eliza segera menghampiri Karan.Aku bantu dorong, Karan, pintanya.Karan hanya menatap tanpa memberikan
Sebuah takdir telah merubah kehidupan Eliza, siapa sangka bahwa gadis sebatang kara yang telah lama kehilangan sang ibu kemudian menjadi seorang pewaris tunggal keluarga Bagaskara. Lelaki yang dianggap Eliza adalah pewaris tunggal, ternyata hanya seorang anak angkat. Dia berusaha membuat Eliza tunduk, tetapi kenyataan akhirnya mengungkapkan siapa sebenarnya Aaryan Bagaskara.Seorang sopir bernama Bayu telah membawa Eliza pada sebuah rumah mewah berwarna putih abu-abu. Pemilik rumah tak lain adalah seorang dokter muda yang pernah terlibat scandal dengan dirinya. Namun kali ini, Eliza datang bukan menemui sang dokter melainkan mencari keberadaan Karan.Sudah satu bulan terakhir ini dia menghilang dari Karan, tentu saja satu kata maaf takkan mudah membuat Karan melupakan rasa kecewanya. Akan tetapi, Eliza tidak akan pernah menyerah hingga dia kembali meyakinkan Karan mengenai kepergiannya saat itu.Permisi, apakah dokter Sean ada di rumah? tanya Eliza kemudian usai seorang wanita paruh b
Satu bulan kemudian, setelah perjuangan cukup panjang bagi Eliza memenuhi permintaan Aaryan untuk mengemulihkan kembali perusahaan. Usaha yang dilakukan Eliza membuahkan hasil memuaskan, Bagaskara hotel kembali maju seperti sebelumnya bahkan lebih ramai. Dalam satu bulan terakhir, Eliza sudah bekerja keras untuk membangun kembali kehancurahan yang disebabkan oleh Aaryan.Namun, di hari kemenangan itu dia harus menerima kenyataan pahit bahwa Bagaskara tidak bisa diselamatkan dari serangan jantung yang kambuh seketika hingga merenggut nyawanya. Akan tetapi, Eliza merasa bahwa kematian itu tidak wajar, dia menduga ada seseorang yang sengaja membuat Bagaskara serangan jantung hingga merenggang nyawa. Sayang sekali, Eliza tidak bisa membuktikan semua itu hingga ia memilih bungkam dan tidak membahasa itu di hadapan keluarga yang telah berkabung.“Aku sudah menyelesaikan semua urusanku denganku, Aaryan. Itu artinya sekarang juga aku boleh meninggalkan rumah ini dan kembali kepada suamiku.”“
Seperti yang sudah Eliza janjikan kepada Aaryan, bahwa dirinya akan membantu memulihkan perusahaan. Benar yang ditakutkan oleh Bagaskara, ditangan Aaryan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Belum lama Bagaskara masuk rumah sakit, semua sudah luluh lantak. Karyawan juga mengeluh dengan keadaan ini, beberapa dari mereka sudah ada yang mengundurkan diri dari hotel.“Apa yang dilakukannya? Hanya mengurusi perusahaan saja tidak becus. Dia hanya bisa tidur dengan wanita, menghamilinya lalu pergi tanpa memberikan apapun kepada wanita tersebut. Kemudian, dia melanjutkan kembali rutinitas mabuk dan main wanitanya. Dasar lelaki gila!”Eliza menggerutu kesal kepada Aaryan usai mempelajari semua berkas yang diberikan oleh Aaryan mengenai perusahaan Bagaskara Hotel. Usai menyekapnya di gudang hari itu, tiba-tiba saja hari ini Eliza telah disulap Aaryan menjadi wanita cantik nan elegant. Entah apa yang sudah Aaryan jelaskan kepada karyawan, mereka tampak menyambut Eliza dengan hangat tanpa
“Arrgghhtt!!! Sakit sekali kepalaku,” pekik Eliza seraya mencoba membuka matanya. Eliza membuka mata, melihat ke sekeliling yang dipenuhi kegelapan. Tangannya terikat dengan posisi duduk di atas kursi. Bajingan, Aaryan telah melakukan kejahatan ini hanya untuk memenuhi hasratnya. Dia sengaja menggunakan uangnya untuk memeras Eliza dan menindas dirinya. “Aaryan, keparat!!! Lepaskan aku!!!” pekik Eliza dengan kencang. Teriakan Eliza berhasil memanggil Aaryan kehadapannya. Benar memang yang diduga oleh Eliza, bahwa semua ini adalah perbuatan Aaryan. Lelaki itu sangat licik, dulu dia menyelamakan dirinya atas perbuatan keji Broto, sekarang justru perilakunya lebih bajingan dari Broto sendiri. “Kenapa berteriak sayang? Sudah kukatakan agar kamu menuruti semua permintaanku bukan justru membantahnya. Ini adalah hukuman atas sikap berontakmu.” “Aku bahkan belum menjawab apapun, tapi kamu sudah menyiksaku seperti ini.” “Eliza, aku sangat tahu sifat licikmu. Bukankah dulu kamu berusaha ka
“Maaf, aku tidak bermaksud berbohong. Tadi aku memang mencari dokter Sean dan bertemu dengannya di kantin rumah sakit. Dia juga tidak mau berbicara apapun denganku, jadi aku makan saja di sana,” jawab Eliza seraya duduk di pinggiran ranjang tempat Karan berbaring.“Sejak kapan kamu memanggilnya dokter Sean?” tanya Karan lagi dengan surut mata yang tampak aneh.“Masih saja saja cemburunya gak terkontrol, lagi juga tidak terjadi apapun antara aku dengannya.”“Aku hanya bertanya, lagi pula untuk apa mencemburuinya. Sean sudah banyak membantuku bahkan sebelum kecelakaan ini terjadi.”“Baiklah, aku tidak akan mencari lelaki lain lagi selain kamu. Sudahlah ya, kurangi berpikir burukmu aku mau kamu segera pulih. Ada hal yang harus kita selesaikan, aku juga tidak mau berlama-lama melihatmu sakit. Nanti gak ada yang marah-marah lagi sama aku seperti dulu.”Hari pertama Karan membuka mata di luar dugaan Eliza, lelaki itu sungguh sangat kuat dan hebat. Dia tidak tampak lemah seperti saat koma, h
Jari Eliza tertahan saat akan melepaskan diri, spontan saja Eliza menatap ke arah sumber suara tersebut. Tanpa berpikir panjang lagi, Eliza segera mendekap tubuh lemah yang terbaring itu. Matanya yang sayu tampak berusaha membuka dengan sempurna. Suaranya tertahan oleh alat pernapasan yang terpasang.Lelaki yang dia tinggalkan begitu saja, kemudian jalan hidupnya harus berakhir di rumah sakit berhari-hari bahkan dalam hitungan bulan. Memang ini bukan kali pertama Karan masuk rumah sakit, dia pernah melewati kecelekaan sebelumnya. Akan tetapi, kecelakaan yang Karan alami saat ini sangat berbeda.“Karan, benarkah ini kamu? aku tidak sedang bermimpi lagi bukan?” seru Eliza seraya menyentuh lembut wajah Karan.“Aku sudah bangun, seperti yang kamu lihat,” jawab Karan dengan suara lirih bahkan hampir tak terdengar.Air mata Eliza jatuh tak tertahankan lagi, dia menangis bahagia dapat melihat wajah lelakinya. Melihat hal itu, Karan perlahan menggerakkan tangannya untuk menghapus butiran beni
Eliza segera memesan ojek online agar segera tiba di rumah sakit. Tentu saja, dia tidak boleh datang terlambat untuk menyelamatkan Karan. Bagaimanapun kondisi Karan sekarang dan sebagaimanapun kesalahan yang telah dilakukannya saat itu, kehilangan Karan bukan hal yang diinginkan Eliza.“Karan, bertahanlah! Aku akan segera datang dan membujuk mereka agar tidak melepaskan semuanya. Bertahanlah demi aku, demi pernikahan kita,” batin Eliza seraya terisak tangis.Eliza menyeka air mata yang mulai membasahi pipinya, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit dia terus berdoa memohon kepada Tuhan agar suaminya dapat diselamatkan. Baginya, ada hal yang belum mereka selesaikan. Sebab itulah, Eliza tidak ingin kehidupannya berakhir tragis dengan kehilangan sang suami disebabkan oleh kematian.Segera Eliza berlari menuju ruangan Karan di rawat usai tiba di rumah sakit. Dia terlihat sangat panik dan ketakutan. Hatinya semakin hancur ketika melihat dokter dan beberapa perawat mendorong tubuh lemah Ka