Seprai di ranjang mereka sudah basah kuyup, sama seperti tubuh kedua pasangan itu yang basah karena keringat. Padahal suhu di kamar itu sudah sangat dingin sekali, tapi karena gairah mereka yang membakar membuat suhu di ruangan itu menjadi panas membara.
Setelah memuaskan istrinya di atas meja makan, Adrian membopong Sarah menuju kamar mereka.Dress midi Sarah dan pakaian Adrian telah menumpuk berantakan di lantai, sama dengan tubuh mereka yang sedang menyatu di atas seprai yang berantakan itu."Aku menginginkanmu!" suara Adrian begitu serak karena ia sudah sangat terangsang. Mulutnya mengisap keras puting payudara Sarah dan menarik-nariknya gemas dengan mulut dan lidahnya.Sarah merasakan puncak payudaranya semakin kaku meruncing ketika Adrian menjilati kedua ujungnya secara bergantian. Sarah tersentak mulut Adrian mengisap puncaknya, menyesapnya dan menggigitnya. Membuat seluruh tubuh Sarah bergetar karena gairah.Adrian menaruh tangannya turun ke bawah, merabaSarah terbangun dengan berada di pelukan Adrian, ia membuka matanya dan melihat suaminya sedang memandanginya dengan tersenyum"Good morning, apa tidurmu nyenyak?" kata Adrian sambil merapatkan pelukannya. Sarah mendusel ke arah dada Adtian, ia menikmati harum tubuh Adrian yang maskulin."Jadi apakah kamu masih ingin bercerai denganku? Bahkan setelah kita bercinta hampir enam kali tadi malam?" kata Adrian menjauhkan wajah Sarah dan tersenyum jahil padanya."Jangan menggodamu terus Adrian! Atau aku akan segera bangun dari tempat tidur ini!" kata Sarah berpura-pura mengancam Adrian."Hahaha... Apa kamu lupa janjiku tadi malam! Bahwa sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikanmu!"kata Adrian mendekatkan wajah mereka."Aku akan mencarimu ke ujung dunia jika kamu pergi dariku!" kata Adrian lalu mengecup bibir Sarah. Mereka kembali berpangutan di atas ranjang."Sekarang sebaiknya kita lanjutkan apa yang tadi malam belum tuntas!" kata Adrian memerangkap Sarah
Sarah kembali pindah ke Penthouse-nya ketika Laura menyampaikan dirinya hamil anaknya Adrian. Ia menelepon Ella untuk membawa semua barang-barangnya pindah ke Penthouse detik itu juga. Adrian yang mendengar Sarah memindahkan semua barang-barangnya ke Penthouse segera berlari menemui Sarah di Penthouse-nya."Sarah ini aku izinkan aku berbicara sebengar denganmu, aku janji ini tidak akan lama!""Adrian terus menekan bel di depan Penthouse istrinya. Ia tahu melihatnya dari cctv yang ada di depan pintu Penthouse-nya tapi Adrian tahu Sarah begitu marah sampai-sampai melakukan ini semua. Tapi ia tidak tahubaoa yang menjadi landasan kemarahan Sarah. Yang ia tahu dari pelayan di rumahnya Laura datang ke rumah mereka dan berbicara dengan Nyonya mereka. Setelah itu Nyonya mereka menangis terus-terusan dan memerintahkan untuk mengepak semua barangnya untuk keluar dari rumah Adrian."Sayang, ayo kita bicara aku ingin mendengarnya darimu dan bukan dari wanita lain, apa yang kalian bi
"Bagaimana? Kapan hasil tes DNA nya keluar?" tanya Adrian tidak sabar pada Hendri."Sepertinya dua hari dari sekarang Pak!" kata Hendri melihat pesan singkatnya pada dokter Rendi. "Lama sekali, apa tidak bisa lebih cepat! Telepon dokternya, mungkin ia bisa membantu mempercepat semua prosesnya!" kata Adrian lagi dengan tidak sabar."Baik Pak, akan saya coba hubungi kembali dan segera melaporkannya pada Bapak!" Hendri melirik ke arah spion di belakang."Oh ya Hendri bagaimana hasil penyelidikan tentang keberadaan ayahnya Sarah. Apa kau sudah menemukan di mana Mike menyekap ayah Sarah? Apa sudah ada kemajuan? tanya Adrian beruntun yang tiba-tiba teringat kabar ayah istrinya."Aku ingin memberi kabar baik pada Sarah jika kita telah menemukan keberadaan ayahnya." kata Adrian lirih. Saat ini ia sangat merindukan istrinya itu. Memang benar jika wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki karena tanpa kehadiran wanita itu di sisinya membuat Adrian merasa dirinya tidak lengkap. Ada sesuatu
"Selamat malam Pak Hendri." sapa suruhannya di telepon."Iya malam, ada apa? Apa kamu punya kabar bagus?" tanya Hendri dengan nada tegas."Tentu saja Pak, Saya punya kabar yang akan membuat Pak Hendri dan Pak Adrian senang." kata pemuda suruhannya itu dengan tersenyum."Ayo cepat katakan, jangan berteka-teki. Sudah malam dan saya tidak mood untuk bermain teka teki!" kata Hendri dengan gusar pada bawahannya."Baik, saya akan katakan sekarang!" kata pemuda suruhannya itu di telepon."Cepat!" kata Hendri memerintah dengan tidak sabar."Sata berhasil menemukan di mana ayah istri Pak Adrian berada!" katanya lagi dengan senyum yang lebih lebar***"Hati-hati jangan sampai ada yang mendengar kita!" kata Hendri memerintah pelan pada pasukan bersenjata yang ia sewa untuk membebaskan ayah mertua bosnya.Satu pasukan yang berisi 50 tentara bayaran mengendap-endap dengan sunyi di gudang kosong yang disinyalir adalah tempat penyekapan ayah Sarah.Dengan senyap mereka berhasil menumbangkan beberapa
Setelah ayah Sarah sadar, Hendri memberinya makan. Ayah Sarah makan dengan lahap sambil bertanya siapa Hendri dan di mana dirinya berada. "Jika Bapak sudah selesai makan, mari kita berbicara Pak dan saya akan katakan di mana sekarang bapak berada dan siapa saya." kata Hendri sambil tersenyum sopan."Saya sudah selesai, terima kasih untuk makanannya. Tapi siapa sebenarnya kamu!" kata ayah Sarah penasaran."Saya Hendri Pak, saya adalah staffnya bapak Adrian, menantu bapak. Dan kami sudah berhasil membantu bapak melarikan diri dari Mike." kata Hendri dengan menatap mertua bosnya."Menantu saya? Oh suami Sarah yang kaya raya itu?" tanya ayahnya Sarah sedikit kesal."Benar Pak, beliau yang menugaskan bapak untuk mencari bapak dan menyelamatkan bapak dari Mike dan anak buahnya!" kata Hendri lagi."Mengapa? Mengapa tidak membiarkan saya mati dan membusuk saja di sana. Bukankah anakku juga tidak peduli denganku!" kata ayahnya Sarah dengan gurat kesedihan di wajahnya. "Ia bahkan malu mengakui
"Lepaskan! Aku ke sini hanya ingin meminta surat cerai kita, kamu cepat tanda tangani saja!" kata Sarah berteriak kesal karena ingat kata-kata Laura kalau Adrian baru saja klimaks berkali-kali karena Laura. Sarah begitu jijik membayangkan suami sahnya berada di dalam dekapan wanita yang ia benci itu.Adrian melepaskan cengkraman tangannya ketika ia berhasil membawa Sarah ke ruang kerjanya. Dan menutup pintunya rapat-rapat."Aku sudah melepaskan tanganmu tapi aku tidak akan memberi tanda tanganku. seperti yang sudah aku bilang ratusan kalinya. Aku tidak akan pernah menceraikanmu Sarah. Tidak akan pernah, selamanya!" kata Adrian menatap Sarah dengan tatapan seribu arti. "Kenapa? Bukannya kamu sudah puas bersama dengan wanita itu! Wanita yang baru saja pergi setelah memuaskanmu di ranjang berkali-kali tadi!" kata Sarah setengah berteriak. Ia begitu marah dan cemburu membayangkan Adrian meniduri Laura."Wanita mana maksudmu?" tanya Adrian tanpa rasa bersalah.Sarah tertawa mencemooh. "Jan
Mata Adrian tidak berpaling sedikit pun dari tubuh istrinya yang indah ketika Adrian menelanjangi pakaian Sarah di ruang kerjanya.Apalagi kini hanya tersisa bagian intim Sarah yang hanya ditutupi g-string lace berwarna hitam.Ada yang berdenyut-denyut di bawah paha Adrian. Kejantanannya menegang membayangkan apa yang tersimpan di balik g-string seksi itu di tubuh Sarah. Ia sudah sangat merindukan membenamkan dirinya dalam-dalam di tubuh istrinya.Adrian meruntuki dirinya sendiri karena merasa sangat terangsang padahal ia hanya membayangkan saja dirinya membenamkan dirinya dalam-dalam di sana. Apalagi ketika ia sudah benar-benar melakukannya. Ia pasti akan benar-benar menghujam istrinya itu keras-keras dan menidurinya habis-habisan."Kamu cantik sekali Sarah... Aku rindu menyentuhmu!" Adrian mendesah sensual di depan wajah Sarah. Tangannya secara perlahan membelai wajah dan leher Sarah yang cantik.Sekali lagi Adrian berusaha menahan dirinya untuk tidak langsung menerjang istrinya. Ia
Adrian mendudukkan tubuh istrinya ke atas meja kerjanya. Membuat dokumen-dokumen yang sedang dikerjakannya di atas meja terjatuh berantakan ke lantai ruangan."Aku akan melumatmu sayang! Menidurimu habis-habisan!" bisik Adrian dengan suaranya yang parau.Sarah bisa melihat ukuran suaminya yang tidak pernah menyusut. Ukurannya yang luar biasa selalu bisa membuatnya terbang tinggi ke puncak kenikmatannya."Oh Adrian, cepat aku membutuhkanmu!" Sarah berbisik parau. Ia membusungkan dadanya, puncak payudaranya yang menegang menantang Adrian untuk melumatnya.Laki-laki yang sudah dikuasai gairahnya itu merunduk di antara sepasang payudara indah dan menenggelamkan wajahnya di antara kedua bukit indah yang membusung itu. Dengan mengeram, Adrian melumat puncak payudara yang menegang dan menyesapnya kuat-kuat. Dengan giginya ia menarik-narik ujung bulatan coklat terang itu.Sarah yang sudah sangat terangsang itu, melengkungkan tubuhnya ke belakang. Memajukan kedua payudaranya, memudahkan Adria