Share

BAB 134

Penulis: irma_nur_kumala
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-24 21:51:07

Abigail menatap benci para lelaki bajingan itu dengan amarah yang melekat di dada. Tidak lama kemudian, masuklah sepasang kekasih yang menculiknya tempo hari.

"Besok pagi kita akan sampai di Spanyol. Bagaimana keadaan mereka?" Tanya yang lelaki ke para penjaga.

"Tetap sama."

Abigail bergegas berdiri, mendekati pintu sel dan berteriak. "Tolong, ada yang terluka di sini. Dia butuh pengobatan!" Keduanya menoleh bersamaan. "Untuk apa capek-capek menculiknya kalau membiarkannya sakit dan mati seperti ini. Aku hanya butuh obat untuknya."

Yang wanita mendekat, menelengkan kepalanya ke arah Rhea dan kembali menatap Abigail.

"Itu ganjaran karena berusaha kabur," ucapnya disertai senyuman miring. "Sebaiknya kau memikirkan nasibmu sendiri dari pada mengurusinya."

Abigail mengepalkan tangan, "Kalian memang bajingan tidak berperasaan—akhh!" Wanita itu tanpa terduga mengulurkan tangan melalui celah antar besi, mencekik leher Abigail dan menghantupkan kepalanya ke besi dengan keras.

"Apa kau mau be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 135

    Lucca Alonzo menelengkan kepala, memindai area sekitar dan menatap deretan wanita yang berkerumunan di bagian terjauh sel. Abigail menundukkan kepala diantara semuanya. "Aku datang untuk membawa istriku kembali," ucapnya dingin. "Aku tidak akan menoleransi luka sekecil apapun yang dia dapat di sini. Kalian akan menerima akibatnya." Tatapan tajamnya menghunus ke pasangan penjahat itu dan berteriak, "BAWA ABIGAIL SEKARANG JUGA!!" Semuanya tercengang,terutama para penjahat itu karena tidak menyangka jika mereka memang tanpa sengaja menculik istri dari penguasa Italia yang benar-benar datang saat mereka berlayar di atas Samudra, jauh dari Napoli. Tamatlah riwayat mereka sekarang yang tidak bisa berkutik. Lucca Alonzo berdiri layaknya dewa kematian yang membawa vonis mati pada mereka saat itu juga. ******* Kedatangan Lucca yang menyelamatkannya di manapun dia berada menyadarkan Abigail akan suatu hal yang seharusnya sudah lama dia sadari. Sejak memutuskan rela mengikuti lelaki yang be

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-25
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 136

    Semuanya memekik akan tembakan Lucca yang tiba-tiba ke lelaki penjaga yang sebelumnya mengacuhkan Abigail saat meminta obat yang langsung menembus jantungnya dan jatuh tidak bergerak. Para penjahaat itu langsung mundur ketakutan. "DI MANA DIA?!" teriaknya murka. Lelaki itu menoleh ke kekasihnya yang ketakutan, "Bawa wanita itu." Meski takut dan gemetaran, wanita itu mengangguk, bergegas keluar yang langsung diikuti salah satu anak buah Lucca. "Kami tidak tahu jika salah satu wanita yang kami bawa adalah istrimu. Ini murni kesalahpahaman. Jika kau mau membawanya pergi, silahkan. Kami tidak akan menghalangi tapi tolong—” laki-laki itu mencoba bernegosiasi dengan Lucca yang sedang murka. "Lepaskan kami." "Lepaskan?" Lucca tersenyum smirk. "Kau pikir semudah itu melepaskan kalian setelah mengganggu di wilayahku. Apa kau tidak tahu akibatnya jika berurusan dengan The Black Rose?" Laki-laki itu menelan salivanya, tahu kalau dia sudah tidak punya harapan. Kekasihnya masuk dengan seoran

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-25
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 137

    Lucca menghempaskan laki-laki itu begitu saja, segera berdiri, menembak rantai pengunci pintu sel dan mendorongnya terbuka dengan kakinya. Para wanita di sana jelas memekik ketakutan setengah mati, tapi Lucca tidak peduli. Dia tetap berjalan menghampiri Abigail yang sedang menatapnya hingga wanita-wanita itu menyingkir dengan sendirinya memberi jalan sampai di depan Abigail di samping Rhea yang tercengang.Abigail mengigit bibirnya kuat saat Lucca melipat satu kakinya, bersimpuh di depannya. Bertanya-tanya dalam hati apakah dia akan mendapatkan amarah pelampiasan Lucca nanti karena berani-beraninya kabur. Tertegun saat melihat Lucca mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya dan mengusap air matanya yang mengalir dengan lembut. Memperhatikan dengan seksama setiap inci wajahnya, dan menggertakkan gigi saat melihat beberapa lebam yang di dapatnya. Jemarinya membelai lembut bibir Abigail yang bergetar seakan-akan mengatakan kalau dia rindu."Jangan gigit bibirmu seperti itu, sayang. Kau

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-25
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 138

    Abigail berdiri diam menatap punggung Rhea yang menjauh sampai dia tersentak kaget saat Lucca menariknya cepat dalam pelukannya yang erat. Bertahan tanpa kata-kata selama beberapa waktu, meresapi irama jantung masing-masing yang seperti saling merindukan."Tidak peduli sekalipun kau akan semakin membenciku, aku tidak bisa membiarkan kau pergi, Abigail."Lucca mundur, Abigail tidak bisa berkata-kata. Tersenyum lembut, menarik genggaman tangannya yang tidak memegang senjata dan membawanya pergi. Kaget saat Lucca berbalik sebelum melalui pintu, "Apapun yang terjadi, jangan jauh-jauh dariku."Abigail mengangguk, Lucca mengecup punggung tangannya dan mengangkat senjatanya, keluar bersama Abigail di balik punggungnya dan membawanya berjalan di sepanjang dek kapal. Bunyi tembakan terdengar bersahut-sahutan di bagian lain kapal, juga ledakan yang entah berasal dari mana. Abigail mencengkram erat tangan Lucca yang waspada, sembari mengedarkan pandangan ke segala arah. Meyakinkan dirinya sendir

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-25
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 139

    Lucca membawanya menaiki anak tangga sampai ke dek paling atas, saat Abigail menoleh ke belakang, matanya terbelalak. Seseorang membawa senjata besar di ujung lorong yang kemudian berdesing ke arah mereka."LUCCA!!!" Pekik Abigail, menubruk Lucca dari belakang hingga terhempas ke lantai tepat saat peluru mengerikan itu yang diliputi api berdesing di atas mereka dan menghancurkan dinding kapal di kejauhan. Getarannya menghempas Abigail yang dipeluk Lucca erat hingga terpelanting jatuh ke lantai bawah sementara Lucca tertahan di besi pembatas kapal.Abigail merasakan tubuhnya sakit bukan main saat melihat Lucca berdiri dan berteriak dari pinggir pagar."ABI—TUNGGU DI SANA SAMPAI AKU DATANG."Lucca naik ke pagar pembatas, hendak loncat ke bawah saat seseorang menubruknya hingga terpelanting entah kemana lalu berkelahi. Abi berusaha bangkit, mengedarkan pandangan dan berlari dengan tertatih sampai dia mendengar suara erangan di dekatnya. Terbelalak melihat wanita yang tergeletak di dalam

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 140

    Wanita itu berusaha mendorongnya hingga tubuhnya hampir keluar dari pagar besi. Dipegangnya pagar kapal dengan erat agar tidak terjatuh ke laut lepas. "Kau pikir aku akan memberitahumu!!!" Tawanya menggema. Dorongannya makin kuat. "Tidak akan!!" "Kau harus memberitahuku!!" Wanita itu mendorong senjatanya di dagu Abigail kemudian berdesis di depannya. "Kau mau tahu apa yang terjadi padanya?" Abigail diam, mencengkram besinya kuat. "Meskipun hatinya terluka karena terpaksa pergi, tapi dia juga bahagia. Dia mendapatkan apa yang dia usahakan selama ini. Alasan yang mengharuskannya pergi sejauh-jauhnya dari Lucca." Abigail mengeryit, wanita itu tersenyum miring sebelum menghembuskan mimpi buruk. "Keturunan Alonzo." DOORR!! Abigail membeku saat itu juga. Tidak menyadari wanita itu menjatuhkan senjatanya dan meluruh jatuh ke bawah setelah mendapatkan luka tembak di punggung. Semua hal yang berada di sekitarnya seperti terhenti. Shock. Tanpa sadar air matanya merebak untuk alasan yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 141

    Abigail berdiri serupa bayangan.Dihadapannya, terlihat begitu dekat namun nyatanya terbentang jarak tak kasatmata yang mencekik pernapasannya, berdiri sosok Lucca Alonzo. Ada perbedaan yang begitu kentara meski yang terlihat di matanya hanya punggung tegap Lucca yang selama ini selalu berdiri tegak menjadi perisainya. Laki-laki itu nampak sedang mendekap sesuatu di dadanya. Napasnya tercekat kala air matanya lebih dulu meluruh jatuh tanpa alasan dengan mulut yang terkatup rapat tanpa daya. Nampaknya, dirinya tidak bisa membuat Lucca berpaling dari sesuatu yang sedang fokus dia curahkan perhatiannya.Kenapa hatinya terasa begitu sakit padahal dia begitu merindukan sosok itu?"Lucca....." suaranya melebur bersama angin dingin, seperti tidak benar-benar diucapkan namun ajaibnya lelaki itu menoleh ke belakang. Abigail sontak mundur dengan pekikan pelan juga hati perih kala melihat suaminya sepenuhnya berbalik menghadapnya hingga bisa memperlihatkan dengan jelas apa yang sejak awal dipan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 142

    "Demi Tuhan, aku akan membumihanguskan sekutu mereka sampai ke akar-akarnya kalau berani menjualmu di luar sana,” Ucap Lucca penuh dengan bara amarah meski begitu lembut di telinganya. "Aku bersumpah akan melakukan hal itu saat dalam perjalanan menyusulmu. Apa kau tahu betapa kalutnya aku beberapa minggu ini?" Abigail memeluk Lucca sebagai jawaban, isakannya mulai mereda saat tiba-tiba tubuhnya terangkat, menatap manik mata The Black Rose yang menghanyutkan. "Syukurlah, aku berhasil mendapatkanmu lagi." Keningnya dikecup dengan sangat lembut sembari berjalan membawanya ke arah sofa coklat tidak jauh dari perapian dan mendudukkannya di sana. Lucca ikut duduk di sampingnya, menuangkan teh yang tersaji di atas meja. Abigail berniat menyambut cangkir itu namun Lucca menjauhkan tangannya, mengesampingkan rambut Abigail dan membantu meminumkan teh yang dipegangnya. Abigail menyesapnya, seketika memberi perasaan hangat juga nyaman di tenggorokan dan meminumnya sampai habis membuat Lucca t

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26

Bab terbaru

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 190

    Perlahan matanya terbuka, retinanya mencoba menyesuaikan dengan sekitar hingga perlahan semua panca indranya mulai berfungsi kembali. Dadanya terasa panas dan di perutnya terasa sakit. Lucca mengerjapkan mata dan menyadari jika dia sedang berada di sebuah ruangan. "Thanks God." Bisikan lembut itu membelai indra pendengarnya. Suara seseorang yang akan dia respon dan dengar di manapun dia berada. Nada suaranya terdengar sarat dengan kekhawatiran dan juga kelegaan. Sentuhan tangannya membuat Lucca perlahan mencari keberadaan istrinya yang berada tepat di sampingnya. Menatap dengan lembut meski nampak merah akibat dari menangis. "Kau membuatku hampir jantungan," ocehnya, mengelus permukaan telapak tangannya dengan tangannya sendiri. "Aku sampai tidak bisa melakukan apapun dengan benar." Lucca tersenyum, untuk satu-satunya wanita yang bisa melihat senyumannya di dunia ini. "Aku berhasil membunuhnya." Kenyataan bahwa dia sendiri yang sudah membunuh Ravel membuat Lucca sangat puas. Lela

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 189

    Entah kenapa, Lucca tidak terlalu suka mendengar kata-kata itu meskipun benar kalau Serafine hanya pengawalnya. Tapi dia lebih dari itu. Bagi Lucca sendiri, dia sudah seperti sosok teman yang sudah lama sekali menemaninya melakukan banyak kejahatan. Kesetiaan wanita itu padanya membuat Lucca kagum. Meskipun tidak pernah mengatakannya ataupun memikirkannya, keberadaan wanita itu begitu berarti. Bukan dalam arti berarti seperti Abigail yang dia cintai tapi perasaan lain yang sulit sekali dia jelaskan. Tapi dia tidak akan memberikan orang kepercayaanya itu untuk Mike yang pastinya akan menjualnya nanti dengan harga tinggi. "Dia sudah tidak bersamaku. Jadi, kalau kau tidak menginginkan hal yang lain dan tetap bersikeras seperti ini. Aku akan pakai cara kasar untuk membuka mulutmu itu!!" Lucca menghunuskan tatapan membunuhnya membuat Mike nampak terlihat waspada. "Kalau begitu lupakan tentang Ravel Brigton." Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam suara Mike yang wajahnya nampak serius. "

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 188

    Washington DC, New YorkMike Lawson bukanlah orang yang bisa ditemui dengan mudah. Memiliki beberapa club yang tersebar di negara bagian Amerika dan memiliki jaringan prostitusi skala besar untuk kalangan elit. Mike Lawson jelas tidak akan mudah diintimidasi tapi bukan Lucca Alonzo namanya jika dia tidak bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkannya."Wah, ini pertama kalinya kita bertemu." Mike yang duduk di sofa mewah di dalam ruangan di salah satu club malamnya tertawa ketika melihatnya masuk, tanpa undangan tentunya. Seseorang berkulit hitam yang sukses membesarkan namanya di Amerika karena kemampuan bisnisnya. "Aku jadi penasaran, apa yang diinginkan seorang Lucca Alonzo dariku." Tatapannya tidak memperlihatkan jika dia takut. "Seorang wanita perawan seksi yang bisa diperlakukan sesuka hati?"Lucca berhenti beberapa meter darinya, memberi jarak dan berdiri dengan santai tapi waspada."Hanya satu hal, aku ingin tahu di mana bajingan Ravel Brigton bersembunyi saat ini.""Ravel--" M

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 187

    "Kau mau main-main dengan Lucca Alonzo,hmm?""Ti-dak-- Erggh."Lelaki yang berada di bawah kakinya mengerang tertahan saat Lucca semakin menekan kepalanya ke lantai. Duduk di kursi dalam ruang tertutup yang gelap, hanya di sinari cahaya matahari yang menembus melalui satu-satunya ventilasi udara yang ada di sana. Mengelus permukaan pistol di tangannya, tidak peduli lelaki di bawah kakinya sudah tergeletak tidak berdaya."To-long--" ucapnya terbata. "Le-pas-kan a-ku."Lucca mengalihkan tatapan ke bawah, tersenyum miring penuh nafsu membunuh."Melepasmu?" Lucca tertawa sarkas. "Kau pikir bisa lolos setelah memata-matai keluargaku. Kau jangan bermimpi!!""A-ku ti-dak--"BUKK!"Uhuukk..Uhuuukk..."Satu hantaman kaki Lucca di punggungnya membuat lelaki itu langsung batuk darah. Lucca berdiri, mendorong tubuh di lantai itu agar terlentang menghadapnya. Satu matanya sudah buta tertembus timah panas, lengan tangannya bengkok dan darah keluar dari sela hidung dan bibirnya. Dihunuskannya mata p

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 186

    "Baguslah kalau kau suka. Lucia juga sepertinya senang sekali."Abigail mengangguk, mengelus pipi bayi perempuannya yang tertawa melihatnya."Tapi kenapa tiba-tiba kita kemari? Aku tidak ingat kau pernah bilang akan membawaku ke sini."Lucca tersenyum miring, begitu mencurigakan. "Nanti kau juga akan tahu."Abigail menyimpitkan mata, "Kau menyembunyikan sesuatu ya?"Lucca tersenyum, "Tentu saja tidak."Abigail mendesah, kembali memalingkan wajah ke depan menikmati leindahan yang terhampar di depannya. Yacht membawa mereka berkeliling kota dari sungai dan Abigail sudah tidak sabar untuk menjelajah di sekitar kota dengan berjalan kaki. Kota impian yang seperti negeri dongeng. Membuat siapapun betah berada di sini meski Swiss mendapat predikat kota yang mahal."Aku membawamu ke sini sesuai permintaanmu," ujar Lucca membuat Abigail langusng menoleh dengan wajah bingung."Aku?""Ya." Lucca mencium pipi Lucia. "Aku hanya mengabulkannya saja seperti jin dalam dongeng."Abigail tertawa, "Oh,

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 185

    Air laut membasahi baju renangnya, pelukannya semakin menguat, tatapannya lurus ke depan dan rasa kebebasan itu semakin menguat. Untuk sedetik saja dia ingin melupakan hal-hal yang mengganggu pikirannya. Saat ini hanya ada mereka berdua, hanya dua manusia biasa yang memimpikan kebebasan yang sama. Just Abigail dan Lucca. Tanpa nama Alonzo di belakangnya. "Berteriaklah Abi!" Teriak Lucca, melakukan beberapa kali manuver ke sana kemari. Abigail perlahan melebarkan senyumannya, mulai menikmati sampai akhirnya berteriak kencang dan suaranya diterbangkan angin laut. Hingga mereka berteriak dan tertawa bersama. Beginikah rasanya kebebasan itu? Mesin perlahan memelan, riak air yang terciprat tidak sekencang sebelumnya, hingga jetski bergerak pelan mengikuti arus di lautan. Mereka berada jauh dari bibir pantai tapi bisa melihat sosok kecil di kejauhan. "Kau senang?" Lucca memegang lengannya dengan satu tangannya. Abi menyandarkan dagunya di bahu Lucca."Rasanya menyenangkan." "Lucia ya

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 184

    "Abi, kau siap?"Abigail menyambut uluran tangan Lucca yang menunggu di dermaga di mana ada jetski yang akan mereka gunakan berada."Hmm, entahlah." Abigail melihat ke arah lautan luas yang terbentang di depannya. "Rasanya sudah lama sekali aku tidak pernah melakukan ini."Lucca menatapnya dalam, penuh arti. Menarik tubuh mereka merapat dan mengelus pipinya."Aku selalu membuatmu kesulitan ya hingga kau sepertinya lupa bagaimana caranya bahagia seperti orang-orang lainnya."Perkataan Lucca tidak salah. Berurusan dengannya membuat hidup Abigail tidak lagi mudah seperti dulu."Sebelum bertemu denganmu, aku tidak perlu mewaspadai apapun yang ada disekitarku," ucapnya jujur. "Melewati banyak kejadian mengerikan yang mempertaruhkan nyawa membuatku tidak lagi bisa menikmati hal-hal yang dulu membuatku bahagia.""Kau seharusnya membenciku karena membuat hidupmu seperti itu," lirih Lucca, tatapan bersalahnya membuat Abigail tidak bisa memalingkan wajah. Memandangi mata hijaunya, menatap bayan

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 183

    Abigail tertawa dan Lucca bahagia melihat senyuman itu. Sesuatu yang menjadi motivasinya, penyemangatnya juga alasan eksistensinya di dunia ini. Sama seperti dia yang tidak bisa membayangkan Serafine sehidup semati dengan seseorang, wanita itu pasti juga tidak membayangkan jika dia akan berada di titik ini.Lucca menarik Abigail ke depan tubuhnya, memeluknya dari belakang dan menatap kejauhan. Mereka masih berada di Paris dan besok sore akan pulang dan berlayar menggunakan kapal pesiar ke Spanyol."Apa yang akan kau lakukan jika bertemu kembali dengan adik tirimu?"Pertanyaan Abigail menyentaknya sesaat. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelum ini karena dia memang tidak peduli pada wanita itu. Hanya Aldrick satu-satunya yang mungkin akan mencari wanita itu hingga keujung dunia karena lelaki itu menyukai adik tirinya yang dia bela bahkan dengan tubuhnya sendiri yang tidak peduli sekalipun Lucca melubangi jantungnya dengan senjata api. Bukan alibi untuk tidak saling menya

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 182

    Dua bulan kemudian, "Bukankah semua baik-baik saja sekarang?" Lucca yang sedang bermain dengan Lucia diatas tempat tidur mereka di dalam kapal pesiar mewah yang sedang melaju di tengah Samudra menuju ke Spanyol mengalihkan tatapannya ke Abigail. "Tidak. Selama Ravel masih bersembunyi, dia masih menjadi ancaman." Abigail terdiam sesaat, "Aku takut dengan hal yang dia rencanakan di belakang kita selama membiarkan kita bahagia saat ini." "Aku akan menangkapnya. Tenang saja, sayang." Lucca menepuk-nepuk pelan paha Lucua. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun." Abigail diam, tersenyum saat Lucca mengelus pipinya lembut. Perasaan takut itu tidak hilang karena Ravel yang menjadi sumber masalah belum berhasil tertangkap. Lucca beberapa kali hampir berhasil menangkapnya namun selalu gagal karena kelicikan lelaki itu. Abigail tidak akan pernah tenang meski beberapa bulan ini, tidak ada hal mengerikan yang terjadi. "Aku rindu Shine," desah Abigail. "Kau bisa menemuinya nanti. Aku janj

DMCA.com Protection Status