Beranda / Urban / SANG MAFIA PENGUASA / 92. Rencana Penyerangan

Share

92. Rencana Penyerangan

Penulis: MinZimi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-22 23:50:06

Alana menghela napas panjangnya, dan menyandarkan tubuhnya di kursi yang di dudukinya. Hampir sejam dia mencari informasi tentang Roger yang tiba-tiba muncul dan menyerang Alden.

Ia menggertakkan giginya, merasa geram dengan apa yang sudah ditemuinya. Semua hal yang telah terjadi, benar-benar diluar dugaannya.

David, pria itu ternyata bukan orang sembarangan. Sosok Roger yang berpengaruh saja bisa ditaklukan menjadi bawahannya. Bagaimana dengan orang lain?

Entah apa tujuanya mengincar Alden saat ini, ia belum menemukan jawabannya. Untuk sementara, masih ada orang-orang yang melindungi David, sehingga pria itu dengan santai tak menampakkan dirinya.

“Aku tidak percaya tidak bisa mendapatkanmu, David. Sekalipun atasanku adalah orangmu juga, aku tidak akan sungkan lagi,” gumam Alana.

Gadis itu mengetuk jari-jemarinya di atas meja, sambil memikirkan sesuatu. Sesekali ia menghela napas panjangnya, disaat kepalanya teras
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SANG MAFIA PENGUASA   93. Rencana Jahat Roger

    Alden segera memberikan perintah kepada Frey untuk mencari tahu lebih lanjut tentang sosok perempuan yang baru saja keluar dari markas Roger. Frey mengangguk patuh dan segera melangkah pergi, menenteng senjatanya dengan sikap waspada.Sementara itu, Alden masih memperhatikan dengan seksama. Perempuan itu terlihat agak tertutup, membungkuk rendah saat melintasi area yang cukup terang. Meskipun wajahnya tidak terlalu terlihat jelas, Alden merasa ada sesuatu yang tidak biasa dari gerak-geriknya."Tuan, kami akan segera mencari tahu," ucap Frey sambil meninggalkan Alden yang masih tetap fokus memantau markas Roger.Alden merasakan ketegangan yang semakin memuncak. Sosok perempuan itu mungkin memiliki keterkaitan dengan Roger, dan Alden ingin tahu lebih banyak. Ia memutuskan untuk bersabar menunggu laporan dari Frey.Beberapa saat kemudian, Frey kembali dengan informasi yang berhasil didapatnya. "Tuan, itu adalah Asira, seorang wanita yang sering terlihat berada di lingkungan markas Roger.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • SANG MAFIA PENGUASA   94. Itu Kuncinya

    Brak! Pintu dibuka kasar oleh Alden, membuat wanita yang berada di dalam ruangan itu terkejut. Matanya membulat melihat Alden yang berjalan ke arahnya dengan sebuah pistol."Siapa kau?" tanya Alden dengan suara tegas, matanya menyapu ruangan dengan cermat, memastikan tak ada ancaman tersembunyi.Wanita itu, yang sekarang terlihat cemas, mencoba mengumpulkan ketenangannya. "Apa yang kau cari di sini? Aku sudah memberitahumu semuanya," ucapnya dengan nada yang mencoba menunjukkan keberanian.Alden hanya menatapnya dengan tajam, tanpa memberikan jawaban. Dia tahu bahwa situasi ini memerlukan kehati-hatian ekstra. Ruangan itu tampak biasa saja, tetapi Alden tidak begitu saja percaya pada penampilan."Percuma kau mencoba menyembunyikan sesuatu. Aku tahu ada sesuatu di sini," ucap Alden, tetap memegang pistolnya dengan mantap.Wanita itu menggigit bibirnya, mencoba menemukan cara untuk keluar dari situasi yang semakin tegang ini. Namun, Alden tidak memberi kesempatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • SANG MAFIA PENGUASA   95. Ada Hubungan Saudara

    Alden menggelengkan kepala, memandang Frey dengan serius. "Aku baik-baik saja, Frey. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku bisa mengatasi situasi ini."Frey mengangguk, meski masih terlihat cemas. "Tapi bagaimana kau tahu? Apa yang terjadi di sini?"Alden menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab. Dia memberitahukan apa yang sudah didengarnya dari orang yang meneleponnya. Namun, Alden tidak memberitahukan semuanya secara detail kepada Frey tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dia menerima telepon dari Alana, dan memberitahunya jika ada dirinya harus memeriksa semua ruangan di dalam markas itu. Alana juga memberitahunya untuk tidak percaya pada siapapun di sana. Karena hal itulah Alden turun, dan kembali ke dalam markas. Dari celah pintu, ia bisa melihat jika wanita yang terikat di dalam sana tersenyum remeh sembari melepaskan dirinya. Sebenarnya ia sudah curiga dari awal sebab wanita itu dengan cepat berterus terang memberitahukan keberadaan Roge

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • SANG MAFIA PENGUASA   96. Rencana yang Baik

    “Kenapa kau mandi malam-malam?” Alana sedikit terkejut saat mendengar suara dingin yang menyapa indera pendengarannya. Ia menelan salivanya dengan susah payah begitu tatapannya beradu dengan mata tajam milik Alden. “A-aku... aku gerah,” jawab Alana yang tiba-tiba saja merasa gugup. Alden menghela napasnya, “Apa kau lupa jika kau ini masih seorang pasien, Alana? Dokter membiarkanmu pulang bukan berarti kau bisa berbuat seenaknya.” Alana tak berani menjawab, karena memang yang dikatakan Alden benar. Tapi, tadi dia benar-benar merasa panas karena terlalu lama berkutat dengan layar komputer di depannya. “Kudengar kau juga melewatkan jam makanmu, Nona Madison!” Alden berkata penuh penekanan membuat Alana semakin tertekan. Gadis itu terus menunduk, tak berani menatap Alden yang seakan sedang menghakiminya. Dalam situasi seperti ini, Alden benar-benar terlihat menyeramkan bagi Alana. Situasinya sama seperti k

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • SANG MAFIA PENGUASA   97. Mengembalikkan Kepercayaan

    Alden menatap dengan tajam ke arah halaman rumahnya, matanya meneliti setiap gerak-gerik yang terjadi di sana. Meskipun terlihat tenang, namun keberadaan seseorang atau sesuatu yang mencurigakan membuatnya tetap waspada.Dia memperhatikan sosok yang bergerak di balik semak belukar dengan hati-hati. Meskipun jaraknya cukup jauh, Alden bisa merasakan adanya kehadiran yang tidak diinginkan di halaman rumahnya."Dia pikir aku takkan menyadarinya," gumam Alden sambil memperhatikan gerak-gerik individu yang mencurigakan itu. Wajahnya menunjukkan ketegasan dan kehati-hatian yang khas.Dengan gerakan yang cepat, Alden mengambil binokular dari atas meja di dekatnya. Dia menyelipkan binokular itu ke mata dan mulai memperbesar gambar yang ada di halaman rumahnya."Benar, dia pikir aku takkan menyadarinya," ucap Alden sambil tersenyum tipis, matanya masih tertuju pada sosok yang mencurigakan di halaman rumahnya.Meskipun belum pasti siapa atau apa yang sedang terjadi di sana, Alden sudah merencan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • SANG MAFIA PENGUASA   98. Di Atas Angin

    “Jangan gegabah. Dia adalah Alden, bukan sembarang orang. Kau pikir mudah untuk membunuhnya, heh? Kau benar-benar bodoh!” “Ck, diamlah. Aku tidak butuh nasihat darimu.” “Kau bodoh, hah? David saja tidak bisa melenyapkannya secara langsung, apalagi dirimu yang hanya seperti kutu busuk saja dilihat oleh Alden!” Wanita itu menggertakkan giginya. Matanya melotot dengan tajam, tapi dia tak bisa menyahut.Wanita itu merasa semakin terpojok oleh argumen pria yang ada di hadapannya itu. Tatapannya yang tajam mencerminkan ketegangan di antara mereka. Namun, ia tak mau menyerah begitu saja."Aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku punya rencana sendiri untuk menangani Alden. Kau hanya perlu mengikuti perintahku," ujarnya dengan nada tegas.Pria itu menggelengkan kepala dengan penyesalan. "Kau memang keras kepala, Jennifer. Tapi ingatlah, Alden bukan lawan yang bisa dianggap remeh. Kau akan membawa dirimu ke dalam masalah yang lebih besar jika ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • SANG MAFIA PENGUASA   99. Tempat Umum

    Alden menoleh ke arah Alana, senyum tipis terukir di wajahnya saat melihat wanita itu masuk ke ruangannya. Dia merasa lega melihat kehadiran Alana, meskipun ada kekhawatiran yang terselip di benaknya.“Alana, malam ini aku harus menyelesaikan beberapa urusan penting. Tapi aku senang kau datang,” ucap Alden dengan suara yang hangat, meskipun tatapannya tetap serius.Alana mengangguk, memahami bahwa Alden memiliki tanggung jawabnya sendiri yang harus diselesaikan. Namun, ada ketegangan yang terasa di udara, membuat suasana menjadi canggung di antara mereka.“Apa yang terjadi dengan Jessica?” tanya Alana, mencoba mencairkan suasana.“Aku tidak yakin. Dia memiliki urusan yang mendesak, sepertinya,” jawab Alden, mencoba menjawab pertanyaan Alana dengan singkat.Alana mengangguk, meskipun tetap merasa tidak yakin dengan jawaban Alden. Namun, dia memilih untuk tidak mendalami lebih jauh. Ada sesuatu yang lebih penting yang ingin dia sampaikan.“Alden, aku ingin membantumu. Apa pun yang kau b

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • SANG MAFIA PENGUASA   100. Target Terlihat

    Alden mengendikkan bahunya acuh, seolah tak peduli pada Alana yang meprotesnya. Dia malah menarik tangan gadis itu, mengajaknya kembali ke mobil dan meninggalkan tempat itu. “Kenapa kau menahanku? Tanganku sudah gatal ingin mencabiknya!” ucap Alana dengan kesal. “Tanganmu yang mana? Yang ada kau yang dicabik olehnya,” sahut Alden dengan tak berperasaan. Alana mendengus sebal, “Kau pikir aku selemah itu, huh? Dia bahkan bukan tandinganku!” Alden berdeham sambil mengangukkan kepalanya. Dia tak mau lagi menyahut karen akan semakin panjang.Alana merasakan getaran kekesalan yang semakin memenuhi dirinya. Tatapan matanya menyiratkan ketegasan dan tekad yang kuat."Aku bisa menghadapinya sendiri, Alden. Aku tidak perlu diatur seperti anak kecil," ucap Alana dengan suara yang menunjukkan keyakinan diri.Alden menatap Alana dengan serius, memperhatikan ekspresi gadis itu. Dia bisa merasakan keinginan Alana untuk membuktikan diri send

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03

Bab terbaru

  • SANG MAFIA PENGUASA   112. Kesalahan Orang Lain

    Alden terdiam sejenak, meresapi kata-kata Zane dengan serius. Tidak hanya Zane yang mengingatkannya pada tanggung jawabnya terhadap Alana, tetapi juga hatinya yang penuh dengan keraguan dan kebingungan."Aku tidak akan mengecewakannya," ujar Alden dengan mantap, meskipun terasa seperti dia lebih mencoba meyakinkan dirinya sendiri daripada Zane.Zane hanya mengangguk sekali lagi, ekspresinya tetap serius dan agak ragu. Keduanya saling bertukar pandang sebentar, sebelum akhirnya Zane berbalik dan meninggalkan ruangan.Alden duduk kembali di tempatnya, membiarkan kata-kata Zane meresap dalam pikirannya. Dia merasa bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan Alana saat ini.Dengan perasaan yang membara, Alden bangkit dari kursinya dengan langkah-langkah mantap. Wajahnya memancarkan kemarahan yang mendalam. Dia tidak bisa membiarkan orang yang telah menyentuh Alana dengan kasar itu lepas begitu saja.Langkah Alden yang cepat menuntunnya keluar dari ruangan. Dengan pandangan tajam,

  • SANG MAFIA PENGUASA   111. Balas Dendam Terbaik

    Frey mengangguk patuh pada perintah Alden, menyeret pria tua itu menjauh dari kerumunan. Sedangkan Alden, dengan Alana yang masih tidak berdaya di pelukannya, bergerak cepat menuju kendaraannya.Saat mereka menjauhi tempat itu, Alden merasa beban yang mengendap di dadanya semakin berat. Dia tak bisa menerima bahwa Alana telah menjadi target musuh-musuhnya. Namun, dalam keadaan genting seperti ini, dia harus memprioritaskan keselamatan Alana di atas segalanya.Setelah meletakkan Alana di dalam mobilnya, Alden segera memacu kendaraannya menjauh dari tempat itu. Pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran dan pertanyaan tentang siapa di balik serangan itu, dan bagaimana mereka bisa menemukan solusinya.Sementara itu, Frey beserta orang-orangnya mulai melakukan penyerangan balik. Dia memang sudah mendapatkan informasi terkait mobil Alden yang dikejar oleh orang hingga berakhir di sebuah desa itu.Suara pukulan dan tembakan salih sahut di tengah kesunyian malam. Entah sudah berapa banyak korba

  • SANG MAFIA PENGUASA   110. Kembalikan Wanitaku!

    Namun, sebelum Alden bisa bereaksi, seseorang menarik tangannya dari belakang. Frey telah tiba di tempat kejadian dengan ekspresi serius di wajahnya."Tuan, kita harus pergi sekarang!" seru Frey sambil menarik Alden menjauh dari kerumunan. Alden mengangguk singkat, masih terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi.Dia segera mengikuti Frey, meninggalkan keributan di belakang. "Ada apa, Frey? Siapa mereka semua?" tanya Alden begitu mereka jauh dari kerumunan.Frey menghela napas. "Aku akan jelaskan semuanya di perjalanan. Tapi sekarang, kita harus cepat pergi dari sini."“Baiklah, kita jemput Alana dulu,” ucap Alden yang kemudian berlari menuju ke gubuk tua tempat mereka singgah di sana.Frey juga mengikutinya dari belakang sambil sesekali dia memerhatikan sekitarnya, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. Dia juga menatap kepergian pria bertopeng itu mulai menjauh dari keributan yang telah terjadi.“Sial!”Frey sedikit terkejut saat Alden keluar dengan marah-marah. Raut waja

  • SANG MAFIA PENGUASA   109. Orang yang Dikenalnya Muncul

    Alana berbaring di atas tempat tidur yang beralaskan tikar. Sementara Alden tidur di lantai yang juga beralaskan tikar.Dibandingkan kata rumah, ini lebih disebut sebagai gubuk yang sudah terbengkalai. Tapi, apa boleh buat. Mereka berdua tidak punya pilihan selain beristirahat di sana.Hari semakin gelap, dan mereka belum bisa menghubungi orang lain termasuk Frey. Alden masih memikirkan cara untuk segera keluar dari desa itu, agar tidak mengganggu warga jika mereka ketahuan berada di sana.“Alden,” panggil Alana dengan suara yang pelan.Gadis itu sama sekali tidak bisa menutup matanya. Dia memandangi langit-langit kamar yang sudah reyot itu.“Ada apa?” tanya Alden.“Aku penasaran dengan temanmu itu. Kenapa dia memakai topeng aneh?” tanya Alana tanpa basa-basi.Ya, sejak tadi Alana terus kepikiran tentang teman Alden itu. Terlihat pria itu tak berbicara dengannya, dia juga memakai topeng yang membuatnya terlihat mencurigakan.“Kenapa kau bertanya tentang dia, hem?” Alden kembali bertan

  • SANG MAFIA PENGUASA   108. Teman Baru

    Alden merasakan adrenalinnya meningkat saat situasi semakin tegang. Meskipun ia cemas dengan tindakan Alana yang terlalu berani, namun juga mengagumi keberaniannya.“Baiklah, tapi sebaiknya kau cepat,” ujar Alden sambil menekan tombol untuk membuka atap mobilnya. Suara peluru semakin keras saat menembus bodi mobil.Alana tidak membuang waktu. Begitu atap mobil terbuka, ia segera menarik pelatuk senjata api yang dipegangnya.Dor!“Cepat, kita harus keluar dari sini!” seru Alana, mata Alden memandanginya dengan campuran kekaguman dan ketegangan. Tanpa ragu, Alden menuruti perintahnya, memacu mobil dengan cepat meninggalkan tempat kejadian.Mobil mereka melaju dengan cepat, melewati jalanan yang semakin sepi dan sunyi. Sementara Alana masih berpegang teguh pada senjatanya, siap menghadapi segala kemungkinan di sepanjang perjalanan.Alden, sementara itu, berusaha mempertahankan ketenangannya meskipun hatinya berdegup kencang. Dia merenung tentang keberanian Alana, bagaimana wanita itu tib

  • SANG MAFIA PENGUASA   107. Penyerangan di Jalan

    Dia melangkah keluar dari ruangannya dengan langkah yang tegas. Pikirannya dipenuhi dengan keputusan untuk menegaskan batas-batas pribadinya, tanpa campur tangan dari siapapun, termasuk Sophia.Dalam perjalanan keluar dari kantor, Alden memikirkan rencana untuk menyelesaikan masalah ini. Dia tidak akan membiarkan campur tangan dari luar mengganggu hubungannya dengan Alana. Kepercayaan dan kebebasan adalah harga yang mahal baginya, dan dia tidak akan membiarkan siapapun mengambilnya.Alden pergi ingin menemui Alana. Dia juga tak sempat memberitahu gadis itu karena perasaannya yang benar-benar dibuat kesal oleh ucapan Sophia.Saat Alden tiba di kafe, dia melihat Alana masih duduk di sana dengan Zane. Dia menemui mereka dengan langkah mantap, wajahnya terlihat serius namun terkontrol."Alana," panggil Alden, membuat Alana dan Zane menoleh ke arahnya.Alana merasa kaget melihat Alden datang, terutama setelah percakapan singkat dengan Sophia yang masih membekas di pikirannya. Namun, dia me

  • SANG MAFIA PENGUASA   106. Cara Kami Berhubungan

    Dalam hati, Alana merasa frustrasi dengan pertemuan tersebut. Meskipun dia yakin dengan keputusannya untuk mempertahankan kemandiriannya, namun sikap Sophia membuatnya merasa kesal. Dia tidak suka jika ada orang yang berusaha mengatur hidupnya atau meragukan kemampuannya untuk membuat keputusan sendiri."Sialan! Dia pikir aku tidak tahu siapa dirinya, heh? Menyebalkan!" desis Alana dalam hati, menyesali percakapan yang baru saja terjadi. Meskipun dia berusaha memaklumi kekhawatiran Sophia, tapi cara Sophia menyampaikan pesannya membuatnya merasa tersinggung.Dengan wajah yang tegang, Alana mengambil tegukan panjang dari kopi hangatnya, berusaha menenangkan diri. Dia tahu bahwa dia harus tetap tenang dan tegar menghadapi situasi ini.Dering ponselnya, menglihkan perhatian Alana. Dia menghela napas panjang, sebelum menjawab telepon tersebut. “Aku sedang di kafe,” jawab Alana singkat.Namun, belum selesai dia berbicara, telepon itu lebih dulu terputus. Alana berdecak sebal, t

  • SANG MAFIA PENGUASA   105. Konflik Baru yang Menyebalkan

    “Apa yang sebenarnya kalian ributkan?” Alden bertanya disaat dia sedang berdua dengan Frey. Mendengar alasan kedua eldernya itu tak membuat sepenuhnya percaya. Alden tahu betul bagaimana sosok Frey selama bekerja dengannya.Frey menatap Alden dengan tatapan yang penuh pertanggungjawaban. Dia merasa tegang menyadari bahwa dia harus memberikan penjelasan yang meyakinkan kepada Alden.“Tuan, ini bukanlah masalah besar. Kami hanya memiliki perbedaan pendapat kecil yang berujung pada pertengkaran. Itu sudah selesai dan tidak akan mengganggu kinerja kami di masa mendatang,” jawab Frey dengan suara yang berusaha tenang.Alden menyimak penjelasan Frey dengan cermat, tetapi ada keraguan yang masih menghantui pikirannya. Dia tahu betul bagaimana dinamika kerja di dalam organisasinya, dan dia tidak akan percaya begitu saja tanpa memastikan semuanya benar-benar terselesaikan.“Apa sekarang kau menutupi sesuatu dariku, Frey?” Alden kembali mendesak.Frey menelan sal

  • SANG MAFIA PENGUASA   104. Masalah yang Tidak Ada Habisnya

    Alana menatap pria paruh baya itu dengan sikap tegas, tidak gentar meski dihadapkan pada intimidasi."Rasa terima kasih? Bagi apa? Bagi apa kamu memaksaku masuk ke dalam situasi yang bahaya? Kau harusnya tahu,aku tidak akan membiarkan siapapun memperlakukan diriku dengan semena-mena, termasuk kamu!"Pria paruh baya itu menahan kemarahannya, menyadari bahwa Alana tidak akan mundur begitu saja. Namun, ekspresi wajahnya masih penuh dengan ketidaksenangan."Ini bukan masalah terima kasih, Alana. Ini tentang keselamatanmu juga. Alden tidak akan selalu ada untuk melindungimu."Alana menahan napasnya sejenak, menimbang kata-kata pria itu dengan hati-hati. "Aku tahu bagaimana mengurus diriku sendiri, dan aku juga tahu kapan harus meminta bantuan. Jadi, jangan membuat kamu menjadi alasan mengapa aku harus bersyukur."Dengan tatapan tajam, Alana meninggalkan pria paruh baya itu sendirian dengan pikirannya. Dia tidak akan membiarkan dirinya dipermainkan atau dikuasai oleh siapapun, bahkan dalam

DMCA.com Protection Status