Mendadak dadanya terasa sangat sesak. Tangan kirinya spontan langsung memegang bagian tubuhnya yang sakit. Detup jantungnya terdengar semakin kencang. Gadis itu langsung terduduk di lantai.
Dia kemudian mengangkat kedua tangannya. Tiba-tiba saja tepat di telapak tangannya dia melihat darah. Mendadak pemandangan di depannya berubah. Kini, di depan Luna tergeletak tubuh seorang lelaki mengenakan baju SMA. Wajahnya mengarah kepada Luna. Tatapannya menyedihkan, seperti seseorang yang menahan sakit.
"Farel!" ucap Luna. Air mata mulai mengalir di pelupuk mata gadis itu. Pengalaman yang paling menyeramkan dalam dirinya kini kembali.
Lelaki yang dipanggil Farel tersebut mengucapkan kata-kata terakhir di depan Luna. Sambil mencoba menggapai tangan Luna. Seluruh tubuhnya bermandikan darah. Sampai akhirnya dia menghembuskan nafas yang terakhir kalinya.
"TIDAKKKKKKKKKKKKK!"
Teriakan Luna terdengar keras di kosan Belanda. Membuat para penghuni kosan segera menu
Prang...Luna menjatuhkan gelas kaca yang dia pegang. Seluruh penghuni kantin di kampus langsung melihat ke arahnya. Dengan tergesa-gesa dia membereskan pecahan kaca tersebut dibantu oleh kedua sahabatnya."Kamu sakit? Kok kaya yang pucat?" tanya Ayu.Gadis itu menggeleng. Dia merasa baik-baik saja. Keluar kosan dalam keadaan sehat, tetapi kenapa dadanya terasa sakit. Firasat buruknya juga muncul. "Aku baik-baik saja. Cuman sedikit melamun. Gelas yang pecah harus diganti deh.""Nanti kita bantu ngejelasin ke orang kantin. Tapi serius gapapa? Harus ke klinik engga?" Ratna melihat wajah Luna yang pucat. Dia merasa sangat khawatir.Luna menggeleng. "Sebentar lagi mata kuliah empat sks (satuan kredit semester). Ga mungkin ga hadir."Ayu dan Ratna berpandangan. Mereka khawatir kepada Luna. Memang benar kuliah itu penting, tetapi kesehatan Luna juga penting."Yaudah tapi kalau ada apa-apa bilang ya. Nanti kita bakal anter kamu ke klinik!" b
Luna mencoba untuk menenangkan dirinya. Dia perbesar volume suara dari lagu kesukaannya. Awalnya berjalan baik, sampai Luna merasa lift tersebut aneh. Dia baru sadar bahwa lift tersebut tidak berjalan. Tetap berada di lantai empat.Keringat dingin mulai bercucuran di dahinya. Hawa panas mulai terasa dari punggungnya. Diapun akhirnya mengumpat, "SIAL!"Setelah menimbang cukup lama. Luna kemudian menyodorkan lengannya. Dia hendak memencet kembali tombol satu di dekat pintu lift. Sampai akhirnya dia berhenti membeku. Pasalnya sebuah tangan keriput panjang mendahuluinya memencet tombol empat. Tangan itu bahkan lebih panjang dari kedua tangannya. Tanpa sadar matanya menerawang ke arah pemilik tangan. Dia berbalik ke belakang.Luna membuka matanya lebar. Di depannya terdapat kuntilanak berbaju putih yang menyeringai ke arahnya. Permasalahannya tidak hanya sampai di sana. Kuntilanak itu menempel di tembok lift dengan erat. Pemandangan mengerikan mulai menghiasi kedua b
"AAGGGGGGHHHHHHH!"Suara teriakan terdengar dari kamar Bella. Galang yang mendengar hal tersebut langsung turun dari kamarnya. Ini keempat kalinya ibunya menjerit-jerit sendiri di kamar. Kini mahasiswa tampan itu tampak letih menanggapi berbagai keanehan yang terjadi di rumahnya.Sementara Renatta terus mengurung diri di kamar. Dia mengunci kamarnya setelah Galang membanting boneka Anastasia. Boneka tersebut pecah. Galang pun menyadari setelah boneka tersebut dibanting dia merasa tubuhnya merinding. Namun nasi sudah menjadi bubur, tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Begitu Galang membuka pintu kamar Bella, dia melihat ibunya menjerit-jerit sendiri. Wajahnya terlihat lebih tua dibandingkan dengan sebelumnya. Bella menunjuk ke atas ke langit-langit. Matanya mengeluarkan air mata dan terbuka sangat lebar. seakan-akan di sana ada sesuatu yang terus menatapnya.Dia langsung menangkap lengan ibunya. Sambil mencoba untuk tetap tenang, dia membisikan sesuatu di
Tok.. tok... tok...Luna mengetuk pintu kamar Danny. Dia ingin memberikan informasi tentang foto. Sayangnya beberapa kali mengetuk Danny tidak memberika jawaban. "Apa dia sedang tidak di kosan?"Tidak lama kemudian Sarah keluar dari kamarnya. Dia memandang Luna yang berdiri di depan pintu kamar seniornya. "Apa yang kamu cari Luna?""Apakah ka Danny di kosan?" tanya Luna.Sarah mendekati Luna. "Kenapa mencari dia?""Aku ada perlu," jawabnya."Karena ka Galang izin cukup lama, akhirnya dia menghandle semua kegiatan BEM yang ditinggalkan. Sepertinya dia akan berada di kampus sampai tengah malam." Sarah menjelaskan panjang lebar.Luna mengangguk paham. Kalau begitu dia akan mengirim informasi tentang ini lewat chat saja. Sambil menunggu seniornya itu pulang. "Terima kasih Sarah!"Sarah mengangguk dan pergi ke kamarnya. Luna kemudian memotret foto Anastasia. Dia memberikannya kepada Danny. Ceklis satu, sepertinya seniornya itu sibuk
"Pergi sana!" usir Luna. Yang benar saja, dia tidak akan mungkin mau mengorbankan apapun untuk mahkluk buruk rupa ini. "Kamu ingin aku memotong ayam dan memberikannya kepadamu. Mana mau aku melakukannya!""HIHIHIHIHIHIHIHI!"Asih tertawa lagi. "Sayang sekali, padahal dulu ada yang bersedia menumbalkan nyawa untuk dia penguasa di sini!"Deg...Penguasa? Jadi si sini ada raja? Benarkah apa yang dikatakan Asih? Mendengar perkataan Asih membuat sekujur tubuh Luna bergetar. Sugesti mulai merambah dirinya. Ada sedikit kekhawatiran bagi Luna jika yang dia hadapi bukanlah hantu biasa melainkan sesuatu yang lebih besar."HIHIHIHIHIHI!"Tawa Asih semakin melengking. Suaranya terdengar begitu jelas di telinga Luna."Kamu mulai takut!"Luna berusaha untuk menepis fakta itu. Dia tahu mahkluk-mahkluk seperti Asih pasti men
Brukkk...Luna terjatuh di atas benda padat. Beberapa kulit tubuhnya tergores. Beruntung tidak ada yang retak. Hanya lecet-lecet di beberapa bagian saja. "Awwwwww!"Yang dia cari pertama adalah handphone miliknya yang terjatuh. Berungtung sekali handphone itu terlempar tidak jauh dari tempatnya duduk. Hanya saja layarnya sedikit retak."Semoga tidak rusak!" Luna menyalakan handphonenya kembali. Beruntungnya benda persegi panjang itu masih bisa digunakan. Meskipun dia sedikit kesal karena retakan layar yang tertera di muka.Dia menyalakan senter, kemudian mengarahkan ke seluruh ruangan. Ternyata Luna terjatuh cukup dalam. Jika diukur sekitar 2-3 meter jarak dia sampai ke permukaan. Dia melihat badannya lagi, suatu keajaiban dia terjatuh sedalam itu hanya menyisakan luka memar dan lecet."Meooonggg!"Rupanya Luna tidak sendirian. Batman juga terjatuh ke dalam lubang. Dia langsung mengangkat kucing kecil itu dan menggendongnya. "Kasihan sekali
Warning!Ada beberapa adegan kekerasan di sini. Mohon bijak dalam membaca. Autor hanya berusaha menuliskan keadaan dengan sebaik mungkin."Jenny!" seru Luna.Hantu gadis kecil itu masih menunjuk satu peti mati lagi. Luna kembali melangkah. Dalam hati dia menebak-nebak peti mati siapa yang bersamaan dengan Anastasia. Kenapa kedua peti mati tersebut terletak di sana.Setelah beberapa langkah Luna sampai di depan peti mati tersebut. Dia berharap peti mati ini memiliki petunjuk dan nama seperti halnya peti mati Anastasia. Sehingga Luna akan mendapatkan petunjuk baru."Sial!" ucapnya. Peti mati kedua kosong. Tidak ada tulisan apapun di atasnya.Luna kembali menengok ke tempat Jenny. Dia masih menunjuk peti mati tersebut. "Kamu ingin aku membuka peti mati ini? Tidak mungkin! Itu gila!"Jenny tidak menjawab. Dia masih saja menunjuk peti. Jantung Luna semakin berpacu kencang. Benarkah dia akan seberani itu? Siapkah dia membuka p
"Luna! Bangun!" Danny menggoyang-goyang tubuh junior kampusnya tersebut. Dia tiba tepat waktu. Dia baru saja sampai ke kosan dan menelpon Galang. Setelah telepon singkat tersebut, Danny langsung bergegas untuk mencari Luna.Meskipun dia ketakutan, namun Danny mencoba untuk menyingkirkan hal itu. Bagaimanapun caranya, dia harus menemukan Luna di kebun belakang. Meskipun harus menuju kebun belakang sekali lagi.Luna mengerdipkan mata. Dia baru tersadar dari mimpinya. "Ada apa denganku?""Entah Luna. Aku sampai di sini kamu sudah tertidur. Sepertinya pingsan mungkin," terang Danny. Dia pun terkejut melihat Luna yang tergeletak di bawah tanah."Bagaimana kakak menemukanku?" tanya Luna."Itu-! Nanti saja. Lebih baik kamu siap-siap berangkat!" Danny menempatkan lengan Luna di bahunya. Mencoba untuk memapah gadis itu."Berangkat?" tanya Luna. "Memang kita mau ke mana?""Bogor!"***"Jadi Batman yang membantu kakak untuk menemuk
"Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb
"Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia
"Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa
"Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann
Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m
"Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh
"Jangan marah-marah dulu lah bung! Kamu bantu aku untuk membawa dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya!" ucap Galang."Kalau gitu biar aku aja yang gendong dia!" pinta Bayu.Galang mengangguk. Dia memperhatikan sahabatnya. Ternyata Bayu yang dia kenal bucin kepada Chriestie. Sebetulnya sih ingin mengejek tapi dia tahan dulu.Satu menit berlalu sampai akhirnya Bayu menengok Galang."Apa?" tanya Galang."Bantu sob, berat ternyata dia!" ucap Bayu."Dibilang juga apa! Makanya gak usah sok menjadi seorang pangeran dong!" Galang tidak bisa menolak untuk mengejek Bayu.Akhirnya mereka berdua membopong Chriestie kembali ke kamarnya. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi tadi malam."Jadi ceritakan semuanya!" pinta Bayu."Sebaiknya di luar Bay! Jangan sampai dia terbangun!" ucap Galang.Mereka akhirnya menuju kamar Galang. Namun ternyata yang terbangun pada saat itu bukan hanya Bayu dan Galang. Ada satu orang lagi yang berada di sana."Sarah, sebaiknya kamu tid
"Gengs aku merinding ya!" Danny mendekap tubuhnya sendiri. sembari berkata "hiyy" dia pun merasakan kengerian dan hal aneh."Rasanya kaya rumah ini diincar ga sih?" tanya Bayu.Mereka saling berpandangan satu dengan yang lain. Ketiganya merasakan hal yang sama. Seperti nyawa mereka sedang dalam bahaya."Apa kita harus bilang ke Nanny dan yang lain?" Bayu bertanya kembali."Jangan dulu kayanya! Takut mereka khawatir. Kita lihat dulu aja situasinya," ucap Galang."Benar. Apalagi di sini ada cewe sekarang. Kalau mereka khawatir dan panik ga asik!" ucap Danny."Yasudah kita bertiga sepakat ya buat nyembunyiin hal ini, tapi kalau nanti ada sesuatu buat kedepannya. kita langsung susun rencana lagi!" Galang berkata dengan penuh tenaga. Dua sahabatnya yang lain langsung menggangguk. Mereka hanya bisa berharap bahwa kedepannya akan baik-baik saja.***Kriing....Telepon di rumah berbunyi. Nanny yang kala itu berada di ruangan yang sama langsung mengangkatn
"Hah? Megang tangan?!"Dari mereka bertiga justru Danny yang terlihat panik. Padahal sebelumnya dia adalah orang yang seakan paling berani dan tidak percaya dengan hal mistik."Ja-jangan bercanda!?" ucapnya.Dari sela-sela pandangan dibalik kabut. Mata mereka langsung menerawang ke arah lengan Bayu. Benar saja, sebuah tangan panjang dan berkeriput terlihat di sana. Ketiganya langsung bergetar. Sementara Bayu hanya bisa diam dengan muka yang pucat.Tidak lama kemudian seseorang muncul dari balik kabut. Rambutnya putih beruban dengan lengan yang sudah berkeriput. Mereka bertiga terkejut melihatnya."Na-nanny!?" ucap mereka bertiga serempak."Anak-anak nakal! Sudah kubilang tidak usah mencari tahu lebih jauh. Ayo semuanya kalian kembali!" ucap Nanny. Dibandingkan kaget, mereka bertiga malah terlihat bergembira ketika melihat kedatangan Nanny. "Syukurlah itu hanya Nanny!" ucap Galang. "Aku pikir hantu!" sergah Bayu. "Kalian cepat kem