Secepat kilat Dareen menahan tangan wanita itu hingga membuat wajah istrinya memanas kala menatap mata elang itu yang tak berkutik. Wajah suaminya kian makin mendekat.
“Wanitaku lagi omes nih. Mau aku wujudkan?”
Pria benar-benar membuat Kalila seperti terbang tiba-tiba terhempas jatuh ke dasar. Hal yang paling menyebalkan dari karakter seorang Dareen. Cerdasnya dia mampu membuat hati wanitanya yang sedari tadi kegeeran bisa menjadi tak berdaya karena salah tingkah.
Kontan wanita itu menyeruduk keras batok kepala suaminya.
"Argh!" Dareen menjerit kesakitan sembari mengusap kedua pelipisnya.
"Augh!" jeritnya lagi dengan melangkah mundur. Masih teras cenat cenut efek benturan keras.
"Mau suamimu amnesia?!" gerutu Dareen dengan bibir mencucu.
"Mas juga sih. Goda lagi. Nyebelin tau gak. Gak tau tuh, berapa cewek yg trgoda. Oh, itu si Clara kayaknya tergoda tuh.ck." Cerocos Kalila mencebik kesal kala tiba-tiba terlintas di otakn
Terlihat seorang wanita tak sadarkan diri tergeletak tepat di depan mobil sewaan mereka. Kontan Kalila mendekati wanita itu dan menggoyangkan lengannya. Namun dia masih tak sadarkan diri.“Hey … Wake up!" Kali mengangkat kepala wanita itu yang sedari tadi tertutup oleh rambutnya.Disibakkannya rambut agar terlihat jelas.Wajah wanita blesteran cantik ditambah penambilannya yang rapi dengan blezzer dan rok slim panjang sebetis.“Clara?!” Dareen yang tepat di belakang istrinya gercep meraih tubuh wanita itu dan menggendongnya menuju mobil bagian tengah.‘Tunggu … kenapa dia menggendongnya?’ bola mata kalila melebar kala melihat suaminya berani di depannya menggendong seorang wanita yang bukan mahram.Ingin terucap kata ‘jangan’, tetapi bibir ini terasa tertahan. Rasanya ada menggema di hati.‘Kok bisa dengan mudahnya priaku respect begitu cepatnya. Emang siapa wanita itu?&rsq
“Lalu perasaanmu ke aku gimana, Mas. Mas bisa menjamin bawa pulang?” Ketakutan Kalila akan cinta Dareen mulai sirna.“Maksudmu?!”“Selama di mobil, Mas kepikiran Clara kan? Khawatir sama dia kan?” Kalila menaikkan suaranya. Tak tahan dengan cara suaminya memutuskan hal sepihak tanpa memikirkan bagaimana perasaan seorang istri.“Tenang aja, kita akan balik ke bandara dan bisa pulang. Insya Allah.” Dareen menggenggam jemari istrinya untuk meyakinkannya.Pria itu meyakinkan istrinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebenarnya Dareen sangat memahami betul apa maksud ucapan istrinya, terlebih lagi Clara yang menjadi penyebab Kalila bereaksi seperti ini.Bukannya Dareen menolak permintaan istrinya, tapi ada yang lebih penting dari ini. Pria itu harus menemui Clara. Menyelesaikan hal yang sempat tertunda. Memberikan sesuatu yang harus dikembalikan. Hanya kali ini saja. Berharap dengan bertemu dengan wanit
“Ayo kita pulang.” Dareen mengajak Kalila memasuki mobil. Wanita itu pun pasrah mengikuti langkah suaminya.Terlihat sopir telah menunggu mereka dari tadi. Dua puluh menit waktu tersita kala pasangan halal itu bertemu dengan Clara.Wanita blesteran itu meninggalkan banyak pertanyaan menancap di kepala Kalila. ‘Ada rahasia apa suamiku dengan Clara?’“Tentang hubungan Mas sama Clara ... Aku gak mau menghabiskan waktuku di pesawat dengan pikiran yang jelek tentang Mas.” Kalila akhirnya mengeluarkan unek-uneknya yang sedari tadi ditahan. Permasalahan ini harus selesai agar tidak mengganjal dan menyesakkan hati.“Pertama ... Aku gak ada hubungan apapun dengan Clara. Papi yang menjodohkan. Kedua ... Aku hanya bertemu dengannya cuma sekali. Itu pun karena insiden …” Dareen menggantung ucapannya.“Insiden? Ehem …” Wanita di sebelahnya memicingkan mata.“Ehh, gak! First k
“Kamu gak apa-apa sayang?” Dareen mengerutkan kening sambil menatap istrinya yang selama perjalanan naik pesawat mual dan muntah. Perasaan cemas menyelimutinya.Pasangan romantis ini sedang tidak mau bermesraan. Sedari tadi hingga tiba di bandara area kedatangan international, raut wajah Dareen dan Kalila tampak serius. Lebih tepatnya, yang satu sedang tak enak badan, yang satunya lagi tengah khawatir pada pasangannya.Kalila hanya menggeleng. Wanita itu duduk di serambi mushola bandara dan bersandar pada dada suaminya yang sedari tadi setia menemaninya.“Rasanya gak enak perutnya. Masuk angin mungkin ya Mas.”“Aku olesin minyak fresh care lagi ya?”Pria itu meraih tas selempangan istrinya lalu merogoh ke dalamnya. Diambilnya botol kecil lalu diusapkannya ke leher Kalila dibalik hijabnya yang panjang. Tak lama wanita itu meraih botol lalu mengusapkannya ke area perut.Entah kenapa hawanya tidak enak, kerin
“Sayang!” Dareen memanggil istrinya yang pergi begitu saja menuju kamar mandi.‘Kenapa lagi? Apa masih sakit?’Kontan pria itu menyusul Kalila yang telah bersemedi di kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi berkali-kali.“Kamu gak apa-apa? mual lagi? Sayang?!” Kekhawatiran Dareen muncul lagi.“Kenapa emangnya Kalila?” Mama bertanya keheranan.Sedari tadi wanita itu mengedikkan bahu dan mengangkat kedua alisnya untuk mengkode ibu mertuanya karena melihat putrinya berlari ke kamar mandi.“Mual?” Pak Wiguna baru menghampiri mereka.Pria tua itu baru saja keluar dari kamarnya. Penampilan rapi dengan setelan kemeja dan dasi terlihat jelas aura kewibawaannya.“Apa jangan-jangan … hamil?” Bola mata Miranti membulat sempurna. Wanita itu menerka-nerka gejala yang dialami putrinya sama seperti yang dialaminya dulu saat mengandung.“Hamil?!&rdqu
“Kalau diijinin tinggal di sini, boleh? Aku di sini seorang diri.” Arah pembicaraan Angela mulai serius.Wanita blesteran itu mulai melancarkan aksinya. Tinggal di sini sama saja dengan tinggal satu atap bersama pria idamannya meski beda kamar. Namun hal yang tak mungkin bisa menjadi mungkin.‘Bukan Angela kalau gak bisa naklukin pria itu.’Bisa jadi endingnya akan seperti yang diinginkan Angela.“Apa?!” bibir Kalila membentuk huruf ‘O’ sempurna kala mendengar permintaan yang tak masuk di akal.“Aku gak memaksa kok. Aku gak mau dianggap orang yang mau merusak rumah tangga orang lain.” Angela menarik kedua sudut bibirnya menatap wanita di sebelahnya yang hanya berjarak satu kursi.Tampak sekali wanita itu meremehkan Kalila yang sedari tadi memanas wajahnya seolah matanya berapi-api setiap kali melihat tamu tak diundang itu.‘Gak bisa gini terus. Aku harus terus terang sa
“Assalamu’alaikum.” Dareen melambaikan tangan ke arah wanita yang berdiri di teras lalu berbalik mendekati mobilnya.“Wa’alaikumsalam.” Seorang wanita tengah berbahagia melihat kali pertama suaminya akan menghadapi rutinitasnya berjuang mencari sesuap nasi.Langkah Dareen terhenti seketika itu lalu menoleh ke belakang. Menatap cantik istrinya yang sedari tadi memancarkan senyuman di depan teras yang membuat pria itu terasa hangat. Segera dia berlari menghampiri wanitanya.Dengan napas terengah-engah, sepasang netranya tertaut pada kelopak mata seorang wanita yang sedari tadi berkedip penuh tanya. Entah karena jantungnya berdebar tak karuan. Apa karena kelelahan berlari? Atau karena wanita di hadapannya yang membuat pandangannya seperti magnet, tak bisa lepas?Pria itu bisa melihat tatapan gelora asmara yang terpancar dari wanitanya, Kalila. Seorang istri yang akhirnya bisa menerima hatinya. Bertahun-tahun
“Aa! Aa!” Mulut Kalila terbuka berusaha berteriak tapi tak keluar, napasnya tertahan kala cekikan yang luar biasa begitu menusuk. Kalila berusaha melepaskan diri dari cengkraman jemari Angela yang menekan lehernya dengan kuat.Kalila tak menyangka wanita blesteran itu bisa nekat masuk kamar pribadinya dan segera menyergap dirinya setelah keluar dari kamar mandi.Angela dengan berani menunjukkan sifat aslinya di depan wanita yang merintih kesakitan. Wanita blesteran itu mencekik wanita di depannya. Sorot matanya yang tajam ditambah dengan menaikkan kedua sudut bibirnya, mencerminkan wanita itu seperti seorang psycho.“Ikuti aku!”“Ah … ya!”Angela melepaskan leher wanita itu perlahan. Spontan Kalila batuk-batuk sebagai reaksi dari terbukanya tenggorokan yang sedari tadi ditekan keras.“Ayo.”‘Gila ini cewek! Dia psycho nih. Apa aku bisa melawannya?’Kalila mulai
“Nenek … Nenek … Nenek …” tak hanya Kalila, satu pasukan dikerahkan mencari keberadaan sang nenek.Satu perumahan ditelusuri. Dari rumah ke rumah yang kebanyakan sepi karena menjelang siang hari. Langkah kaki yang berlari kecil seiring keringat yang mengalir di sekujur tubuh. Semakin lama kaki terasa berat melangkah.Kecuali Kalila yang pasca melahirkan, dia hanya berjalan santai menyusuri gang rumahnya saja, sementara yang lain berjalan ke arah gang sebelah. Gang demi gang ditelusuri Qinara, dewa dan Dareen. Pastinya capek dan sangat melelahkan.Entah terlintas begitu saja di kepala Kalila, pikiran tentang seseorang yang tinggal di depan perumahannya. Kontan wanita berhijab ceruty itu mendekati suaminya yang hanya tiga meter darinya.“Mas, bisa bawa mobil? Antarin aku ke depan sekarang,’ titah wanita itu.“Buat apa?” tanya
Rasa kantuk menghadang membuat Kalila tak kuat membuka lebar kelopak matanya. Kedua matanya terasa berat sekali, dua lengannya terasa lemas seolah hawa dingin menyerang tubuhnya hingga rasanya ingin sekali rebahan. Malam yang melelahkan hingga akhirnya wanita itu memejamkan mata sesaat.“Kalila! Kalila!” Seorang wanita yang tak asing memanggilnya.“Eh …” Kalila membuka mata dengan lilir melihat siapa wanita yang menepuknya sedari tadi.“Bayimu! Zubair” Mama menepuk lengannya berkali-kali dengan menautkan dua alisnya.Mendengar nama bayinya langsung melebarkan mata sempurna. Ingat kalau dirinya tengah menyusui putranya hingga tidur tertunduk. Tak menyadari Zubair di pangkuannya.“Zubair!” Kontan Kalila menegakkan tubuhnya sembari kepalanya menunduk untuk melihat putranya.Ternyata Zubair ketindihan tubuh b
“Duh, kenapa gak diangkat lagi. Astaghfirullah … sabarkan yaa Allah.” Kalila melipat dua bibirnya sembari memainkan dua jempol tangannya. Terlihat kecemasan di raut wajahnya.Jam dinding menunjukkan jam 5 lebih di sore hari menjelang maghrib. Angin sepoi-sepoi menembus jendela kamar wanita itu.Bayi Zubair yang sedari tadi terlelap, tiba-tiba saja menangis begitu saja. Kalila spontan terhenyak dari lamunannya. Tak tega mengdengar bayinya yang bersuara lebih kencang. Dia akhirnya mendekati box bayi, menggendongnya perlahan. Wanita itu merebahkan bokongnya sembari memangku lembut sang bayi yang akhirnya terdia. Mengeluarkan jusur jitu asi favorit putranya.“Kemana kabar abamu sayang,” gumam Kalila sembari mengecup kening putranya.Sejak tadi malam hingga sekarang Dareen susah dihubungi. Lebih tepatnya jarang menghubungi Kalila hingga sekarang. Terakhir kabar dari Dareen h
Dareen berbalik arah dan meraih handuk yang menggantung di samping kamar mandi. Digulung-gulungnya ke telapak tangan kanannya. Kemudian pria itu berbalik arah. Dan dengan cepat mendorong kuat lengan kiri wanita itu hingga menabrak dinding.Ini satu-satu cara agar menyentuhnya tanpa tersentuh. Dareen sangat memahami bahwa haramnya menyentuh yang bukan mahramnya. Bahkan Hadost riwayat Thobroruni menjelaskan kalau ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.“Argh!” Wanita blesteran merintih kesakitan kala lengannya mendapat tekanan kuat dari sang pria di depannya.Mata elang pria itu menyorot tajam seolah kemarahan berkobar di sepasang netranya. Sementara Clara menelan saliva sembari membalas tatapan Dareen dengan berani meski masih terlihat aura ketakutan di matanya.Pandangan Dareen beralih pada tangan kanan wanita di hadapannya itu tengah merogoh sesuatu. Pria i
“Mari kita mulai. Mana kontrak baru kalian. Aku mau baca. Hem.” Mr. Richard menaikkan dua alisnya.Dareen melirik Dewa, mengkodenya untuk menaruh berkas map yang sedari tadi dibawanya.Meja makan yang awalnya penuh dengan piring dan gelas, kini kosong melompong. Pelayan wanita itu sebelumnya telah sepenuhnya membereskannya. Wajar, Dewa segera menunjukkan berkas itu tanpa sungkan.Dareen menyandarkan punggungnya sambil menyilangkan dua tangannya ke dada. “Silahkan. Nyambi ngopi juga bisa. Saya panggilkan, Hahaha …” Pria itu mencoba berkelakar mencairkan suasana. Dia tersenyum percaya diri.Begitulah Dareen cara meyakinkan lawan mainnya. Kata-katanya yang seolah membuatnya tebar pesona, sikap percaya dirinya juga turut jadi daya tarik yang tentu menjadi poin penting dalam berbisnis. Karakter pria yang satu ini memang kharismatik.“Hihihi … Mas Dareen itu yang kusuka darimu.” Clara terkekeh sembari men
“Mana anaknya daddy?” Wajah Dareen terlihat jelas di layar ponsel Kalila.“Lama-lama jadi sugar daddy? Udah ah! Aba aja oke, lebih alim. ” Kalila membujuk dengan mengedipkan mata genit.“Oppa gimana?” Pria itu mengedikkan dua alisnya. “Oppa Dareen Sarange … hahaha …” Dia bertingkah cute dengan suara dimiripin emak-emak yang kesemsem sama actor korea.“ Hahahaha … Mas ihh.” Kalila terpingkal-pingkal dengan tingkah konyol suaminya.Video call yang dari beberapa menit lalu, pagi ini hanya membahas panggilan nama orangtua untuk Kalila dan Dareen.“Appa Amma gimana?” Kalila mengedikkan alisnya sembari melayangkan senyuman manis.“Aa … Aa …” Suara bayi terdengar bangun dari arah belakang wanita itu. kontan Kalila terhenyak dan menoleh ke belakang.“Masya Allah, anaknya jawab tuh.” Mata Dareen berbinar kala Kalil
Dareen kembali ke kamar pasien, mendekati istrinya dengan wajah lesu.“Sayang.” Pria itu duduk di sisi ranjang. Dia menatap lekat istrinya seolah mimikirkan rangkaian kata yang akan diucap. Pria itu merengkuh tubuh Kalila yang ada di sampingnya. Bibirnya mendekat ke telinga wanita itu, “Maaf sayang, aku harus pergi sore ini ke Prancis.”“A-apa?” Kalila segera menarik kepalanya menjauh. Melepas pelukan suaminya.“Perusahaan sedang genting. Mr. Richard menuntut royalty yang tak masuk akal. Aku dan Dewa harus ke sana, membujuknya dan menyutujui kontrak baru.” Dareen kembali melingkarkan lengan ke leher Kalila, memeluk erat, membuat istrinya bersandar di bahunya. Membujuk istrinya untuk meridhoi kepergiannya.“Mr. Richard? Papanya Angela?” Kalila menarik kepalanya. Namun kembali pasrah, tak kuat melepasnya.Dareen perlahan melonggarkan lengannya lalu mengusap kedua lengan istrinya. Di tatapnya
“Masalah perusahaan, apa sudah ada perkembangan? Ku dengar proyek sebelumnya banyak kerugian.” Dewa memulai membuka topik. Pria itu mengaduk gelas cappuchino di depannya sembari menunduk. Pembahasan ini juga terasa berat baginya.Sadar kalau yang ia bahas ini termasuk proyek yang pernah dirusaknya karena suruhan Angela. Sebenanya bisa saja Dewa tak mengikuti Angela. Namun ambisi yang menginginkan posisi yang sama seperti Dareen membuatnya pasrah dan mengikuti kemauan Angela kala itu.Tentunya jelas membawa trouble bagi perusahaan Biantara Group. Berawal Property Hyatt memakai kualitas rendah yang dipesannya dari perusahaan itu. Hingga akhirnya hotel yang di bangun atas kerjasama itu mengalami keretakan hebat.Kini Property Hyatt menuntut mendekor ulang. Padahal jelas tidak bisa karena sudah ada beberapa tamu yang masih check in di sana. Pihak Biantara ingin segera mengosongkan wilayah itu karena berbahaya. Namun Mr. Richard tak bergeming dan tetap ke
“Jatahku mana, sayang?” tanya Dewa sembari langkahnya kian mendekat.Seketika itu tangan Qinara berhenti menata kue-kue yang sedari tadi berserakan di atas meja. Rencana kue-kue itu mau di taruh di toples dan dimasukkan dalam kantung kresek. Wanita itu tertohok, matanya membulat sempurna.‘Kenapa Mas Dewa minta, di saat situasi begini?’Melihat Qinara yang masih terbebani dengan kakaknya yang akan melahirkan. Entah hingga sekarang belum tahu apa yang terjadi dengan Kalila dan bayinya. Tersadar, ponsel wanita itu masih tertancap erat di usb dalam mobil. Belum lagi, tujuan mereka ke sini untuk membawa bekal untuk Kalila dan Dareen yang pastinya akan meningap di rumah sakit beberapa hari di tempat kedua bumil itu sering kontrol kehamilan. Wajar, penasaran Qinara semakin di ubun-ubun karena tak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada kakaknya di sana.“Maksudnya?” Qinara menerka maksud Dewa. Perasaan gugup kala menatap dua ma