BAB 54
COBAAN"Atha, kamu mau di sini?" tanya Bundanya saat melihat jam tangan yang melingkar di lengannya.
"Enggak Bund, tapi besok aku ke sini lagi boleh?" tanya Atha menatap Anisa yang tengah Arum suapi.
"Boleh kok, tapi apa tidak merepotkan?" bukan Anisa yang menjawab malah Aruna yang menyahuti.
"Dia itu banyak seminar yang harus di isi Mah, jadi pasti repot," ucap Anisa dibalas gelengan oleh Atha.
"Aku lagi Free besok, jadi santai aja. Boleh gak saya yang menjaga anak Tante, Om?" tanya Atha sekali lagi.
"Sangat boleh," sahut Arum.
"Ya sudah, kami pamit pulang. Assalamualaikum," ucap Atha lalu mengajak Ibundanya keluar.
"Mama, istirahat aja," seru Anisa saat melihat mata sang Ibu sudah mulai mengantuk.
"Enggak, Mama mau jagain kamu," ucap Aruna menggelengkan kepalanya, lalu menaruh piring yang sudah habis makanannya.
"Mata Mama tinggal lima wat lho," tegur Anisa lalu Ibunya menutup mulut karena menguap.
BAB 55FLASHBACKAruna membuka pintu dan menemukan, Dokter Erika tengah menjaga Anisa yang tengah terlelap."Assalamualaikum, Dok," sapa Aruna mendekati Anisa."Walaikumsalam, akhirnya Ibu datang karena saat ini Anisa membutuhkan Ibu," sahut Erika membuat Arum semakin bingung."Membutuhkan saya, memang suaminya mana?" tanya Aruna mengelap keringat yang ada di dahi Anisa."Kemarin dia ke sini, tapiiiiii, hanya mengambil anaknya dan membayar lunas semua biaya persalinan Nyonya Anisa," terang Erika membuat Aruna memicingkan matanya berusaha mengerti."Mengambil anaknya, maksud kamu apa?" tanya Aruna sekali lagi."Iya Nyonya, dia hanya mengambil anaknya, lalu pagi tadi seseorang mengirim ini," ucap Erika memberikan surat cerai yang diletakan di meja."Apa ini," ucap Aruna menatap kertas lalu memegang dadanya yang tiba - tiba terasa sesak."Astafirullah," ucap Erika spontan lalu memegang Aruna yang hendak jatuh."
BAB 56Kedatangan merekaSinar mentari masuk ke celah jendela, tidak membuat seorang wanita terusik dari tidurnya. Jam sudah menunjukan pukul 07:14 WIB, tapi ia belum ada tanda - tanda membuka mata. Lingkaran hitam di bawah netranya sangat terlihat jelas, bahwa dirinya tidak istirahat dengan cukup."Assalamualaikum, Tante, Om," sapa seorang pria mengetuk pintu ruangan Anisa."Walaikumsalam, Eh Nak Atha." Rangga mendekati Atha yang membawa bingkisan lalu menerimanya."Tak usah repot - repot, membawa ini," ucapnya berbasa - basi lalu menaruh ke meja."Beruntung anak Nak Atha ke sini," seru Aruna membuat Atha hanya membalas senyuman."Kami nitip Anis ya, soalnya ada pekerjaan yang sulit sekali ditinggal," ucap Rangga menatap Atha penuh harapan."Boleh Om, saya siap menjaga Anis," sahut Atha dengan suara beratnya."Terimakasih Nak Atha," ucap mereka berdua."Kami pamit pergi dulu, tolong jaga Anis. Maaf mere
BAB 57RENCANA ARGANayla tengah menimang Haidar yang sudah berusia sebulan, dengan perut yang buncit memang sedikit susah. Netranya melihat Farhan yang sibuk dengan berkas - berkas kantornya, pria itu resmi bercerai dengan Anisa. Dirinya sesekali menghela napas karena sudah mulai lelah, karena tidak ada tanda - tanda suaminya menemukan keberadaannya. Melangkah mendekati Farhan, lalu menaruh susu karena Haidar sudah tertidur pulas."Farhan," panggil Nayla membuat pria itu menoleh."Ada apa?" sahutnya lembut."Susu Haidar habis, aku pergi belanja dulu ya, sama Sella," pamitnya dibalas anggukan oleh Farhan."Haidar jangan dibawa, aku kangen sama dia," pintanya mengambil Haidar dalam gendongan Nayla."Assalamualaikum, aku pergi dulu," ucap Nayla bangkit lalu melangkah keluar, tak lupa memanggil Sella."Kita mau ke mana, Nyonya?" tanya Sella setelah masuk ke mobil bersamanya."Ke minimarket dulu," sahut Nayla menyandarkan tubu
BAB 58MELANCARKAN RENCANAPagi buta Nayla melangkah ke dapur, menyiapkan susu untuk Farhan dan menambahkan obat tidur ke minuman itu. Setelah selesai ia melangkah mendekati kamar Farhan, mengetuk pintu lalu membukanya saat seorang yang di dalam mengizinkan."Nayla," ucap Farhan spontan, terkejut melihat orang yang mengetuk pintu adalah kekasih hatinya."Ada apa?" tanya Farhan mendekat sambil mengeringkan rambutnya yang basah karena tadi habis keluar dari kamar mandi."Tidak ada. Hanyaaaa, ingin memberikan ini padamu," ucap Nayla menyodorkan segelas susu kepada Farhan."Kena angin apa, kamu membuatkan aku susu," seru Farhan bingung, tapi menerima susu buatan Nayla lalu menaruhnya di nakas."Mungkin bawaan bayi," sahutnya bingung lalu duduk di ranjang."Ada apa lagi?" tanya Farhan membuka lemari lalu mengambil baju dan memakainya."Aku menunggu kamu meminum susu buatanku," balas Nayla dengan wajah malu - malu membuat Farhan
BAB 59NIAT ATHAAkhirnya Cery sampai ke rumah, setelah dua jam dia habiskan untuk belanja. Melangkah masuk ke dalam, naruh barang - barang diatas party. Membuka kulkas, dan meneguk air dingin hingga tandas. Netranya menangkap sebuah plastik kecil di tempat sampah, menundukan mengambil itu lalu menatapnya dengan teliti."Bukannya ini obat tidur," gumam Cery lalu menaruh obat itu di party."Siapa yang meminumnya, bukankah tadi gak ada," ucapnya pada diri sendiri."Aku tanya Nyonya aja, tapi masa Nyonya yang minum obat ini," ujarnya lagi memukul kepalanya karena berpikir begitu bodoh."Aku tanya aja ahhh," monolognya sendiri lalu melangkah mencari Nayla di seluruh ruangan, tapi tidak ditemukan bahkan Haidar juga tidak ada membuatnya jadi panik."Mungkin, di kamar Tuan Farhan," bisiknya pada diri sendiri lalu berjalan ke pintu kamar majikannya."Tuan Farhannnnn," panggil Cery mengetuk pintu beberapa kali, tapi tidak ada sahuta
BAB 60KEMBALI"Kepalaku pusing," Farhan bangkit dari tidurnya sambil memegang kening yang berdenyut."Tuan, ini minum," ucap Cery menyodorkan gelas yang berisi air, membuat Farhan menatapnya sebentar lalu meraih gelas itu dan meneguknya hingga tandas."Saya kenapa?" tanya Farhan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang."Apa Tuan minum obat tidur?" tanya Cery memastikan apa tuduhannya benar."Obat tidur? yang benar saja saya 'kan ada rapat nanti siang," sahut Farhan datar."Sekarang sudah malam Tuan, kata dokter Tuan meminum obat tidur yang sangat banyak," seru Cery membuat Farhan bingung."Saya tidak minum Cery, sebentarnya apa yang terjadi," ucap Farhan jengkel menatap baby sister itu."Seperti Nyonya Nayla yang memberikan obat tidur itu," ujar Cery membuat dirinya ditatap tajam oleh Farhan."Jangan asal nuduh kamu!" geram Farhan membuat Cery mundur karena terkejut."Saya tidak asal menunduh Tuan, sekarang
BAB 61MARAH"Ayo keluar, kita makan malam," ajak Arga menggenggam jemari istri - istrinya."Ayoooo, aku rindu makan bersama," ungkap Nayla mengikuti langkah Arga bersama Afnan."Aku rindu suasana begini," gumam Afnan dengan mata berkaca - kaca."Udah jangan nangis, kita harus rayakan sudah menemukan istriku yang chubby ini," ucap Arga mencubit pipi Nayla dengan gemas."Massss, sakit!" keluh Nayla menepis tangan Arga lalu mengelus pipinya yang sedikit memerah."Aduh kasian, sakit ya sayang," goda Arga mengelus pipi Nayla dengan sayang."Sudah - sudah, jangan godain Nayla terus, kasian." Afnan menatap kesal ke arah Arga yang terus mencubiti pipi Nayla."Habisnya itu pipi makin kaya bakpao aja," ledek Arga disertai tawa menggelegar."Massss, sudah!" tegur Arga mencubit pinggang Arga."Aku kita serang Mas Arga," ajak Nayla lalu menggelitiki pinggang suami mereka."Ahhhhh, geliiiii. Tolong berhentiii
BAB 62RINDU"Apaan sih, Mas," kata Nayla malu - malu menutup wajahnya dengan telapak tangan."Apa kau masih lelah?" tanya Arga membelai wajah istrinya."Sudah tidak," sahut Nayla pelan."Aku merindukanmuuuu," ujar Arga lalu tangannya turun mengelus punggung Nayla dengan gerakan mengoda."Aku juga merindukanmu, Mas," balas Nayla serak lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Arga."Apa aku boleh?" tanya Arga membuat Nayla mendongak untuk menatapnya."Boleh, akupun menginginkannya," sahut Nayla malu - malu, lalu memejamkan mata saat benda kenyal itu mulai menjelajah di bibir ranumnya.***Hujan menguyur kota ini, Afnan dan Nayla mereka berdua tengah berkutak di dapur menyiapkan sarapan."Mbak, aku tolong masukin bumbunya," pinta Nayla saat tengah mencuci buah - buahan."Oke," balas Afnan, ia menuangkan bumbu tak lupa mencicipinya."Hujannya awet sekali dari malam," ucap Afnan menatap ke je
75 - Sebuah Janji "Kenapa kalian dia saja?" tanya Afnan melirik semuanya. "Eh, ayoo makan," ajak Nayla dengan suara gugup, membuat Afnan menatapnya curiga. "Nayla!" panggil Afnan membuat wanita itu mengembuskan napas lalu membalas tatapan Afnan. "Ada apa, Mbak? ayoo makan, ini enak lho," ujar Nayla merasa tatapan Afnan semakin membuatnya sesak. "Kalian sembunyiin apaan?" tanya Afnan lagi, menatap semua orang yang berada di dalam. "Ayo sayang, katanya mau makan, makanan ini," seru Arga hendak menyuapi Afnan tetapi wanita itu tolak. "Massss, jawab pertanyaanku!" Arga mengembuskan napasnya kasar, lalu bersandar di dinding. "Rahimmu diangkat, kamu tidak akan bisa hamil lagi," ucap Arga seperti petir menyambar ke diri Afnan, wanita itu diam membuat semua orang khawatir. "Apa! Kamu pasti bohong 'kan, Mas!" raung Afnan dengan matanya sudah banjir dengan air yang terus berjatuhan. "Mbak, kamu harus ikh
74 - Mereka anak kitaSenyuman terpatri di bibir Arga, saat mendapatkan telepon dari istri keduanya, bahwa Afnan sudah sadar semenjak koma. Ia melangkah dengan tergesa - gesa sambil menuntun anak - anaknya, karena Leon dan Leana ingin berjalan."Ayo Nak, kita harus cepat - cepat ke ruangan Bund, soalnya Bunda sudah bangun dari tidur panjangnya," jelas Arga berusaha agar anak - anaknya melangkah lebih cepat."Wah, Unda uda angun, Eana engen enger cuala Unda," kata Leana dengan girang sambil loncat - loncat."Iya sayang, Ayah juga rindu suara Bunda," sahut Arga dibalas anggukan oleh Leana.Setelah sampai Arga langsung membuka pintu, matanya melihat Afnan tengah makan disuapi Nayla."Mas," ucap Afnan spontan dengan mata berkaca - kaca, terlihat sorot rindu dari manik keduanya."Sayang, akhirnya kamu bangun," ucap Arga lalu melangkah bersama Leana dan Leon mendekati brankar Afnan."Mas rindu kamu," kata Arga lalu meraih
73 - Nestapa terguncangDua tahun kemudian ...Seorang pria dengan telaten menyisir rambut istrinya, yang masih terbaring di brankar. Tubuh wanita itu kurus, surainya semakin panjang, tetapi matanya masih betah terpejam selama dua tahun ini."Sayang, kapan kamu membuka mata? aku sangat merindukanmu, anak kita juga," ucapnya pelan, sungguh ia tak sanggup rasanya, saat mendengar perkataan dokter tadi pagi."Apakah kamu tidak menyayangi kami? kenapa tertidur terlalu lama, ini sudah mau dua tahun sayang. Ayo buka matamu," pintanya lagi, lalu mengecup pipi yang tirus itu."Leana, sebentar lagi ulangtahun lho, bersama Leon, ayo bangun kita rayakan bersama," bujuknya menggenggam lengan wanita yang terpasang infus. "Tolonggggg, bangunlah. Kami sangat merindukanmu," bisiknya ditelinga sang istri."Aku salat dulu, ya. Di sini kok sambil menunggu adikmu dan anak kita," ujarnya melangkah ke toilet untuk berwudhu.***"S
72 - KecelakaanNayla tengah berbincang di cafe milik sahabatnya yaitu Zahra, ia sesekali meneguk kopi dengan perlahan. Sebenarnya dia menahan sesuatu terlihat dari wajahnya yang pucat."Duh, kenapa perutku sakit dan mulas ya, pinggangku juga terasa panas," erang Nayla memegang perutnya."Mungkin kamu mau melahirkan, Nay. Ayo kita cepat - cepat ke rumah sakit," ajak Zahra ia lekas membantu sahabatnya berjalan lalu dia antar menggunakan mobilnya."Rasanya semakin sakit, Zah," rengek Nayla, ia bergerak dengan gelisah."Sabar Nay, coba kamu telepon Mbakmu, kasih tau kalau mau lahiran," perintah Zahra, Nayla mengangguk ia segera merogoh tas mencari ponselnya dan menelepon Afnan."Assalamualaikum, Mbak," ucap Nayla sambil menahan rasa sakit yang hilang timbul."Walaikumsalam, ada apa Nay? kok kamu kaya ke sakitan gitu," sahut Afnan khawatir."Sepertinya aku mau lahiran, Mbak. Aku dan Zahra sedang dalam perjalan ke rumah sakit,
71 - kebahagiaanArga menatap puas seseorang yang berada dibalik jeruji besi, ia melangkah lalu mengulas senyum saat Farhan bangkit dan mendekatinya."Lepaskan aku sialan! beraninya kau memasukanku ke sini!," maki Farhan menatap tajam Arga, membuat pria itu terkekeh."Kau pantas disana, dan siap - siap pergi ke pengadilan agar tau selama apa kau tempat ini," kelakar Arga sambil terus memegang perutnya, karena tidak kuat dengan tawanya yang tak berhenti."Aku pergi, tidak ada waktu berurusan denganmu," ucap Arga sinis lalu pergi meninggalkan Farhan yang sangat marah.***Setelah Farhan menjalani persidangan, akhirnya di dijatuhkan hukuman penjara selama sebelas tahun. Faresta tidak bisa membantu sama sekali, karena pengacara yang dibawa Anisa dan Nayla sangat hebat.Pria itu sudah dikawal oleh polisi saat mendekati Anisa yang tengah menggendong Haidar, ia mengulas senyum."Selamat kau menang, Anisa," ujar Farhan menatap Haid
BAB 70MEMINTA RESTUDavid berjalan ke ruangan CEO, untuk bertemu Arga. Melangkah dengan santai, lalu membuka pintu tanpa mengetuk pintu, membuat Arga yang tengah fokus kesal karena terganggu."Awas jika membawa berita tidak penting," ancam Arga menaruh berkas di meja, ia menatap kesal ke arah David yang sudah dihadapannya."Kau harus menaikan gajiku," ucap David sombong, lalu menarik kursi untuk di duduki."Cepatlah katakan! aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku," seru Arga."Farhan sudah ditangkap, dia sekarang di kantor polisi," kata David membuat bibir Arga melengkung membentuk senyuman."Baguslah, nanti kutranfer uangmu, sebagai hadiah," ujar Arga membuat David langsung tersenyum."Terimakasih, Bro. Sekalian kasih gue cuti dong," ucap David senang."Nanti, bantu aku mengerjakan ini semua. Baru kuberi cuti beberapa hari," seru Arga, David mengangguk semangat."Nanti aku bantu, agar cepat selesai." Dav
BAB 69FARHAN DITAHANFarhan menyeringai, dirinya sudah berada di Indonesia. Malam ini ia beristirahat ke hotel, esok pagi akan langsung ke rumah mantan mertuanya. Lekas membersihkan diri lalu merebahkan tubuh di kasur dan memejamkan mata menunggu hari besok. Bulan berganti matahari, pria itu tengah bersiap - siap."Tunggu Ayah, sayang," ucap Farhan, setelah merasa sudah rapi, ia melangkah keluar hotel lalu mengemudi bertemu Haidar."Sialan! segala pake macet," maki Farhan memukul setir.***Arga dan istri - istrinya tengah sarapan, mereka fokus ke makanan sampai Nayla berkata sesuatu."Mas," panggil Nayla membuat Arga yang tengah makan akhirnya menatapnya."Iya, ada apa? kamu ingin sesuatu?" tanya Arga bertubi - tubi membuat kedua wanitanya terkekeh."Tidak. Aku hanya ingin bertanya, seperti penjaga bertambah ya?" tanya Nayla mengeluarkan rasa penasarannya."Memang? aku tidak memperhatikannya," seru Afnan dib
BAB 68POLISI KE RUMAHAnisa terkejut saat ada polisi yang berjaga di rumah orang tuanya, ia segera bersalaman dengan mereka lalu bertanya."Maaf, Pak. Ada apa ya?" tanya Anisa hati - hati, Atha sudah tahu jika ada polisi berarti Farhan akan pulang karena Arga tak akan melepaskan pria yang menculik istrinya."Maaf, Nyonya. Saya disini menunggu Tuan Farhan pulang untuk kami bawa ke kantor dengan laporan dia dalang penculikan istri Tuan Arga," jelas polisi itu, membuat Anisa mengangguk mengerti."Ayoo masuk dulu," tawar Anisa dibalas gelengan oleh mereka."Tidak Nyonya, saya hanya mau bilang mau mengawasi rumah Nyonya, itu saja." Polisi itu menolak tawaran Anisa."Ya sudah, saya masuk ke dalam dulu," ucap Anisa dibalas anggukan oleh beberapa polisi."Nis, aku pamit pulang ya," ucap Atha memberikan Haidar pada Anisa."Iya, makasih sudah mentraktir Haidar," kata Anisa tulus sambil mengulas senyuman."Iya, assalamualaiku
BAB 67Kemarahan"Aku 'kan hanya menggodamu saja, tidak serius ingin kopi pahit," ujar Atha membuat Anisa mengerucutkan bibirnya."Pokoknya kamu harus habiskan! titik." Anisa langsung bangkit saat mendengar suara tangisan Haidar, meninggalkan Atha yang terbengong melihat tingkahnya."Harusnya tadi aku tidak mengodanya," keluh Atha lalu menyeruput kopi dan mengeryit tidak suka karena pahit sekali.Anisa lekas mengambil Haidar dari box bayi, lalu menyusuinya karena anaknya sudah mulai terbiasa lagi meminum ASI membuat dirinya bahagia. Sehabis itu ia membawa Haidar keluar, melihat Atha yang tengah memainkan ponsel-nya dan kopi sudah habis hanya tinggal ampasnya saja."Kopinya sudah habis?" tanya Anisa membuat Atha menoleh."Sudah, demi dirimu," sahut Atha bangkit lalu mengambil Haidar dari gendongannya."Dih, kamu yang pingin," ketus Anisa lalu mendaratkan bokongnya di sofa dan memakan cemilan."Hmmm." Atha hanya menyah