BAB 60
KEMBALI"Kepalaku pusing," Farhan bangkit dari tidurnya sambil memegang kening yang berdenyut.
"Tuan, ini minum," ucap Cery menyodorkan gelas yang berisi air, membuat Farhan menatapnya sebentar lalu meraih gelas itu dan meneguknya hingga tandas.
"Saya kenapa?" tanya Farhan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.
"Apa Tuan minum obat tidur?" tanya Cery memastikan apa tuduhannya benar.
"Obat tidur? yang benar saja saya 'kan ada rapat nanti siang," sahut Farhan datar.
"Sekarang sudah malam Tuan, kata dokter Tuan meminum obat tidur yang sangat banyak," seru Cery membuat Farhan bingung.
"Saya tidak minum Cery, sebentarnya apa yang terjadi," ucap Farhan jengkel menatap baby sister itu.
"Seperti Nyonya Nayla yang memberikan obat tidur itu," ujar Cery membuat dirinya ditatap tajam oleh Farhan.
"Jangan asal nuduh kamu!" geram Farhan membuat Cery mundur karena terkejut.
"Saya tidak asal menunduh Tuan, sekarang
BAB 61MARAH"Ayo keluar, kita makan malam," ajak Arga menggenggam jemari istri - istrinya."Ayoooo, aku rindu makan bersama," ungkap Nayla mengikuti langkah Arga bersama Afnan."Aku rindu suasana begini," gumam Afnan dengan mata berkaca - kaca."Udah jangan nangis, kita harus rayakan sudah menemukan istriku yang chubby ini," ucap Arga mencubit pipi Nayla dengan gemas."Massss, sakit!" keluh Nayla menepis tangan Arga lalu mengelus pipinya yang sedikit memerah."Aduh kasian, sakit ya sayang," goda Arga mengelus pipi Nayla dengan sayang."Sudah - sudah, jangan godain Nayla terus, kasian." Afnan menatap kesal ke arah Arga yang terus mencubiti pipi Nayla."Habisnya itu pipi makin kaya bakpao aja," ledek Arga disertai tawa menggelegar."Massss, sudah!" tegur Arga mencubit pinggang Arga."Aku kita serang Mas Arga," ajak Nayla lalu menggelitiki pinggang suami mereka."Ahhhhh, geliiiii. Tolong berhentiii
BAB 62RINDU"Apaan sih, Mas," kata Nayla malu - malu menutup wajahnya dengan telapak tangan."Apa kau masih lelah?" tanya Arga membelai wajah istrinya."Sudah tidak," sahut Nayla pelan."Aku merindukanmuuuu," ujar Arga lalu tangannya turun mengelus punggung Nayla dengan gerakan mengoda."Aku juga merindukanmu, Mas," balas Nayla serak lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Arga."Apa aku boleh?" tanya Arga membuat Nayla mendongak untuk menatapnya."Boleh, akupun menginginkannya," sahut Nayla malu - malu, lalu memejamkan mata saat benda kenyal itu mulai menjelajah di bibir ranumnya.***Hujan menguyur kota ini, Afnan dan Nayla mereka berdua tengah berkutak di dapur menyiapkan sarapan."Mbak, aku tolong masukin bumbunya," pinta Nayla saat tengah mencuci buah - buahan."Oke," balas Afnan, ia menuangkan bumbu tak lupa mencicipinya."Hujannya awet sekali dari malam," ucap Afnan menatap ke je
BAB 63GARA GARA SAMBEL"Iya juga ya," ucap Nayla menganggukan kepalanya."Iyalah, aku juga dulu suka banget sama sambel, tapi aku tahan gak boleh banyak - banyak kasian utun di dalam," ujar Anisa sambil mengelus perutnya mengingat semasa hamil."Aku pingin kasih ASIku sama Haidar, tapi dia suka menolak," keluh Anisa pelan, membuat Nayla menoleh lalu mengelus punggungnya."Perlahan - lahan Anisa, nanti juga Haidar mau lagi," kata Nayla lalu mengukir senyuman di bibirnya."Kamu harus tetap semangat dan bahagia, agar ASImu lancar," lanjut Nayla dibalas anggukan Anisa dengan semangat."Iya betul katamu, makasih," ucap Anisa lalu memeluk Nayla, mereka berbincang sampai melupakan jika disana ada Atha."Kasian sekali diriku, sampai tidak dianggap," keluh Atha menyandarkan tubuhnya selesai makan ia menatap kedua wanita yang terus bicara tentang semuanya."Suruh siapa disini!" ucap Anisa ketus menatap kesal ke arah Atha kare
BAB 64PergiArga tengah duduk di kursi, menatap kedua istrinya tengah sibuk memasak untuk sarapan. Setelah selesai Nayla langsung menghidangkan di meja, membuat suaminya menelan ludah karena makanan kesukaannya semuanya."Massss, cuci tangan dulu," tegur Afnan membuat Arga cengar - cengir karena hendak menyomot tempe goreng, lalu pria itu pergi untuk mencuci tangannya."Dasar! kalau udah ngelihat makanan favorit aja, sampe lupa cuci tangan," gerutu Afnan meraih piring lalu menyendokan makanan untuk Arga."Mbak, aku pingin itu," pinta Nayla menunjuk ayam rica - rica yang di dekat Afnan."Ini," ucap Afnan menundukan ayam rica - rica lalu dibalas anggukan oleh Nayla."Bagian mana?" tanya Afnan lalu Nayla menunjuk bagian dada, Afnan langsung mengambilkannya dan menaruh di piring adik madunya."Makasih," ucap Nayla dibalas anggukan oleh Afnan, wanita itu langsung membaca doa dan menyantap makanan dengan lahap."Selamat m
BAB 75CEK KANDUNGANArga mengandeng kedua istrinya, untuk masuk ke rumah sakit dan memberitahu bahwa mereka sudah janjian dengan Dokter kandungan. Setelah nama keduanya disebut, langsung ke ruangan lalu duduk di kursi."Selamat datang kembali, Nyonya Nayla." Dokter tersenyum menyambut Nayla mereka bahkan berpelukan."Iya, makasih." Nayla lalu melepaskan pelukan itu."Saat tau Nyonya Nayla, sudah ditemukan. Dan hari ini mau cek kandung, saya sangat bersemangat," tutur Dokter membuat Nayla tersenyum malu."Dokter ini, berlebihan sekali. Membuat hati saya gembira karena ada yang mencemaskan saya," ucap Nayla membuat Dokter hanya tersenyum kecil."Sekarang siapa dulu yang mau diperiksa?" tanya Dokter menatap Afnan dan Nayla."Nayla saja dulu," seru Afnan menyuruh Nayla untuk berbaring di brankar."Maaf, Nyonya." Dokter menyingkapkan gamis Nayla, lalu mengoleskan sesuatu di perutnya, wanita itu akan di USG."Usia kandun
BAB 66TUJUH BULAN KANDUNGAN NAYLANayla dan Afnan ikut sibuk, membantu semua orang yang tengah menyiapkan untuk syukuran tujuh bulan Nayla. Sebenarnya Arga sudah melarang keduanya berkerja, tetapi bukan Afnan namanya jika tidak bisa membuat suaminya menuruti keinginannya."Nay, ayo sini. Sebentar lagi acara akan dimulai," ujar Afnan menarik Nayla agar duduk.Acara akhirnya dimulai dan berjalan dengan lancar, perlahan orang - orang yang datang pamit pulang. Sehabis syukuran selesai, mertua dan orang tuanya berpamitan untuk pergi. Nayla duduk lesehan di karpet, sedangkan Afnan berbaring."Ternyata capek juga," tutur Nayla dibalas anggukan oleh Afnan."Tubuhku pegal sekali, besok kita ke salon yuk. buat dipijat," ajak Afnan dibalas anggukan oleh Nayla."Ayooo, kalian makan dulu." Arga membawa satu piring besar berisikan nasi, sayur dan lauk sangat banyak."Suapiiii," pinta kedua istrinya, Afnan langsung duduk dan membuka mulu
BAB 67Kemarahan"Aku 'kan hanya menggodamu saja, tidak serius ingin kopi pahit," ujar Atha membuat Anisa mengerucutkan bibirnya."Pokoknya kamu harus habiskan! titik." Anisa langsung bangkit saat mendengar suara tangisan Haidar, meninggalkan Atha yang terbengong melihat tingkahnya."Harusnya tadi aku tidak mengodanya," keluh Atha lalu menyeruput kopi dan mengeryit tidak suka karena pahit sekali.Anisa lekas mengambil Haidar dari box bayi, lalu menyusuinya karena anaknya sudah mulai terbiasa lagi meminum ASI membuat dirinya bahagia. Sehabis itu ia membawa Haidar keluar, melihat Atha yang tengah memainkan ponsel-nya dan kopi sudah habis hanya tinggal ampasnya saja."Kopinya sudah habis?" tanya Anisa membuat Atha menoleh."Sudah, demi dirimu," sahut Atha bangkit lalu mengambil Haidar dari gendongannya."Dih, kamu yang pingin," ketus Anisa lalu mendaratkan bokongnya di sofa dan memakan cemilan."Hmmm." Atha hanya menyah
BAB 68POLISI KE RUMAHAnisa terkejut saat ada polisi yang berjaga di rumah orang tuanya, ia segera bersalaman dengan mereka lalu bertanya."Maaf, Pak. Ada apa ya?" tanya Anisa hati - hati, Atha sudah tahu jika ada polisi berarti Farhan akan pulang karena Arga tak akan melepaskan pria yang menculik istrinya."Maaf, Nyonya. Saya disini menunggu Tuan Farhan pulang untuk kami bawa ke kantor dengan laporan dia dalang penculikan istri Tuan Arga," jelas polisi itu, membuat Anisa mengangguk mengerti."Ayoo masuk dulu," tawar Anisa dibalas gelengan oleh mereka."Tidak Nyonya, saya hanya mau bilang mau mengawasi rumah Nyonya, itu saja." Polisi itu menolak tawaran Anisa."Ya sudah, saya masuk ke dalam dulu," ucap Anisa dibalas anggukan oleh beberapa polisi."Nis, aku pamit pulang ya," ucap Atha memberikan Haidar pada Anisa."Iya, makasih sudah mentraktir Haidar," kata Anisa tulus sambil mengulas senyuman."Iya, assalamualaiku
75 - Sebuah Janji "Kenapa kalian dia saja?" tanya Afnan melirik semuanya. "Eh, ayoo makan," ajak Nayla dengan suara gugup, membuat Afnan menatapnya curiga. "Nayla!" panggil Afnan membuat wanita itu mengembuskan napas lalu membalas tatapan Afnan. "Ada apa, Mbak? ayoo makan, ini enak lho," ujar Nayla merasa tatapan Afnan semakin membuatnya sesak. "Kalian sembunyiin apaan?" tanya Afnan lagi, menatap semua orang yang berada di dalam. "Ayo sayang, katanya mau makan, makanan ini," seru Arga hendak menyuapi Afnan tetapi wanita itu tolak. "Massss, jawab pertanyaanku!" Arga mengembuskan napasnya kasar, lalu bersandar di dinding. "Rahimmu diangkat, kamu tidak akan bisa hamil lagi," ucap Arga seperti petir menyambar ke diri Afnan, wanita itu diam membuat semua orang khawatir. "Apa! Kamu pasti bohong 'kan, Mas!" raung Afnan dengan matanya sudah banjir dengan air yang terus berjatuhan. "Mbak, kamu harus ikh
74 - Mereka anak kitaSenyuman terpatri di bibir Arga, saat mendapatkan telepon dari istri keduanya, bahwa Afnan sudah sadar semenjak koma. Ia melangkah dengan tergesa - gesa sambil menuntun anak - anaknya, karena Leon dan Leana ingin berjalan."Ayo Nak, kita harus cepat - cepat ke ruangan Bund, soalnya Bunda sudah bangun dari tidur panjangnya," jelas Arga berusaha agar anak - anaknya melangkah lebih cepat."Wah, Unda uda angun, Eana engen enger cuala Unda," kata Leana dengan girang sambil loncat - loncat."Iya sayang, Ayah juga rindu suara Bunda," sahut Arga dibalas anggukan oleh Leana.Setelah sampai Arga langsung membuka pintu, matanya melihat Afnan tengah makan disuapi Nayla."Mas," ucap Afnan spontan dengan mata berkaca - kaca, terlihat sorot rindu dari manik keduanya."Sayang, akhirnya kamu bangun," ucap Arga lalu melangkah bersama Leana dan Leon mendekati brankar Afnan."Mas rindu kamu," kata Arga lalu meraih
73 - Nestapa terguncangDua tahun kemudian ...Seorang pria dengan telaten menyisir rambut istrinya, yang masih terbaring di brankar. Tubuh wanita itu kurus, surainya semakin panjang, tetapi matanya masih betah terpejam selama dua tahun ini."Sayang, kapan kamu membuka mata? aku sangat merindukanmu, anak kita juga," ucapnya pelan, sungguh ia tak sanggup rasanya, saat mendengar perkataan dokter tadi pagi."Apakah kamu tidak menyayangi kami? kenapa tertidur terlalu lama, ini sudah mau dua tahun sayang. Ayo buka matamu," pintanya lagi, lalu mengecup pipi yang tirus itu."Leana, sebentar lagi ulangtahun lho, bersama Leon, ayo bangun kita rayakan bersama," bujuknya menggenggam lengan wanita yang terpasang infus. "Tolonggggg, bangunlah. Kami sangat merindukanmu," bisiknya ditelinga sang istri."Aku salat dulu, ya. Di sini kok sambil menunggu adikmu dan anak kita," ujarnya melangkah ke toilet untuk berwudhu.***"S
72 - KecelakaanNayla tengah berbincang di cafe milik sahabatnya yaitu Zahra, ia sesekali meneguk kopi dengan perlahan. Sebenarnya dia menahan sesuatu terlihat dari wajahnya yang pucat."Duh, kenapa perutku sakit dan mulas ya, pinggangku juga terasa panas," erang Nayla memegang perutnya."Mungkin kamu mau melahirkan, Nay. Ayo kita cepat - cepat ke rumah sakit," ajak Zahra ia lekas membantu sahabatnya berjalan lalu dia antar menggunakan mobilnya."Rasanya semakin sakit, Zah," rengek Nayla, ia bergerak dengan gelisah."Sabar Nay, coba kamu telepon Mbakmu, kasih tau kalau mau lahiran," perintah Zahra, Nayla mengangguk ia segera merogoh tas mencari ponselnya dan menelepon Afnan."Assalamualaikum, Mbak," ucap Nayla sambil menahan rasa sakit yang hilang timbul."Walaikumsalam, ada apa Nay? kok kamu kaya ke sakitan gitu," sahut Afnan khawatir."Sepertinya aku mau lahiran, Mbak. Aku dan Zahra sedang dalam perjalan ke rumah sakit,
71 - kebahagiaanArga menatap puas seseorang yang berada dibalik jeruji besi, ia melangkah lalu mengulas senyum saat Farhan bangkit dan mendekatinya."Lepaskan aku sialan! beraninya kau memasukanku ke sini!," maki Farhan menatap tajam Arga, membuat pria itu terkekeh."Kau pantas disana, dan siap - siap pergi ke pengadilan agar tau selama apa kau tempat ini," kelakar Arga sambil terus memegang perutnya, karena tidak kuat dengan tawanya yang tak berhenti."Aku pergi, tidak ada waktu berurusan denganmu," ucap Arga sinis lalu pergi meninggalkan Farhan yang sangat marah.***Setelah Farhan menjalani persidangan, akhirnya di dijatuhkan hukuman penjara selama sebelas tahun. Faresta tidak bisa membantu sama sekali, karena pengacara yang dibawa Anisa dan Nayla sangat hebat.Pria itu sudah dikawal oleh polisi saat mendekati Anisa yang tengah menggendong Haidar, ia mengulas senyum."Selamat kau menang, Anisa," ujar Farhan menatap Haid
BAB 70MEMINTA RESTUDavid berjalan ke ruangan CEO, untuk bertemu Arga. Melangkah dengan santai, lalu membuka pintu tanpa mengetuk pintu, membuat Arga yang tengah fokus kesal karena terganggu."Awas jika membawa berita tidak penting," ancam Arga menaruh berkas di meja, ia menatap kesal ke arah David yang sudah dihadapannya."Kau harus menaikan gajiku," ucap David sombong, lalu menarik kursi untuk di duduki."Cepatlah katakan! aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku," seru Arga."Farhan sudah ditangkap, dia sekarang di kantor polisi," kata David membuat bibir Arga melengkung membentuk senyuman."Baguslah, nanti kutranfer uangmu, sebagai hadiah," ujar Arga membuat David langsung tersenyum."Terimakasih, Bro. Sekalian kasih gue cuti dong," ucap David senang."Nanti, bantu aku mengerjakan ini semua. Baru kuberi cuti beberapa hari," seru Arga, David mengangguk semangat."Nanti aku bantu, agar cepat selesai." Dav
BAB 69FARHAN DITAHANFarhan menyeringai, dirinya sudah berada di Indonesia. Malam ini ia beristirahat ke hotel, esok pagi akan langsung ke rumah mantan mertuanya. Lekas membersihkan diri lalu merebahkan tubuh di kasur dan memejamkan mata menunggu hari besok. Bulan berganti matahari, pria itu tengah bersiap - siap."Tunggu Ayah, sayang," ucap Farhan, setelah merasa sudah rapi, ia melangkah keluar hotel lalu mengemudi bertemu Haidar."Sialan! segala pake macet," maki Farhan memukul setir.***Arga dan istri - istrinya tengah sarapan, mereka fokus ke makanan sampai Nayla berkata sesuatu."Mas," panggil Nayla membuat Arga yang tengah makan akhirnya menatapnya."Iya, ada apa? kamu ingin sesuatu?" tanya Arga bertubi - tubi membuat kedua wanitanya terkekeh."Tidak. Aku hanya ingin bertanya, seperti penjaga bertambah ya?" tanya Nayla mengeluarkan rasa penasarannya."Memang? aku tidak memperhatikannya," seru Afnan dib
BAB 68POLISI KE RUMAHAnisa terkejut saat ada polisi yang berjaga di rumah orang tuanya, ia segera bersalaman dengan mereka lalu bertanya."Maaf, Pak. Ada apa ya?" tanya Anisa hati - hati, Atha sudah tahu jika ada polisi berarti Farhan akan pulang karena Arga tak akan melepaskan pria yang menculik istrinya."Maaf, Nyonya. Saya disini menunggu Tuan Farhan pulang untuk kami bawa ke kantor dengan laporan dia dalang penculikan istri Tuan Arga," jelas polisi itu, membuat Anisa mengangguk mengerti."Ayoo masuk dulu," tawar Anisa dibalas gelengan oleh mereka."Tidak Nyonya, saya hanya mau bilang mau mengawasi rumah Nyonya, itu saja." Polisi itu menolak tawaran Anisa."Ya sudah, saya masuk ke dalam dulu," ucap Anisa dibalas anggukan oleh beberapa polisi."Nis, aku pamit pulang ya," ucap Atha memberikan Haidar pada Anisa."Iya, makasih sudah mentraktir Haidar," kata Anisa tulus sambil mengulas senyuman."Iya, assalamualaiku
BAB 67Kemarahan"Aku 'kan hanya menggodamu saja, tidak serius ingin kopi pahit," ujar Atha membuat Anisa mengerucutkan bibirnya."Pokoknya kamu harus habiskan! titik." Anisa langsung bangkit saat mendengar suara tangisan Haidar, meninggalkan Atha yang terbengong melihat tingkahnya."Harusnya tadi aku tidak mengodanya," keluh Atha lalu menyeruput kopi dan mengeryit tidak suka karena pahit sekali.Anisa lekas mengambil Haidar dari box bayi, lalu menyusuinya karena anaknya sudah mulai terbiasa lagi meminum ASI membuat dirinya bahagia. Sehabis itu ia membawa Haidar keluar, melihat Atha yang tengah memainkan ponsel-nya dan kopi sudah habis hanya tinggal ampasnya saja."Kopinya sudah habis?" tanya Anisa membuat Atha menoleh."Sudah, demi dirimu," sahut Atha bangkit lalu mengambil Haidar dari gendongannya."Dih, kamu yang pingin," ketus Anisa lalu mendaratkan bokongnya di sofa dan memakan cemilan."Hmmm." Atha hanya menyah