26 - AFNAN KENAPA?
Nayla terdiam memandang televisi yang menunjukan FTV, dirinya bersyukur karena sudah tidak diganggu oleh Farhan. Sejak kejadian di mall dan istri terjatuh, dia tidak muncul lagi. Mungkin sedang merawat Anisa pikirnya, nama itu kembali teriang di kepala. Jenuh di rumah, karena tidak melakukan apapun. Menatap pintu belakang yang tidak pernah dia lihat, rasa penasaran hinggap di hati, akhirnya perlahan membukanya dan menatap halaman luas hanya ada pagar saja tanpa tanaman. Menyusuri perkarangan, lalu mengembangkan senyumnya"Aah, dari pada jenuh, aku beli bunga aja untuk menghias halaman ini," monolognya pada diri sendiri.
"Tapiiii, apa boleh aku bercocok tanam di sini," gumamnya tanpa menyadari kehadiran seseorang dibelakangnya.
"Ini rumahmu juga, kamu boleh melakukan apapun." Suara lembut itu mengejutkan Nayla yang membuatnya menoleh lalu mengukir senyuman saat mengetahui siapa dia.
"Apa benar Mbak, Mas Arga gak mara
27 - TERKABULNayla menunggu di luar saat Afnan tengah di periksa oleh dokter, rumah sakit milik keluarga suaminya membuat Afnan lekas ditangani. Sedangkan Arga baru saja sampai, memeluk istri keduanya yang tengah terisak berjongkok di dekat pintu."Tenanglah, Afnan pasti baik-baik saja," tutur Arga mengecup puncuk kepala yang terbalut kerudung.Tak lama Arga mengucapkan itu, Dokter membuka pintu tak lupa memberikan salam kepada Arga yang sudah berdiri, karena Nayla langsung bangkit saat mendengar suara pintu terbuka."Assalamualaikum, Tuan," sapa dokter muda yang kira-kira berusia dua puluh delapan tahun."Walaikumsalam, Nadia," sahut Arga datar."Saya punya kabar baik, Tuan." Nadia mengembangkan senyuman di bibirnya."Nyonya Afnan, tengah hamil lima minggu." Setelah mengucapkan itu, Arga langsung mematung lalu bersujud syukur."Terimakasih ya Allah, telah mengabulkan doa istriku," ungkap Arga lalu bangkit, melangkah mengham
28 - RENCANA FARHANFarhan melempar berkas itu ke lantai, menggeram kesal saat mengetahui jika gadisnya dimiliki oleh orang terkaya nomor satu. Dia berusaha menenangkan diri, tetapi tidak bisa. Dengan cepat menyambar kunci mobil, pulang ke rumah, tak ada satupun sapaan yang ia sahuti saat melewati semua karyawan yang berlalu lalang.Sesampai di rumah, ia terus memencet bel menunggu sang istri untuk membukanya."Buka sialan!" maki Farhan kesal.Anisa dengan tergesa-gesa membuka pintu, saat mengetahui yang memencet bel adalah suaminya."Ada apa, Mas?" tanya Anisa bingung saat mengetahui suaminya pulang dengan keadaan marah, padahal baru tadi dia berangkat kerja."Berisik bodoh!" bentak Farhan menampar pipi Anisa, lalu mendorong tubuh istrinya untuk menutup pintu."Ikut aku!" serunya menarik lengan Anisa membawanya ke kamar lalu mengunci pintu."Mas, ada apa?" tanya Anisa saat dirinya dilempar ke kasur."Diamlah b
29 - MERAWAT KEDUA ISTERIKeseharian kehidupan dua wanita ini sungguh menyenangkan, mereka berusaha saling membantu. Sudah tujuh belas hari semenjak Afnan diperbolehkan pulang dari rumah sakit, keduanya lebih banyak di kediamannya."Kenapa kepalaku, pusing sekali," batin Nayla berseru menatap Afnan dan Arga di sisinya."Hueek. Duh aku pusing banget, jadi mual," ucap Afnan menutup bibirnya takut muntah."Sayang, kamu kenapa?" tanya Arga panik, mengurut leher belakang Afnan."Mungkin Mbak Afnan lagi morning sick Mas, bawa ke kamar aja biar istirahat," saran Nayla, membuat Arga mengangguk lalu menggendong istri pertamanya ke kamar.Setelah Arga tidak terlihat lagi, Nayla dengan langkah pelan pergi ke kamarnya. Membaringkan tubuhnya, saat mengetahui jika suhu badannya sangat panas. Sedangkan di kamar milik Afnan, Arga tengah membalurkan minyak kayu putih agar istrinya tidak terlalu mual."Udah enakan belum?" tanya Arga membaringkan tub
30 - MEMULAI RENCANAKandungan Nayla menginjak lima bulan, perutnya besar dari usia kehamilannya. Sedangkan Afnan perlu istirahat, karena morning sick yang dialaminya parah."Mas, mau berangkat kerja?" tanya Nayla memakaikan dasi di leher Arga."Iya sayang," sahutnya menatap wajah Nayla yang tengah fokus."Apa tidak bisa cuti dulu," ucapnya manja, bersandar di dada Arga saat selesai memakaikan dasi."Tidak bisa sayang," sahut Arga gemas, melepaskan pelukan Nayla lalu mencubit pipinya."Aaaw, Mas, sakit!" seru Nayla mengerucutkan bibirnya."Aduh, sakit ya. Maaaaf," tutur Arga mengelus pipi istrinya."Ya sudah, sana ke meja makan. Aku mau ke kamar Mbak Afnan dulu," ucap Nayla, melangkah keluar dan masuk ke kamar Afnan."Mbak, aku mau ya," ucap Nayla mengetuk pintu lalu membukanya saat Afnan sudah menyahuti."Pagi Nay," sapa Afnan dengan wajah yang sedikit lebih cerah, tidak pucat lagi."Pagi Mbak, mau makan di sini
31 - PENCULIKAN NAYLA Mereka langsung membawa Nayla kepada Farhan, sedangkan Afnan masih menunggu di dalam mobil sambil memutar sholawatan. Pria itu menyeringai saat wanitanya sudah satu mobil dan dalam dekapannya, ia memerintahkan salah satu untuk mengemudi. Selepas sampai Farhan langsung membopong Nayla ke Villa, Sedangkan kedua pria itu pergi saat di telepon oleh Faresta. Menaiki tangga sambil sesekali melirik Nayla, membuat dia mengembangkan senyNayla "Akhirnya aku memilikimu," gumam Farhan membuka pintu lalu meletakan Nayla di ranjang. Farhan pergi ke toilet untuk membersihkan diri, sehabis mandi dia keluar dan mengunci kamar pergi untuk membuat makanan.Beberapa menit kemudian, Nayla membuka mata mengucek sesekali. Netranya langsung membulat saat tahu ia tengah di sebuah kamar, teringat saat keluar WC dia dibekap membuat tak sadarkan diri.Turun dari ranjang dengan pelan lalu melangkah ke pintu, hendak membukanya tetapi
32 - Obsesi FarhanNayla menatap pemandangan hutan lewat jendela, ia mengeliat lalu mencium tubuhnya sendiri. Tercium bau keringat, membuat dia mual sendiri. Melangkah menuju kamar mandi, untuk membersihkan diri."Aku harus tenang, pasti Mas Arga tengah mencariku," gumamnya pasti sambil menikmati aroma terapi di bathup."Sabar sayang, kita harus kuat. Pasti Ayah dan bunda Afnan tengah berusaha mencari kita," monolog Nayla sambil mengelus perutnya yang buncit.Sehabis mandi, ia keluar dan mengambil pakaian di lemari sudah disediakan oleh Farhan. Lekas ke toilet untuk memakai dress polos yang longgar, membuat dirinya terlihat seksi walau dengan perut besar.Nayla menyisir rambutnya sambil menatap cermin, mata indah meneliti seperti ada yang berbeda. Netranya membulat, lekas menaruh sisir lalu meraba lehernya."Kalungku di mana?" tanyanya pada diri sendiri, melangkah masuk ke kamar mandi mencari di bathup.Nayla tengah sibuk menc
.(Tuan, saya menemukan lokasi di mana Nyonya Nayla beraeda. Dari handphone dan Kalung yang Tuan kasih alat pelacak.) - DavidArga menatap layar ponsel, menerima pesan dari David. Afnan melirik suaminya yang melihat handphone, membuat menebak jika itu berita tentang Nayla."Mas," panggil Afnan membuat Arga menatapnya."Iya ada apa sayang, kamu mau nambah?" tanya Arga mengulas senyuman."Enggak Mas, kamu udah ada kabar tentang Nayla?" tanya Afnan menatap suaminya penuh harapan."Nanti jika ada, Mas, beritahu. Sekarang Mas, izin ke kantor. masih banyak pekerjaan di sana," pamit Arga mencium kening istrinya, mencari alasan agar Afnan tidak ikut, karena dia tengah hamil dan morning sick yang baru saja mereda."Ya sudah, nanti kalau ada beneran kasih tau aku ya." Afnan berucap lesu, Arga langsung membopong istrinya ke kamar lalu pamit pergi."Semoga kamu baik-baik saja Nay," gumam Afnan menatap langit-langit
Sejak pertama kali membuka mata, ia mengamati setiap sudut kamar yang bukan tempatnya dikurung. Ruangan ini minimalist membuatnya terasa nyaman, udara segar menguar saat dirinya membuka jendela. Pemandangan asri langsung menyambur penglihatannya, tiba-tiba suara pintu berdecit membuatnya menoleh."Ternyata kamu sudah bangun, ayo makan! sudah beberapa jam kamu tertidur," ajak Farhan menaruh makanan di meja yang tersedia di kamar."Kita di mana?" tanya Nayla melangkah lalu duduk di kasur, ia tak boleh egois karena di dalam rahimnya ada janin yang butuh asupan."Di tempat aman," sahut Farhan acuh, lalu memberikan air putih, saat Nayla tersedak."Apa yang kau mau sebenarnya," kata Nayla kesal menggigit paha ayam dengan kasar."Kauu," sahutnya mendudukan bokongnya ke kasur."Ishhh, kau menyebalkan," sungut Nayla mengerucutkan bibirnya."Aku akan berusaha membuatmu, jatuh hati lagi," kekeh Farhan mengacak-acak rambut Nayla."Ak
75 - Sebuah Janji "Kenapa kalian dia saja?" tanya Afnan melirik semuanya. "Eh, ayoo makan," ajak Nayla dengan suara gugup, membuat Afnan menatapnya curiga. "Nayla!" panggil Afnan membuat wanita itu mengembuskan napas lalu membalas tatapan Afnan. "Ada apa, Mbak? ayoo makan, ini enak lho," ujar Nayla merasa tatapan Afnan semakin membuatnya sesak. "Kalian sembunyiin apaan?" tanya Afnan lagi, menatap semua orang yang berada di dalam. "Ayo sayang, katanya mau makan, makanan ini," seru Arga hendak menyuapi Afnan tetapi wanita itu tolak. "Massss, jawab pertanyaanku!" Arga mengembuskan napasnya kasar, lalu bersandar di dinding. "Rahimmu diangkat, kamu tidak akan bisa hamil lagi," ucap Arga seperti petir menyambar ke diri Afnan, wanita itu diam membuat semua orang khawatir. "Apa! Kamu pasti bohong 'kan, Mas!" raung Afnan dengan matanya sudah banjir dengan air yang terus berjatuhan. "Mbak, kamu harus ikh
74 - Mereka anak kitaSenyuman terpatri di bibir Arga, saat mendapatkan telepon dari istri keduanya, bahwa Afnan sudah sadar semenjak koma. Ia melangkah dengan tergesa - gesa sambil menuntun anak - anaknya, karena Leon dan Leana ingin berjalan."Ayo Nak, kita harus cepat - cepat ke ruangan Bund, soalnya Bunda sudah bangun dari tidur panjangnya," jelas Arga berusaha agar anak - anaknya melangkah lebih cepat."Wah, Unda uda angun, Eana engen enger cuala Unda," kata Leana dengan girang sambil loncat - loncat."Iya sayang, Ayah juga rindu suara Bunda," sahut Arga dibalas anggukan oleh Leana.Setelah sampai Arga langsung membuka pintu, matanya melihat Afnan tengah makan disuapi Nayla."Mas," ucap Afnan spontan dengan mata berkaca - kaca, terlihat sorot rindu dari manik keduanya."Sayang, akhirnya kamu bangun," ucap Arga lalu melangkah bersama Leana dan Leon mendekati brankar Afnan."Mas rindu kamu," kata Arga lalu meraih
73 - Nestapa terguncangDua tahun kemudian ...Seorang pria dengan telaten menyisir rambut istrinya, yang masih terbaring di brankar. Tubuh wanita itu kurus, surainya semakin panjang, tetapi matanya masih betah terpejam selama dua tahun ini."Sayang, kapan kamu membuka mata? aku sangat merindukanmu, anak kita juga," ucapnya pelan, sungguh ia tak sanggup rasanya, saat mendengar perkataan dokter tadi pagi."Apakah kamu tidak menyayangi kami? kenapa tertidur terlalu lama, ini sudah mau dua tahun sayang. Ayo buka matamu," pintanya lagi, lalu mengecup pipi yang tirus itu."Leana, sebentar lagi ulangtahun lho, bersama Leon, ayo bangun kita rayakan bersama," bujuknya menggenggam lengan wanita yang terpasang infus. "Tolonggggg, bangunlah. Kami sangat merindukanmu," bisiknya ditelinga sang istri."Aku salat dulu, ya. Di sini kok sambil menunggu adikmu dan anak kita," ujarnya melangkah ke toilet untuk berwudhu.***"S
72 - KecelakaanNayla tengah berbincang di cafe milik sahabatnya yaitu Zahra, ia sesekali meneguk kopi dengan perlahan. Sebenarnya dia menahan sesuatu terlihat dari wajahnya yang pucat."Duh, kenapa perutku sakit dan mulas ya, pinggangku juga terasa panas," erang Nayla memegang perutnya."Mungkin kamu mau melahirkan, Nay. Ayo kita cepat - cepat ke rumah sakit," ajak Zahra ia lekas membantu sahabatnya berjalan lalu dia antar menggunakan mobilnya."Rasanya semakin sakit, Zah," rengek Nayla, ia bergerak dengan gelisah."Sabar Nay, coba kamu telepon Mbakmu, kasih tau kalau mau lahiran," perintah Zahra, Nayla mengangguk ia segera merogoh tas mencari ponselnya dan menelepon Afnan."Assalamualaikum, Mbak," ucap Nayla sambil menahan rasa sakit yang hilang timbul."Walaikumsalam, ada apa Nay? kok kamu kaya ke sakitan gitu," sahut Afnan khawatir."Sepertinya aku mau lahiran, Mbak. Aku dan Zahra sedang dalam perjalan ke rumah sakit,
71 - kebahagiaanArga menatap puas seseorang yang berada dibalik jeruji besi, ia melangkah lalu mengulas senyum saat Farhan bangkit dan mendekatinya."Lepaskan aku sialan! beraninya kau memasukanku ke sini!," maki Farhan menatap tajam Arga, membuat pria itu terkekeh."Kau pantas disana, dan siap - siap pergi ke pengadilan agar tau selama apa kau tempat ini," kelakar Arga sambil terus memegang perutnya, karena tidak kuat dengan tawanya yang tak berhenti."Aku pergi, tidak ada waktu berurusan denganmu," ucap Arga sinis lalu pergi meninggalkan Farhan yang sangat marah.***Setelah Farhan menjalani persidangan, akhirnya di dijatuhkan hukuman penjara selama sebelas tahun. Faresta tidak bisa membantu sama sekali, karena pengacara yang dibawa Anisa dan Nayla sangat hebat.Pria itu sudah dikawal oleh polisi saat mendekati Anisa yang tengah menggendong Haidar, ia mengulas senyum."Selamat kau menang, Anisa," ujar Farhan menatap Haid
BAB 70MEMINTA RESTUDavid berjalan ke ruangan CEO, untuk bertemu Arga. Melangkah dengan santai, lalu membuka pintu tanpa mengetuk pintu, membuat Arga yang tengah fokus kesal karena terganggu."Awas jika membawa berita tidak penting," ancam Arga menaruh berkas di meja, ia menatap kesal ke arah David yang sudah dihadapannya."Kau harus menaikan gajiku," ucap David sombong, lalu menarik kursi untuk di duduki."Cepatlah katakan! aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku," seru Arga."Farhan sudah ditangkap, dia sekarang di kantor polisi," kata David membuat bibir Arga melengkung membentuk senyuman."Baguslah, nanti kutranfer uangmu, sebagai hadiah," ujar Arga membuat David langsung tersenyum."Terimakasih, Bro. Sekalian kasih gue cuti dong," ucap David senang."Nanti, bantu aku mengerjakan ini semua. Baru kuberi cuti beberapa hari," seru Arga, David mengangguk semangat."Nanti aku bantu, agar cepat selesai." Dav
BAB 69FARHAN DITAHANFarhan menyeringai, dirinya sudah berada di Indonesia. Malam ini ia beristirahat ke hotel, esok pagi akan langsung ke rumah mantan mertuanya. Lekas membersihkan diri lalu merebahkan tubuh di kasur dan memejamkan mata menunggu hari besok. Bulan berganti matahari, pria itu tengah bersiap - siap."Tunggu Ayah, sayang," ucap Farhan, setelah merasa sudah rapi, ia melangkah keluar hotel lalu mengemudi bertemu Haidar."Sialan! segala pake macet," maki Farhan memukul setir.***Arga dan istri - istrinya tengah sarapan, mereka fokus ke makanan sampai Nayla berkata sesuatu."Mas," panggil Nayla membuat Arga yang tengah makan akhirnya menatapnya."Iya, ada apa? kamu ingin sesuatu?" tanya Arga bertubi - tubi membuat kedua wanitanya terkekeh."Tidak. Aku hanya ingin bertanya, seperti penjaga bertambah ya?" tanya Nayla mengeluarkan rasa penasarannya."Memang? aku tidak memperhatikannya," seru Afnan dib
BAB 68POLISI KE RUMAHAnisa terkejut saat ada polisi yang berjaga di rumah orang tuanya, ia segera bersalaman dengan mereka lalu bertanya."Maaf, Pak. Ada apa ya?" tanya Anisa hati - hati, Atha sudah tahu jika ada polisi berarti Farhan akan pulang karena Arga tak akan melepaskan pria yang menculik istrinya."Maaf, Nyonya. Saya disini menunggu Tuan Farhan pulang untuk kami bawa ke kantor dengan laporan dia dalang penculikan istri Tuan Arga," jelas polisi itu, membuat Anisa mengangguk mengerti."Ayoo masuk dulu," tawar Anisa dibalas gelengan oleh mereka."Tidak Nyonya, saya hanya mau bilang mau mengawasi rumah Nyonya, itu saja." Polisi itu menolak tawaran Anisa."Ya sudah, saya masuk ke dalam dulu," ucap Anisa dibalas anggukan oleh beberapa polisi."Nis, aku pamit pulang ya," ucap Atha memberikan Haidar pada Anisa."Iya, makasih sudah mentraktir Haidar," kata Anisa tulus sambil mengulas senyuman."Iya, assalamualaiku
BAB 67Kemarahan"Aku 'kan hanya menggodamu saja, tidak serius ingin kopi pahit," ujar Atha membuat Anisa mengerucutkan bibirnya."Pokoknya kamu harus habiskan! titik." Anisa langsung bangkit saat mendengar suara tangisan Haidar, meninggalkan Atha yang terbengong melihat tingkahnya."Harusnya tadi aku tidak mengodanya," keluh Atha lalu menyeruput kopi dan mengeryit tidak suka karena pahit sekali.Anisa lekas mengambil Haidar dari box bayi, lalu menyusuinya karena anaknya sudah mulai terbiasa lagi meminum ASI membuat dirinya bahagia. Sehabis itu ia membawa Haidar keluar, melihat Atha yang tengah memainkan ponsel-nya dan kopi sudah habis hanya tinggal ampasnya saja."Kopinya sudah habis?" tanya Anisa membuat Atha menoleh."Sudah, demi dirimu," sahut Atha bangkit lalu mengambil Haidar dari gendongannya."Dih, kamu yang pingin," ketus Anisa lalu mendaratkan bokongnya di sofa dan memakan cemilan."Hmmm." Atha hanya menyah