Kezia mendengkus keras ketika melihat pemandangan yang menurutnya sangat menyakiti mata.
Dia melihat Cinta sedang tertawa keras bersama Sabda. Kezia tidak suka melihatnya, dia lebih suka melihat wajah Cinta yang menderita ketika sedang bersitegang dengan ayahnya. Namun, setelah kehadiran Sabda, Kezia tak pernah lagi melihat kesedihan diwajah Cinta.
Kezia kembali teringat dengan kata-kata Farel, lalu menatap mereka berdua dengan serius. Lebih tepatnya Kezia sedang memerhatikan gerak-gerik Sabda. Apakah yang Farel benar adanya, atau malah sebaliknya.
Kezia melihat Sabda tersenyum lebar, sesekali pria itu tertawa. Tapi tetap saja Kezia menyangkalnya, dia yakin Sabda seperti itu karena untuk memperlancar misinya untuk merubah sifat Cinta.
Padahal Kezia tidak tahu kalau sebenarnya mereka berdua memang pernah dekat ketika waktu kecil.
Karena tidak tahan melihat keasyikan mereka berdua, akhirnya Kezia memberanikan diri untuk mendekat.
"Ehemm-ehem.
"Tumben banget datang ke sini, lagi ada masalah ya?"Cinta tak membalas pertanyaan Vera. Untuk sesaat, wanita itu termenung. Cinta tertawa pelan karena lagi dan lagi dia mengingat ucapan Kezia.Dia sudah mencoba mengalihkan bayangan itu, sudah memperingati pada dirinya sendiri bahwa dia bukan siapa-siapa Sabda, tapi tetap saja wanita itu tidak rela.Cinta memajukan tubuhnya untuk mendekati meja. Matanya menelisik sekitar meja itu dengan sorot mata tajam.Rokok! Ya, itulah yang Cinta cari. Dia mengambil benda itu dengan secepat kilat bersama dengan lighter yang berdampingan dengan rokok itu.Diambilnya sebatang, kemudian menatap rokok itu cukup lama. Perlahan, dirinya menyulutkan rokok itu, lalu menyelipkan ke sela bibir.Vera dan Cika hanya bisa menatap Cinta dengan pandangan sedih. Kalau Cinta sudah seperti ini, mereka yakin jika saat ini kondisi Cinta sedang tidak baik-baik saja.Cinta sangat anti rokok. Dia hanya akan merokok jika
"I love you today, tomorrow, and forever. Yang artinya aku mencintaimu hari ini, esok, dan selamanya."Cinta tercengang dengan kalimat itu. Teka-teki Sabda kini akhirnya sudah terjawab. Wanita itu menggerutu sebal, kenapa tidak mencari tahu lewat google terlebih dahulu."Masa sih Sabda suka sama aku. Kok rasanya ada yang aneh ya," gumam Cinta sambil melihat ponsel itu. Dia kembali membuka pesan yang pernah Sabda kirim padanya."Habis dari mana?"Wanita itu tersentak kaget karena mendengar suara berat dari seseorang. Sampai-sampai ponselnya jatuh ke lantai. Cinta buru-buru mengambil ponselnya, tak lama kemudian keluar umpatan kecil dari bibirnya."Pecah, ah elah. Gimana nih," katanya kesal.Cinta langsung menatap ke arah sumber suara. Dia menatap Sabda dengan nyalang."Kamu kenapa sih, datang-datang suka mendadak. Nggak bisa apa permisi dulu," omelnya pada Sabda.Wanita itu langsung turun dari motornya, berjalan menjauhi Sabda.
"Ini orangnya," ujar Kezia sambil menyodorkan sebuah foto pada temannya yang bernama Dika.Dika menatap foto itu cukup lama."Ada apa dengan orang ini, kalau dilihat dari wajahnya, sepertinya dia orang baik," ucap pria itu tanpa mengalihkan pandangannya."Tidak usah kepo, tugasmu adalah membawa pria itu ke hadapanku. Setelah itu, urusan beres. Toh, kamu juga akan aku bayar, nggak usah bawel," dengkus Kezia.Dika manggut-manggut mendengarnya, tak lama kemudian pria itu kembali menatap Kezia cukup lama."Aku curiga, jangan-jangan kamu mau membunuhnya, ya?" tanya Dika dengan pandangan menelisik.Kezia menoyor kepala Dika dengan sedikit keras. "Jangan sembarangan kalau ngomong, pikiran itu sangat jauh untuk aku gapai. Meskipun aku wanita jahat, tapi untuk masalah membunuh, sorry, itu bukan levelku," jawab wanita itu datar."Atau jangan-jangan, kamu menyukai dia, tapi sayangnya kamu di tolak?" terka Dika.Kezia tak menjawab, membuat
Sabda menyipitkan mata karena silaunya matahari. Pria itu mendesis lirih akibat merasakan sakit yang luar biasa di area lehernya, serta pria itu merasa kedinginan. Sabda meraba dadanya sendiri, pria itu tersentak kaget karena dirinya tidak memakai pakaian.Sabda mengingat kembali apa yang terjadi tadi malam. Yang dia ingat, dirinya akan menjemput Cinta, tapi tiba-tiba saja kesadarannya hilang.Sabda mengedarkan pandangan, mengernyit bingung karena saat ini dia berada di ruangan yang tampak asing baginya.Sekali lagi dia memandangi tubuhnya yang tidak memakai pakaian. Batinnya bertanya-tanya, apa yang terjadi tadi malam, kenapa dia bangun tidak memakai baju seperti ini?Cinta, nama itu kembali teringat di kepala Sabda. Membuat pria itu langsung melompat dari ranjang itu. Dia mencari-cari bajunya yang entah ada di mana.Pintu dibuka dari luar dengan keras. Spontan Sabda menoleh. Mata pria itu membelalak ketika melihat ada Cinta, Ricko, Kezia, dan jug
Setelah kejadian memalukan itu, Sabda tak pernah lagi melihat Cinta ada di rumah. Sabda juga memutuskan untuk tidak tinggal di rumah Cinta lagi, dia takut kejadian seperti itu akan terulang kembali.Sampai saat ini dia juga masih bingung untuk mencari bukti bahwa dia tidak bersalah. Seandainya saja dia punya banyak uang, pasti dia tidak akan kesusahan seperti ini.Sabda menghela napas panjang. Seandainya saja Cinta mau memercayainya. Mungkin dia tidak akan sefrustrasi seperti sekarang.Cinta seperti itu saja sudah membuat hati Sabda gelisah. Berkali-kali Sabda mencoba menghubungi nomor Cinta, tapi tidak pernah diangkat oleh wanita itu. Sebenci itukah Cinta padanya?"Cinta, tolong bantu aku untuk keluar dari masalah ini. Jujur, saat ini aku sangat membutuhkan support darimu," lirih Sabda.***"Nggak pulang lagi
Kezia mengepalkan tangannya karena melihat perdebatan kedua orangtuanya dari arah kejauhan.Baru kali ini dia melihat Ricko tampak murka pada mamanya karena membahas tentang Cinta, sebelumnya Ricko tak pernah bersikap seperti itu.Cinta, dia senang karena selama beberapa hari ini wanita itu tidak pulang. Kezia malah berharap kalau Cinta tidak akan pernah kembali lagi, dengan begitu, dia bisa mengambil semua hak yang ada pada Cinta."Sebentar lagi aku akan menyingkirkan kamu, Cinta. Nikmatilah kehancuranmu itu," desis Kezia dengan sorot mata tajam.Dia harus melakukannya sekarang, memulai untuk membuat drama bahwa saat ini dia tengah hamil anak Sabda. Lagi-lagi wanita itu tersenyum licik, dia sangat tidak sabar menanti raut wajah Cinta yang begitu menyedihkan.Ponsel Kezia seketika berdering, dahinya mengernyit heran karena nama Farel yang tertera dilayar ponselnya.'Bukankah aku sudah menyuruh Dika untuk menjauhiku dari pria itu?' batin Kezi
Cinta mengumpat kesal karena tidak menemukan pakaian yang cocok untuknya. Semua bajunya kotor, sedangkan dilemari itu penuh dengan pakaian Cika dan Vera."Ya ampun. Kenapa lemarinya diacak-acak gitu sih!" teriak Vera sambil berkacak pinggang."Aku sedang mencari bajuku, tapi nggak ada. Ke mana sih, apa jangan-jangan kalian buang ya?" tanya Cinta dengan sorot mata tajam.Vera mendekati Cinta, lalu menoyor kepala wanita itu dengan sedikit keras."Buang baju kamu? Yang benar saja. Tuh lihat, baju kamu kotor semua. Harusnya kamu cuci, bukannya malah nuduh orang sembarangan," decak Vera.Cinta nyengir lebar. "Kamu mau cucikan bajuku?""No!" jawab Vera tegas."Tenang aja, pasti aku bayar. Gimana, mau apa nggak?" tanya Cinta sambil menaik-turunkan alisnya."Na
"Cinta, ada yang nyariin tuh. Cie yang udah dapat gebetan baru," ledek Cika.Cinta tak menyahut ucapan Cika, wanita itu malah asyik berkutat dengan ponselnya."Woy, yaelah. Dipanggilin dari tadi juga. Kamu dengar nggak sih," decak Cika."Apaan sih, ganggu banget tau nggak," gerutu Cinta."Ada yang cari kamu di luar.""Bilang aja aku nggak ada, aku lagi malas ketemu sama orang!"Hari ini mood Cinta benar-benar rusak. Semenjak pergi dari rumahnya, dia selalu saja uring-uringan tak jelas. Siapapun yang ada di dekatnya pasti akan terkena imbasnya."Nggak bisa, aku sudah terlanjur bilang kamu lagi ada di dalam," ujar Cika sambil nyengir lebar.Cinta langsung menatap temannya dengan horor, dengan kesal dia bangun dari duduknya."S
"Apa kamu masih mengingat tentang pembicaraan kita, Sabda?" tanya Ricko dengan tatapan lurus ke depan.Sabda menggeleng pelan."Kalau kamu berhasil meluluhkan hati Cinta, maka Om akan menikahkanmu dengan salah satu putriku. Apa kamu masih ingat?"Sabda menelan salivanya dengan kasar. "I-ingat, Om," jawab pria itu terbata.Ricko menghela napas berat, sepertinya pria paruh baya itu mempunyai pikiran yang cukup berat."Kali ini Om akan langsung membicarakannya. Om ingin menjodohkanmu dengan Cinta. Setelah Om lihat dari caramu memperlakukannya, dan juga sikap Cinta yang perlahan membaik. Om memutuskan untuk menjodohkan kalian. Om rasa, kalian saling mempunyai ketertarikan."Rahang Sabda mengeras, kenapa tidak dari dulu Ricko berkata seperti itu.Mata Ricko beralih pada Sabda, kini tata
"Yang patah itu tanganku, bukan kakiku, kenapa aku harus naik dikursi roda," dengkus Cinta.Sabda tak menjawab, pria itu mendorong kursi roda itu dengan tenang."Kamu dengar aku lagi ngomong, kan?""Dengar.""Terus kenapa diam saja. Tidak menyahut ucapanku. Kamu males ngomong sama aku?""Tidak, Cinta. Aku hanya takut jika akan mengganggumu," ucap Sabda.Cinta menghela napas berat. "Masih aja diingat.""Dengar, Cinta. Kamu bahagia, aku juga bahagia. Kamu terluka, aku juga ikut terluka. Aku hanya ingin memahamimu.""Stop!" titah Cinta.Sabda pun menurut, pria itu tak beralih dari sana. Dia malah menatap punggung Cinta dengan sendu. Dia ingin merengkuh tubuh wanita itu, tapi dia takut kalau Cinta malah semakin membencinya.
Cinta menatap motornya dengan sendu. Hari ini adalah hari pernikahan Sabda dan Kezia. Beberapa kali dia menolak agar tidak datang. Tapi Vera dan Cika selalu memaksanya untuk datang."Kalau kamu nggak datang, itu tandanya kamu pengecut," kata Vera."Tunjukkan kalau saat ini kamu baik-baik saja," timpal Cika.Cinta mengusap wajahnya dengan kasar. "Baiklah, aku akan datang. Kalian tidak perlu ikut," final Cinta."No!" teriak mereka bersamaan."Aku harus ikut, siapa yang akan membopongmu nanti kalau pingsan, takutnya kamu nggak kuat jika melihat Sabda sudah menikah," ejek Vera.Cinta mendelik kesal. "Itu mulut dijaga ya, siapa juga yang pingsan. Strong gini," bela Cinta.Vera dan Cika tertawa mendengarnya."Apapun yang terjadi, kamu harus ikhlasin dia," kat
"Apa lagi yang kamu tunggu, Sabda. Semuanya sudah pada datang. Apa kamu sengaja mengulur waktu?" tanya Lina dengan geram."Sebentar lagi, Tante. Ada yang sedang aku tunggu."Lina memutar bola matanya malas. "Kalau sampai orang yang kamu tunggu tidak datang dalam waktu setengah jam, maka kamu harus menyudahinya. Lihatlah, banyak orang yang tengah menanti ijab kabulnya," ujar Lina sinis.Sabda menghela napas berat. "Iya," sahutnya lirih.Sabda keluar dari rumah itu. Duduk di teras dengan gelisah. Dia sangat yakin jika Cinta akan datang, hanya saja wanita itu datang terlambat. Ya, pikiran Sabda sepositif itu.Lima belas menit dia sudah menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda Cinta akan datang, Sabda mengusap wajahnya dengan kasar. Terlihat sekali bahwa saat ini Sabda tengah gusar."Cinta, kalau kamu memang cinta sam
"Tumben ngajakin aku jalan. Lagi galau, ya?" tanya Dika serius."Nggak," jawab Cinta cuek.Saat ini mereka sedang berada di taman kota. Keadaan di sana tidak terlalu ramai, membuat hati Cinta terasa tenang. Dia bisa menikmati suasana taman itu ketika di malam hari.Dika menatap Cinta dalam diam, dia tahu kalau saat ini Cinta sedang tidak baik-baik saja. Dia tahu kalau Sabda dan Kezia akan menikah besok, mungkin itu yang sangat mengganggu pikiran wanita itu."Hubungan kamu sama Farel gimana?" tanya Dika basa-basi."Udah putus," jawab Cinta."Putus?" ulang Dika. Pria itu pura-pura terkejut."Hemm.""Kok bisa?""Ya bisalah, namanya juga nggak jodoh. Apaan sih, kenapa jadi bahas dia," gerutu Cinta.D
"Ap--apa?" tanya Cinta lirih. Tiba-tiba saja dia mendadak linglung."Aku--""Jadi kalian benar-benar melakukannya?" potong Cinta."Cinta," panggil pria itu lirih."JAWAB, SABDA!" pekik Cinta.Sabda menyugar rambutnya dengan kasar, dia juga bingung harus mengatakan apa terhadap Cinta. Menurutnya, berbicara dengan Cinta harus hati-hati."Aku nggak tau, Cinta. Semua orang memojokkanku, nggak ada yang percaya sama aku. Ditambah lagi Kezia benar-benar sangat licik, aku nggak tahu harus gimana lagi ngehadapin dia," kata Sabda frustrasi.Tidak! Jawaban itu yang Cinta inginkan, bukan yang lain."Jadi kamu memutuskan untuk menikah dengannya?" tanya Cinta lirih."Ayahmu yang memaksaku, Cinta."Cinta mengan
"Cinta, ada yang nyariin tuh. Cie yang udah dapat gebetan baru," ledek Cika.Cinta tak menyahut ucapan Cika, wanita itu malah asyik berkutat dengan ponselnya."Woy, yaelah. Dipanggilin dari tadi juga. Kamu dengar nggak sih," decak Cika."Apaan sih, ganggu banget tau nggak," gerutu Cinta."Ada yang cari kamu di luar.""Bilang aja aku nggak ada, aku lagi malas ketemu sama orang!"Hari ini mood Cinta benar-benar rusak. Semenjak pergi dari rumahnya, dia selalu saja uring-uringan tak jelas. Siapapun yang ada di dekatnya pasti akan terkena imbasnya."Nggak bisa, aku sudah terlanjur bilang kamu lagi ada di dalam," ujar Cika sambil nyengir lebar.Cinta langsung menatap temannya dengan horor, dengan kesal dia bangun dari duduknya."S
Cinta mengumpat kesal karena tidak menemukan pakaian yang cocok untuknya. Semua bajunya kotor, sedangkan dilemari itu penuh dengan pakaian Cika dan Vera."Ya ampun. Kenapa lemarinya diacak-acak gitu sih!" teriak Vera sambil berkacak pinggang."Aku sedang mencari bajuku, tapi nggak ada. Ke mana sih, apa jangan-jangan kalian buang ya?" tanya Cinta dengan sorot mata tajam.Vera mendekati Cinta, lalu menoyor kepala wanita itu dengan sedikit keras."Buang baju kamu? Yang benar saja. Tuh lihat, baju kamu kotor semua. Harusnya kamu cuci, bukannya malah nuduh orang sembarangan," decak Vera.Cinta nyengir lebar. "Kamu mau cucikan bajuku?""No!" jawab Vera tegas."Tenang aja, pasti aku bayar. Gimana, mau apa nggak?" tanya Cinta sambil menaik-turunkan alisnya."Na
Kezia mengepalkan tangannya karena melihat perdebatan kedua orangtuanya dari arah kejauhan.Baru kali ini dia melihat Ricko tampak murka pada mamanya karena membahas tentang Cinta, sebelumnya Ricko tak pernah bersikap seperti itu.Cinta, dia senang karena selama beberapa hari ini wanita itu tidak pulang. Kezia malah berharap kalau Cinta tidak akan pernah kembali lagi, dengan begitu, dia bisa mengambil semua hak yang ada pada Cinta."Sebentar lagi aku akan menyingkirkan kamu, Cinta. Nikmatilah kehancuranmu itu," desis Kezia dengan sorot mata tajam.Dia harus melakukannya sekarang, memulai untuk membuat drama bahwa saat ini dia tengah hamil anak Sabda. Lagi-lagi wanita itu tersenyum licik, dia sangat tidak sabar menanti raut wajah Cinta yang begitu menyedihkan.Ponsel Kezia seketika berdering, dahinya mengernyit heran karena nama Farel yang tertera dilayar ponselnya.'Bukankah aku sudah menyuruh Dika untuk menjauhiku dari pria itu?' batin Kezi