Share

7. Rahasia

last update Last Updated: 2021-05-06 22:21:14

Jessie mencoba menerima kenyataan. Ia bertemu Mommy – yang sebelumnya selalu dipanggil tante. Mereka berpelukan. Belum seerat hubungan ibu dan anak, tapi lumayan, lah. Mommy legawa Jessie tetap tinggal bersama Om dan Tante Clarrisa.

“Kalau kangen datang ke sini, Sayang,” kata Mommy. “Kalau senggang, menginap ke sini sangat ditunggu.”

“Ya, Mommy,” jawab Jessie.

Tante Clarrisa menjelaskan semuanya. Bagaimana bisa Jessie dirawat dan dibesarkan Om dan Tante.

Beberapa bulan sebelum Jessie lahir, Papi ketahuan selingkuh. Papi semena-mena. Lebih memilih perempuan simpanannya yang masih muda. Masih kinyis-kinyis. Semua aset perusahaan dibawa pergi. Hanya menyisakan rumah untuk Mommy.

Mommy kaget. Ia memulai usaha dari nol. Mulanya dari usaha pre-loved. Gaun-gaun mahal yang baru dipakai sekali dijual. Demi mendapat uang mencukupi kebutuhan hidup. Saudara berusaha membantu. Uang-uang pemberian itu habis dalam sekejap untuk membayar hutang.

Jessie lahir. Mom

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   8. Om Wisman

    Jessie belum juga bisa tidur. Om Wisman malah semakin terbayang-bayang di benaknya. Bagaimana mereka bertemu beberapa tahun lalu kembali melintas hadir. Pertama kali bertemu, Jessie sudah dewasa. Secara usia. Om Wisman, lah, yang kemudian memberinya kedewasaan lebih. Secara fisik.Apakah kamu tahu apa artinya?Ingatan Jessie kembali melompat ke beberapa tahun yang lalu. Waktu itu gadis itu sedang sibuk-sibuknya menyusun tugas akhir. Ia banyak menghabiskan waktu di perpustakaan kampus. Di rumah pun sering di dalam kamar. Keinginannya adalah segera lulus. Rumah Tante Clarrisa semakin tidak nyaman untuk dihuni. Menetap di rumah Mommy hanya akan membuatnya canggung.Jessie memutuskan untuk tetap di rumah Tante Clarrisa. Bagaimana pun kamarnya adalah tempat paling nyaman untuk dihuni. Bisa konsentrasi mengerjakan skripsi.“Tokk, tokk, tokkk.”Jessie menoleh. Tidak ada orang lain di rumah kecuali Tante Clarrisa. “Ya, Tante. Silakan masu

    Last Updated : 2021-05-07
  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   9. Nasihat Erika

    Om Wisman menyukai Jessie sejak pertama kali melihat anak perempuan Om dan Tante Clarrisa itu datang memenuhi undangan makan malam. Sebuah private dinner di resto Jepang. Hanya kolega yang diundang beserta keluarganya yang bisa datang.Ia menyukai gadis muda tersebut. Jessie tinggi dan langsing. Kulitnya kuning langsat dan kencang. Sepertinya gadis itu agak pendiam. Tapi ia bisa membawa diri dengan baik. Tahu kapan waktu yang tepat untuk tertawa. Tahu kapan ia bisa asyik sendiri dengan ponselnya.Om Wisman sudah tahu kalau sebenarnya Jessie adalah anak perempuan Mommy. Clarrisa membesarkan Jessie karena memang tak punya anak. Juga untuk membantu adik iparnya yang sedang kesulitan.Laki-laki paruh baya itu menunggu waktu yang tepat. Ia sangat ingin mengencani Jessie. Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu tiba. Keluarga Clarrisa morat-marit. Suaminya tertangkap atas kasus korupsi. Belum lagi juga terjerat hutang. Wisman sudah menghitung semuanya. Suami Clarrisa meman

    Last Updated : 2021-05-08
  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   10. Bujukan Mommy

    Jessie bangun pagi dengan kondisi bersimbah air mata. Ia lupa mimpi apa tapi yang pasti mimpinya tidak menyenangkan. Samar ia teringat ada Om Wisman dalam mimpinya. Om Wisman yang terkekeh-kekeh sembari menanggalkan satu demi satu pakaiannya. Om Wisman yang mengecup-ngecup kecil bahunya yang ramping.Bayangan buruk itu belum juga pergi. Setahun sudah berlalu, setahun sudah Jessie mencoba menerima kehadiran Om Wisman, perasaannya masih saja ingin berontak. Marahnya ingin dikeluarkan. Tapi keadaan belum memungkinkan.Jessia segera mencuci muka. Pagi ini ia tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan.Ponselnya berdering. Mommy menelepon.“Ya, Mommy?” tanya Jessie begitu menerima telepon.Seperti biasa Mommy menanyakan kabar.“Baik, Mom,” jawab Jessie. “Hari ini aku sudah nggak kerja jadi kasir lagi.”Mommy mendesah. “Sampai kapan kamu hidup menderita begini, sih, Sayang?”“Mommy yang membuat aku menderita, kan?” serang Jessie tanpa tedeng a

    Last Updated : 2021-05-08
  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   11. Ospek Reni

    Jessie menunggu air mendidih di ceret. Busyet, batinnya memaki kesal. Ia dikerjain mbak-mbak muka bopeng. Padahal Pak Burhan – pemilik Radio Siul – tidak bilang apa-apa tentang ini. Beliau senang kalau Jessie mau belajar untu menjadi penyiar yang baik. Membersihkan kantor dan membikinkan kopi untuk senior bukan – sama sekali bukan tujuan Jessie.Ceret mengeluarkan debip panjang seperti peluit kereta api.Secangkir kopi instan sudah siap. Jessie meletakkan secangkir kopi panas itu di meja resepsionis. Reni memandangnya masih dengan tatapan sengak – super sengak.“Silakan, Mbak. Kopinya sudah siap,” kata Jessie.“Kopimiks?” tanya Reni.Jessie mengangguk. Sedetik kemudian ia menjawab, “Ya, Mbak. Sesuai permintaan Mbak tadi.” Ia pamit undur diri. Hendak mengerjakan tugas menyapu dan mengepel seluruh ruangan kantor.Seluruh tugas dikerjakan dengan hati mengedumel.Jessie membersih

    Last Updated : 2021-05-09
  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   12. Kembung

    Reni memperhatikan kepergian Jessie dengan hati puas. Hari ini ia berhasil mengospek anak baru. Sebenarnya maksudnya meminta Jessie datang tidak hanya membentak-bentak dan menyuruh-nyuruh tanpa tujuan. Tentu saja apa yang dilakukannya hari ini penuh tujuan.Reni ingin anak baru itu menghormatinya. Jelek-jelek begini Reni termasuk senior di Radio Siul. Bisa dibilang dedengkot. Saat radio menjelang bangkrut cuma dia yang tetap bertahan mau siaran. Alasan utamanya tentu bukan karena tetap ingin siaran, tapi masih ingin bersama Mas Bambang. Apalagi radio sudah sepi begitu, makin asyik-lah mereka pacaran diam-diam.Alasan keduaa Reni memanggil Jessie hari ini tentu saja untuk memberi peringatan. Jangan sekali-sekali anak baru berani menganggu Mas Bambang. Tidak boleh bergenit-genit! Tidak boleh kemayu! Tidak boleh naksir Mas Bambang! Dengan lagak senior yang berwibawa yang ditunjukkannya tadi, Reni yakin pasti Jessie akan menaruh segan padanya. Juga pasti takut untuk me

    Last Updated : 2021-05-10
  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   13. Makan Siang

    Jessie kembali menyendok es krimnya. “Enak banget ini, Fin! Kamu pinter memilih tempat.”“Enak yang kayak gimana memangnya?” tanya Alfin meminta penjelasan lebih.Dengan mata berbinar-binar Jessie menjelaskan apa yang dimaksudnya dengan enak. Susunya pas. Es krimnya lembut. Rasanya juga nendang. Rasa manisnya tidak berlebihan. Satu porsinya pas. Setelah es krimnya habis tidak meninggalkan rasa eneg di lidah dan leher. Itu artinya perpaduan bahan-bahannya sempurna.“Kamu suka?” tanya AlfinJessie mencicip es krim rasa rosella merah. Kecut-kecut segar. “Ih, ini… ini….!” serunya dengan menunjuk-nunjuk es krim rosella yang berwarna merah muda dengan bintik-bintik daging bunga rosella merah di setiap inci sekup es krimnya. “Ini lebih enak ketimbang es krim stroberi, lho. Kecutnya lebih berasa tapi juga seger banget. Kontradiktif, ya, tapi ini enakkk bangett!”Alfin mengangguk-angg

    Last Updated : 2021-05-11
  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   14. Siaran Pertama

    Jessie mencoba bersikap biasa saja. Padahal, jujur saja pesan singkat Om Wisman terasa sangat mengganggu. Kenapa, sih, ia diberi cobaan hidup berat banget? Kenapa ia nggak kayak anak-anak konglomerat yang lain? Hidupnya gampang sejak kecil, pacaran sesama anak-anak konglo, tunangan megah, pesta kawinan mewah, punya anak, liburan ke luar negeri, bisnis berjalan lancar, perusahan beranak-pinak dengan cuan berlimpah-limpah.Sementara ia sendiri, kenapa harus diasuh Tante Clarrisa, kenapa Papa harus pergi meninggalkan Mommy sehingga harus memilih jalan menitipkan Jessie pada Tante Clarrisa. Kenapa pula Om harus terjerat utang dan korupsi. Kenapa tidak menunggu Jessie lulus kuliah, dapat kerja, sehingga hidupnya tak lagi tergantung pada keluarga Tante Clarrisa. Sehingga ketika ia dijadikan jaminan pada Om Wisman, dengan tegas Jessie bisa menolak keras.Hufftt…!Jessie menghela napas. Ya sudahlah, yang sudah telanjur terjadi biarlah terjadi.Pukul sembil

    Last Updated : 2021-05-13
  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   15. Siaran Tengah Malam

    “Nggak gagal, kok. Cuma kurang lancar aja…,” kata Bambang lembut mencoba menenangkan penyiar baru yang baru saja demam panggung. Laki-laki itu menepuk bahu Jessie yang kaku. Tegang karena kecewa dengan dirinya sendiri. Kaku karena kedinginan. Beneran, deh, temperatur AC-nya kayak bisa berubah sendiri gitu. Jadi lebih dingin.Jessie mengembuskan napas pelan-pelan. Radio sedang memutar susunan lagu di playlist yang sudah disiapkan. Bambang menyuruhnya membikin minuman hangat.Di pantry Jessie membikin segelas susu panas. Ia tidaak tergesa harus segera kembali siaran. Bambang yang akan menjadi operator sementara. “Tenangkan dirimu dulu, Mbak. Pelan-pelan aja. Kalau sudah siap baru balik ke studio. Nggak usah tergesa-gesa.”“Terima kasih, Mas Bambang.”Jessie mengikuti saran Bambang. Ia menyeruput susu panasnya perlahan. Rasa hangat meluncur dari mulut ke tenggorokan. Lalu, menggelenyar menyebar ke sekujur tubuhnya.

    Last Updated : 2021-05-13

Latest chapter

  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   51. Rasa Kehilangan

    Seeerrr….Jessie berhenti di depan pintu toilet. Ia merasakan bulu kuduknya kembali meremang. Ia belum melanjutkan ceritanya tentang patah hati. Tiba-tiba saja ia kebelet pipis. Sehingga meminta jeda pada Bambang. Bambang mengagguk oke bahwa ia setuju. Ketika Jessie melontarkan pertanyaan; sudah siap mendengarkan kisah patah hati Jessie, Bambang segera menimpalinya dengan sebuah lagu. Lagu melankolis baru dari penyanyi yang baru saja muncul di kancah dunia musik. Lady Jaijai dengan lagu barunya yang berjudul Can’t Stop Loving You.Seusai menunaikan hajat Jessie mencuci bersih tangannya. Ia juga mencuci muka agar tak mengantuk. Tak lupa mengusap tengkuknya dengan telapak tangan yang sudah dibasahi air dingin. Matanya kembali melek. Badannya terasa kembali bugar. Ia harus cepat kembali untuk memandu program Siaran Tengah Malam.Seeerrr….Sesuatu berwarna hitam berkelebat lewat pintu kaca yang berbatasan langsung dengan halaman kebun bela

  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   50. Patah Hati

    Seerrrr…..Jessie baru saja keluar dari pantry. Ia telah menghabiskan segelas susu hangat. Perutnya tiba-tiba keroncongan. Lapar. Padahal seingatnya sebelum berangkat ke radio tadi ia sudah makan malam. Ah, paling gara-gara udara dingin jadi perutnya gampang sekali kosong.Seerrr….Tengkuk Jessie meremang. Bulu kuduknya merinding. Ia seperti melihat sesuatu berjalan di antara koridor ruang depan kantor. Gadis itu mencoba memeriksa bagian depan. Siapa tahu ada tamu yang kebetulan telah menunggu lama. Atau maling? Wah, semoga aja tidak. Kalau maling ia hanya akan bisa berteriak minta tolong.Ada Bambang di ruangan siaran. Tapi beneran, deh, lebih baik bukan maling. Lebih baik kalau juga bukan setan.Jessie berjalan mengendap. Ia melongokkan kepala di dinding pembatas ruangan.Ruang depan kantor lengang. Tak terlihat ada siapa-siapa di sana. Halaman depan terlihat terang oleh lampu taman. Tak banyak orang lewat di jalanan. L

  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   49. Terima Kasih

    Flowery-Rose Ice Cream Resto pagi itu terlihat sejuk dan asri. Karyawan yang biasanya bertugas di dapur membantu menyiram tanaman. Tanaman-tanaman hijau di halaman depan terlihat segar dan menyenangkan. Bunga-bunganya mekar dengan baik.“Selamat pagi, Pak…,” sapa si karyawan begitu melihat John berjalan masuk.John Burgundy membalas saaan itu dengan baik. “Selamat pagi.” Ia melanjutkan perjalanannya menuju ruangannya. Hari ini terasa begitu ringan dan membahagiakan bagi John. Laki-laki itu menikmati duduknya di kursi pimpinan yang empuk. Sebentar lagi ia akan cabut dari sini. Segala drama yang berhubungan dengan si Gembel dan lisa akan segera usai. Ia akan menempuh hidup baru. Mengurus perusahaan baru, dan tak lagi perlu repot-repot mengurusi hal-hal sepele seperti cinta dan sebagainya.Cklek klinting…Bel di pintu berdenting. John lupa menahan pintu agar tak kembali menutup. Saat pagi memang pintu itu dibiarkan terbu

  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   48. Enjoy!

    John mematut-matut dirinya. Rambutnya telah disisir rapi. Jambangnya yang telah dicukur bersih seminggu lalu kini muncul sedikit-sedikit. Tidak apa-apa. Tidak usah dicukur bersih lagi. Malah bagus begini. Ia terlihat lebih matang dan macho. Rahangnya tegas dan terlihat menawan.Tak ada perempuan yang meragukan ketampanan John Burgundy. Hanya sayangnya satu wanita ini, Lisa, tak juga tergerak hatinya untuk mengakui bahwa John adalah yang terbaik.Malam ini, ya, malam ini keadaan telah berubah. Berbalik 180 derajat. Tentu saja hal ini karena kedermawanan hati John Burgundy. Ia memberi kabar bahwa Si Gembel bekerja di tempatnya. Ia mematuhi perintah Lisa untuk menekan Si Gembel dengan semena-mena memberinya tugas yang tak terkira – meski pada akhirnya John agak sungkan dan tersentil saat Om Wisman bertandang ke resto mereka. Ah, urusan Om Wisman dipikir nanti saja.Kini kembali pada Lisa. John berdebar tak sabar menunggu hingga ketemu dengan gadis cantik itu.

  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   47. Janjian dengan John

    Alfin tergeragap bangun. Ia merasakan ada yang menindih dadanya. Laki-laki melongok lalu kembali merebahkan kepalanya dengan penyesalan yang sangat besar.Lisa tidur pulas. Kedua matanya terpejam erat. Kepalanya berbantalkan dada bidang Alfin. Napasnya teratur. Mereka berdua tidak mengenakan pakaian sama sekali. Tidur hanya bertutupkan selimut lebar.“Ya ampun. Apa yang telah aku perbuat?” Alfin menepuk jidatnya. Ia mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum tepar tidur karena kelelahan ‘bertempur’. “Ah, iya. Aku berniat memanas-manasi Jessie. Gadis itu harus cemburu karena aku kembali akrab dengan Lisa. Alih-alih kesal, gadis itu malah terlihat biasa saja. Ia benar-benar tidak menyukaiku sedikit pun?” gumam Alfin dengan suara serak.Tubuh Lisa semakin dekat dan merapat. Gadis itu merengek pelan – sepertinya hanya mengigau. “Kamu hebat banget, Sayang…,” gumamnya masih dengan suara parau. “Sudah lam

  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   46. Terjebak Masa Lalu

    Alfin dan Lisa saling melepaskan diri. Napas mereka terengah-engah. Lisa mengembangkan senyum. Kepalanya sedikit keliyengan karena rasa cinta yang begitu membuncah.“Aku… aku….”Alfin merasa sedikit bingung. Kepalanya juga sedikit pusing. Pesona Lisa begitu memenuhi benak dan pikirannya. Ciuman tadi sengaja ia lakukan hanya untuk memanas-manasi Jessie. Pada mulanya rencana itu ia anggap berhasil. Namun, laki-laki itu terseret oleh pesona Lisa yang dulu pernah dicecapnya. Memori yang kembali hadir menjadi kenyataan; begitu lembut, begitu manis, begitu memabukkan.“Sudah siap memesan, Tuan?” tawar Jessie masih dengan mengembangkan senyum. Ia sudah siap dengan catatan untuk mencatat setiap permintaan Alfin.“Aku… aku….” Alfin masih puyeng. Ia memerhatikan gadis di hadapannya sekali lagi. Lisa membetulkan kembali lipstiknya. Gadis itu bahkan tak perlu merasa sungkan pada Jessie. Tenang saja ia kembali mengoleskan lipstik dan lip-tint-nya untuk membenahi solekannya yang

  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   45. Rasa yang Dulu Pernah Ada

    Alfin menjemput Lisa di coffeshop. Gadis itu mengaku baru saja selesai meeting dengan klien. Tapi melihat dari pakaiannya yang masih bau toko dan make-up-nya yang tebal – terlihat seperti baru saja dari salon.“Kita berangkat sekarang?” tawar Alfin.“Yuk!” Lisa segera bergegas pergi. Ia mencoba menggandeng tangan Alfin. Laki-laki dengan halus menyingkir hingga gandengan tangan Lisa berlalu begitu saja.“Kita naik kendaraan sendiri-sendiri, ya?”Lisa merengut. “Ih! Nggak romantis banget-lah! Masa naik kendaraan sendiri-sendiri!?”“Nanti malam aku sudah ada janji. Nggak bisa antar kamu pulang terlebih dulu. Kudu buru-buru.” Alfin menunggu dengan tidak sabar. “Gimana? Jadi, nggak?”“Oke, deh!” Lisa menyusul Alfin masih dengan cemberut. Gadis itu merasa seperti dimanfaatkan. Tapi mau bagaimana lagi? Ajakan Alfin sore ini terasa seperti hujan di gurun gersang. Lisa selalu mencoba menghubungi laki-laki itu – tapi selalu tak ada tanggapan. Lisa selalu me

  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   44. Janjian Kencan

    Alfin memandangi foto Jessie. Itu foto mereka ketika upacara kelulusan kuliah. Mereka wefie dengan wajah ceria. Senyum yang begitu lebar. Mata yang berbinar-binar. Penolakan Jessie beberapa waktu yang lalu akhirnya membuat hubungan pertemanan mereka menjadi dingin juga renggang. Boro-boro jadian, saling kontak saja sudah tidak pernah lagi. Persahabatan mereka yang baik menjadi turun level menjadi dua orang yang bersikap seolah tidak saling kenal.Seandainya saja malam itu Alfin tidak menuruti keinginannya. Tapi ia sudah tidak tahan lagi. Keinginannya telah begitu besar untuk bisa memiliki Jessie. Alfin sudah mencoba mencari perempuan yang lain. Perempuan yang baik, perempuan yang ceria, perempuan yang cerdas dan tangkas, perempuan yang mampu menjalankan perusahaan dengan baik, bertanggung jawab dan memiliki etos kerja yang tinggi namun juga lembut dan penuh kasih sayang.Perempuan itu ada. Bahkan yang jauh lebih baik dari Jessie juga banyak. Tapi tak ada satu pun yang kl

  • S.T.M. (Siaran Tengah Malam)   43. Utang Budi

    John Burgundy menahan diri. Rahangnya mengeras. Si Gembel benar-benar mengerjainya. Gadis itu memanfaatkan keadaan dengan baik. Jangan-jangan Om Wisman hari ini datang juga karena aduan Jessie?“Hmm… ya, rasanya enak. Tentu saja,” jawab John. “Itu mengapa menu itu menjadi nomor satu di Flowery-Rose Ice Cream Resto yang sebentar lagi akan Kak Jessie manajeri.”“Hmmm… ya, ya, ya,” tanggap Jessie dengan manggut-mangut. Di dalam hatinya ia menahan geli. John Burgundy mengubah sikapnya hampir 100%. Terbersit rasa heran di dalam hatinya Jessie. Mengapa laki-laki itu seperti begitu menaruh hormat pada Om Wisman.“Kok, tidak dicoba Om es krimnya?” tanya John.“Oh?” Om Wisman yang mengikuti percakapan itu seperti tersadar. “Oh, ya, ya, ya. Aku sedang mengikuti perbicangan kalian berdua. Menarik sekali. Sepertinya Jessie mendapat banyak ilmu yang bermanfaat dari John, ya.”Om Wisman mencoba es krim rekomendasi John.John mendelik ke arah Jessie.

DMCA.com Protection Status