Share

Hilang

last update Last Updated: 2025-01-18 11:34:02

Pagi itu, aku melihat Dave menatap ke arah luar jendela yang sedang hujan deras. Aku menghampirinya perlahan dari belakang. Ia sedang menatap rumah yang berada di seberang rumahnya.

"Rumah Karlina." Sahutku.

Dave tersenyum kecil. "Yah, rumah gadis tercantik di kota."

Aku tertawa kecil mendengar pujian hiperbola itu. "Aku boleh jujur gak, sama kamu?" tanyaku yang berdiri tepat di sampingnya melihat ke luar jendela.

Dave melirik ke arahku.

"Aku juga suka sama Karlina, sih." Jawabku lirih.

"Ya, kamu kan udah pernah bilang waktu itu," jawab Dave singkat. Dia sepertinya kehabisan kata-kata.

"Tau. Cuma maksudnya, kalo emang kamu suka sama dia, gak apa. Dia lebih cocok sama kamu, kok, daripada aku." Aku memberikan semangat padanya serta menepuk pundaknya.

Dave tertawa kecil. "Ya, tapi gimana, ya. Dia kan udah sama Farid. Aku gak bisa nikung dia. Farid gitu, lho."

"Iya, sih." Kami berdua menghela napas dan melihat jendela yang menampilkan rintik hujan yang menderu.

Tiba-tiba, seseorang menyam
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Kemana Ralph?

    Sudah seminggu Ralph tidak masuk sekolah. Anehnya, tak ada satu pun yang tahu keberadaannya. Teleponku tak pernah diangkat, pesan WhatsApp yang kukirim pun tak pernah berbalas, bahkan status online-nya tak pernah muncul. Aku mulai merasa khawatir, tapi tak ada yang bisa kulakukan selain menunggu.Namun, setelah seminggu tanpa kabar, kekhawatiranku memuncak. Aku tak bisa lagi menunggu tanpa kejelasan. Hari itu, sebelum jam masuk sekolah, aku memutuskan untuk pergi ke kelas 10 IPA 4, yang mana itu adalah kelasnya Ralph.Seketika, aku melihat Karlina yang keluar dari pintu kelas, aku langsung merasa jantungku berdetak lebih cepat. Dia berdiri menghampiriku dan menatapku, rambutnya tergerai rapi, dan make up-nya membuatnya tampak lebih dewasa dari usianya. Ada sesuatu dalam cara dia melihatku mendekat yang membuatku sejenak kehilangan kata-kata.Sial, aku harus. Ini bukan saatnya salting, Ralph sedang menghilang. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan perasaanku. Setelah mem

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Dia yang Kucintai

    “Dave itu baik banget. Hatinya itu tulus banget. Udah baik, ganteng lagi, idaman lah pokoknya.” Tutur Karlina memuji teman karibku.Mendengarnya aku tersenyum bangga. Aku sangat beruntung bisa mendapatkan teman yang memiliki banyak sisi kebaikan.“Ya udah, Gas. Lo gak mau gabung sama yang lain gitu?” tanyanya mengalihkan topik pembicaraan.Ah, rasanya sangat malas ketika Karlina bertanya hal itu. Keberadaanku di sini hanya karena terpaksa. Bergabung dengan yang lain? Apa yang bisa aku lakukan?“Enggak, Rin,” jawabku atas pertanyaan Karlina.Namun, secara tiba-tiba gadis itu menarik tanganku sambil berkata, “Udah, ayo ikut aja! Daripada lo cuma sendirian di sini!”Ah, aku tak kuasa menolak. Akhirnya hanya bisa mengikuti langkah gadis itu. Namun, di tengah perjalan aku melihat Zaydan yang datang dari arah lain. Matanya menyipit tajam saat melihat Karlina menarik tanganku. Aku kebetulan menoleh ke arahnya, di situlah aku mengumpat dalam hati.“Hei, kalian!” teriaknya memanggil kami berdu

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   JANJIKAN PADAKU RUMAH DARI KENANGANMU

    Pintu akhirnya dibuka. Aku melihat Dave yang masih memakai piyama berdiri di belakang pintu."Eh, Agas. Sendirian?""Oh, enggak ini aku bawa seorang teman." Aku menggeser tubuhku ke samping agar Karlina bisa melihat. Saat itu, aku melihat wajah Karlina yang terbujur bahagia."Ka-Karlina?" ucap Dave gugup.Seketika Karlina langsung berlari dan merangkulnya. "Dave!" teriaknya. Saat itu pula hatiku terasa hancur. Seperti ada serpihan beling yang menusuk hatiku. Aku menganga menatap peristiwa pelukan itu.Tetapi, aku berusaha tegar. Aku terus mengatakan dalam hatiku, Itu sahabatmu. Dia lebih berhak darimu. Sungguh sedikit menyesak, tapi aku berhasil menaklukan rasa iri dalam hatiku."Jir, kamu kemana aja Dev?" Karlina bertanya dengan begitu terharu."A-aku berhenti les, sih. Aku takut ketemu kamu. Soalnya kan, kamu udah punya pacar."Aku melihat Karlina dengan gesit menarik lengan Dave ke dalam rumahnya. Aku langsung mengikutinya.Aku bisa merasakan getaran cemas di udara, dan aku tahu bah

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Kabar Dari Orang Mati

    Aku duduk di samping Dave di kamar tidurnya, suasana ruangan terasa hening. Hari sudah mulai sore, dan suasana mendung begitu kental di udara. Aku melihat Dave menatap kosong ke arah luar jendela, wajahnya terlihat penuh kekhawatiran dan ketidakpastian."Ini sudah seminggu, Gas," ucap Dave dengan suara yang rendah. "Papa belum juga pulang. Aku sudah mencoba meneleponnya berkali-kali, tapi tidak ada jawaban. Aku mulai pesimis apakah dia masih hidup atau tidak."Aku merasakan kegelisahan Dave, dan hatiku terasa pilu melihatnya seperti ini. "Moga ayahmu baik-baik saja, Dev." Aku berkata dengan bimbang. Terus terang aku bingung bagaimana memberikan harapan padanya.Dave mengangguk menyetujui pernyataanku, tapi tatapannya masih terasa penuh dengan kecemasan. Kami berdua merenung dalam keheningan, membiarkan ketidakpastian melayang di udara sore hari ini.Tiba-tiba, suara dentungan piano terdengar oleh telingaku. Suaranya melayang-layang di udara malam, melintasi dinding dan pintu kamar Dav

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Premonisi

    Malam itu, setelah seharian penuh pikiran dan perasaan campur aduk, aku akhirnya memutuskan untuk tidur lebih awal. Di kamarku yang sempit dan sederhana, aku berbaring di atas kasur, mencoba memejamkan mata. Tapi rasa gelisah tentang Ralph masih menghantuiku. Pikiran tentangnya dan kejadian-kejadian aneh yang akhir-akhir ini muncul di hadapanku terus menghantui. Aku menghela napas dalam-dalam, berharap tidur bisa membawa ketenangan.Aku terbangun. Aku mendapati diriku berada di ruangan aneh lagi. Kali ini aku berada di ruangan yang memiliki banyak manekin dan robot animatronik hewan-hewan yang mati. Suasana begitu hening.Aku bangkit di antara tumpukan kayu, namun aku melihat diriku yang tampak transparan. Lucid dream lagi? Pikirku. Ini adalah yang kedua kalinya aku mengalami lucid dream. Bahkan, kejadian sebelumnya aku mendapati diriku di situasi mengerikan, kecuali jika memang...."Ciko...." terdengar suara yang sedikit familiar di telingaku.Aku menoleh ke arah datangnya suara pang

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Dia Kembali

    Keesokan harinya, aku telah sampai di sekolah. Aku berjalan santai melewati koridor sekolah yang lumayan sepi. Namun, saat aku hendak masuk ke dalam kelasku, dengan samar aku mendengar kakak kelasku tengah bercerita tentang seseorang."Morgan gak masuk katanya hari ini," ujar teman sekelas Morgan.Aku langsung teringat akan mimpiku tadi malam. Mungkinkah hal itu ada hubungannya dengan Morgan yang tidak masuk sekolah hari ini?"Kenapa? Apa dia sakit?" tanya teman Morgan lainnya."Katanya sih, dia hilang," jawab teman Morgan yang memberi kabar tadi."Hilang? Kok bisa?" tanya teman Morgan lainnya sambil menampilkan ekpresi terkejutnya."Entahlah, aku hanya mendapatkan kabar itu saja," ujar teman Morgan yang memulai cerita tadi.Mendengar itu aku langsung menangkap jika memang kejadian tadi malam adalah hal nyata. Aku terus mendengarkan mereka bercerita hingga obrolan mereka sudah tidak terdengar lagi saat mereka hilang dari pandanganku, mereka naik ke atas melewati anak tangga.Aku kemba

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Inspektur Bobby

    Sepulang sekolah, Aku dan Ralph menjalankan agenda kami. Kami sudah menyusun beberapa rencana untuk kami lakukan hari ini."Kita mulai dari mana ini?" tanyaku pada Ralph."Gue juga bingung." Ralph terkekeh.Ralph seperti memikirkan langkah apa yang harus diambil, terlihat saat jari Ralph menggosok dagunya sendiri. Ia sedang berusaha memikirkan sesuatu."Gue bingung, Gas. Gimana kalau kita ajak Inspektur Bobby aja? Yang gue tau dia juga sedang mencari tahu tentang misteri ini," kata Ralph."Lo yakin?" tanyaku ragu."Yakin, nanti lo ceritain semua petunjuk yang udah lo dapetin sama dia, terus lo cerita juga kemampuan supranatural lo itu, dia itu seorang detektif. Mungkin saja dia bisa bantu kita di sana, setidaknya ada orang dewasa juga lah yang menemani," jelas Ralph.Aku tersenyum meledek Ralph, jariku menunjuk kearahnya dengan mata menyipit. "Lo takut, ya?" tudingku seraya tertawa."Njir, enggalah. Malah gue antusias banget ini, gue cuma khawatir aja kalo datang ke sana nggak ada ora

    Last Updated : 2025-01-18
  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Pencarian

    Aku kembali terjebak dalam mimpi yang aneh—sebuah lucid dream yang entah kenapa terasa begitu nyata. Kali ini, aku berada di sebuah rumah sederhana, di ruang tamu yang hangat. Seorang pasangan suami istri sedang duduk di sofa bersama anak mereka, menonton televisi. Tawa anak kecil itu menggema di ruangan, menciptakan suasana damai yang terasa begitu kontras dengan rasa gelisah yang menghantam dadaku.Tiba-tiba, suasana itu berubah drastis. Pintu depan rumah mereka digedor dengan kasar. Dua sosok berhoodie gelap dan bertopeng beruang menerobos masuk. Tanpa peringatan, mereka menyerang keluarga itu dengan brutal. Jeritan dan ketakutan menghiasi ruangan, sementara aku hanya bisa berdiri terpaku, tak bisa bergerak. Mimpi ini... mimpi ini terasa terlalu nyata. Aku mencoba berlari untuk menolong, tapi kakiku seperti tertanam di lantai.Kemudian, semua itu menghilang begitu saja.Sebelum aku bisa sepenuhnya memahami situasinya, sesuatu menyerangku dari belakang. Sesosok hantu pria melayang c

    Last Updated : 2025-01-18

Latest chapter

  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Penguntit di Kegelapan

    “Emang bagus, ya?” tanya Dave sambil melirik poster besar di dekat pintu masuk teater. Gambar seorang wanita berwajah pucat dengan mata merah menatap tajam ke arah mereka, dikelilingi bayangan gelap. Karlina hanya tersenyum kecil sambil meraih lengan Dave, menariknya menuju pintu teater. “Moga aja. Lagian, kamu kan selalu bilang kalau film horor Hollywood lebih ‘berkelas’, bukan?” “Jelas,” jawab Dave sambil mendesah. Saat mereka melewati antrean yang panjang di pintu teater sebelah, Dave melirik tulisan besar di layar digital: “Santet dari Kegelapan”. Dia langsung mengernyit. “Hadeh. Heran, padahal horor Indonesia kalo gak santet, religi, ya thread viral. Tapi kok, bisa sampe serame itu. Apa bagusnya, sih,” katanya setengah berbisik, tapi cukup keras hingga seorang pria di antrean melirik ke arahnya dengan dahi berkerut. Karlina mencubit lengannya. “Dave! Jangan ngomong gitu. Ada orang yang suka.” “Ouch! Aku cuma jujur,” jawabnya santai. “Kalau mau bikin film horor, ya bikin ceri

  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Warisan Baru

    Tiga bulan berlalu.Akhirnya kehidupanku berjalan dengan sangat mulus.Kabar baiknya adalah, aku akan mengikuti program Student Exchange semester depan, dan saat ini aku sedang mengikuti karantina fasih Bahasa Inggris di Pare.Kali ini aku tidak akan menceritakan kisah mengenai diriku. Sejatinya, tak ada yang menarik saat ini.Namun, aku akan menceritakan kejadian mengerikan yang menimpa sahabatku.***Januari 2018.Seorang pria dengan setelan kemeja formal ditambah dasi terlihat duduk di sofa. Ia mengeluarkan sebuah koper dan mengambil sebuah map berisikan lembaran kertas yang dijepit oleh stapler. Ia meletakannya di sebuah meja, di hadapan tiga pemuda.“David Malcolm,” ujar pria itu.“Ya, pak,” jawab seorang anak berambut emas yang duduk di tengah.“Oke, tolong tandatangan di sini,” ia menunjukan kolom yang harus ditandatangani, “dan di sini.”Pemuda di samping David menepuk punggung pemuda itu sembari ia menandatangani. “Mantap, Dave.”“Alhamdulillah,” seru gadis di samping kanan D

  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Insiden

    Suatu hari, aku dan Ralph berangkat menuju rumah nenek Ralph di Samarinda. Perjalanan di bus terasa menyenangkan dengan canda dan tawa yang terus berlanjut di sepanjang jalan.“Makasih ya, Gas, lo mau bantu gue urus nenek. Repot soalnya om lagi pergi. Kakek udah meninggal. Mana nenek sekarang pake kursi roda lagi.”“Gapapa, Ralph. Santai aja.”Ketika sampai di rumah neneknya, Ralph langsung membuka pintu. Saat itu omnya belum lama sudah pergi, jadi ia bisa langsung memasukinya.Nenek Ralph di kursi roda menyambut kami dengan senyuman ramah dan langsung mengajak kami menikmati teh hangat di beranda.Tiba-tiba, Ralph menarik tubuhku.“Hey!” Aku terkejut.“Ssst, Gas. Gue mau kasih tau lo, kalo nenek gue indigo juga kayak elo,” bisiknya di telingaku.“O-okay.” Aku tidak bisa berkata-kata lagi.Ketika Ralph pamit untuk mandi, ia menatapku sejenak dengan tatapan penuh harap."Gas, gue titip nenek sebentar, ya. Lo jagain," katanya dengan nada serius, tapi penuh kepercayaan. Aku mengangguk, m

  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Berdamai Dengan Masa Lalu

    Ralph dengan berani maju ke depan, berdiri di antara para hantu dan tubuh Agas serta ibunya. Dengan kedua tangan terkepal, dia menatap makhluk-makhluk itu dengan penuh tekad, meskipun wajahnya tampak sedikit pucat.“Dave, Karlina! Kalian jagain tubuh mereka! Gue bakal coba tahan mereka!” seru Ralph sambil melangkah maju.“Ralph, jangan konyol! Mereka bukan manusia!” Karlina memperingatkan, suaranya gemetar.“Justru karena itu gue yang maju! Gue paling paham soal beginian!” Ralph membalas dengan nada meyakinkan, meski dalam hatinya dia juga tahu ini bukan lelucon.Hantu-hantu itu, yang sempat mundur karena cahaya lentera, kini kembali mendekat dengan lebih ganas. Ralph mengambil sebuah kayu panjang yang ia temukan di sudut ruangan, mengayunkannya ke arah salah satu hantu yang mencoba merangkak menuju tubuh Agas.“Jangan berani-berani sentuh temen gue!” teriak Ralph, memukul kayu itu ke udara, meskipun serangannya hanya menembus tubuh hantu tersebut tanpa efek.Salah satu hantu dengan w

  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Kenangan Baru

    Sementara itu, di dunia nyata, Ralph, Dave, dan Karlina masih berkumpul di ruang bawah tanah, menunggu diriku dan ibuku kembali ke tubuh kami. Kedua tubuh kami tampak tidak bergerak, seperti sedang tertidur lelap, namun wajah mereka sedikit berkerut, seolah sedang berjuang keras.Dave mondar-mandir dengan gelisah. “Kenapa lama banget, sih? Mereka baik-baik aja, kan?” tanyanya sambil terus melirik tubuh Agas.Karlina, meski juga khawatir, mencoba menenangkan Dave. “Santai, Dave. Kita harus percaya sama Agas. Dia pasti bisa bawa ibunya kembali.”Ralph duduk di dekat tubuh Agas, dengan mata berbinar-binar. “Kalau lo jadi mereka, lo juga pasti lama, Dave. Lo nggak tahu, kan, dunia arwah kayak apa? Mungkin ada naga, ada kastil terbang, atau... mungkin ada hantu yang keren-keren!” katanya dengan nada sedikit terlalu semangat.Karlina memelototi Ralph. “Lo bisa nggak serius, Ralph? Ini nyawa temen kita yang lagi dipertaruhkan!”Namun, sebelum ada yang bisa membalas, suasana di ruang bawah ta

  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Pertarungan Terakhir

    "Anak nakal. Kamu jangan mengambil barang orang, dong," kata Asmodiel dengan nada nyinyir.Aku bangkit. Hatiku benar-benar gusar. Takkan kubiarkan dia sembarangan meremehkanku."Aku mengakui kamu cukup hebat, ya." Dia berjalan mondar-mandir, sembari mendekatiku. "Kekuatanku cukup menarik. Bahkan membuat Umbrosus tertarik padamu."Aku terengah-engah. "Siapa itu?""Kamu gak tahu? Manusia bayangan."Oooh si manusia bayangan. Baik aku mengetahui nama aslinya sekarang."Dia gemetar seperti anak kecil saat merasakan kekuatanku. Setiap jiwa, setiap energi yang mereka koleksi, aku bisa merasakannya... mengendalikannya."Aku mengerutkan dahi, menahan amarah. "Jangan berharap aku jadi bagian dari koleksimu."Senyum Asmodiel melebar. "Kamu masih belum paham, ya, Agas? Aku tidak hanya ingin sekadar menguasaimu. Aku ingin kekuatanmu... jiwamu. Dengan itu, aku akan menjadi lebih dari sekadar penguasa di sini. Aku akan menembus batas yang tak pernah ada iblis lain bisa bayangkan."Ia mendekat lebih

  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Gerbang Merah

    KETIKA KAMU BERKUNJUNG KE DUNIA ORANG MATISEMAKIN KAMU MENJELAJAHINYASEMAKIN BERESIKO PERJALANANMU-ELLIS REYNER______________________________________________________Aku terbangun di kegelapan. Gemuruh orang-orang penasaran bisa terdengar. Kabut-kabut mencuat di sekitarku. Aku sampai di dunia arwah.Lentera kehidupan menyala dan muncul di hadapanku. Aku pun mengambilnya. Namun, seseorang lewat di sampingku. Aku terkejut dan menoleh. Tetapi, sosok itu sirna.Aku menoleh kembali. Sosok remaja pria dengan wajah yang terbelah dan hancur datang menghampiriku. Aku terkejut dengan kengerian, namun aku pun terdiam karena sosok itu sangat familiar."Andi?" Ucapku.Ia mengangguk. Aku bisa melihat raut matanya dipenuhi kesedihan."Mereka membunuhku, tetapi mereka membuangku. Sekarang aku hanya makhluk yang tersesat di dunia gelap ini," curhatnya dengan penuh pilu. "Kamu mencari tempat tinggal Tuan Kelinci, bukan?" Ia kemudian menatapku dengan serius."Yah, aku lagi mencari tempat tinggal Asm

  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   Kabur Dari Kegelapan

    "Hahahaha.... Benar-benar momen yang mengharukan. Tapi, ini belum selesai. Masih ada yang kamu harus tolong lagi." Suara dari speaker itu terdengar lagi."Mana temanku yang lain?" Aku menggertak, menatap ke arah speaker itu."Tenang, tenang. Temanmu ada di sana."Seketika, salah satu lampu di ujung ruangan menyala, memancarkan cahaya pudar yang memperlihatkan sosok Ralph yang terikat di meja pemotong. Tubuhnya dipenuhi lebam, dan wajahnya memucat, menunjukkan betapa lama ia mungkin telah disekap di sana."To-tolong...." Ia merintih, seakan ia sudah lemas tak berdaya.Di sekitar meja itu terdapat alat-alat tajam, mulai dari pisau besar hingga benda logam yang terlihat seperti penjepit yang tidak pernah digunakan untuk tujuan yang baik."Ralph!" Aku berteriak, suaraku memantul di dinding-dinding beton yang dingin. Napas Dave tertahan saat ia melihat kondisi Ralph yang tak berdaya. Dia menatapku dengan ketakutan, tetapi juga dengan tekad yang mulai muncul dari rasa panik."Ayo, Dave," bi

  • Rumah Kenangan: Pengintai di Bawah Tanah   SI PENGUNTIT DI BAWAH TANAH

    SELAMA INI, DIA MENGAWASI KITA SEMUAMEREKAM SEGALA AKTIVITAS KITAAPA PUN YANG KITA LAKUKAN, DIA TAHU SEMUANYA________________________________________________Lampu-lampu di sisi lain ruangan seketika menyala satu-satu, mengarahkanku ke sebuah lorong. Di ujung lorong itu terdapat pintu besi yang tertutup.Aku sudah tidak merasakan ketakutan sedikit pun. Aku siap menghadapi apa pun yang ada di depan. Maka, aku menggenggam kuat golokku dan berjalan dengan sigap menuju pintu itu.Nafasku terengah-engah. Aku membuka pintu besi itu.Seketika kilatan cahaya menyambar diriku, seakan aku memasuki dunia lain. Aku memejamkan mata dari silaunya cahaya itu, kemudian aku membuka mata, melihat diriku sampai di sebuah tempat gelap.Aku menuruni sebuah tangga memutar yang mengarahkanku ke sebuah ruangan. Ketika mataku mulai terbiasa dengan kegelapan, ruangan di sekelilingku perlahan menjadi jelas. Aku sampai ke sebuah ruangan besar. Di dalamnya, deretan layar monitor memenuhi dinding-dinding, meman

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status