Kejenuhan dalam penantian menjadi tunangan pria yang bukan pilihan hatinya memang menyesakkan. Tapi Swan tidak memiliki pilihan lain yang lebih baik.
Hari-hari ia lalui tanpa semangat. Kehadiran Lexia yang juga mendadak pendiam, tidak mampu menghibur hatinya yang berduka berkepanjangan. Swan terjebak dalam kotak kehidupan yang ayahnya ciptakan. Semenjak keputusan pertunangan Swan dan Angus, Anne juga menghindar dari suaminya. Wanita itu tidak menyangka jika Hector tega berbuat keji pada putri kesayangan mereka. Jangankan Swan, Anne sendiri merasakan beban yang begitu berat saat mendengar keputusan tersebut. Denting piano dari kamar putrinya mengalun pelan. Nada yang mengalun begitu menyayat dan pilu. Suara merdu Swan terdengar menyimpan duka juga lara yang begitu dalam. Anne menangis dalam diam. Emily mengatakan jika Weston terlibat, tapi dirinya tidak memiliki keinginan untuk menyampaikan hal tersebut pada Hector. PinalKejenuhan dalam penantian menjadi tunangan pria yang bukan pilihan hatinya memang menyesakkan. Tapi Swan tidak memiliki pilihan lain yang lebih baik.Hari-hari ia lalui tanpa semangat. Kehadiran Lexia yang juga mendadak pendiam, tidak mampu menghibur hatinya yang berduka berkepanjangan. Swan terjebak dalam kotak kehidupan yang ayahnya ciptakan.Semenjak keputusan pertunangan Swan dan Angus, Anne juga menghindar dari suaminya. Wanita itu tidak menyangka jika Hector tega berbuat keji pada putri kesayangan mereka.Jangankan Swan, Anne sendiri merasakan beban yang begitu berat saat mendengar keputusan tersebut.Denting piano dari kamar putrinya mengalun pelan. Nada yang mengalun begitu menyayat dan pilu. Suara merdu Swan terdengar menyimpan duka juga lara yang begitu dalam.Anne menangis dalam diam.Emily mengatakan jika Weston terlibat, tapi dirinya tidak memiliki keinginan untuk menyampaikan hal tersebut pada Hector.Pinal
"Apa cita-citamu saat besar nanti, Swan?"Itulah pertanyaan Anne pada putrinya dulu ketika masih kecil. Swan kecil akan menjawab dengan lantang,"Pelukis dan seniman sejati yang akan menjadi pujangga Northery, Mama!"Swan bahkan sudah memahami bakatnya sejak kecil dan ia berusaha keras untuk menggapainya. Semua berakhir ketika dirinya menyadari, itu tidak akan pernah terjadi!Sejak enam belas tahun ruang batasnya semakin sempit dan hidupnya terkungkung, kebebasan terenggut.Hector sedang menelepon seseorang ketika Swan mengetuk pintu dan meminta ijin untuk menghadiri undangan Beltia menghadiri peresmian sekolah khusus wanita."Apa lagi, Swan?! Berhenti merengek dan bersikap seolah-olah kau masih bebas! Sebentar lagi kau akan menikah! Duduk, diam di rumah dan belajar menjadi istri yang baik!" teriak Hector tanpa simpati.Swan memegang kenop pintu kuat-kuat hingga buku-buku kukunya memutih. Tanpa sepatah kata balasan, Swan berbalik da
Semilir angin dingin berembus menyelinap di antara pohon pinus yang berdiri kokoh di tepi hutan yang berada di pinggir pantai.Dusk menarik tali kekang kuda lalu melompat turun. Tangannya terulur, siap menbantu Swan untuk mengikutinya.Keduanya duduk di pasir putih yang bercampur dengan butiran salju. Mata masing-masing menatap laut biru yang gelap, sementara tangan mereka terpaut satu sama lain.Saat ini, hanya rasa bahagia berselimut kebimbangan yang menyelimuti keduanya. Apa yang baru saja terjadi, mewakili perasaan masing-masing selama ini.Ciuman Dusk mengungkap dua hati yang memendam rasa dalam bungkam. Mulut mereka tidak pernah bisa menyatakan kata CINTA, tapi keduanya tahu, bahwa ada perasaan yang begitu besar dan nyata telah tumbuh selama ini."Aku akan menikah," ucap Swan lirih.Dusk terdiam dan hatinya berdesir sakit. Kenyataan itu masih menjadi hambatan yang tidak mungkin ia singkirkan dengan mudah.
Anne meminta putranya mengikuti menuju ruang menjahit. Hanya tempat tersebut yang paling aman untuk mengatakan apa pun.“Mama, ada apa?” tanya Moses seraya menutup pintu dengan hati-hati. Anne meminta Moses duduk di seberangnya.“Aku tidak bisa lagi menjalani hidup dengan ayahmu, Moses,” akunya Anne dengan bibir gemetar.Pemuda itu bagaikan tersengat listrik. Sesaat pikirannya kebas dan tidak mampu mengucapkan apa pun. “Hector sudah melampaui batas dan selama ini aku bungkam karena berharap dia tidak seburuk pria lainnya. Ternyata, jika menyangkut politik dan kedudukan, dia tidak ada bedanya!” tutur Anne dengan wajah kecewa.Moses berusaha menguasai diri dan menelan cairan mulutnya buru-buru.“Ma … bisakah menahan semua ini sebentar? Kita dalam situasi yang buruk dan papa butuh dukungan kita.” Moses memberanikan diri untuk meminta ibunya agar bersabar.Anne menunduk dan akhirnya te
Tidak butuh waktu lama bagi para penghuni kastil mawar untuk menyiapkan ruang bawah tanah yang selama ini untuk menyimpan hasil anggur mereka.Puluhan pegawai segera dengan sigap memastikan majikan mereka bisa menempati labirin tersebut dengan nyaman. Dusk meminta para pria memeriksa pintu keluar di ujung yang mengarah pada gorong-gorong kota.Begitu usai semua persiapan, Moses bersiaga dengan membekali para pria dengan senapan. Dusk mendatangkan delapan orang kawannya untuk membantu penjagaan malam itu.Setelah berkeliling dan memastikan kesiagaan masing-masing pos, Dusk bermaksud mengunjungi kastil utama.Pria itu tidak ingin ada yang tertinggal dan menyusahkan mereka pada saat penyerangan terjadi.Ketika ia membuka satu persatu pintu ruangan, semua tampak kosong. Hector pun tidak membantah sedikit pun ketika Moses memintanya mengungsi.Lelaki tua itu tahu, cepat atau lambat akan ada seseorang yang akan menghantam dan menyerang keluarganya
Pagi hari itu, semua penghuni kastil mawar sibuk membereskan segala kekacauan yang masih tersisa. Moses beruntung bisa mendapatkan kontraktor yang segera bekerja membenarkan atap dan kerusakan yang ada.Total ada sekitar sepuluh kastil yang diserang tadi malam oleh para penyerang misterius. Semua pejabat, keluarga bangsawan dan juga anggota parlemen masih kebingungan motivasi di balik ini semua.Ratu Theodore memang memerintahkan penyidikan segera dilaksanakan, tapi ini akan membutuhkan waktu lama. Mengingat tidak ada satu pun anggota penyerang yang berhasil di tangkap dan mereka tidak meninggalkan jejak.Swan yang membantu para wanita membersihkan semua barang-barang di dalam yang digotong keluar, sedang mengelap bekas debu ketika Angus datang dengan wajah tergopoh-gopoh.Pria itu memeluk dengan sedikit memaksa. Swan hanya pasrah dan dengan sedikit risih, akhirnya mendorong Angus untuk menjauh.Dusk yang melihat mereka dari jauh membuang muka deng
Tanpa memberitahu kemana tujuannya hari ini, Moses meninggalkan kastil sejak pagi. Pemuda itu menyetir sendiri kendaraannya menuju ke penjara, tempat Lexia masih dikurung hingga sekarang.Setelah melewati pengecekan yang ketat, Moses akhirnya menunggu di ruang kepala penjara.Lima menit menunggu, akhirnya Daniel Castow, kepala penjara, keluar menemuinya.“Maaf, Tuan Reinard, harus menunggu lama,” sapa Daniel dengan sopan.“Tidak apa-apa Tuan Castow. Aku hanya ingin menyampaikan ini,” sambut Moses padanya dengan sopan.Daniel menerima sepucuk surat dan segera membacanya. Lembaran kertas dengan stemple ratu Theodore memang cukup mengejutkan.“Surat pembebasan Lexia?” ulang Daniel merangkum isi surat tersebut.Moses mengangguk dengan senyum.“Kami turut berduka dengan sedalam-dalamnya atas kehilangan Nona Lauren Reinard,” ungkap Daniel yang mengenal keluarga mereka cukup baik.
Dalam perjalanan pulang, Moses terus termenung dan hampir saja melewatkan belokan menuju kastil mawar. Untunglah Lexia segera mengingatkan.“Apa yang kau pikirkan, Moss? Rencana Loreta tidak kau sukai?” tanya Lexia dengan santai.Moses menghela napas dan memutar kemudi dengan lincah.“Mungkin bukan tidak suka, tapi lebih kepada ragu akan berhasil,” sahut Moses dengan suara pelan.“Di mana titik lemahnya?” tanya Lexia yang tidak begitu saja menerima.Moses memasuki halaman kastil dan akhirnya tiba di lobi.“Jika tidak terkoordinasi dengan baik, pemberontak yang berniat rusuh akan mendompleng dan semua rencana kalian kacau! Kedua, menuntut untuk persamaan hak wanita? Bukankah ada hal yang jauh lebih penting dari pada hak kalian? Misalnya hapus segala hal yang menjadi sumber dari semua ini, ganti jajaran parlemen secara menyeluruh! Barulah seluruh yang kalian inginkan akan menjadi kenyataan.”
Dusk meletakkan lasagna ke dalam oven, lalu melepas sarung tangan tahan panas.Rose baru selesai menidurkan Leon dan kini waktunya menikmati masa santai dengan segelas wine. Sementara menunggu Dusk memasak untuk makan malam, Rose menyalakan televisi dan duduk dengan segelas wine di tangan.Tidak lama, tayangan berita mulai muncul dan Rose mengeraskan volume. Reporter memberitahu mengenai pengumuman penobatan ratu yang akan dilaksanakan dalam waktu tiga bulan dari sekarang.Dusk yang tadinya ada di dapur, berjalan dengan langkah pelan menuju ke ruang tengah. Sikapnya terlihat tertegun, begitu melihat Swan yang berada di layar televisi saat ini. Gadis yang tampak mulai menjadi seorang wanita sepenuhnya, mengenakan setelan jas celana panjang berwarna biru muda. Topi kecil yang menghiasi kepala, melengkapi penampilan penuh gaya Swan.Dusk menatap sepuasnya sosok tersebut. Rose menyadari jika tatapan mata itu masih menyimpan rasa yang sama. Kini dengan pandang
Lorong istana pagi itu sibuk dengan para pelayan dan pegawai istana. Hari senin pada minggu pertama tiap bulannya, adalah waktunya mengganti semua dekorasi. Dari tirai, taplak hingga pernak pernik terkecil.Swan melangkah dengan ayunan kaki mantap, menuju ke ruang neneknya. Meski riasan wajahnya menutupi kesan sembab yang disebabkan kejadian kemarin, tapi mata Swan tidak bisa disembunyikan.Semua menyapa Swan yang tidak peduli membalas sedikit pun. Gadis itu lurus berjalan tanpa menoleh atau melontarkan sapaan kembali.Kate baru saja keluar dari kantor Theodore ketika melihat Swan datang. Dengan tatapan mata nanar, Kate memandang Swan.Calon ratu Northery hanya melihatnya sekilas, tanpa menyapa, Swan segera mendorong pintu. Gadis itu melewati Kate tanpa sepatah kata pun terucap.“Putri Swan, tunggu!” tahan Kate menahan Swan untuk masuk.Sebagai pengawal pribadi ratu, Kate berhak menahan Swan untuk bertanya kepentingan bertemu The
Tempat duduk yang berbentuk ayunan di teras tersebut baru selesai diperbaiki oleh Dusk. Mereka menempati rumah bergaya country di sebuah desa yang jauh dari kota Barner. Menempuh sekitar sepuluh jam dengan menggunakan mobil.Di kota kecil inilah Dusk memilih tempat tinggal bersama Leon, putranya, dan Rose, yang ternyata bersedia menemani dirinya.Alasan Rose karena tidak ada hal lain yang ia lakukan di Barner, maka pilihannya adalah menempuh petualangan bersama Dusk. Mereka menyewa rumah yang tadinya hampir bobrok tersebut. Dusk tidak ingin menghamburkan banyak uang untuk tempat tinggal.Ia harus berhemat demi masa depan Leon nanti. Rose muncul dengan dua gelas wine dan sepiring pie hangat yang baru ia keluarkan dari oven. Dusk tersenyum samar dan menepuk ayunan untuk memastikan kokoh.“Pie yang memiliki rasa standar namun terbaik untuk saat ini,” goda Dusk sementara tangannya mencomot salah satu pie tersebut.Rose tertawa kecil dan men
Polin menatap Swan yang melesat dengan mobil porsche hitamnya, meninggalkan halaman losmen. Tidak ada yang bisa menebak kebahagian dalam hidup. Siapa pun yang berada dalam situasi Swan, pasti akan merasakan kehancuran yang mengubah segala pola pikir juga mental.Swan memacu mobil mahalnya melewati jalanan yang mulai sepi, di tengah guyuran hujan bulan September. Musim gugur baru saja dimulai dan angin bertiup cukup kencang, dengan suhu udara yang dingin dan kering. Air mata menguburkan pandangannya. Swan melihat jembatan di depan dan entah kenapa, mendadak ia menekan pedal rem.Gadis itu menepikan mobil dan untuk sesaat ia terdiam dengan pandangan ke luar. Hanya lampu jalanan yang menerangi sisi jalan. Trotoar yang biasa digunakan oleh pemakai sepeda juga pejalan kaki tampak sepi.Tidak ada satu orang pun yang ingin berkeliaran di malam musim gugur yang cukup dingin tersebut.Swan keluar dari mobil, melangkah menuju ke tempat ia hampir melompat turun untu
Gaun berwarna biru pastel selutut itu membalut tubuh Swan dengan sempurna. Pagi ini, ia baru saja selesai melakukan pertemuan resmi pertamanya dengan para anggota dewan kerajaan dengan menteri baru yang terpilih.Selama rapat berlangsung, Theodore, neneknya, menunjukkan bagaimana kiprah seorang ratu dalam memimpin rapat dan memutuskan beberapa hal penting yang mendesak.Sudah hampir seminggu lebih, Dusk tidak menemuinya lagi. Sempat Swan mendengar jika kini Dusk juga merawat bayi yang diadopsinya.Tidak banyak pembicaraan yang mereka lakukan sejauh ini. Minimnya waktu dan tuntutan pekerjaan juga tanggung jawabnya, menghalangi Swan untuk melakukan keperluan pribadi.Sementara mengganti baju dengan celana panjang dan kaos, Swan melihat Lexia masuk dan menyapanya dengan buru-buru. Rentetan kalimat yang meminta Swan membaca beberapa tugas dari Theodore, tidak ia indahkan.“Aku mau libur hari ini, Lexia!” tukas Swan dengan cepat memakai jake
Dusk memeluk Leon dengan dekapan erat penuh kerinduan. Bayinya tertawa senang seakan tahu jika pria yang ia selalu lihat dan dekat dengannya selama ini telah kembali.Leon membasahi seluruh wajah Dusk dengan ciuman penuh liur. Dusk terbahak geli sementara Leon memekik senang saat mendengar tawa ayahnya.“Kau benar-benar pencium yang buruk, Leon! Saat besar nanti, papa akan mengajari yang benar!” seru Dusk di antara derai tawa yang terlontar.Rose yang mendengar semua kelakar, tersenyum diam-diam. Siapa pun menginginkan untuk menjadi pendamping pria tampan yang ternyata bisa berperan sebagai ayah yang luar biasa penyayang.“Dia sempat rewel tidak mau tidur pada hari pertama. Aku sempat dibuat kalang kabut hingga menjelang dini hari. Ternyata Leon suka sekali tidur dengan memeluk salah satu kemejamu. Untung aku menemukannya di lemari,” tutur Rose dengan geli.Dusk terenyuh saat mendengar cerita Rose mengenai Leon sementara dir
Tiga hari berturut-turut Dusk melakukan penyelidikan dengan teliti dan cermat. Satu persatu ia bongkar dan selidiki. Segala kiprah Weston dan Newton tidak ada yang lepas dari pengamatannya.Data-data yang diberikan oleh Remmy, ahli teknologi kerjaan Northery yang notabene anak buah Kate, mampu memudahkan semua urusan yang Dusk tangani.Bahkan sector impor dan ekspor ternyata juga melibatkan mereka berdua. sejumlah kejahatan memang berhasil Dusk dapatkan melalui oknum yang ia bayar dengan mahal. Uang memang mampu menyelesaikan segala permasalahan saat ini.Orang yang pernah kedua penjahat itu tugaskan, ternyata tidak sepenuhnya melenyapkan barang bukti yang akan meringankan hukuman Hector.Secara teknis, Hector tetap saja akan menerima ganjaran atas keterlibatannya dalam aksi yang dilakukan oleh dua bekas pejabat negara tersebut.Namun tidak seperti ancaman yang akan ditimpakan pada Hector dengan tudingan makar.Sejauh ini, Kate cukup puas da
Life ChoicesLucu permainan orang dalam dunia ini. Ada yang beralasan demi kenyamanan hidup, seseorang sanggup melakukan hal yang tidak sesuai dengan hati nuraninya juga merugikan orang lain. Ambisi mengalahkan segalanya. Itulah yang terjadi pada sebagian manusia.Ambisi.Bagi Dusk sendiri, mendengar kisah Anne yang meninggalkan Hector adalah sesuatu yang sebenarnya tidak mengejutkan. Wanita itu berhak bahagia dan mencari tujuan hidupnya sendiri, setelah sekian lama mengalah dan mundur demi suami tercinta.Tapi Hector, seorang pahlawan negeri ini yang salah mengambil langkah, juga patut mendapat kesempatan kedua. Dia tidak pantas ditinggalkan oleh istrinya, walau Hector telah memperlakukan begitu buruk, juga tidak sepatutnya dihukum karena begitu banyak jasa untuk Northery tercinta.Hector melupakan semua urusan keluarga, mengorbankan hal-hal penting dalam hidupnya, demi negeri yang ia banggakan.Kil
Anne masih duduk dengan piring makan malam yang belum tersentuh sedikit pun. Moses duduk di seberangnya dengan raut prihatin.Ibunya masih belum mau mengunjungi ayahnya hingga detik ini.Alasan Anne cukup membuat Moses naik pitam tadinya, tapi kini ia hanya melihat seorang wanita kesepian yang masih ragu memaafkan.Hector adalah pria yang Anne cintai hampir seluruh hidupnya. Tapi kekecewaan terus Hector berikan selama dua tahun belakangan. Rasanya kembali pada pria yang membuat hidupnya berantakan adalah sulit. Bukan hanya rasa tidak percaya, tapi ada ketakutan jika masa itu akan terulang kembali.“Aku tahu, Ma. Tidak nyaman rasanya kembali pada titik yang kita tinggalkan. Tapi siapa tahu, kita bisa memulai ulang dan memperbaiki eror tersebut?”Mata Anne bergerak dan kini menatap Moses.“Kau tidak tahu, Nak. Mama terlanjur meletakkan harapan untuk kembali pada hari pergi dari rumah. Cinta dan keinginan menjalani hidup denga