Sudah sejak pagi, salju turun dengan deras. Semua jalan dipenuhi dengan tumpukan salju dan penduduk terpaksa menghabiskan waktu dengan berdiam di rumah.
Hector memilih tinggal di apartemen dekat dengan kantor kementerian demi kemudahan sehari-hari selama bertugas. Hector tidak ingin melepaskan semua kendali atas wilayah yang ia khawatirkan menjadi sasaran perusakan kembali. Anne menemani suaminya dengan setia. Walaupun terkadang tampak keras dan garang, Hector selalu membutuhkan Anne untuk mendampinginya.Moses libur selama dua minggu penuh dan ia menghabiskan waktu dengan Dusk untuk memeriksa kapal sesekali atau sekedar mencari buruan sebagai selingan.Swan masih menunjukkan sikap yang kurang bersahabat. Ia belum bisa memaafkan perbuatan Dusk yang tiba-tiba memutuskan untuk pergi tanpa sebab. Tidak mungkin Dusk pergi tanpa alasan yang penting dan kuat. “Kecuali dia pria yang brengsek!” gumam Swan pada dirinya sendiri.Swan mencoba mencari muara dSetelah empat hari berturut-turut kota Barner dan sekitarnya diterpa salju juga badai, hari ini cuaca tampak lebih bersahabat.Hector baru selesai sarapan dan pelayannya menghidangkan kopi hitam kesukaannya. Anne menyapa dengan hangat dan menyerahkan koran pagi untuk suaminya.“Aku akan menyerahkan sebagian urusan keluarga pada Moses. Dia sudah cukup dewasa untuk belajar menjadi pemimpin,” cetus Hector pada istrinya.“Dia putra kita yang paling membanggakan, Hec,” timpal Anne dengan raut bahagia. Hector membatalkan niat untuk membaca dan menatap istrinya dengan lekat.“Apakah kau bahagia selama menikahiku, Anne?”Istrinya terkejut dan menatap Hector dengan mata setengah terpicing.“Kenapa, Hec? Apakah ada yang mengganggumu?”Hector tersenyum dan menggelengkan kepala.“Tidak. Aku hanya terkadang berpikir jika selama menikah, aku tidak pernah menanyakan hal ini padamu.
Tidak ada yang lebih baik dari menghindar untuk mengurangi rasa bersalah pada seseorang yang Dusk kasihi.Entah sejak kapan perasaannya berkembang dan hatinya terpaut pada Swan seorang. Pribadi gadis yang kadang meledak dalam emosi dan sesekali menunjukkan sikap manis, membuat Dusk gemas sekaligus merindukan kehadirannya.Siang itu, Dusk sedang membersihkan geladak kapal yang penuh dengan tumpukan salju. Tiba-tiba muncul seorang gadis berambut pirang yang berteriak padanya dari kapal yang tertambat di sebelah."Apa?!" jawab Dusk berteriak karena tidak mendengar jelas perkataan gadis tersebut. Reid mendekat."Kurasa dia membutuhkan pertolongan kita, Dusk," cetus Reid.Dusk melompat turun dan bergegas menghampiri gadis tersebut. Rambutnya yang pirang terikat satu terlihat sedikit basah."Pompa otomatis kapalku mati, air yang masuk ke kabin mengenangi hampir selutut! Bisakah kau membantuku?" tanya gadis itu cemas."Akan kucoba!" Dusk m
Dengan hati sedikit cemas, Anne meminta pada sopirnya untuk mengantarkan ke apartemen Emily. Sahabatnya menolak untuk mengatakan via telepon.Perjalanan menuju apartemen Emily cukup mengambarkan situasi politik Northery yang kian memanas. Demonstrasi terus terjadi di jalan dan beberapa perkantoran.Anne menatap mereka dengan wajah tegang. Ia tidak menyangka jika mereka semakin gencar mendesak pemerintah mengikuti tuntutan rakyat.Akhirnya setelah menempuh dua jam lebih, Anne tiba di apartemen Emily. Sebetulnya dalam kondisi normal, mereka hanya membutuhkan setengah jam untuk mencapai tempat sahabatnya."Astaga, Anne! Kau membuatku cemas!" seru Emily dengan lega.Anne meminta air dingin dan pelayan Emily mengangsurkan gelas besar yang langsung dihabiskan."Demonstrasi parah, Em! Oh Tuhan, apa yang terjadi pada negara kita?" keluh Anne setengah meratap. Ayahnya adalah patriot sejati yang telah berjuang untuk kemerdekaan Northery da
Jika saja bisa memilih, Dusk ingin hengkang dari tempat ini. Tapi janji yang terlanjur ia ucapkan pada Moses dan Lexia tidak mungkin diingkari. Dusk belum pernah merasakan seberat ini menerima masalah dalam hidupnya.Setelah selesai mengerjakan tugas harian, Dusk memacu sepeda motornya, menembus derai salju untuk menemui Polin."Dusk! Untunglah kamu datang!" seru Polin sembari mengajaknya ke lantai atas.Dusk mencoba menebak-nebak apa yang akan ia temui, tapi saat melihat Rose duduk di salah satu kursi, pria itu terkejut.Rose tidak termasuk dalam tebakan liarnya dan saat Polin menjelaskan bahwa Rose akan mendukung aksi berikutnya, Dusk hanya terdiam dengan tubuh tegak. Wajahnya tampak tegang sementara matanya menatap tajam Rose."Berhenti menatapku dengan tuduhan seperti itu, Dusk!" cetus Rose santai."Apa yang membuatmu memutuskan untuk bergabung?" tanya Dusk dengan nada ketus."Rose adalah ....,""Aku bertanya pada
Tidak sulit bagi Dusk untuk mengumpulkan semua teman-temannya yang langsung besedia mendukung rencana Polin.Dusk berhasil merekrut tiga puluh orang yang memiliki ketangkasan cukup baik. Jika dibandingkan kelompok Nero, pasukan Dusk lebih pintar dan cerdas. Mereka biasa bertempur dengan otak dan bukan hanya mengandalkan otot saja.Setelah memaparkan semua rencana, Dusk meminta mereka menyebar ke beberapa wilayah yang dicurigai Polin sebagai titik penting untuk Nero melaksanakan aksinya.Dusk sendiri memutuskan untuk menemui Nero tanpa siapa pun. Pemuda tersebut yakin, Nero tidak akan berani menyentuhnya!Sebelum bertemu dengan Nero di Northery, Dusk lebih dulu terkenal hingga ke daratan seberang, sebagai berandalan tangguh yang tidak perlu memiliki pasukan khusus untuk menumbangkan kartel yang mencari masalah dengannya.Bangunan yang mirip seperti motel tua tersebut menjadi markas Nero.Dusk masuk dengan santai sementara semua se
Lexia menangis dalam diam di ujung pembaringan sementara Swan terbaring dengan ekspresi terpukul. Keduanya tidak pernah menyangka jika Hector sanggup mengeluarkan keputusan terburuk demi menyelamatkan posisi politiknya."Kupikir tidak akan secepat ini aku menerima hidup buruk berikutnya. Ternyata papa sudah merencanakan semua dengan seksama." Kalimat Swan terdengar getir.Lexia tidak memberikan tanggapan. Isak tangis yang tertahan menjelaskan bagaimana ia turut merasakan simpati dan empati yang begitu mendalam."Aku seperti tenggelam dalam jerat lumpur pekat dan tidak seorang pun mendengar jeritanku," ratap Swan, seiring lelehan kesedihannya bergulir dari kelopak mata indahnya."Sakitmu, menjadi deritaku. Kesialanmu, menjadi ketidak beruntunganku, Swan. Jangan katakan kau sendiri. Aku sudah jadi bagian dari hidupmu!" tandas Lexia dengan mata basah dan hati jauh lebih terluka."Seandainya ada yang ingin memperjuangkan hidupku, mencintaiku dengan
Someday you’re gonna realize(Suatu saat, kau kan menyadari)One day you’ll see this through my eyes(Suatu hari nanti kau kan melihatnya melalui mataku).By then i wont even be there(Pada saat itu aku bahkan tidak akan berada disana).I’ll be happy somewhere(Aku kan bahagia di suatu tempat).Even if I can’t(Bahkan, jika aku tak mampu).I Know (Aku tahu)You don’t really see my worth(Kau tak sungguh menilai diriku)You think your the last guy on earth(Kau pikir kau adalah lelaki terakhir di bumi ini )Well I’ve got news for you(yah, aku dapat kabar untukmu)I know I’m not that strong(Aku tahu, aku tak setegar itu)But it won’t take long,(Tapi itu takkan bertahan lama)Won’t take long (Itu takkan bertahan lama)Cause someday, someones’ gonna love me(Karena suatu saat, seseorang kan mencintaiku )The way, I wanted you to need me(d
Pada halaman motel tua itu terparkir satu limosin mewah berwarna biru tua. Dalam salah satu ruangan yang ada di motel, terlihat Nero sedang berbicara dengan pria berjas rapi dan sedang menikmati cerutu."Ada tiga target yang harus kau hancurkan setelah malam tahun baru nanti."Nero tersenyum samar dan mengangguk.Pria dengan bekas luka di pipi kirinya tersebut mulai memaparkan satu persatu aksinya nanti. Pria yang duduk di seberangnya mengangguk dengan puas.Nero Valaz, pria campuran yang selama ini terkenal sebagai mafia memang masih cukup muda. Usianya sekitar empat puluh tahun, tapi kiprahnya sebagai pembunuh bayaran sudah melekat padanya.Nero terlahir dari ayah imigran dari Brazil dan ibunya dari kota Vince, Northery. Sejak ayahnya terbunuh dan ibunya bunuh diri, Nero hidup di jalanan.Kerasnya hidup membentuk Nero menjadi berandalan dan penjahat sejati. Tuntutan hidup di jalanan menuntut Nero pada dua pilihan sulit. Menjadi
Dusk meletakkan lasagna ke dalam oven, lalu melepas sarung tangan tahan panas.Rose baru selesai menidurkan Leon dan kini waktunya menikmati masa santai dengan segelas wine. Sementara menunggu Dusk memasak untuk makan malam, Rose menyalakan televisi dan duduk dengan segelas wine di tangan.Tidak lama, tayangan berita mulai muncul dan Rose mengeraskan volume. Reporter memberitahu mengenai pengumuman penobatan ratu yang akan dilaksanakan dalam waktu tiga bulan dari sekarang.Dusk yang tadinya ada di dapur, berjalan dengan langkah pelan menuju ke ruang tengah. Sikapnya terlihat tertegun, begitu melihat Swan yang berada di layar televisi saat ini. Gadis yang tampak mulai menjadi seorang wanita sepenuhnya, mengenakan setelan jas celana panjang berwarna biru muda. Topi kecil yang menghiasi kepala, melengkapi penampilan penuh gaya Swan.Dusk menatap sepuasnya sosok tersebut. Rose menyadari jika tatapan mata itu masih menyimpan rasa yang sama. Kini dengan pandang
Lorong istana pagi itu sibuk dengan para pelayan dan pegawai istana. Hari senin pada minggu pertama tiap bulannya, adalah waktunya mengganti semua dekorasi. Dari tirai, taplak hingga pernak pernik terkecil.Swan melangkah dengan ayunan kaki mantap, menuju ke ruang neneknya. Meski riasan wajahnya menutupi kesan sembab yang disebabkan kejadian kemarin, tapi mata Swan tidak bisa disembunyikan.Semua menyapa Swan yang tidak peduli membalas sedikit pun. Gadis itu lurus berjalan tanpa menoleh atau melontarkan sapaan kembali.Kate baru saja keluar dari kantor Theodore ketika melihat Swan datang. Dengan tatapan mata nanar, Kate memandang Swan.Calon ratu Northery hanya melihatnya sekilas, tanpa menyapa, Swan segera mendorong pintu. Gadis itu melewati Kate tanpa sepatah kata pun terucap.“Putri Swan, tunggu!” tahan Kate menahan Swan untuk masuk.Sebagai pengawal pribadi ratu, Kate berhak menahan Swan untuk bertanya kepentingan bertemu The
Tempat duduk yang berbentuk ayunan di teras tersebut baru selesai diperbaiki oleh Dusk. Mereka menempati rumah bergaya country di sebuah desa yang jauh dari kota Barner. Menempuh sekitar sepuluh jam dengan menggunakan mobil.Di kota kecil inilah Dusk memilih tempat tinggal bersama Leon, putranya, dan Rose, yang ternyata bersedia menemani dirinya.Alasan Rose karena tidak ada hal lain yang ia lakukan di Barner, maka pilihannya adalah menempuh petualangan bersama Dusk. Mereka menyewa rumah yang tadinya hampir bobrok tersebut. Dusk tidak ingin menghamburkan banyak uang untuk tempat tinggal.Ia harus berhemat demi masa depan Leon nanti. Rose muncul dengan dua gelas wine dan sepiring pie hangat yang baru ia keluarkan dari oven. Dusk tersenyum samar dan menepuk ayunan untuk memastikan kokoh.“Pie yang memiliki rasa standar namun terbaik untuk saat ini,” goda Dusk sementara tangannya mencomot salah satu pie tersebut.Rose tertawa kecil dan men
Polin menatap Swan yang melesat dengan mobil porsche hitamnya, meninggalkan halaman losmen. Tidak ada yang bisa menebak kebahagian dalam hidup. Siapa pun yang berada dalam situasi Swan, pasti akan merasakan kehancuran yang mengubah segala pola pikir juga mental.Swan memacu mobil mahalnya melewati jalanan yang mulai sepi, di tengah guyuran hujan bulan September. Musim gugur baru saja dimulai dan angin bertiup cukup kencang, dengan suhu udara yang dingin dan kering. Air mata menguburkan pandangannya. Swan melihat jembatan di depan dan entah kenapa, mendadak ia menekan pedal rem.Gadis itu menepikan mobil dan untuk sesaat ia terdiam dengan pandangan ke luar. Hanya lampu jalanan yang menerangi sisi jalan. Trotoar yang biasa digunakan oleh pemakai sepeda juga pejalan kaki tampak sepi.Tidak ada satu orang pun yang ingin berkeliaran di malam musim gugur yang cukup dingin tersebut.Swan keluar dari mobil, melangkah menuju ke tempat ia hampir melompat turun untu
Gaun berwarna biru pastel selutut itu membalut tubuh Swan dengan sempurna. Pagi ini, ia baru saja selesai melakukan pertemuan resmi pertamanya dengan para anggota dewan kerajaan dengan menteri baru yang terpilih.Selama rapat berlangsung, Theodore, neneknya, menunjukkan bagaimana kiprah seorang ratu dalam memimpin rapat dan memutuskan beberapa hal penting yang mendesak.Sudah hampir seminggu lebih, Dusk tidak menemuinya lagi. Sempat Swan mendengar jika kini Dusk juga merawat bayi yang diadopsinya.Tidak banyak pembicaraan yang mereka lakukan sejauh ini. Minimnya waktu dan tuntutan pekerjaan juga tanggung jawabnya, menghalangi Swan untuk melakukan keperluan pribadi.Sementara mengganti baju dengan celana panjang dan kaos, Swan melihat Lexia masuk dan menyapanya dengan buru-buru. Rentetan kalimat yang meminta Swan membaca beberapa tugas dari Theodore, tidak ia indahkan.“Aku mau libur hari ini, Lexia!” tukas Swan dengan cepat memakai jake
Dusk memeluk Leon dengan dekapan erat penuh kerinduan. Bayinya tertawa senang seakan tahu jika pria yang ia selalu lihat dan dekat dengannya selama ini telah kembali.Leon membasahi seluruh wajah Dusk dengan ciuman penuh liur. Dusk terbahak geli sementara Leon memekik senang saat mendengar tawa ayahnya.“Kau benar-benar pencium yang buruk, Leon! Saat besar nanti, papa akan mengajari yang benar!” seru Dusk di antara derai tawa yang terlontar.Rose yang mendengar semua kelakar, tersenyum diam-diam. Siapa pun menginginkan untuk menjadi pendamping pria tampan yang ternyata bisa berperan sebagai ayah yang luar biasa penyayang.“Dia sempat rewel tidak mau tidur pada hari pertama. Aku sempat dibuat kalang kabut hingga menjelang dini hari. Ternyata Leon suka sekali tidur dengan memeluk salah satu kemejamu. Untung aku menemukannya di lemari,” tutur Rose dengan geli.Dusk terenyuh saat mendengar cerita Rose mengenai Leon sementara dir
Tiga hari berturut-turut Dusk melakukan penyelidikan dengan teliti dan cermat. Satu persatu ia bongkar dan selidiki. Segala kiprah Weston dan Newton tidak ada yang lepas dari pengamatannya.Data-data yang diberikan oleh Remmy, ahli teknologi kerjaan Northery yang notabene anak buah Kate, mampu memudahkan semua urusan yang Dusk tangani.Bahkan sector impor dan ekspor ternyata juga melibatkan mereka berdua. sejumlah kejahatan memang berhasil Dusk dapatkan melalui oknum yang ia bayar dengan mahal. Uang memang mampu menyelesaikan segala permasalahan saat ini.Orang yang pernah kedua penjahat itu tugaskan, ternyata tidak sepenuhnya melenyapkan barang bukti yang akan meringankan hukuman Hector.Secara teknis, Hector tetap saja akan menerima ganjaran atas keterlibatannya dalam aksi yang dilakukan oleh dua bekas pejabat negara tersebut.Namun tidak seperti ancaman yang akan ditimpakan pada Hector dengan tudingan makar.Sejauh ini, Kate cukup puas da
Life ChoicesLucu permainan orang dalam dunia ini. Ada yang beralasan demi kenyamanan hidup, seseorang sanggup melakukan hal yang tidak sesuai dengan hati nuraninya juga merugikan orang lain. Ambisi mengalahkan segalanya. Itulah yang terjadi pada sebagian manusia.Ambisi.Bagi Dusk sendiri, mendengar kisah Anne yang meninggalkan Hector adalah sesuatu yang sebenarnya tidak mengejutkan. Wanita itu berhak bahagia dan mencari tujuan hidupnya sendiri, setelah sekian lama mengalah dan mundur demi suami tercinta.Tapi Hector, seorang pahlawan negeri ini yang salah mengambil langkah, juga patut mendapat kesempatan kedua. Dia tidak pantas ditinggalkan oleh istrinya, walau Hector telah memperlakukan begitu buruk, juga tidak sepatutnya dihukum karena begitu banyak jasa untuk Northery tercinta.Hector melupakan semua urusan keluarga, mengorbankan hal-hal penting dalam hidupnya, demi negeri yang ia banggakan.Kil
Anne masih duduk dengan piring makan malam yang belum tersentuh sedikit pun. Moses duduk di seberangnya dengan raut prihatin.Ibunya masih belum mau mengunjungi ayahnya hingga detik ini.Alasan Anne cukup membuat Moses naik pitam tadinya, tapi kini ia hanya melihat seorang wanita kesepian yang masih ragu memaafkan.Hector adalah pria yang Anne cintai hampir seluruh hidupnya. Tapi kekecewaan terus Hector berikan selama dua tahun belakangan. Rasanya kembali pada pria yang membuat hidupnya berantakan adalah sulit. Bukan hanya rasa tidak percaya, tapi ada ketakutan jika masa itu akan terulang kembali.“Aku tahu, Ma. Tidak nyaman rasanya kembali pada titik yang kita tinggalkan. Tapi siapa tahu, kita bisa memulai ulang dan memperbaiki eror tersebut?”Mata Anne bergerak dan kini menatap Moses.“Kau tidak tahu, Nak. Mama terlanjur meletakkan harapan untuk kembali pada hari pergi dari rumah. Cinta dan keinginan menjalani hidup denga