Suamiku tidak menjawab wanita itu saat dia mengatakan hal demikian, mereka hanya saling pandang dan untuk 10 detik kemudian Mas Farid membuang nafas bulan lalu menggelengkan kepala sambil memijiti keningnya."Mas, kita butuh setidaknya 500 juta untuk tambahan biaya," ujarku."Aku sudah membutuhkan uang untuk operasional proyek, mungkin tidak sekarang.""Aku tidak yakin kau begitu miskin Mas, mungkin kau bisa tunda dulu kegiatan-kegiatan yang tidak diperlukan selama kita sedang menggarap bisnis baru, ini bisnis anak anak kita. Kalau mereka mandiri maka itu akan meringankan beban kita di masa tua...." Aku mencoba untuk bicara baik-baik dan membujuk Mas Farid juga demi membuat perasaan wanita yang masih berdiri di ambang pintu itu semakin terbakar hatinya. "Iya, aku akan pikirkan, tapi persamaan dengan proyek yang sedang ku kerjakan juga aku tidak bisa memberikan uang sebanyak itu.""Mas, jangan terlalu baik, deh," ujarnya yang terus-terus saja ikut campur dalam urusanku dan Mas Farid.
"Akan kubuktikan padamu bahwa aku bisa membuat mas Farid lupa diri hanya dengan satu kedipan."Sepertinya dia tidak mau kalah saing atau diremehkan."Tidak usah, kau tidak perlu repot-repot. Aku tahu kau adalah pelacur kelas atas yang tidak bisa disaingi dalam hal menundukkan hati laki-laki. Keluarlah dari ruanganku karena aku harus melanjutkan pekerjaan. Penting bagiku untuk menyelesaikan laporan.""Aku sudah bilang... kau tidak perlu repot-repot bekerja, karena kehadiranmu di sini tidak dianggap," jawabnya pongah, dia kembali mengulang perkataan yang sama. Aku tak lagi menjawab hanya kupencet tombol merah di gagang telepon kantor agar petugas keamanan segera datang. "Ya Bu...." Jawaban di monitor dari seberang sana mencoba mengkonfirmasi panggilanku."Satpam, ada pengganggu di kantor saya, tolong seret dan keluarkan dia dari sini.""Siap Bu, kami akan segera datang!"Merasa dipermalukan oleh sikapku wanita itu langsung berdiri sambil merangkum kegeraman di wajahnya. Dengan akse
"Aku pusing," katanya.Lelaki itu datang padaku dan mengeluh. Dia menghampiriku yang sedang merajut taplak di dekat teras samping. Biasanya aku gunakan waktu luang saat kantuk belum mendatangiku untuk istirahat dan menonton tivi. Jika aku sudah bosan maka merajut adalah kegiatan menyenangkan yang bisa kulakukan sambil mendengarkan lagu dan menikmati angin malam yang berhembus sejuk."Kenapa pusing?""Entahlah," jawabnya sambil menjatuhkan diri di sofa yang ada di sisiku.Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 malam di mana anak-anak sudah beranjak ke kamar masing-masing."Bagaimana dengan proposal anakmu tadi, apa kau sudah membacanya dengan seksama?""Ya, aku mengerti, ia membuat proposal dengan baik dan mendetail, nampaknya semua ilmu yang dipelajari waktu kuliah sangat berguna untuknya.""Alhamdulillah, putra kita memang cerdas.""Ya betul, tapi aku belum ada uang sebanyak itu untuk kuberikan pada Handi, karena perusahaanku saat ini masih dalam pengerjaan proyek dan operasionalnya mas
Demi Allah ... aku tidak akan melewatkan waktu untuk menagih janji Mas Farid yang dia katakan tadi malam. Dia bilang dia ingin berpisah dengan Niken! Ah, itu keputusan yang mencengangkan. Tapi benarkah apa yang dia katakan itu? Apa ia hanya bercanda atau ingin menenangkanku? Ataukah, dia sedang mabuk saat mengatakannya? Tidak, aku tidak peduli dia harus menepati janjinya. "Anak anak ... Ayah kalian sudah memutuskan untuk mempertahankan keluarga kita dan kembali menjadi ayah yang baik seperti semula," ucapku kepada anak-anak saat kami semua berkumpul di meja makan untuk sarapan."Kami masih mau berkumpul satu meja saja itu sudah bagus, kenapa harus ada pembahasan yang menghilangkan selera makan, Bunda?" tanya Alexa."Kenapa kau ragu!" mas Farid bertanya. "Karena aku tak yakin ayah akan meninggalkan wanita nekat itu," balasnya lagi."Aku akan memastikan bahwa ayahmu melakukan segala keputusannya dengan benar. Aku dan dia akan bertemu dengan Niken bersama lalu membicarakan keputusan
Mas Farid sontak menjadi pucat saat niken mengatakan ancaman itu. Sungguh sebuah ancaman yang sangat berani dan beresiko sangat parah.Plak!Tamparan itu mendarat, aku yang belakangan jadi mudah sekali temperamental karena kebencianku, langsung mendaratkan pukulan berhadiah ke wajahnya."Kau pikir di dunia ini arsitek hanya dirimu? Kok boleh menuntutku kalau kau mau tapi aku yakin kau tidak akan menang!""Berani sekali Mbak memukulku setelah sekian kali Mbak melakukan kekerasan kepadaku!" Wanita itu mendesis dengan Mata merah menahan kemarahan."Kau tidak boleh mencampurkan urusan profesional pekerjaan dengan masalah pribadi kalian, jika semua orang seperti kalian, maka dunia ini akan hancur!" "Aku tidak peduli apa yang Mbak katakan tapi Mas Farid harus memilih! pecat dan ceraikan Mbak Hafsah maka proyeknya akan berjalan dengan lancar, atau putuskan aku dan carilah arsitek baru!""Aku bilang jangan campur adukkan urusan pekerjaan dan cinta kalian! Kau dibayar oleh perusahaan dengan n
"Baiklah, aku tidak perlu berlama-lama di sini aku harus membereskan barang-barangku.""Ya, silakan." Aku mengarahkan tanganku ke pintu dan membiarkan dia pergi.Melihatku yang mengusirnya dengan senyum dan santai, sekali lagi wanita itu hanya menggelengkan kepala dengan tatapan mata penuh kebencian dan dendam."Bu,kenapa ibu tidak menahannya, dia masih ada dua proyek yang dia pegang. Bapak pasti marah.""Aku yakin dia hanya cari perhatian, tidak mudah untuk wanita itu begitu saja dan meninggalkan karirnya, apalagi dia begitu berambisi memiliki perusahaan ini dan memiliki suamiku. Apa kau pikir dia serius melepaskannya begitu saja?""Sebenarnya apa yang Ibu pikirkan?" Fika masih tak habis pikir. "Mari kita berpikir seperti logika dirinya. Setelah begitu panjang perjuangan dan pengorbanan kehormatannya ... Apa kau pikir dia akan menyerah begitu saja. Ada lho tipikal orang yang mengalah untuk menang. Dia sengaja pura-pura mundur dan terlihat menyedihkan di hadapan Mas Farid.""Lalu ap
"Baiklah, aku tidak perlu berlama-lama di sini aku harus membereskan barang-barangku.""Ya, silakan." Aku mengarahkan tanganku ke pintu dan membiarkan dia pergi.Melihatku yang mengusirnya dengan senyum dan santai, sekali lagi wanita itu hanya menggelengkan kepala dengan tatapan mata penuh kebencian dan dendam."Bu,kenapa ibu tidak menahannya, dia masih ada dua proyek yang dia pegang. Bapak pasti marah.""Aku yakin dia hanya cari perhatian, tidak mudah untuk wanita itu begitu saja dan meninggalkan karirnya, apalagi dia begitu berambisi memiliki perusahaan ini dan memiliki suamiku. Apa kau pikir dia serius melepaskannya begitu saja?""Sebenarnya apa yang Ibu pikirkan?" Fika masih tak habis pikir. "Mari kita berpikir seperti logika dirinya. Setelah begitu panjang perjuangan dan pengorbanan kehormatannya ... Apa kau pikir dia akan menyerah begitu saja. Ada lho tipikal orang yang mengalah untuk menang. Dia sengaja pura-pura mundur dan terlihat menyedihkan di hadapan Mas Farid.""Lalu ap
Setelah puas memelukku lelaki itu mulai melonggarkan rangkulan tangannya, aku sendiri tersenyum dan menyentuh wajahnya dengan kedua tanganku. Menatap matanya dan menciumnya di antara kedua alisnya."Bila kamu sudah menetapkan keputusanmu untuk pelan-pelan lepas dari masa lalu yang buruk maka Tuhan pasti membantumu untuk segera bebas dari masalah itu.""Aku jadi sadar betapa berharganya kamu. Setelah sekian lama aku menyakitimu aku jadi mengerti betapa pengorbanan yang kau berikan bukanlah hal yang mudah dan aku malah menyia-nyiakan kehadiranmu.""Tidak, kamu hanya belum sadar saja.""Aku berjanji akan menjadi lebih baik," ujarnya."Iya, aku percaya atas janjimu Mas, pegang dan laksanakan janji itu."*Setelah percakapan itu, aku dan suamiku memutuskan pulang. Kami pulang lebih cepat karena malam nanti kami harus melakukan persiapan, karena suamiku akan menghadiri sebuah pesta penting kolega bisnisnya.Aku tidak memutuskan pergi karena mayoritas yang hadir di sana adalah pria, lagi pul
Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma
Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi
"Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L
"Tidak Nyonya Saya tidak melakukan apapun. Saya sungguh tidak sengaja alih-alih mengerem mobil, saya malah panik dan tak sengaja menginjak pedal gas. Saya minta maaf Bu.""Apa kau mau dipenjara bertahun tahun penjara karena kelalaianmu berkendara?"Pemuda itu mendongak dan makin pucat ketakutan."Kudengar mobil itu adalah mobil sewa harian, aku juga dengar kalau kau berasal dari keluarga menengah ke bawah jadi dari manakah uang untuk menyewa mobil, apa yang kau lakukan dengan mobil, lalu sedang apa kau di komplek perumahan elit tempat tinggal para pengusaha! Apa yang kau lakukan?""Hanya jalan jalan, Bu.""Bukannya Ada petugas keamanan komplek yang akan menanyakan dan memeriksa pengunjung yang datang?""Saat itu security tidak ada, sayang iseng masuk ke perumahan karena saya dengar tempatnya sangat bagus, mewah, berkelas dan elit, tadinya saya mau bikin konten tapi ternyata saya tidak sengaja menabrak mobil suami ibu.""Jadi kau mengebut dalam berkendara sambil memegang ponsel? Maka
"Mas Farid!" Aku terjatuh dalam pandangan mata yang sudah gelap dan berkunang kunang, melihat lelaki itu terakhir kali digotong oleh beberapa orang membuatku langsung lemas dan kehilangan kesadaran. *"Bu ... Bu, ibu dengar Bu?" Aku mencoba mengerjakan meski kelopak mata ini terasa begitu berat.Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi hingga aku tiba-tiba terkapar terbaring di kursi ruang tamu."Bu, Alhamdulillah ibu siuman," ujar Mbak Mina pembantuku."Iya, mana Bapak, Mbok?" Dalam keadaan yang masih pusing dan gemetar aku langsung bertanya tentang mas Farid."Sudah dibawa ke rumah sakit Bu.""Dibawa pakai ambulans atau mobil warga?""Mobil tetangga Bu.""Terus apa yang terjadi, Mbok." "Pengendara mobil hitamnya langsung diamankan warga dan dibawa ke kantor polisi sementara mobilnya Tuan Farid sudah dibawa ke bengkel.""Kalau begitu, saya harus bersiap untuk melihat keadaan bapaknya anak-anak saya," balasku sambil berusaha bangkit, kepalaku masih pusing tapi aku berusaha b
Hanya tertawa diri ini setelah memperhatikan sikap Niken yang berusaha menghalalkan segala cara untuk kembali mendapatkan mas Farid.Secara psikologi pria-pria tidak suka dengan wanita semacam itu, karena hal demikian membuat mereka risih dan tidak nyaman. Terlalu dikejar dengan obsesi yang menakutkan membuat pria jadi semakin menjauh dan kebencian di dalam diri mereka akan semakin timbul.Harusnya Niken bersikap lebih bijak dan tenang jika dia memang ingin memenangkan hati Mas Farid, dia harus menunjukkan iktikad baik dan penyesalan mendalam jika ingin mendapatkan pengampunan, lalu pelan-pelan merayu Mas Farid agar kembali ke dalam pelukannya. Sayangnya, wanita itu tidak cukup bijak memperhitungkan langkah. "Aku tidak kuasa menahan rasa geli di hatiku melihat wanita itu tiba-tiba mengaku hamil," ujarku membuka percakapan pada lelaki yang wajahnya dalam keadaan tegang. Kabar tentang kehamilan tentu saja mengguncang pikiran seorang lelaki meski dia pura-pura acuh tak acuh."Jika dia
Beginilah aku dan dia berdiri di depan gedung berlantai tiga, yang pernah jadi alasan perpisahan kami. Aku dan dia datang untuk kedua kalinya namun dalam konteks yang berbeda. Aku menemaninya sebagai bentuk dukungan bahwa lelaki itu masih punya orang-orang yang berdiri di dekatnya.Mengingat bagaimana dia akan menghadapi kerasnya hati Niken dan betapa nekatnya keluarga wanita itu, aku rasa ini adalah tantangan terberat di mana ia butuh teman untuk menopangkan beban tersebut. "Aku merasa trauma dan tidak nyaman hati datang ke tempat ini, aku benar-benar tidak nyaman," ujar mas Farid dengan mimik wajah sedikit khawatir dan aku bisa menangkap ketidaknyamanan yang benar-benar kentara. "Kenapa?""Dua kali aku membina keluarga dua kali juga hancur. Sungguh ini adalah tempat yang paling ingin kuhindari dalam hidupku tapi entah kenapa aku terus datang ke sini berulang kali," jawabnya mendesah."Anggap ini adalah jalan hidup yang harus sekali kita lewati Mas.""Melihat dirimu tetap ada disi
"Jadi, kemana sapi sapi itu?""Ada di kebun temanku. Kebetulan ayahnya punya lahan dan lahannya tidak terpakai jadi sapinya aku pindahkan ke sana.""Jadi polisi tidak mempersoalkan apapun tentangmu?""Ya, karena mereka tahu siapa Ayahku.""Jadi kau memakai reputasiku untuk melindungi dirimu?" tanya mas Farid pada anak gadis kami yang terus tersenyum-senyum dan merasa memenangkan sesuatu yang besar."Iya, berhubung papaku sangat kaya, berkuasa dan bisa membeli setengah dari kota ini. Jadi, aku menggunakan kekuasaan itu untuk bersikap sedikit sombong," jawabnya cekikikan."Ya ampun." Mas Farid hanya menepuk keningnya berkali-kali."Kalau memang sudah tidak ada masalah lagi, sebaiknya kita pulang.""Iya, Ma, ayo kita pulang.""Tapi Niken tak akan melepaskanmu sampai kau mengembalikan sapi-sapi itu ke tempatnya.""Dia tidak tahu apapun Pa, yang dia tahu aku sudah menjualnya, jadi sapi itu tidak akan kembali ke tangannya.""Tapi uangnya ada padamu?""Aku tidak mau tahu Ayah, apa yang kua
Selagi aku berdiri di pintu gerbang dan mendengar informasi dari penjaga yang sudah menunggu perkebunan selama 15 tahun, dari kejauhan ternyata diken dan orang tuanya menyaksikan kedatangan kami.Posisi villa yang berada di atas bukit sementara kandang hewan dan tempat pemerahan susu berada di bawahnya, membuat dia bisa leluasa melihat siapa saja yang berkunjung ke perkebunan. Aku dan dia saling menatap dari kejauhan Lalu Tak lama kemudian wanita itu mengambil motor dan melajukannya pada kami."Wanita itu datang," ujarku dalam hati. Bersamaan dengan perasaan hatiku yang mulai membuncah dengan kecemasan, di saat itu pula Mas Farid tiba di perkebunan. "Mas!""Mana Alexa!""Pak Ujang bilang, dia ditahan di Polsek.""Apa dia berhasil mengambil sapi?" tanya mantan suamiku sambil memegang kedua bahu ini."Iya, Tuan, sudah dijual subuh tadi, sesaat sebelum Nyonya Niken tiba dari rumah sakit. Tadinya non Alexa sudah mau pulang, tapi dia kedapatan oleh Nyonya Niken, mereka ribut, berdebat d