"Apa yang terjadi di sini?" Tanya Mertuaku saat lelaki enam puluh tahun itu bertandang ke rumah."Kenapa suamimu bisa sampai angkat kaki dari rumahnya sendiri?""Itu keputusan dia ayah?""Apa menghancurkan rumah tangga sudah jadi trend saat ini, Mengapa tidak ada seorangpun yang mau bertahan dan mengalah?!" Ayah mertua mencengkeram tongkatnya dengan kesal."Suamiku jatuh cinta pada wanita lain dan melakukan segala cara untuk bersama dengannya, termasuk kejahatan yang dia lakukan tempo hari, semuanya dilakukan untuk menyingkirkan diriku.""Dan kau diam saja melihat seseorang mengalami pubertas kedua? Kenapa tidak laporkan padaku?""Aku bisa apa ayah, cari dukungan dan pembenaran membuatku semakin sulit di mata Mas Farid.""Apa yang terjadi setelah ini?""Dia akan membagi harta jadi dua.""Astaghfirullah... Dia akan bahagia bersama istrinya sementara kamu harus berjuang untuk menjaga ketiga anakmu?""Iya, ayah. Untuk apa juga saya bertahan jika lelaki itu tidak lagi menginginkan saya?"
Secara mengejutkan Mas Farid datang di siang hari saat aku dan anak-anak tengah menyantap makan. Lelaki itu membuka pintu dengan kasar, berdiri sambil menyapu pandangannya dengan wajah yang sangat sebal, lalu saat kami melihatnya, dia hanya mendengus seperti sapi kepanasan."Kenapa dia Bun?""Ga tahu," balasku.Aku bangkitkan diriku dari tempat duduk lalu mencuci tangan ini di wastafel, kuhampiri lelaki yang pernah sangat kucintai itu dengan berbagai rasa penasaran di hatiku tentang mengapa dia tiba-tiba datang ke rumah."Setelah memutuskan perg, aku kaget kau datang lagi.""Harusnya kau senang dengan keputusan yang diambil ayahku di mana semuanya memihak kalian.""Dan aku juga percaya kau adalah pria yang cerdik, kau bisa lakukan apapun untuk melindungi kekasihmu itu."Brak!Lelaki itu melemparkan sebuah map berisi kertas-kertas di atas meja."Ambillah, itulah yang selama ini kalian tunggu kan?""Apa itu?" "Pengesahan dari kuasa hukum bahwa kalian mendapatkan hak dan saham perusah
Aku masih terisak pilu di ruang tamu, sambil berusaha menahan rintihan hatiku yang terus teringat akan kata-kata Mas Farid yang menyakitkan.Benalu!Numpang hidup !Jangan menyusahkannya.Bebaskan dia bahagia demi kenangan yang pernah ada!Enak hidup enak di masa tua meski tanpa Cinta!Tetap jadi beban dan tidak punya rasa malu!Inti dari hal-hal yang dia sampaikan kepadaku siang tadi membuatku tidak bisa menahan kekecewaan dan air mata. Tidak habis pikir dan terus kupertanyakan pada diriku sendiri, Mengapa orang yang dulu sangat mencintai dan menomor-satukan keluarga, tiba-tiba mencampakkan kami begitu saja bahkan lebih buruk dari sampah.Bahkan sampah pun diperlakukan dengan baik, dengan hati hati, sampai mereka benar-benar tiba di pembuangan akhir!"Bunda...." Cindy datang mendekat dan merangkul tubuhku melihat ekspresi wajahnya yang prihatin sekaligus kasihan padaku, membuat hati ini semakin teriris-iris dan merasa sangat sedih."Bunda janganlah Bunda bersedih karena menghawati
Aku duduk di ruang keluarga sendirian sembari berpikir tentang betapa tega dan lancarnya mas Farid. Kupikir dia akan menjaga perasaan kami dengan untuk sementara mengambil waktu untuk tidak segera menikah. Kupikir dia akan menundanya sampai kami benar-benar siap dengan keputusan tersebut, tapi ternyata dia tidak mau buang waktu. Yang membuatku tidak habis pikir ya ... Meski aku tahu dia sudah diperbudak cinta kepada wanita jalang itu, setidaknya dia menunggu dulu perasaan anak-anak mereda. Tapi semakin ditegur semakin melunjak saja Suamiku itu.Akhirnya aku membulatkan tekad untuk berhenti dari pernikahan ini dan melanjutkan hidupku bersama anak-anak. Bilamana suatu saat nanti kutemukan lelaki yang pantas maka Aku bersumpah aku akan membawa undangan pernikahanku wajahnya. Aku bersumpah untuk membalas perbuatan itu.*"Kemarilah kalian semua," ucapku kepada anak-anak di saat mereka selesai makan dan membereskan piring mereka dari."Ada apa Bunda," tanya Handi."Kemarilah.""Apa ini te
Aku terkejut melihat penampilanku sendiri di depan kaca, setelah bertahun-tahun tidak memakai baju resmi, aku terpesona dengan diriku sendiri sendiri di balik balutan setelan celana panjang, baju dengan blazer rapi. Jilbab dan bros cantik memperlengkap penampilanku."Wah, Bunda benar-benar cantik ya, sudah lama tidak melihat Bunda berdandan rapi seperti ini." Putri bungsuku memuji diri ini."Bunda sudah siap untuk pertarungan selanjutnya tanya Cindy sambil merapikan pakaianku.""Ya. aku akan membuat Ayah kalian tercengang.""Baguslah Bunda, aku doakan semoga Bunda sukses dan berhasil membuat mereka terbakar.""Tentus Sayang." Aku merangkul ketiga anakku, sebelum akhirnya aku meluncur ke kantor di mana suamiku membangun perusahaannya dengan bangga. Karena saking bangga dan suksesnya dia jadi sombong dan lupa daratan. Sepertinya, aku harus menyeretnya kembali ke daratan agar dia yang sudah tenggelam jauh dalam kesesatan bisa sadar.*Alangkah kagetnya semua orang saat aku melenggang
Saya tiba Kami disambut oleh dua orang resepsionis yang nampak sudah berdandan rapi dengan seragam berwarna coklat. Kami melangkah melewati gerbang bunga yang didominasi oleh warna pink dan lilac, mengikuti Jalan setapak menuju tebing yang luas tempat di mana dekorasi pernikahan sudah diletakkan.Konsep pernikahan Mas Farid dibuat outdoor, dengan hiasan backdrop kayu yang dipasangi bunga-bunga serta meja angkat dengan hiasan senada.Di ada dua barisan yang terisi beberapa kursi mengapit jalan setapak menuju meja akad taburan kelopak bunga seakan menunjukkan bahwa mas Farid benar-benar menyiapkan pernikahan istimewa untuk wanita bernama Niken itu."Sepertinya Ayah serius sekali menggarap pernikahan ini.""Ya, itu terlihat dari konsep acara dan dekorasi," jawab Cindy.Beberapa tamu undangan sudah datang dan kebetulan mereka mengenal kami, Mereka menyambangi kami dan menyalami."Nyonya, entah apa yang harus kami ucapkan kepada anda tapi kami benar-benar kagum atas ke lapangan hati anda
Aku tahu dan bisa merasakan gejolak hati serta perasaan putra putriku yang tercetus di pernikahan ayahnya. Meski kini kami dalam perjalanan meluncur pulang dan semua orang diam saja, aku yakin di dalam hati mereka terjadi peperangan dan kebisingan yang luar biasa. Hati siapa yang tidak teriris saat melihat ayah sendiri melangsungkan pernikahan dengan orang lain di depan ibu kandung mereka. Meski aku tegar, tapi tentu saja anak anak geram.Sampai di rumah anak-anak yang memang sejak pagi belum makan apa-apa langsung kubuatkan makanan dan kusuruh mereka untuk makan. Di acara pernikahan ayahnya tadi mereka tidak makan, jarak yang jauh dan perjalanan pulang pergi selama 2 jam membuat anak-anak lapar juga. "Ayo makan," ujarku."Tak selera Bunda.""Kenapa? Kan sudah dapat kalung dan jam rolex, kok sedih kalian tadi kan sudah balas dendam?" Tanyaku berusaha mencairkan suasana tapi anak-anak masih terduduk lesu sambil menopang kepala mereka dengan tangan. Sepertinya anak-anak mengalam
"Itulah akibatnya membesarkan anak terlalu dimanja dan tidak dididik dengan tegas," ujar Mas Farid menyalahkan diriku. Aku sudah tidak lagi menjawab hanya air mata yang berderai mewakili betapa hatiku seakan terkuras dan tinggal ruang hampa yang sudah lebam oleh perkataan dan tindakannya yang kasar. Aku terdiam sampai menggelengkan kepala mencoba menyangkal semua perkataannya, namun bibir ini sudah tidak sanggup untuk mengeluarkan sepatah kata. Sudah berselingkuh, bersikap semena-mena, lalu memutuskan untuk meninggalkan kami begitu saja, menikah di depan, mata kasar kepada anak, lalu menjatuhkan talak tanpa perasaan, lengkap sudah perkara yang akan membuatku akhirnya jera berhubungan dengan lelaki itu."Kenapa kau diam saja. Apa kau sedang merayakan di dalam hatimu betapa siang tadi aku dipermalukan oleh semua orang dan tiba di rumah, aku juga dipermalukan oleh anakku sendiri.""Sudah cukup Mas, bila kau ingin tetap di rumah ini maka beristirahatlah jika tidak maka pergilah.""Apa
Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma
Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi
"Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L
"Tidak Nyonya Saya tidak melakukan apapun. Saya sungguh tidak sengaja alih-alih mengerem mobil, saya malah panik dan tak sengaja menginjak pedal gas. Saya minta maaf Bu.""Apa kau mau dipenjara bertahun tahun penjara karena kelalaianmu berkendara?"Pemuda itu mendongak dan makin pucat ketakutan."Kudengar mobil itu adalah mobil sewa harian, aku juga dengar kalau kau berasal dari keluarga menengah ke bawah jadi dari manakah uang untuk menyewa mobil, apa yang kau lakukan dengan mobil, lalu sedang apa kau di komplek perumahan elit tempat tinggal para pengusaha! Apa yang kau lakukan?""Hanya jalan jalan, Bu.""Bukannya Ada petugas keamanan komplek yang akan menanyakan dan memeriksa pengunjung yang datang?""Saat itu security tidak ada, sayang iseng masuk ke perumahan karena saya dengar tempatnya sangat bagus, mewah, berkelas dan elit, tadinya saya mau bikin konten tapi ternyata saya tidak sengaja menabrak mobil suami ibu.""Jadi kau mengebut dalam berkendara sambil memegang ponsel? Maka
"Mas Farid!" Aku terjatuh dalam pandangan mata yang sudah gelap dan berkunang kunang, melihat lelaki itu terakhir kali digotong oleh beberapa orang membuatku langsung lemas dan kehilangan kesadaran. *"Bu ... Bu, ibu dengar Bu?" Aku mencoba mengerjakan meski kelopak mata ini terasa begitu berat.Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi hingga aku tiba-tiba terkapar terbaring di kursi ruang tamu."Bu, Alhamdulillah ibu siuman," ujar Mbak Mina pembantuku."Iya, mana Bapak, Mbok?" Dalam keadaan yang masih pusing dan gemetar aku langsung bertanya tentang mas Farid."Sudah dibawa ke rumah sakit Bu.""Dibawa pakai ambulans atau mobil warga?""Mobil tetangga Bu.""Terus apa yang terjadi, Mbok." "Pengendara mobil hitamnya langsung diamankan warga dan dibawa ke kantor polisi sementara mobilnya Tuan Farid sudah dibawa ke bengkel.""Kalau begitu, saya harus bersiap untuk melihat keadaan bapaknya anak-anak saya," balasku sambil berusaha bangkit, kepalaku masih pusing tapi aku berusaha b
Hanya tertawa diri ini setelah memperhatikan sikap Niken yang berusaha menghalalkan segala cara untuk kembali mendapatkan mas Farid.Secara psikologi pria-pria tidak suka dengan wanita semacam itu, karena hal demikian membuat mereka risih dan tidak nyaman. Terlalu dikejar dengan obsesi yang menakutkan membuat pria jadi semakin menjauh dan kebencian di dalam diri mereka akan semakin timbul.Harusnya Niken bersikap lebih bijak dan tenang jika dia memang ingin memenangkan hati Mas Farid, dia harus menunjukkan iktikad baik dan penyesalan mendalam jika ingin mendapatkan pengampunan, lalu pelan-pelan merayu Mas Farid agar kembali ke dalam pelukannya. Sayangnya, wanita itu tidak cukup bijak memperhitungkan langkah. "Aku tidak kuasa menahan rasa geli di hatiku melihat wanita itu tiba-tiba mengaku hamil," ujarku membuka percakapan pada lelaki yang wajahnya dalam keadaan tegang. Kabar tentang kehamilan tentu saja mengguncang pikiran seorang lelaki meski dia pura-pura acuh tak acuh."Jika dia
Beginilah aku dan dia berdiri di depan gedung berlantai tiga, yang pernah jadi alasan perpisahan kami. Aku dan dia datang untuk kedua kalinya namun dalam konteks yang berbeda. Aku menemaninya sebagai bentuk dukungan bahwa lelaki itu masih punya orang-orang yang berdiri di dekatnya.Mengingat bagaimana dia akan menghadapi kerasnya hati Niken dan betapa nekatnya keluarga wanita itu, aku rasa ini adalah tantangan terberat di mana ia butuh teman untuk menopangkan beban tersebut. "Aku merasa trauma dan tidak nyaman hati datang ke tempat ini, aku benar-benar tidak nyaman," ujar mas Farid dengan mimik wajah sedikit khawatir dan aku bisa menangkap ketidaknyamanan yang benar-benar kentara. "Kenapa?""Dua kali aku membina keluarga dua kali juga hancur. Sungguh ini adalah tempat yang paling ingin kuhindari dalam hidupku tapi entah kenapa aku terus datang ke sini berulang kali," jawabnya mendesah."Anggap ini adalah jalan hidup yang harus sekali kita lewati Mas.""Melihat dirimu tetap ada disi
"Jadi, kemana sapi sapi itu?""Ada di kebun temanku. Kebetulan ayahnya punya lahan dan lahannya tidak terpakai jadi sapinya aku pindahkan ke sana.""Jadi polisi tidak mempersoalkan apapun tentangmu?""Ya, karena mereka tahu siapa Ayahku.""Jadi kau memakai reputasiku untuk melindungi dirimu?" tanya mas Farid pada anak gadis kami yang terus tersenyum-senyum dan merasa memenangkan sesuatu yang besar."Iya, berhubung papaku sangat kaya, berkuasa dan bisa membeli setengah dari kota ini. Jadi, aku menggunakan kekuasaan itu untuk bersikap sedikit sombong," jawabnya cekikikan."Ya ampun." Mas Farid hanya menepuk keningnya berkali-kali."Kalau memang sudah tidak ada masalah lagi, sebaiknya kita pulang.""Iya, Ma, ayo kita pulang.""Tapi Niken tak akan melepaskanmu sampai kau mengembalikan sapi-sapi itu ke tempatnya.""Dia tidak tahu apapun Pa, yang dia tahu aku sudah menjualnya, jadi sapi itu tidak akan kembali ke tangannya.""Tapi uangnya ada padamu?""Aku tidak mau tahu Ayah, apa yang kua
Selagi aku berdiri di pintu gerbang dan mendengar informasi dari penjaga yang sudah menunggu perkebunan selama 15 tahun, dari kejauhan ternyata diken dan orang tuanya menyaksikan kedatangan kami.Posisi villa yang berada di atas bukit sementara kandang hewan dan tempat pemerahan susu berada di bawahnya, membuat dia bisa leluasa melihat siapa saja yang berkunjung ke perkebunan. Aku dan dia saling menatap dari kejauhan Lalu Tak lama kemudian wanita itu mengambil motor dan melajukannya pada kami."Wanita itu datang," ujarku dalam hati. Bersamaan dengan perasaan hatiku yang mulai membuncah dengan kecemasan, di saat itu pula Mas Farid tiba di perkebunan. "Mas!""Mana Alexa!""Pak Ujang bilang, dia ditahan di Polsek.""Apa dia berhasil mengambil sapi?" tanya mantan suamiku sambil memegang kedua bahu ini."Iya, Tuan, sudah dijual subuh tadi, sesaat sebelum Nyonya Niken tiba dari rumah sakit. Tadinya non Alexa sudah mau pulang, tapi dia kedapatan oleh Nyonya Niken, mereka ribut, berdebat d