Di kediaman Hernandos, terlihat seseorang yang tengah mondar-mandir.
Terlihat Keynest yang memutarkan kepalanya ke kiri dan ke kanan secara bergantian, dia sedang mewaspadai orang yang akan melewati tempat itu.
CTAK!
Keynest berhasil membobol pintu ruang kerja ayah tirinya, Justin Hernandos. Akibat pesta tadi malam, Justin dan Sandra tengah tertidur pulas dalam keadaan mabuk, dia berhasil mengambil kesempatan emas, lalu mencuri kunci ruang kerja Justin.
"Kakak?" sahut sebuah suara dan berhasil menganggetkan Keynest yang hendak masuk ke kamar.
Mata Keynest menatap seseorang yang tengah berdiri depannya. "Kenneth? Sedang apa kamu disini?"
"Seharusnya aku yang tanya kepada kakak, kenapa kakak masuk ke ruang kerja ayah?"
"Syutt ... bicaranya pelan-pelan saja." Keynest menarik tangan kenneth untuk mendekat kearahnya.
Keynest pun hendak masuk kedalam, tapi lagi-lagi di cegat oleh Kenneth.
"Apa yang akan kamu lakukan? Kalau aya
"Terima kasih pak." Kirana memberikan uang kepada pak supir yang baru saja mengantarnya pulang dari mall.Kirana melangkahkan kakinya masuk kedalam, ketika pak supir telah meninggalkan perkarangan rumahnya.Jalan Kirana sedikit terhuyung-huyung, dia membelikan bahan makanan yang cukup banyak. Kirana juga bersyukur dengan kartu yang di berikan Richard, sehingga dia bisa membeli banyak bahan makanan.Pintu terbuka dengan lebar, Kirana menatap rumah yang kosong tanpa ada satu makhluk hidup sedikit pun, dia sedikit kecewa, karena dia pikir jika dia pulang, dia bisa melihat Richard di rumah."Apa Richard sudah makan?" batin Kirana dan meletakan tas yang berisikan bahan makanan di meja.Kirana mengeluarkan satu persatu bahan-bahan yang ada di dalam tas itu, dari buah-buahan hingga bumbu-bumbu dapur, tak lupa Kirana memasukan ke tempatnya masing-masing.Tak sampai semenit, Kirana berhasil menata semua bahan makanan pada tempatnya."Ter
TUTH!!Sebuah air panas yang berhasil membuat seorang gadis yang tengah merapikan meja pun terpaksa mengalihkan pandangannya.Kirana mendekat, lalu mengangkat air panas yang baru saja ia masak tadi, dia pun meletakannya di atas meja, lalu menatap meja tersebut.Kirana melihat banyaknya makanan yang ia masak hari ini, semuanya terasa enak untuk di nikmati, tapi entah kenapa hatinya gundah, dia masih memikirkan Richard.Dia mengambil kursi dan hendak makan, tapi Kirana berhenti sejenak, dia seperti melupakan sesuatu."Apa yah? Kayak ada yang terlupa." batin Kirana dan duduk secara perlahan-lahan.Kirana hendak mengambil nasi, tapi pandangannya mendapati sebuah tas yang ia bawa dari mall."Aku lupa buang tas ini." Kirana berdiri dari duduknya dan mengambil tas itu.Lagi-lagi gerakannya terhenti, dia seperti mengingat sesuatu yang mengganjal di hatinya."Oh iya, flashdisk." Kirana dengan cepat membuang tas itu di tempat samp
Hari ini bertepatan dengan hari senin. Hari dimana seorang Richardo Elios akan menaiki puncak tertingginya kembali.Semua media heboh dengan Richardo Elios yang akan memberikan pidato kejelasan tentang rumor kemarin.Bahkan nama Richardo Elios trending di semua media sosial, bahkan sampai ke televisi negara luar."Apa semuanya sudah siap?" tanya Arnold kepada para penata dekorasi untuk pidato."Sudah pak!" Jawab mereka serempak lalu keluar.Arnold mengangguk pelan, dia kembali dan berjalan ke tempat Richard."Apa kamu sudah siap?" tanya Arnold ketika memasuki ruang ganti.Terlihat Richard yang tengah menatap dirinya di cermin sembari membenarkan dasi yang terikat di lehernya."Apa semua media sudah datang?" tanya Richard yang masih sibuk membenarkan dasinya."Sudah dari tadi, bahkan banyaknya sampai ada beberapa para wartawan dan reporter yang tidak bisa masuk kedalam," jawab Arnold dan mengambil roti lalu memakannya.
Semua reporter yang ada di tempat tersebut langsung kaget ketika Richard menyebutkan nama Justin Hernandos.Bagaimana tidak heboh? Justin Hernandos adalah ayahnya Richard, dia juga suami dari Amanda Elios, kenapa dia begitu tega melakukan tindakan keji ini."Apa anda punya bukti?""Saya punya bukti," jawab Richard.Richard pun memberikan kode kepada Arnold. Arnold yang paham akan kode Richard pun mulai bergerak.Setelah beberapa detik terlewat, tiba-tiba muncul layar monitor yang menjadi pusat perhatian semua orang."Ini adalah bukti Justin Hernandos, melakukan perbuatan kejinya." Richard mengarahkan tatapan mereka semua kedepan layar monitor yang terpampang jelas di belakangnya.Semua orang yang ada di tempat itu menonton dengan seksama, mereka tak melepaskan pandangan mereka dari video yang sedang berputar itu.Tiba-tiba mereka menjadi ricuh ketika melihat seseorang yang memakai topeng hitam sedang membawa gaun putih, d
Pagi hari yang cerah, terlihat matahari yang mulai memancarkan sinarnya, burung-burung pun ikut bertebrangan dan berkicauan kesana kemari.Terlihat dua orang yang sedang melakukan suatu kegiatan di rumah."Apa sudah siap?" tanya Richard saat sampai di kamar Kirana.Kirana tak memberikan jawaban, dia masih sibuk dengan beberapa pakaian dan aksesoris."Apa harus bawa sebanyak itu?" tanya Richard lagi sambil melotot, dia bisa melihat Kirana memasukan banyaknya bawaan.Kirana menggelengkan kepalanya cepat. "Ini moment paling bersejarah dalam hidupku, aku harus mengabadikannya.""Mengabadikannya? Buat apa?" tanya Richard keherangan.Kirana menoleh kebelakang. "Aku baru pertama kali liburan, jadi harus di abadikan."Richard menggeleng tak percaya, baru kali ini dia mendapati orang yang belum liburan kesana kemari, padahal dirinya sampai bosan dengan liburan."Kamu orang kaya, mana tahu derita orang miskin," kesal Kirana sembar
Richard dan Kirana berjalan masuk kedalam rumah, terlihat hampir semua perabotan rumah yang sudah hancur berantakan seisi rumah."Apa kamu sudah gila? Justin Hernandos."Mendengar namanya dipanggil, Justin menoleh kebelakang, dia menatap seseorang yang begitu ia benci. Seseorang yang telah menjadi musuh terbesar dalam hidupnya."SIALAN!?" Botol kaca yang di pegang Justin langsung terlempar kearah Richard, dengan cepat Richard menghindar dari lemparan itu."Apa kamu benar-benar sudah gila?" tanya Richard dan berjalan mendekat kearah Justin.Rambut yang sudah tak teratur, wajah dan badannya sudah terdapat luka di sekujur tubuhnya. Justin Hernandos sudah tak terlihat seperti orang normal lagi."Apa aku harus memasukanmu ke rumah sakit jiwa?" Richard memperburuk suasana.Mata Justin sudah memerah, dia benar-benar ingin membunuh orang yang sudah menghancurkan masa kejayaannya."Jangan memberikan tatapan seperti itu, kamu membuatku t
Keynest menatap punggung dua orang yang baru saja melewati pintu rumah mereka.Keynest membalikkan badannya dan menatap ibunya Sandra dan Justin yang tengah menatapnya."Apa?" tanyanya bingun."Apa maksud kamu dengan flashdisk?" tanya Sandra. Auranya menjadi berbeda seperti saat di depan Richard.Keynest meneguk ludahnya kasar, dia telah membuat kesalahan besar. "Flashdik tugas kok.""Flashdisk tugas? Mana flashdisk itu?" Sandra sedikit memberi pertanyaan yang beruntun kepada Keynest.Keynest tak tahu lagi harus menjawab apa, dia benar-benar di dalam jurang kebingungan. "Itu flashdisk b--""Sudah kami kumpulkan bund," sahut seseorang dari atas yang telah memotong pembicaraannya Keynest.Pandangan Sandra dan Keynest langsung beralih kearah atas, yang di sana terlihat Kenneth yang tengah menuruni anak tangga."Sudah kalian kumpulkan?" tanya Sandra bingun, dia tahu jelas bahwa kedua anaknya berbeda kelas."Iya, kami
"Auh!!"Richard yang melihat Kirana menutup matanya, langsung berlari cepat kearah Kirana."Kamu gak apa-apakan?" tanya Richard.Kirana tak menjawab pertanyaan Richard, dia masih sibuk dengan pasir yang menghalang penglihatannya."Coba sini aku lihat," ucap Richard dan mencoba melepaskan tangan Kirana dari wajahnya."Sakit." Kirana tak ingin melepaskan tangannya dari mata.Richard menghembuskan nafasnya kasar. "Sini aku lihat.""Sakit tahu, pelan-pelan niupnya," ucap Kirana ketika Richard sudah mengangkat wajahnya keatas.Richard meniup mata Kirana berulang-ulang kali, Kirana juga sempat menutup matanya karena tiupan Richard."Bagaimana?" tanya Richard ketika selesai meniup mata Kirana.Kirana mengedipkan matanya berulang-ulang kali, dia akhirnya mengucak matanya sembari mengangguk pelan kepada Richard."Jangan di kucak, tuhkan matanya merah." Richard mengangkat wajah Kirana, dia bisa melihat jelas mata Kir