Sesuai permintaan neneknya, Alea pun pergi ke rumah kakek dan neneknya dijemput oleh mang Ujang—sopir pribadi keluarga Pramana.
Sepanjang perjalanan menuju rumah kakek dan neneknya, Alea menginterogasi mang Ujang dengan berbagai macam pertanyaan.
Alea menanyakan apa yang dilakukan oleh kakek dan neneknya sehari-hari, dan tak lupa Alea mengorek informasi tentang Juna yang sering berkunjung ke rumah kakek dan neneknya.
“Jadi kemarin Nenek ketemu sama Oma aku, Mang?”
Mang Ujang yang berada di jok kemudi menganggukkan kepalanya—merespon pertanyaan yang diajukan oleh cucu majikannya. “Iya, betul Neng.”
Dalam hati Alea bertanya-tanya, untuk apa nenek dan Omanya bertemu? Apakah permintaan nenek kali ini ada hubungannya dengan pertemuan mereka?
“Nenek sama Oma ketemuannya lama atau sebentar, Mang?” Alea kembali mengajukan pertanyaan untuk kesekian kalinya.
Terpaksa mang Ujang kembali menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Alea—cucu kesayangan
Suasana di ruang tamu rumah keluarga Bagaskara berubah mencekam setelah Arman selesai menandaskan perkataannya.“Opa,” cicit Alea yang masih syok.Qila menggeleng-gelengkan kepalanya, sementara itu kedua matanya sudah berkaca-kaca.Tidak, Qila tidak bisa membiarkan perjodohan itu terjadi. Sudah cukup Alea merebut kebahagiaannya selama ini, tidak untuk Leon. Qila sangat mencintai Leon.Qila tampak berdiri dari duduknya yang membuat semua orang terkejut.“Enggak! Perjodohan ini tidak akan terjadi!” jerit Qila yang tidak terima Alea dijodohkan dengan Leon—pacarnya.Semua tampak menatap sinis ke arah Qila, kecuali Alea, Leon, Alvian, dan Mila.“Memangnya siapa kamu berani mengatakan seperti itu?!” Merry berujar sinis pada cucu yang tak pernah dianggapnya itu.“Aku pacarnya Leon! Jadi, kalau pun kalian ingin menjodohkan Leon itu sama aku bukan sama Alea!”“Syaqila!” bentak Alvian karena merasa putrinya itu sudah berlaku tidak
Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah mereka, Alvian mengacuhkan anak dan istrinya yang sudah mempermalukannya untuk kesekian kalinya di hadapan orang tua dan mantan mertuanya.Alvian sangat menyayangkan sikap mereka yang sering kali ingin menang sendiri, tanpa memikirkan konsekuensi ke depannya.Berbeda dengan Alvian, Mila justru sangat sedih karena perkataan ibu angkatnya tadi. Karena bagaimana pun Tias dan Adam adalah orang tua angkatnya. Mereka sangat berjasa sekali bagi kehidupan Mila.Mobil Alvian pun memasuki pekarangan rumahnya.Alvian langsung turun dari mobil tanpa mempedulikan anak dan istrinya.“Papa,” cicit Qila menatap sendu punggung papanya yang telah masuk ke dalam rumah.Qila jelas melihat papanya sangat marah kepadanya dan juga mamanya.Apakah Qila salah mempertahankan yang menjadi miliknya? Leon miliknya dan Alea berusaha akan merebutnya, dan Qila tidak bisa diam saja, Qila berhak mempertahankan Leon.
Pagi-pagi sekali Alea sudah disibukkan dengan peralatan dapur milik omanya.Yups, Alea sedang memasak untuk sarapan. Karena di rumah ia terbiasa menyiapkan sarapannya sendiri, maka ia lakukan kebiasaannya itu di rumah omanya.“Ya Allah Neng! Ngapain pagi-pagi Neng di sini, Ya Allah Neng ngapain masak, sini biar Bibi aja yang lanjutin Neng duduk aja!” BI Irah—asisten rumah tangga di rumah keluarga Bagaskara terkejut mendapati cucu majikannya masak di pagi hari.“Enggak apa-apa Bi, Lea udah biasa kok masak sarapan sendiri di rumah,” ucap Alea dengan entengnya. Alea malah sibuk mencuci sayuran yang sudah ia potong-potong.“Ya tapi Bibi yang enggak enak, Neng. Bibi takut dimarahin sama bu Merry.”Bi Irah mencoba mengambil alih pekerjaan Alea. Bi Irah tidak ingin mengambil risiko ia akan dimarahi oleh bu Merry—majikannya.Sementara itu, Merry yang baru saja turun dari lantai dua mendengar suar
Di sela kegiatannya menyetir mobil, Sean sempat curi-curi pandang ke arah kekasihnya yang sejak tadi banyak melamun. Entah apa yang sedang dilamunkan oleh kekasihnya.“Kamu kenapa?” Suara Sean menginterupsi membuat Alea yang sedang asyik dengan lamunannya terkejut bukan main.“Enggak apa-apa,” jawab Alea.Alea memalingkan wajahnya ke luar kaca mobil. Dirinya belum siap harus jujur kepada Sean mengenai masalah perjodohan itu.Sean masih menatap wajah kekasihnya dari samping, Sean tahu saat ini Alea tengah menyembunyikan sesuatu darinya. Apakah ini ada kaitannya dengan opa dan oma Alea?TinnnSean dan Alea terkesiap saat bunyi klakson berbunyi begitu sangat nyaring.Dengan refleks, Sean pun kembali melajukan mobilnya karena lampu traffic light sudah menunjukkan warna hijau.“Kak,” panggil Alea pelan namun masih terdengar oleh Sean.“Apa?”Alea kembali men
Selepas keluar dari ruang teater satu, Alea terus tertawa—menertawakan kekasihnya yang tampak ketakutan saat hantu muncul dari film yang mereka tonton barusan. Alea baru tahu kalau kekasihnya itu takut dengan hantu.“Hahaha ...”Sean mendengus kesal karena sejak tadi Alea menertawakannya. Selain itu Sean juga merasa malu karena kekasihnya akhirnya mengetahui kelemahannya.“Udah dong, jangan ketawa terus!”Alea pun menghentikan tawanya. Sepertinya Sean badmood, gara-gara ia terus menertawakannya.“Hehehe, maaf Kak.”Sean kembali mendengus sebal. Hari ini harga diri dan moodnya hancur gara-gara menonton film hantu itu. Seharusnya tadi ia tidak menyetujui ajakan Alea untuk menonton film itu, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini—ditertawakan habis-habisan oleh Alea.“Jangan marah dong, Kak. Aku ‘kan enggak tahu kalau Kakak takut sama hantu,” ucap Alea.Se
Siswa dan siswi SMA Cendikia Bakti tampak memadati mading sekolah. Entah pengumuman apa yang tertempel di papan mading itu, hingga menimbulkan kerumunan.Alea yang baru saja sampai ke sekolah pun mengerutkan keningnya melihat kerumunan di depan papan mading.“Al, itu pada kenapa ngumpul di depan mading? Ada hot news, ya?” Suara seseorang menginterupsi Alea, hingga Alea berjengit kaget.Alea mendelik ke arah seseorang yang baru saja mengagetkannya itu. “Ngagetin aja Lo!”Juna tampak cengengesan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.Dari pada melayani pertanyaan Juna yang jawabannya saja tidak ia ketahui, Alea lebih memilih melangkahkan kakinya mendekati kerumunan itu.“Win, ada hot news apa sih? Kok pada heboh?” tanya Alea pada Windy yang baru saja keluar dari kerumunan itu.“Itu, Minggu depan kita bakal camping—““Camping?” sela Juna.Windy
Sesuai janjinya tadi pagi, saat jam istirahat Alea mengajak para sahabat perempuannya ke taman belakang sembari menikmati bekal dan jajanan yang sempat mereka beli di kantin tadi.“Udah lama ya, kita enggak ngumpul kayak gini lagi,” ujar Shella.Yups, sudah hampir satu Minggu mereka tidak menghabiskan waktu bersama seperti sekarang ini, karena masing-masing dari mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Seperti Alea yang sibuk ikut konten Juna, Shella yang sibuk sebagai wakil ketua OSIS, dan Yuki sibuk berlatih voli, karena tim voli sekolah mereka akan ikut kejuaran provinsi.“Kita mah enggak sibuk, kalian bertiga tuh yang sibuk,” sindir Windy.“Hehehe.” Alea, Shella, dan Yuki cengengesan.“Maaf, tapi gue sibuk nyari duit buat tambah-tambah uang jajan gue.” Itu Alea yang berbicara.“Iya-iya, kita ngerti kok.”“Eh, Lea, bukannya tadi Lo mau cerita ya?” J
Netra Alea bersitatap dengan netra Qila. Keduanya tidak sengaja dipertemukan di sebuah toilet sekolah.Alea yang lebih dulu memutuskan pandangannya dari Qila—si adik tiri yang tak pernah Alea harapkan keberadaannya, karena kedatangan Alea ke toilet itu untuk memenuhi panggilan alamnya.Alea masuk ke dalam salah satu bilik toilet mengabaikan Qila yang masih setia menatap tajam dirinya. Andaikan ia sedang tidak kebelet, mungkin ia akan meladeni Qila dan mengeluarkan kata-kata mutiaranya yang dapat membakar hati dan harga diri Qila.“Nyebelin banget tuh orang, berani-beraninya dia natap gue kayak gitu!” gerutu Alea setelah masuk ke dalam bilik toilet.Sepertinya pertunjukan kemarin di rumah opanya belum juga menyadarkan Qila, bahwa dia dan mamanya yang bersalah selama ini.Setelah selesai menuntaskan panggilan alamnya, Alea pun keluar dari bilik toilet. Alea mendengus saat tahu sosok si anak pelakor masih ada di sana.Alea memilih
Berita pertengkaran Alea dan Qilla pun menjadi trending topik di SMA Cendikia Bakti. Banyaksekali siswa dan siswi yang menyayangkan sikap dan tindakan yang dilakukan Alea dan Qilla, terlebih Alea. Padahal Alea adalah siswi kebanggaan sekolah, banyak menorehkan prestasi untuk sekolah, bisa-bisanya dia terlibat skandal seperti itu.Selain gara-gara pertengkaran itu, seluruh murid Cendikia Bakti juga terkejut mendengar pengakuan Juna yang mengatakan jika Alea dan Leon akan bertunangan dalam waktu dekat ini. Semua orang tampak bertanya-tanya, jadi siapa yang menjadi orang ketiga dalam hubungan itu? Alea atau Qilla?Bahkan sebagian murid yang tadinya membela Qilla, kini lebih memilih mendukung Alea. Mereka berbalik arah mendukung Alea, karena mereka menjadi tidak respect dengan Qilla. Dan banyak juga yang menuduh jika Qilla 'lah orang ketiga dalam hubungan itu.“Lea, Lo beneran enggak apa-apa?” tanya Windy untuk kesekian kalinya.
Bu Lia menatap satu persatu tersangka biang kerusuhan di kelas IPA-1. Sementara itu Alea, Juna, dan Qilla menundukkan wajahnya ke bawah. Mereka tidak berani melihat wajah sang guru killer yang tengah menatap mereka dengan tatapan mautnya. “Saya ada di depan, bukan di bawah! Kenapa kalian malah melihat ke bawah?!” Alea, Juna, dan Qilla pun kompak mengangkat wajah mereka, dan menatap wajah Bu Lia dengan raut wajah memelas. Sebenarnya di ruangan itu bukan hanya mereka berempat saja yang ada di dalam ruang BK itu. Di sana ada juga Didit yang dihadirkan sebagai saksi. Selain dari Alea, Juna, dan Qilla, Bu Lia juga ingin mendengar kesaksian dari Didit yang tidak terlibat apa pun dalam pertengkaran itu. “Syaqilla, kenapa kamu ada di kelas IPA-1, bukannya kamu berasal dari kelas IPS-3?” Bu Lia mengawali interogasi dari Qilla. “Emm ... a-anu sa-saya ....” Qilla meneguk air liurnya dengan sulit. Lidahnya kelu, ia tidak tahu harus berkata apa pad
Alea tak habis pikir dengan Qilla, bagaimana bisa ia melabrak dirinya di depan umum apalagi ini adalah kelasnya, bukan kelas Qilla. Apa perempuan itu tidak punya urat malu sebelum bertindak, tapi mengingat siapa ibu Qilla, Alea tidak heran. Syaqilla adalah titisan perempuan medusa dan tidak tahu malu.Alea berdecih. “Lo masih waras 'kan, Qil?” tanyanya dengan nada ejekkan dan membuat api yang ada dalam diri Qilla semakin membuncah.“Bukan gue yang enggak waras, tapi Lo?!”Alea menaikkan sebelah alisnya. “Tunggu, siapa yang bilang Lo enggak waras? Gue 'kan cuman tanya masih waras 'kan?”Tangan Qilla mengepal, ia tidak terima Alea bermain-main dengannya. Karena kesabarannya sudah diambang batas, Qilla pun menarik rambut panjang Alea yang hari ini digerai. Qilla menarik rambut Alea sangat keras hingga Alea memekik kesakitan.Para sahabat, dan teman sekelas Alea yang sejak tadi diam memperhatikan adu mulut mere
Setelah Leon menyelesaikan sarapannya, Leon dan Alea pun pergi ke kelasnya masing-masing. Dan gosip mengenai Alea dan Leon sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Banyak di antara mereka menduga-duga jika Leon putus dari Qilla dan menjalin sebuah hubungan baru dengan Alea.“Lo jadian sama si singa, Al?”Jennie mengerutkan keningnya. Ia tidak paham siapa yang dimaksud oleh Shella yang barusan bertanya kepada Alea. “Singa?”“Itu loh, si Leon. Bahasa Indonesianya Leon 'kan singa,” jawab Shella.Jennie mendengus mendengar jawaban sahabatnya, pandangannya pun ia alihkan ke Alea yang tengah fokus membaca rangkuman biologinya, karena ada desas-desus jika hari ini guru biologi mereka akan mengadakan ulangan dadakan, soalnya minggu kemarin kelas mereka sudah menyelesaikan materi bab 5.“Enggak,” jawab Alea singkat dan padat. Jujur s
Alea berjalan ke arah kelasnya seraya bersenandung ria. Lorong yang dilewatinya tampak sepi karena hari masih terlalu pagi.Yups, Alea datang ke sekolah pagi-pagi sekali, bahkan kedatangannya tidak berselang lama dengan kedatangan pak satpam sekolah.GreppAlea terkesiap, barusan ada yang menarik tangannya tanpa permisi terlebih dahulu.“Eh!”Hampir saja Alea terhuyung jika saja seseorang yang barusan menarik tangannya menahan keseimbangannya.“Apaan sih, main tarik-tarik aj— eh, Leon!” Tadinya Alea ingin marah kepada si pelaku yang sudah lancang menarik tangannya hingga hampir saja tubuhnya mencium lantai sekolah, tapi saat tahu si pelaku itu adalah Leon, dengan cepat Alea mengubah raut wajahnya. Raut wajah kekesalan yang sebelumnya mendominasinya kini berubah menjadi sebuah senyuman bodoh. Leon seratus persen yakin jika saat ini Alea mati-matian menahan kekesalannya dan menunjukkan sebuah fake smil
Entah ada angin apa, tiba-tiba Leon pergi ke rumah Alea. Ia melupakan niatnya membeli mie goreng dan martabak keju pesanan kakaknya. Namun saat Leon tiba di tikungan komplek perumahan Alea, netra Leon tak sengaja menangkap sosok Alea dan sang sahabat—Chandra.Leon mengerutkan keningnya, ia heran kenapa malam-malam Chandra ada di depan rumah Alea?“Atau jangan-jangan selama ini mereka punya hubungan, ya? Waktu itu 'kan si Chandra pernah curhat sama gue kalau dia lagi suka sama cewek,” batin Leon bertanya-tanya.Entah kenapa ada perasaan asing yang hinggap di dadanya saat melihat kedekatan Alea dan Chandra. Ia merasa panas dan tidak suka melihat Alea yang tertawa lepas karena ulah Chandra. Tawa yang jarang Alea perlihatkan padanya.Dengan cepat Alea pun menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba mengusir pemikirannya itu dari dalam benaknya.“Enggak-enggak, ngapain gue mikirin mereka. Mau Alea punya hubungan sama Chandra ju
Sejak tadi Qila terus mengkode kepada mamanya agar mamanya cepat mengatakan kepada papanya mengenai masalah perjodohan itu. Qila ingin papanya berpihak kepadanya, dan mencoba membatalkan perjodohan yang diusulkan oleh opanya.“Pa—““Tadi aku ketemu sama Ilham di depan kompleks.”Mila pun kembali mengatupkan bibirnya.Mila jelas terkejut mendengar suaminya bertemu dengan Ilham di depan kompleks. Sedang apa mantan suaminya di depan kompleks perumahannya? Atau jangan-jangan mantan suaminya itu berencana membalas dendam kepadanya?Seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya, Alvian pun kembali memperjelas pertemuan singkatnya dengan Ilham. “Tadi Ilham lagi beli martabak, itu loh yang sebelah tukang es campur yang tadi Papa beli.”“Oh.”Kenapa sangat kebetulan sekali. Tadi siang ia yang bertemu dengan Ilham di mall, lalu barusan suaminya
Saat masuk ke ruang istirahat karyawan, Alea terkejut mendapati Chandra tengah duduk lesehan di lantai sembari memainkan ponselnya. Tetapi bukan itu yang membuat Alea terkejut, melainkan Chandra yang tengah memakai seragam kafe kak Yuna.“Chan, ngapain Lo di sini?” tanya Alea yang masih mempertahankan raut terkejutnya.Chandra terkekeh geli melihat ekspresi Alea yang menurutnya sangat menggemaskan itu.“Mulai hari ini gue magang di sini,” jawab Chandra.“What?!”Chandra mengerutkan keningnya melihat respons Alea. “Emangnya kenapa? Kok Lo kayak yang kaget, emangnya salah ya gue kerja di sini?”Alea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bukan seperti itu maksudnya, Alea justru senang sekali Chandra ikut bekerja di kafe kak Yuna, jadi ia ada teman sefrekuensi. Namun yang membuat Alea heran adalah kenapa Chandra mendadak ingin bekerja di kafe kakaknya?“Ya enggak salah, itu &lsq
Alea membolakan matanya melihat sosok laki-laki yang sedang duduk di motornya sembari memainkan ponsel. Alea jelas sangat tahu siapa sosok laki-laki itu.Tak jauh berbeda dengan Alea, Yuki yang berdiri di sebelah Alea ikut terkejut mendapati pacar sahabatnya itu.Yuki pun menyenggol lengan Alea. “Lea, itu kak Sean.”Alea mengerjap, sebelum menghampiri pacarnya Alea lebih dulu mengamati sekitar.“Udah cepet sana, mumpung udah lumayan sepi.” Yuki sedikit mendorong tubuh Alea agar cepat-cepat menghampiri Sean sebelum ada yang menyadari, dan membuat gosip baru.Alea pun berlari menghampiri pacarnya.“Kak!”Sean yang tengah asyik bermain game online pun mendongakkan wajahnya saat mendengar suara yang sangat ia kenali betul itu.Senyum Sean terbit melihat Alea.“Ayo Kak, aku udah telat nih!” Alea buru-buru naik ke motor pacarnya.Sean pun mengangguk, ia memberikan he