Suasana menjadi hening Ling Li menatap pria Elf di depannya yang sedang menundukkan kepalanya, Ling Li bisa melihat ekspresi kesal marah dan benci menjadi satu di wajahnya."Aku selesaikan saja dengan cepat," gumam Ling Li sambil menggelengkan kepalanya."Kamu tahu apa alasan aku membeli mu?" tanya Ling Li yang langsung duduk di samping pria Elf."Sudah aku bilang semua manusia sama saja, kamu pasti akan memanfaatkan ku untuk kepentingan pribadimu, aku tegaskan sekali lagi Aku tidak mau menjadi budak nafsu mu," sahut pria Elf."Salah dan walau kamu tampan aku tidak tertarik sama sekali pada mu, sebenarnya aku hanya ingin membebaskan mu, kalau hanya untuk memanfaatkan bangsa Elf aku pasti akan memanfaatkan Ibumu sang Ratu Elf," ucap Ling Li.Pria Elf menatap Ling Li kebingungan, apa mungkin manusia di sampingnya itu sudah bertemu dengan ibunya tapi ibunya sudah cukup lama ditangkap oleh manusia dan dirinya sendiri serta Ras Elf lainnya sama sekali tidak mengetahui di mana keberadaannya
Ling Li mengepalkan tangannya tidak sabar ingin menghajar pelayan sialan yang berani memfitnahnya, orang seperti itu bahkan jika dibunuh tidak akan merugikan siapapun pikir Ling Li sambil mengepalkan tangannya."Tunggu apa lagi hajar dia," teriak pelayan sambil tersenyum."Ayo hajar bersama," sahut warga lainnya.Ling Li mengernyitkan dahinya, sepertinya tidak hanya pelayan sialan itu yang harus diberi pelajaran mereka semua juga sama harus diberi pelajaran agar tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.Belasan warga berlari ke arah Ling Li membawa peralatan masak beberapa juga bahkan membawa ember penimba air sumur, tanpa mengetahui seberapa kuatnya lawan mereka menyerang secara bersamaan."Kalian yang memaksaku, aku hanya membela diri," ucap Ling Li.Braaaaaaaaaaaaak.Ling Lj menendang dengan keras warga yang menyerangnya, walau begitu Ling Li sengaja tidak menggunakan kekuatannya saat menendang warga yang lemah karena tidak ingin ada yang mati."Bangun kalian semua, kalian tidak
Husq menatap Ling Li sambil sesekali melihat pil yang ada di tangannya, Husa masih tidak percaya wanita yang masih muda di depannya bisa membuat pil tingkat murni, Husa berpikir anak seperti itu ke depannya pasti akan menjadi alchemist tingkat dewa kelak ke depannya."Aku menang, di mana hadiahku," ucap Ling Li yang tidak berbasa basi, Lingling bahkan tidak peduli dengan Semua warga menatap ke arahnya dengan penuh kagum."Aku sudah menyiapkannya, ambillah," sahut Husa sambil menunjuk pelayannya.Ling Li bergegas mengikuti pelayan Husa ke dalam tempat penjualan, di sana bahan yang sebelumnya ingin dibeli Ling Li sudah disiapkan bersama kepingan emas yang sudah dijanjikan oleh Husa."Hahaha, Akhirnya uangku bertambah," ucap Ling Li senang."Bagaimana, semua sudah seperti yang aku janjikan bukan," sahut Husa sambil berjalan ke arah Ling Li."Sudah," ucap Ling Li."Ambillah ini," Husa melemparkan sebuah token ke Ling Li."Lain kali kalau mau memperkerjakan orang pilih dengan benar, jangan
Ling Li terus berjalan walau sadar dirinya sedang diikuti, saat ini Ling Li mencoba bersabar sebisanya sambil berharap siluman Rubah wanita yang mengikutinya segera pergi sebelum dirinya tidak tahan lagi.Suara demi suara di belakangnya membuat Ling Li menggeretakkan giginya, Ling Li sudah tidak tahan lagi karena terus diikuti, ditatapnya siluman Rubah wanita yang berdiam tidak jauh darinya sambil menggoyangkan ekornya dan tersenyum menatapnya."Kenapa kamu terus mengikuti ku, bukannya aku sudah minta maaf telah memasuki wilayah mu," ucap Ling Li dengan nada tinggi dan menatap dengan tajam.Ling Li berjalan mendekati siluman Rubah wanita dan menatapnya tajam, tatapan tajamnya seolah ingin membunuh wanita siluman rubah saat itu juga."Jangan hiraukan aku, jalan saja aku tidak akan mengganggumu," sahut siluman Rubah sambil menggoyangkan tangannya."Beri aku alasan kenapa kamu mengikuti ku, jika alasanmu hanya ingin mencari masalah aku tidak akan segan untuk membunuhmu," ucap Ling Li."S
Setelah berjalan selama 8 jam Ling Li akhirnya tiba di pelabuhan kecil sebuah kota, Ling Li langsung menaiki salah satu kapal yang diperkirakannya akan melewati lautan mati.Di atas kapal yang mulai berlayar Ling Li menyandarkan tubuhnya, Ling Li menutup matanya menikmati semilir angin yang terus berhembus, Ling Li bahkan hampir tertidur karena angin membuatnya sangat mengantuk.Brrrrrrrrrrrrraaaaaaaaaaaaakkkk.Suara keributan membangunkan Ling Li yang tidak tahu sejak kapan tertidur, Ling Li menatap langit yang sudah berganti malam tanpa tahu sudah berapa lama dirinya tertidur."Lepas jangan mengganggu Nona ku," teriak seorang pelayan sambil membentangkan tangannya."Diamlah kamu pelayan rendahan, seharusnya kamu tahu jika kapal ini ingin melewati laut mati harus mengorbankan seorang wanita," sahut pria berbadan besar menunjuk seorang pelayan wanita."Kenapa harus Nona ku, di kapal ini bukannya banyak wanita," ucap pelayan itu pendiriannya tetap teguh ingin melindungi sang majikan."
Naga di depan Ling Li masih terus menatap seorang wanita yang terdiam, andai dirinya tidak ceroboh ingin menelan wanita muda di depannya kekuatannya tidak akan menjadi lemah seperti saat ini."Sial," umpat sang Naga."Cepat katakan jangan membuang waktuku," ucap Naga itu sambil sesekali menghembuskan nafasnya."Aku adalah manusia yang ada di ramalan Naga, langsung saja aku mau kamu menyerahkan permata mu," sahut Ling Li yang benar-benar terlalu santai."Hahahaha, jangan bercanda. Mana mungkin manusia sepertimu yang ada di ramalan Naga," ucap sang Naga meremehkan Ling Li."Terserah mau percaya atau tidak tapi kedua saudaramu sudah mengakui ku," sahut Ling Li membuat sang Naga menatapnya tajam."Sampai kapanpun aku tidak akan percaya, manusia lemah sepertimu pasti hanya ingin menipuku," ucap sang Naga."Tidak ada untungnya bagiku menipumu, berikan permata mu setelah itu kamu pastikan sendiri apakah aku menipumu atau tidak lagi pula belum terlambat Jika kamu ingin membunuhku lagi nanti S
Delapan jam berlalu begitu cepat untuk Ling Li yang hanya tertidur di dalam kamar, Ling Li yang masih beristirahat di sebuah kamar bisa mendengar suara berisik dari luar, belum sempat Ling Li berdiri Ci membuka pintu kamar dan berjalan ke arahnya."Kapal sudah bersandar, kita berada di pelabuhan Kota Yuan," ucap Ci.Mendengar apa yang dikatakan Ci Ling Li hanya menganggukkan kepala dan bergegas bangkit berdiri, karena kapal sudah bersandar sudah waktunya dirinya untuk kembali melanjutkan perjalanannya."Kita impas, aku tidak merasa berhutang budi padamu," ucap Ling Li sambil berjalan keluar.Pelayan Ci yang menunggu di luar bergegas masuk setelah melihat Ling Li keluar kamar, Pelayan Ci merasa kesal mendengar perkataan Ling Li yang seolah majikannya meminta dirinya membalas budi padanya."Nona tidak perlu memikirkannya, ayo kita turun, aku melihat para pengawal sudah menunggu di bawah," ucap pelayan Ci."Baiklah, Ayo kita turun juga," sahut Ci dengan suara pelan.Setelah turun dari ka
Ling Li turun dari kereta kuda dibantu Ci mendapat sambutan tidak menyenangkan, Mu Xu Ayah Ci menatap Ling Li dengan tajam seakan tidak menerima kehadirannya di rumahnya, Ling Li tidak lebih hanya gelandangan yang ditolong putrinya."Kamu baru kembali setelah sekian lama, kenapa malah membawa wanita gelandangan bersama mu," ucap Ayah Ci yang berdiri di depan Ling Li"Ayah dia yang menyelamatkanku saat berada di laut kematian, aku membawanya karena dia terluka," sahut Ci."Oh ternyata bukan gelandangan hanya pengemis yang ingin meminta obat," ucap Ayah Ci sambil menyunggingkan bibir.Mata Ling Li langsung melotot dan melepaskan tangan Ci yang masih berada di pundaknya, selama ini tidak ada yang pernah mengatainya pengemis dan hinaan sebesar itu malah keluar dari mulut orang yang sama sekali tidak dikenalnya."Aku bahkan bisa membuat pil, menyembuhkan lukaku tidak sulit bagiku dan kamu bilang aku pengemis," ucap Ling Li mencoba menahan diri."Benarkah, maaf kalau perkataan ku menyinggun
Ling Li menarik nafas panjang menatap ke anak tangga di depannya, setelah yakin sudah siap Ling Li melangkah naik ke anak tangga pertama. Breeeeeees. Di anak tangga pertama Ling Li merasa seperti disiram air yang cukup panas, Ling Li menatap ke tangannya yang masih baik-baik saja setelah tersiram air itu. "Ini baru anak tangga pertama," ucap Ling Li. Tap tap tap. Ling Li kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga kedua, di tempatnya saat ini berdiri Ling Li merasa hawa panas mengelilinginya, hawa panas yang dirasakannya berbeda dari yang pernah dirasakannya selama ini. Sambil menahan hawa panas yang mengelilinginya Ling Li melangkah naik ke tangga ketiga, hawa panas seketika menghilang, dari bawah Ling Li tiba-tiba merasa kakinya kepanasan seperti menginjak bara api. Ling Li menundukkan kepalanya, setelah melihat kakinya menginjak bara api yang sangat panas Ling Li mengeluarkan unsur airnya menyiram bara api dibawahnya dan langsung naik ke anak tangga selanjutnya.
Sin yang terbang menuju tempat sebelumnya tiba-tiba terpikirkan sesuatu, Ling Li sangat terobsesi dengan menjadi kuat sepertinya ada tempat yang bisa membuatnya menjadi kuat selain menyerap inti monster. "Jika aku katakan ada tempat yang bisa membuatmu menjadi kuat apa kamu akan pergi ke sana?" tanya Sin. "Itu tentu saja," sahut Ling Li. "Kalau begitu aku akan membawamu ke sana ke tempat yang bisa membuatmu menjadi lebih kuat," ucap Sin. "Kenapa tidak mengatakannya dari awal, kalau begitu Cepat bawa aku ke sana," sahut Ling Li penuh semangat. Sin langsung terbang dengan kecepatan penuh selama beberapa hari, Setibanya di suatu tempat Sin bergegas turun ke bawah membuat Ling Li yang masih berada di atasnya terus memperhatikan menara di depannya. "Di menara itu terdapat menara surga dan neraka Aku sangat yakin di tempat itu Cocok untukmu," ucap Sin. "Kalau begitu aku tidak akan membuang waktu lagi," sahut Ling Li yang bergegas turun dari Sin dan Sin kembali masuk ke dalam lar
Sin yang melihat Ling Li berjalan menuju perkotaan bergegas ke luar dari dalam tubuhnya, Sin lupa memberitahu Ling Li satu hal inti hati monster sangat sulit di dapat orang biasa yang tidak mengetahui kelemahannya, jika Ling Li menyerapnya di kota pendekar dari beberapa penjuru pasti akan mendatanginya dan berusaha merebutnya Sin yang tiba-tiba ke luar mengejutkan Ling Li, tidak seperti biasanya jika ingin ke luar Sin akan bilang dulu padanya tapi sekarang Sin tiba-tiba saja ke luar dan berdiri di depannya. "Ada apa?" tanya Ling Li. "Cepat naik," ucap Sing membuat Ling Li semakin tidak mengerti. Ling Li langsung menaiki Sin tanpa banyak bertanya, baru saja Sin membawa Ling Li terbang dari beberapa arah Ketua dari berbagai perguruan mendatangi tempat Ling Li sebelumnya. "Ada apa? tidak biasanya kamu langsung ke luar begitu saja," ucap Ling Li. "Apa kamu tidak sadar beberapa orang sedang ke arahmu," sahut Sin. "Aku memang merasakan getaran, tapi aku tidak terpikir jika mer
"Apa kamu akan langsung berburu?" tanya Sin yang melihat Ling Li yang berulang kali menarik nafas panjang. "Tidak, aku masih harus singgah ke sebuah tempat," sahut Ling Li. "Tempat apa?" tanya Sin lagi. "Nanti juga kamu akan mengetahuinya," ucap Ling Li. Ling Li langsung terbang kembali menuju kediaman keluarga Li yang sudah di bakarnya. Ling Li berdiri di antara kuburan ayah pemilik tubuh dan bibi Cie, setelah mengucapkan beberapa kata Ling Li menundukkan kepala memberi penghormatan terakhir. "Ahhhhh, ternyata datang kemari," ucap Sin. Kali ini semua yang berkaitan dengan tubuh asli sudah terlepas olehnya, Ling Li merasa jauh lebih tenang seakan tubuh yang digunakannya saat ini benar-benar miliknya seutuhnya. "Haaaaaaah," Ling Li menghela nafas panjang sambil berjalan pergi, sekarang dirinya sudah bisa kembali ketujuan awalnya. "Jadi apa kamu akan pergi ke reruntuhan Arkas sekarang?" tanya Sin. "Tentu saja, bukankah itu tujuan awal kita," ucap Ling Li. "Setelah
Ling Li berjalan pergi meninggalkan rumah ibu tirinya yang penuh dengan genangan darah, satu tugasnya selesai Ling Li bergegas ke Pangeran Yan yang berada tidak jauh dari istana. "Bagaimana?" tanya Pangeran Yan pelan. "Selesai," ucap Ling Li sambil tersenyum puas. "Apa kita serang sekarang?" tanya Pangeran Yan lagi. "Pasukan yang kamu bawa kalau banyak dengan mereka, aku akan pergi ke barak prajurit setelah selesai aku akan bertelepati padamu," ucap Ling Li. "Baiklah, akan ku tunggu," sahut Pangeran Yan. Salah satu prajurit yang melihat Pangeran Yan selalu menuruti perkataan Ling Li memutuskan untuk bertanya, sebenarnya apa yang membuat Pangeran Yan selalu menurut pada Ling Li. "Kamu tidak akan tau, karena semua yang direncanakannya sudah pasti berhasil, aku sudah membuktikannya sendiri," ucapan Pangeran Yan membuat prajurit yang bertanya terdiam. Di tempat berbeda Ling Li yang mendatangi barak prajurit langsung mengeluarkan racunnya, Ling Li sengaja hanya menyebarkan racunnya
Ketua Along tersenyum tipis sambil bersiap menyerang Ling Li, Ketua Along meyakini dirinya memiliki pertahanan yang sangat kuat dan penyerangan yang sangat cepat, dirinya sangat yakin pria yang akan menjadi panglima perangnya tidak sehebat dirinya sendiri. Wheeeeeeeessssss. Ketua Along bergerak cepat menyerang Ling Li yang hanya diam, diamnya Ling Li menjadi kesempatan untuk Ketua Along menyerangnya bertubi-tubi. Serangan kaki tangan yang sudah dikerahkan Ketua Along sama sekali tidak membuat Ling Li merasa kesakitan, Ling Li sengaja hanya diam membiarkan Ketua Along menyerangnya agar merasa puas. Ini tidak mungkin, kenapa serangan ku tidak berpengaruh padanya, aku akan mencobanya sekali lagi," dalam hati Ketua Along. Buuuug, buuuuuug, buuuuuuug. Ketua Along terus menendang Ling Li tanpa henti, setelah merasa kelelahan sendiri Ketua Along menghentikan usahanya dan menatap Ling Li. "Apa sudah selesai?" tanya Ling Li. "Sekarang giliranku," ucap Ling Li dengan nada serius
Setelah berhasil menghentikan penyebaran racun Ling Li langsung mengambil pil mahkota Dewi miliknya, Ling Li menelankan pilnya ke Pangeran Yan dan kembali duduk di sebelahnya. Hanya beberapa menit racun di dalam tubuh Pangeran Yan perlahan menghilang, Ling Li yang melihat usahanya berhasil menghela nafas lega dan duduk bersandar. "Heeeeeh, setelah berburu monster bagaimana jika kamu membuka pengobatan saja dan menjadi tabib," ucap Sin. "Aku tidak berminat, lagipula mengobati orang membutuhkan kesabaran ekstra," sahut Ling Li. "Emmm, benar juga harusnya aku tau kalau kamu tidak memiliki kesabaran ya," ucap Sin. Ling Li yang duduk di samping Pangeran Yan Su melihat mata Pangeran Yan terbuka perlahan, Pangeran Yan yang habis bermimpi bertemu seseorang langsung menatap ke arah Ling Li tanpa berkedip. "Apa aku masih bermimpi," ucap Pangeran Yan. Plaaaaaaaaaak. "Bangun, sudah bukan waktunya tidur lagi," sahut Ling Li yang baru menepuk pundak Pangeran Yan. "Kamu? apa ini be
Sebelum membakar rumah keluarga Li Ling Li menemukan sebuah giok berlambang kerajan. Selain kelompok pembunuh bayaran darah merah salah satu anggota kerajaan pasti ikut andil dalam pembantaian keluarganya. "Kita mulai dari kelompok pembunuh bayaran darah merah dulu," ucap Ling Li. "Ahhhhh aku ingat, aku pernah mendengar markas pembunuh bayaran darah merah berada di bukit tengkorak," sahut Sin. "Apa kamu tau tempatnya?" tanya Ling Li. "Tentu saja," sahut Sin. "Bawa aku sekarang juga ke sana," ucap Ling Li yang langsung menaiki Sin. Sin mengepakkan sayapnya terbang menjauh meninggalkan rumah keluarga Li yang terbakar habis, Sin yang bisa merasakan hawa membunuh Ling Li sangat kuat memutuskan untuk tetap diam tanpa bertanya apa yang akan Ling Li lakukan setelah sampai di sana. Hanya membutuhkan waktu 1 jam bagi Sin untuk tiba di bukit tengkorak, Sin langsung menurunkan Ling Li dan menunjuk ke arah balik bukit tempat markas pembunuh bayaran darah merah berada. "Kamu ingin me
Dari kejauhan Wei Yan hanya bisa menatap ayahnya yang berjalan pergi, dari dalam lubuk hati Wei Yan merasa bersalah sudah berkata seperti itu pada ayahnya tapi penderitaan yang selama ini dirasakannya sendiri juga dari ayahnya, apakah salah yang sudah dilakukannya tadi pikir Wei Yan yang menangis dalam diamnya. Ling Li yang melihat Wei Yan menangis tanpa sadar langsung memeluknya, Ling Li berulang kali mengatakan pada Wei Yan kalau yang dilakukannya tadi sudah benar. "Ehem, sangat jarang melihat mu berinisiatif terlebih dulu," ucap Sin bertelepati. Ling Li bergegas melepaskan pelukannya, tepat setelah melepaskan pelukannya Wei Yan yang berhenti menangis membuat Ling Li merasa lega sendiri. "Terima kasih," ucap Wei Yan memalingkan wajahnya. "Untuk apa?" tanya Ling Li. "Karena kamu sudah membantu ku tadi, tidak hanya itu kamu juga bahkan sudah menyembuhkan wajahku, andai ada yang bisa kulakukan untuk berterima kasih padamu," ucap Wei Yan sambil menatap Ling Li. "Jangan pi