"Nay, Erin kenapa kalian di sini?" Aku mendekati Nay dan Erin yang berada di lantai 2 rumah Danirmala.
"Kamu bermain dengan mereka sampai melupakanku!" ucap Erin ketus.
"Hahaha maaf, kalian semua cantik sekali jadi mana bisa aku menahannya,"
"Sayang, ayo ikut aku!" Nay menarik tanganku, lalu berteleport ke suatu ruangan. Ruangan yang berbeda dengan hotel yang ada di pohon Nay maupun asrama akademi, ruangan ini terlihat lebih sederhana. Udara yang aku rasakan lebih hangat dibandingkan udara gunung yang dingin dan juga ada aroma khas.
"Mmm bau ini, laut?"
"Iya, ini pulau pribadi milik kami," jawab Nay sambil membuka korden beserta jendela. Ada kolam di depan kamar yang dihadapkan langsung dengan pantai pasir putih dan air laut yang jernih. Karena bulan sedang bersinar terang, terlihat banyak sekali pulau karang di depan sana dengan jarak hanya beberapa puluh meter s
"Lia!?" "Mesumm!" Lia malah menampar pipiku. "Oh sakit ya? Maaf maaf," lanjutnya sambil mengusap-usap pipiku yang memerah karena ditamparnya. "Dasar ini anak!" Aku sentil dia tepat di dahinya. "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu menikah dengan bangsawan?" "Sayang, kemarilah berendam, akan aku jelaskan!" teriak Noe yang sedang berendam di kolam. "Pantas saja sampai melupakan aku, ternyata Ratu negeri ini yang jadi saingan!" Lia membuka ikatan kimonoku lalu menarikku masuk ke dalam kolam. "Hahaha jadi kamu akan menyerah?" Noe "Tentu tidak!" Lia langsung duduk di pangkuanku. "Jadi sekarang jelaskan kepadaku!" "Lihatlah apakah ada yang berbeda dari Lia?" ucap Noe. "Untuk penampilan sih tambah cantik." Aku pegangi mukanya dan aku panda
Setelah kedatangan Lia, kami di pulau pribadi beberapa hari. Karena aku jenuh, aku meminta mereka untuk jalan-jalan ke tempat lain. Aku diajak mereka semua untuk berkunjung ke kota Cryostar yang ada di dalam pegunungan Smabor. Kota para dwarf dan juga kota bawah tanah dan tambang terbesar di dunia ini. Kami berteleport di samping pegunungan Smabor, terlihat ada gerbang yang sangat besar dan juga rel kereta api. "Keretanya digerakkan secara manual, karena tidak ada minyak bumi maupun batubara di dunia ini," ujar Nay seakan membaca pikiranku. "Ada listrik kan? Ada sihir juga, kenapa tidak digunakan?" "Kau kira kita tau cara bikinnya!" Noe ketus. "Tidak ada yang bisa membuatnya, ada sihir Alkimia namun sangat susah di pelajari karena harus tau bahan, proses dan cara kerja benda yang akan dibuat," Nay "Kalian bahas apaan? Violet, Nay, gantian lah! Kalian memeluk lengan Al t
Kami di arahkan menuju ruangan yang letaknya di bagian atas gua, ruangan yang lebih hangat dibandingkan dengan tempat awal. Atap ruangan ini berbentuk kerucut dan ada lubang di ujung atasnya. Mirip dengan joglo yang ada di ranting atas pohon Danirmala, di sini juga ada meja bundar yang lebar namun terbuat dari kristal. "Kok udaranya hangat? Bukankah ini di dataran sangat tinggi, sebelumnya aku lihat bahkan ada salju di pucuk gunung," tanyaku. "Ohh, ini memang di atas gunung, tapi di balik dinding ini ada magma." Jade menjawab sambil menunjuk ke dinding di sekitar. "Ini gunung berapi!? Kalau meletus bagaimana?" "Gunung yang sudah tidak aktif, itu di dinding juga ada penghalangmu yang menyelimuti," Erin. "Penghalangku!?" Karena penasaran, aku berjalan mendekati dinding. "Violet, hancurkan dinding ini!" perintahku kepada Violet, semuanya kaget
Keesokan harinya, aku bangun kesiangan lagi namun masih ada Noe, Violet dan Nay di sisiku. Kemarin setelah Selen pergi, aku bertanya kepada mereka semua dan tidak mendapatkan jawaban apapun. "Tumben yang bangun orangnya duluan, biasanya itunya duluan." Noe bangun dan segera berdiri sambil melepaskan kimononya. Dia berjalan ke arah kolam namun segera aku cegat. "Kenapa!? Sama Violet atau Nay saja sana!" Noe ketus tapi tidak berusaha melawan. "Kalau mau galak ya galak saja, tidak usah ikutan tsundere jadi-jadian," "Biarin, weekk!" Noe menjulurkan lidahnya dan langsung aku lumat. .... "Oiii Oyen, yuhuu kau di mana? Keluarlah!" Selen berteriak di tengah hutan yang sangat lebat. Hutan di benua Kalenex yang terkenal dengan hutan rimba dan dihuni oleh monster-monster mengerikan. Selen melompat dari batang pohon satu ke yang lainnya sambil melihat k
Kami sedang menuju ke tempat para Tribal yang berada di benua Kalenex. Sejauh mata memandang, hanya ada hutan yang sangat lebat dengan beberapa sungai besar. Aku, Noe dan Lia naik di atas punggung Violet dalam wujud naganya, sedangkan Noa ada di lehernya sambil berpegangan di tanduk milik Violet. Erin, Nia dan Nay terbang di samping kami, Nay karena dia Roh pohon jadi dengan mudah mengubah tubuhnya sesuai keinginan. "Kok tidak terasa hembusan angin?" tanyaku karena tidak merasakan hembusan angin, padahal kami terbang dengan kecepatan yang cukup tinggi. "Ada sihir angin milikku dan juga pelindungmu yang menyelimuti kita," jawab Noe yang berada di depanku, sedangkan Lia ada di belakangku sambil memeluk tubuhku. "Tinggi banget." Lia menelukku erat karena takut akan ketinggian. "Lia, jangan banyak gerak! Aku juga takut ketinggian." Aku reflek memeluk Noe karena sedikit terhuyung ke samping.
Ternyata, kami sudah disambut oleh kepala suku beserta ratusan warganya. Mereka berada di depan rumah masing-masing, tapi ada juga yang berada di jembatan. Pakaian yang dikenakan mereka berupa anyaman dengan motif yang berwarna kuning, merah dan dominan hitam. Mereka juga memakai ikat kepala yang dihiasi oleh bulu burung rangkong."Selamat datang di desa kami Yang Mulia!" Seorang pria memakai ikat kepala yang lebih meriah daripada yang lainnya, dia berlutut dan diikuti oleh warga yang lainnya. Rasdh namanya, pria yang seumuran paman Bob."Bagus sekali sambutanmu Rasdh," puji Noe."Terima kasih banyak atas pujiannya Yang Mulia dan juga selamat atas kebangkitan kembali Paduka Al,""Selamat atas kebangkitan kembali Paduka!" semua orang mengulangi kalimat yang diucapkan oleh Rasdh."Terima kasih banyak," jawabku."Silahkan menuju ke ruang aula." Rasdh
"Mereka menggunakan senjata sumpit ya? Apa efektif untuk perang skala besar?" tanyaku kepada Noe yang tiduran dengan bantalan pahaku bersama Nia. "Nanti biar aku latih barengan dengan pasukan Elfit," jawabnya santai. "Elfit?" "Pasukan elite dari para elf kemarin, ada juga assasin superior unit atau pasukan ASU yang dipimpin oleh Selen," jawab Nay sambil menyuapiku. "Ohh, pantes mereka sangat kuat, kalian latih langsung?" "Iya, untuk pasukan ASU ada banyak juga manusia yang masuk. Mereka bisa melalui latihan keras dari Noa dan Violet," sahut Erin yang duduk di depan kami bersama Lia. "Termasuk aku, manusia yang bisa lolos dari siksaan guru." Lia mengangkat tangan. "Mantap!" Aku acingkan jempol. "Bagus sih, hanya sedikit tapi sangat kuat," lanjutku. "Nanti kau marah kalau pas
Istana Kerajaan BorlalRatusan ribu pasukan telah dikumpulkan, mereka sudah bersiap untuk berangkat menuju benua Danirmala. Atas perintah dari Raja Februtus dan juga Pendeta Hiu Hiulus, para pahlawan mendapat mandat untuk memimpin pasukan. Ada Joko Satoru dengan senjata 2 buah shot gun, Alex dengan senapan runduk atau sniper, Des dengan pedang yang bisa memanjang seperti cambuk dan Priest bernama Mia sebagai support. Masing masing dari mereka memimpin 50 ribu pasukan dan Mia bersama pasukan penyembuh sebanyak 10 ribu orang saja. Tidak hanya itu, ada juga pasukan penyihir sejumlah 20 ribu orang dan juga pasukan penyihir dari gereja suci kurang dari 10 ribu orang. Di belakang pasukan, ada 4 buah meriam yang cukup besar. Meriam dengan moncong seperti laser dan di tengahnya ada kristal sihir yang ukurannya sebesar ban mobil."Meriam apa itu?" tanya Alex sambil mendekat ke arah Joko, mereka sedang berada di depan pasukan yang amat banyak it
Author rekap aja langsung end.Arlom akhirnya setuju membantu, namun ia hanya terima beres saja. Semua sudah diselesaikan oleh pasukan Elf dan dia hanya menggantikan tahta saja. Saat melihat-lihat para korban perbudakan, ada yang menarik perhatian kami. Seorang gadis kecil ras serigala, ia adalah senjata pembunuh yang mereka ciptakan. Anak dari kedua serigala hybrid. Instingnya sangat mengerikan, bahkan hanya didekati saja langsung melesat bagaikan petir. Bukan melesat menjauh, namun langsung menyerang tanpa pandang bulu.Akhirnya ia kami besarkan dan diberi nama Selen, ada juga ayahnya yang diberi nama Fenrir. Mereka semua kami rehabilitasi, namun Sania aku urus sendiri. Sifatnya yang masih ganas, tidak mungkin orang biasa yang menanganinya. Kalaupun para Elf, mereka tetap terpaksa menggunakan kekerasan untuk menghentikannya. Jadi lebih baik bersama kami dan ternlyata malah dekat denganku, bahkan Fenrir sebagai ayah Selen, mereka tidak pernah bertemu satu sama lain. Emosinya tidak b
"Baiklah! Aku hargai kepedulianmu kepada makhluk lain, tapi kau urus sendiri mereka. Latihlah dengan benar!" Aku menyetujuinya sambil memberikan syarat."Deal!" Ignis langsung menyetujuinya dan mengulurkan jabat tangan, aku diam sejenak karena sedikit terkejut sebelum menjabat tangannya."Oi kamu yang paling besar, siapa namamu!?" Ignis meneriaki serigala terbesar yang memiliki 5 ekor, serigala itu langsung berubah wujud menjadi manusia dan berlutut di depan Ignis."Saya pemimpin kawanan ini, nama saya serigala petir ekor lima tuan," jawabnya membuat Ignis menepuk jidat."Kamu, tuanku ini ingin menjadikanmu bawahannya. Bersyukurlah dan patuhi dia!" Ignis menunjuknya sambil menepuk pundakku cukup kuat hingga membuatku terhuyung ke depan, sedangkan si serigala petir ekor lima bingung akan apa yang dikatakan Ignis."Kalian serigala petir merupakan makhluk tingkat tinggi, tapi kehidupan kalian terlalu bebas hingga lalai melatih bakat asli kalian. Aku Aldho Alfina akan membuat kalian menja
Pada lokasi kedua, kami menemukan 4 bangsawan yang telah berkumpul. Banyak sekali pasukannya yang sedang berjaga di halaman kediamannya membuat Erin san Noe harus turun tangan.Di dalam ruang utama, para bangsawan terkejut mendengar suara ledakan dari energi listik milik Erin. Semuanya langsung mendekat ke jendela dan melihat ke halaman depan. Saat mereka baru mengecek dari jendela, ada satu penjaga yang berlari hingga tersandung-sandung masuk ruangan."Tuan, tuan!""Ada apa!?" teriak salah satu bangsawan."Elf menyerang, ada vampir, juga yang ikut!" teriaknya terbata-bata karena kehabisan napas."Bagaimana bisa ada Elf di sini? Apalagi vampir." Para bangsawan tidak percaya, namun mereka berfikir ulang karena penyerangan ini."Tidak mungkin juga pasukan kerajaan, sebagian besarnya merupakan orang-orang kita," ujar bangsawan lain."Hallo semuanya!" Noe mengagetkan para bangsawan dengan muncul tiba-tiba bersama kami semua."Topeng dan jubah itu!" Salah satu bangsawan menunjuk Noe, lalu
"Mereka keluar dari pegunungan Goromo, baru saja aku rasakan dari penghalangku," ucapku kepada Noe dan Erin setelah merasakan ada yang melewati penghalangku."Mungkin mencari kita," ujar Erin cuek."Iya, paling hanya kembali ke kota Danirmala," ujar Noe, ia lalu berdiri dari singgasana, mendekati para bangsawan kerajaan Lamris...Beberapa saat yang lalu"Yang Mulia! Para pemberontak di sekitar istana telah di singkirkan. Tidak ada korban jiwa dari pasukan kami, hanya beberapa saja yang mengalami luka dan sedang proses pengobatan." Tim melapor kepada Noe dengan tubuh yang dilumuri oleh darah, keadaanya terluka ataupun sehat tidak bisa diketahui karena tertutup oleh darah.Erin mengulurkan tangannya ke depan, ia membuka telapak tangannya dan tersorot mata vampirnya yang merah menyala. Darah di sekujur tubuh Tim tiba-tiba melayang ke arah telapak tangan Erin dan berkumpul membentuk bola. Gumpalan darah itu tiba-tiba menghilang seakan diserap olehnya."Bagaimana kondisimu?" Noe bertanya
Rumah di pegunungan GoromoNay bangun dan tidak menemukan Al di sisinya, ia kemudian dikejutkan oleh sesuatu dan bergegas keluar rumah."Darah?" ujarnya, lalu melihat Noa dan Violet yang sedang berlatih bersama Ignis.Ignis berdiri di tengah padang rumput, area sekitarnya sudah menjadi seperti kawah gunung berapi. Lava panas bergerak mengikuti alunan gerakan Ignis yang menari-nari untuk menyerang dan bertahan dari serangan Noa dan Violet.Violet seakan menggunakan teleportasi, ia selalu berpindah ke area sekitar Ignis untuk melakukan serangan. Menendang dan ditangkis oleh Ignis, berpindah lagi ke sisi lain dan mengayunkan lengannya yang ada satu cakar berbentuk bilah pedang menempel sejajar dengan lengan dan jari kelingking. Serangannya terus ditangkis, namun Violet juga terus menyerang, bahkan dirinya tidak pernah menapak di tahan karena selalu berpindah dengan sangat cepat."Ignis, lepaskan penguasaan areamu!" Noa tidak bisa menyerang dengan jarak dekat, ia dari jarak jauh hanya mel
"Tidak ada yang tidak mungkin, lihatlah dia." Aku menunjuk ke arah Erin yang masih berdiri di samping Downer dan Harnes, mereka berdua masih berada di bawah tekanan Erin."Dia vampir yang membantuku pergi, dia juga yang membuat tubuhku seperti ini. Untuk kematian kakek tua itu, dia patut mendapatkan. Kelakuan bejat dan semena-menanya sungguh membuatku muak." Aku membantu paman Ronald jalan menuju singgasananya, lalu melambaikan tangan ke arah Erin. Dia mengerti dan melepaskan Downer serta Harnes dari tekanan gravitasinya."Jadi kamu beneran pangeran Aldho?" ujar Harnes sambil berjalan mendekat."Iya, tidak ada waktu buat bercerita tentangku. Sekarang jelaskan apa yang terjadi pada kerajaan Lamris!" ucapku sambil berjalan menuju tempat duduk di sisi samping singgasana."Baik pangeran." Downer dan Harnes menunduk sambil terus menurunkan pandangan karena ada Erin di sampingku."Para bangsawan mengerahkan anak buahnya dan menyewa beberapa petualang untuk melengserkan posisi Raja Lamris,"
"Memangnya tidak ada Raja Elf sebelumnya? Mungkin dialah ayahmu kalau ras Elf susah hamil dengan ras manusia." Aku sontak diam telat menyadari, lalu kemudian bangun dan duduk di samping Noe."Aku manusia, kamu Elf, lalu bagaimana?" tanyaku khawatir dan bingung, Noe mengelus pipiku, lalu menyuruhku untuk rebahan kembali."Mungkin kalau sering-sering bikin ada kemungkinan jadi," "Sudah pernah ada half Elf?" "Kalau ayahnya Elf dan ibunya manusia banyak, tapi kalau sebaliknya belum pernah ada," jawabnya membuat hatiku semakin sakit."Memangnya kenapa? Kan ada kakak-kakakku, mereka." Noe terdiam dan tidak melanjutkan bicaranya."Mereka kenapa?""Tidak apa-apa," ujarnya, walau terlihat tenang tapi jelas sekali menutupi sesuatu."Nay roh dari tanaman, Nia juga seorang peri, tubuh mereka hanya sebuah energi yang menyerupai tubuh manusia. Sedangkan Noa dulunya roh yang menempati tubuh naga sejati. Mereka bisa hamil?" Aku bertanya dengan ragu-ragu, takut akan jawaban yang sesuai dengan perkir
"Noa bagus!" seruku sambil tersenyum lebar dan mendekatkan mukanya kepadaku."Bagus kepalamu!" Nia spontan berteriak dan menamparku. Aku terjungkal ke belakang dan menatapnya bingung, ia kemudian berjalan mendekatiku."Kalau mau menenangkan orang, jangan begitu juga caranya!" teriaknya sambil menarik kerah bajuku dan menatapku dengan sinis. Aku hanya tersenyum, kemudian melepaskan tangannya dari kerah bajuku dan merangkulnya."Nia marah-marah mulu," ujarku secara halus sambil mendorongnya perlahan mendekati Noa. Aku duduk di antara mereka berdua dan merangkulnya secara bersamaan. Kepala mereka aku sandarkan di dadaku sambil aku usap perlahan rambutnya."Kenapa sih!? Ishh!" Nia menepis tanganku, sedangkan Noa masih menangis."Ei kalian diem dulu, perhatikan," ucapku secara halus sambil menatap ke arah Violet, kemudian aku buat penghalang di depan Violet."Violet, tolong serang penghalang itu dengan sekuat tenaga," ucapku sambil tersenyum."Jangan aneh-aneh!" Nia menatapku dengan geram
"Kontrak darah denganku, kau menjadi tuanku dan harus melindungi apa yang aku lindungi!" ucap Ignis dengan serius."Aku lebih lemah darimu, bukannya malah terbalik?""Kau saat ini memang lemah, tapi para Ratu di sekelilingmu tidak bisa dikatakan lemah. Belum lagi kalau kau meningkatkan kekuatan rua..""Stop!" Erin bersama Noe serempak menghentikan Ignis berbicara. "Al, akan aku jelaskan semuanya nanti," ujar Erin saat mengetahui kegelisahanku."Ok baiklah, tapi apa tugasku? Apa yang harus aku lindungi?" tanyaku lagi untuk memastikan agar lebih jelas."Menjaga benua Kalenex dan juga menjaga dunia Roh dari semua ancaman!" ucap Ignis dengan serius."Dunia Roh!?" tanyaku sambil menengok ke arah Noa."Al, lakukan kontraknya dulu, nanti aku jelaskan." Erin meyakinkanku, aku segera melihat ke arah kembar 4 dan Violet. Mereka semua mengangguk menyetujuinya, setelah itu aku segera mengulurkan jariku kepada Erin. Dengan kukunya yang tajam, ia dengan mudah menggores jariku. Setelah menggabungka