Share

Bab 36

Author: Pein
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pertarungan dahsyat terjadi di langit ketika Indra, bergabung dalam peperangan. Dia datang untuk membantu Yama dan Yami, Dewa dan Dewi kematian yang sedang menghadapi Ankara, Brata, dan Surya, bawahan Dewa Matahari. Awan hitam menyelimuti langit, menandakan kehadiran Indra yang membawa petirnya yang mengerikan.

Indra menggerakkan tangannya, menciptakan petir yang menyambar ke arah Ankara, Brata, dan Surya. Yama dan Yami berdiri di samping Indra, bersiap menghantam lawan dengan senjata maut mereka. Ankara, Brata, dan Surya tidak gentar, mereka mengeluarkan aura cahaya yang menyilaukan dari tubuh mereka, menghadapi serangan Indra dengan keberanian.

Ketegangan semakin meningkat, ketika Ankara mengangkat tabgannya, mengirimkan gelombang energi angin yang kuat ke arah Yama.

Yama dengan sigap menghindar, dan Yami melompat ke udara, mencoba menyerang Ankara dari atas. Sementara itu, Brata dan Surya berfokus pada Indra, mencoba melumpuhkan Dewa petir dengan serangan cahaya yang membara.

Indra
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 37

    Empat monster magma yang keluar dari Cincin Ankara meraung keras, memecahkan kesunyian di medan pertempuran. Tubuh mereka terbuat dari lava yang menggelegak, membuat udara di sekitar mereka menjadi panas dan menyengat. Mata mereka yang berwarna merah menyala menunjukkan keganasan yang tak terkendali.Tanpa ragu, mereka langsung menyerang Dewa Indra, Yama, dan Yami yang tengah bersiap menghadapi serangan.Indra mengeluarkan senjatanya, Vajra, siap melawan serangan monster-monster tersebut. Yama dan Yami juga bersiap dengan senjata masing-masing, sabit besar yang tidak pernah lepas dari genggaman mereka.Tiba-tiba, keempat monster tersebut melepaskan serangan semburan lava yang melesat dengan cepat ke arah ketiga dewa. Serangan itu sangat kuat, sehingga membuat langit berkobar api dan mengeluarkan asap. Indra, Yama, dan Yami berusaha menghindar, namun serangan itu terlalu cepat untuk dihindari.Indra mengayunkan Vajra-nya, menghasilkan petir yang menyambar ke arah monster magma, namun l

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 38

    Alagar kembali ke kediamannya setelah pertarungan panjang dengan Ankara dan yang lainnua. Dalam sekejap, dia berdiri di balkon kamarnya dengan santai seperti biasanya.Sebagai seorang manusia yang memiliki kemampuan terbang, ini bukanlah hal yang asing baginya, namun kali ini terasa berbeda.Pricilia, yang sejak tadi menunggu di kamarnya, langsung terkejut melihat Alagar mendarat dengan perlahan di balkon kamar. Matanya terbelalak, dan mulutnya terbuka lebar. Tak henti-hentinya dia menatap Alagar dengan tidak percaya."Alagar, kau ... bisa terbang?" tanya Pricilia dengan nada kaget yang tak tertahankan.Alagar tersentak kaget mendengar teguran dari Pricilia. "Pricilia. Sejak kapan kau ada di sini?" s tanyanya memastikan.Pricilia menggelengkan kepalanya, masih sulit mencerna kenyataan yang baru saja disaksikannya. "Tidak mungkin, kamu manusia bagaimana mungkin bisa terbang?" tanya Pricilia lagi kebingungan.Alagar menghela napas, mengerti kebingungan Pricilia. "Mungkin aku memang belu

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 39

    Beberapa waktu sebelumnya ....Kristina, berjalan menuju ruang tamu dengan sebuah nampan berisi camilan dan minuman. Dia ingin mengantarkan makanan kecil itu kepada Alagar dan Viona yang sedang asyik berbincang. Namun, ketika baru sampai di sanan, ia terkejut mendengar obrolan mereka."Viona, aku ingin kamu tinggal di kediamanku," kata Alagar dengan serius. Suara itu membuat Kristina membeku di tempatnya.Kristina tidak menyangka hubungan anaknya dengan Alagar sudah menjurus ke arah yang lebih serius. Pada saat yang sama, perasaan cemas, gembira, dan khawatir bercampur aduk di hatinya. Tangan yang memegang nampan pun mulai gemetar.Viona, yang terkejut dengan permintaan Alagar, hanya terdiam dan hanya menatap Pria yang mulai mengisi hatinya tersebutKristina merasa detak jantungnya berdebar lebih kencang, dan tanpa bisa ia kontrol, nampan yang ia pegang terlepas dari genggamannya.Suara keras nampan yang terjatuh seketika menarik

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 40

    Viona merasa jantungnya berdebar kencang saat melihat Alagar sedang asyik berbalas pesan dengan Pricilia. Wajah Alagar yang tampak bahagia membuat Viona mulai merasa cemburu, namun dia mencoba menahan perasaannya dan berusaha tersenyum."Kau tampak menikmati percakapan dengan Pricilia," ujar Viona dengan nada setengah bercanda.Alagar menatap Viona dengan senyum nakal, "terus?" jawabnya sambil menatap Viona.Viona langsung merasa wajahnya memanas, "Apaan sih," tegurnya sambil mengalihkan wajah Alagar agar tidak membuatnya semakin malu.Meski belum ada pengakuan cinta dari Viona, Alagar sudah mulai merasakan benih-benih cinta yang tumbuh di hati wanita yang dicintainya tersebut.Namun, Viona tidak ingin mengakui perasaan cemburunya di hadapan Alagar, takut pria itu menilai dirinya sebagai wanita yang terlalu mudah merasa cemburu.Seiring waktu berlalu, Viona berusaha melupakan perasaan cemburunya dan menunjukkan sisi baiknya pada

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 41

    Viona sedang berjalan di samping Alagar, menatapnya dengan lembut dan penuh perhatian. Tidak seperti sebelumnya, saat ia selalu mencoba menjauh darinya. Meski ingatan masa lalunya belum sepenuhnya kembali, namun Viona mulai bisa merasakan adanya ikatan kuat yang pernah terjalin antara mereka sebelum bereinkarnasi."Alagar, aku ingin berusaha untuk mengingat lebih banyak tentang masa lalu kita," ucap Viona dengan nada lembut, "aku tahu selama ribuan tahun ini, kamu menderita karena ingatan masa lalu terus menghantuimu. Aku berharap bisa membuat kebahagiaan untuk kita berdua, setelah sekian lama."Alagar menatap Viona dengan penuh harapan, dia tersenyum mendengar ucapan Viona. Tangannya perlahan meraih tangan Viona dan menggenggamnya erat, menunjukkan dukungan dan rasa syukurnya."Terima kasih, Viona," ucap Alagar dengan suara yang penuh emosi. Viona tersenyum, membalas genggaman tangan Alagar, menyenderkan kepalanya di bahu pria itu sembari berjal

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 42

    Alagar tahu siapa yang telah menyandera roh kedua orang tuanya. Dengan tekad yang kuat, dia bergegas menuju tempat Indra berada, dengan ekpresi serius.Dia pergi bersama Yama yang mengekori langkahnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Karena Yama tahu kalau tuannya pasti sedang dalam masalah serius.Setelah beberapa saat, Alagar dan Yama sampai di tempat Indra berada. Terlihat Indra sedang duduk di sebuah kafe, layaknya seorang manusia, bersama para bawahannya yang ang sedang menikmati hari-hari layaknya manusia.Alagar yang tiba-tiba muncul di sana, jelas saja membuat Indra dan bawahannya terkejut, ditambah ekspresi Alagar terlihat sangat serius.Alagar menjentikkan jarinya dengan sigap, dan sekejap mata mereka semua telah berpindah ke dimensi ciptaan Alagar, tempat di mana kegelapan menyelimuti setiap jengkal ruangan. Indra dan bawahannya tidak bisa berbuat apa-apa selain menghela napas panjang, merasa tak berdaya. Mereka tahu bahwa Alagar tak akan melakukan hal seperti ini tanp

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 43

    Alagar, akhirnya sampai di gerbang langit yang megah dan menjulang tinggi. Di sana, dua penjaga gerbang langit yang gagah dan berwibawa melihat kedatangan Alagar, Dewa Yama, Dewa Indra, serta bawahannya.Mereka berdua langsung memberikan salam hormat kepada Dewa Indra dengan wajah yang penuh kewibawaan."Salam Tuan Indra!" seru dua penjaga gerbang dengan sopan sambil menangkupkan kedua tangannya, tubuh mereka tegak dan pandangan mata tajam.Dewa Indra, yang tidak ingin membuang waktu, langsung mengutarakan keinginannya. "Buka gerbangnya!" ucapnya tegas, wajahnya menunjukkan keteguhan hati.Mendengar perintah tersebut, salah satu penjaga gerbang langit segera menjawab dengan suara yang menghormati."Baik Tuan!" jawabnya, lalu bergegas membuka gerbang besar yang terbuat dari emas dan berhiaskan ukiran naga diseluruh permukaan gerbang. Suara gerbang yang terbuka menghasilkan suara gemerincing, seolah menyambut kedatangan mereka ke

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 44

    Alagar melaju cepat di angkasa, bergerak begitu kuat membuat angin di sekitarnya bergemuruh. Arah yang dituju adalah Istana Api, tempat sang Dewa Nika bersemayam. Semakin dekat dengan wilayah tersebut, udara di sekitarnya terasa semakin panas dan menyengat. Namun, Alagar tidak goyah, tekadnya sudah bulat untuk menghadapi Dewa Nika.Tak lama kemudian, Dewa Indra terbang mendekat, seolah-olah mengejar Alagar. "Apa kau yakin akan melawan Dewa Nika sekarang, Alagar?" tanyanya dengan nada khawatir.Alagar menoleh sejenak, tatapan tajamnya menatap Dewa Indra yang terus berusaha mengimbanginya. "Dia sudah mengusikku, menandakan kalau dia telah menantang ku, maka akan ku kabulkan permintaannya," jawab Alagar dengan suara tegas, penuh keyakinan.Dewa Indra menghela napas panjang, menatap langit yang mulai berubah warna menjadi jingga, mencerminkan kekuatan api yang semakin dekat."Baiklah, Alagar. Aku berharap keputusanmu ini adalah yang terbaik," ucap Dew

Latest chapter

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 113

    Alagar dan Viona memasuki Istana Cahaya dengan hati yang berdebar. Mereka berpikir akan ada perlawanan dari para Dewa yang tinggal di istana tersebut. Namun, begitu mereka melangkah masuk, para Dewa dan Dewi justru menyambut mereka dengan hangat dan penuh hormat.Saat Alagar dan Viona berjalan melalui koridor istana, mereka disambut oleh senyuman ramah dan tatapan penuh penghormatan dari para penghuni istana. Tak ada satupun tanda penolakan atau kemarahan yang terlihat pada wajah mereka.Viona merasa lega dan bahagia, ternyata para Dewa menghormati dan menerima dirinya sebagai permaisuri Alagar.Para dayang-dayang istana juga sangat menghormati Viona. Mereka membantu Viona beradaptasi dengan kehidupan di istana dan memberikan segala yang dibutuhkan oleh Viona.Sementara itu, Alagar merasa terkejut namun bersyukur. Ia mengira para Dewa akan menentangnya karena ia membawa Viona, seorang manusia, ke istana mereka. Namun, ternyata para Dewa malah menghormatinya dan menerima Viona dengan t

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 112

    Alagar dan Viona berdiri di hadapan kedua orang tua mereka, dengan rasa haru dan berdebar-debar. Keduanya telah bersiap untuk pergi ke langit. Namun, kedua orang tua mereka tidak diberitahu, mengingat kekuatan Alagar tidak bisa dibeberkan ke mereka."Ayah, Ibu, kami pamit," ucap Alagar dengan suara lantang namun bergetar, sementara Viona menundukkan kepalanya, menahan rasa sedih yang menyelimuti dirinya."Hati-hati di sana," ujar ayah Alagar dengan senyum hangat, memeluk putranya dengan erat. Ibu Viona pun menghampiri dan memeluk putrinya, berbisik, "Jaga diri baik-baik di sana, Nak. Jangan lupa sesekali mengunjungi kami.""Tentu Bu, aku pasti akan sering kemari," jawab Viona dengan mata berkaca-kaca.Namun, di balik senyum dan ucapan selamat tersebut, Alagar dan Viona tahu bahwa mereka tak akan pergi ke luar negeri seperti yang mereka katakan. Sebagai seseorang yang setara dengan Dewa, Alagar akan membawa Viona ke langit, tempat yang jauh dari dunia manusia.Ketika semua pelukan

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 111

    Alagar melangkah cepat mendekati Pricila yang tampak bergegas meninggalkan tempat itu, wajahnya pucat pasi mendengar percakapan tentang pernikahan Alagar dengan Viona. Wajah Pricila terlihat sangat sedih, seolah dunia ini runtuh di depan matanya."Pricilla, kau mau kemana?" tanya Alagar dengan lembut sambil mencekal lengan Pricila, mencoba untuk menenangkannya.Pricila menatap Alagar dengan air mata berlinangan, pipinya memerah karena menahan tangis. "Selama ini aku selalu menunggumu. Aku selalu berharap bahwa suatu saat kau akan memilihku, tetapi ternyata semua harapanku hanya sia-sia. Pada akhirnya kau memilih wanita lain, Alagar," ucap Pricila dengan suara lirih dan terbata-bata.Alagar merasa terpukul mendengar ungkapan perasaan Pricila. Hatinya terasa berat, menahan perasaan bersalah yang mendera. Ia mencoba memandang Pricila dengan tatapan penuh pengertian, namun wanita itu terus menundukkan kepalanya, tak mampu menatap mata Alagar."Maafkan aku, Pricila. Aku tidak bermaksud men

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 110

    Viona terdiam, matanya terpejam saat dia merenung dalam-dalam tentang ajakan Alagar untuk pergi ke langit bersamanya. Dalam keheningan itu, dia beranjak duduk, merasa tercekik oleh berbagai perasaan yang melanda. Tubuh telanjangnya dibungkus oleh selimut yang kemudian ditarik lebih rapat, seolah mencari perlindungan dari ketakutan yang mulai merayapi hatinya."Bagaimana dengan keluarga kita? Mereka pasti akan menentang, Alagar," ucap Viona dengan suara yang penuh kekhawatiran, alisnya mengerut dan jari-jarinya mengepal erat pada selimut yang menutupi tubuhnya.Alagar pun bergegas duduk di samping Viona, menatap matanya yang pilu. Dengan lembut, ia menggenggam kedua bahunya, mencoba memberikan kekuatan dan dukungan. "Kita akan bilang ke mereka, untuk tinggal di luar negeri, sesekali kita juga bisa berkunjung menemui mereka," ujar Alagar dengan nada yang meyakinkan, berusaha meredakan kegelisahan yang terpancar dari wajah Viona.Viona menatap Alagar, sejuta pertanyaan dan keraguan ber

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 109

    Begitu melihat Dewa Agung sudah kembali di kediamannya, Bikely dan Indra segera menyambutnya dengan hormat. Keduanya membungkukkan badan serta mengucapkan salam yang penuh sopan. Namun, tidak demikian dengan Alagar yang tetap berdiri tegak, tanpa menunjukkan rasa hormat yang sama. Wajahnya tampak datar, tanpa ekspresi. Dia tidak pernah menganggap sosok Dewa Agung hebat, apalagi setelah dia berhasil mengalahkan Tigras dalam pertandingan dan seharusnya, Alagar yang menjadi Dewa Agung selanjutnya, namun dia menolak tahta tersebut.Mata Dewa Agung menatap tajam ke arah Alagar, lalu berkata, "Kalian berdua, bisa tinggalkan kami."Dengan patuh, Bikely dan Indra mengangguk, sebelum perlahan meninggalkan tempat tersebut. Mereka tahu bahwa Dewa Agung ingin berbicara dengan Alagar secara empat mata.Setelah Bikely dan Indra pergi, Dewa Agung mulai berbicara dengan suara yang tenang, "aku sudah beribicara dengan petinggi Istana cahaya, kau bisa tinggal di sana kapan pun kau mau."Alagar tidak b

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 108

    Alagar sedang berada di kediamannya, sementara Dewa Agung beserta para petinggi Istana Cahaya berkumpul di kediaman Tigras, yang kini tidak memiliki pemimpin setelah Tigras lenyap—dikalahkan oleh kekuatan Alagar.Dewa Agung duduk di kursi utama, memimpin rapat di hadapan para petinggi yang saling berbisik dan menatap ragu satu sama lain. "Sekarang kalian tinggal pilih, ingin menerima Alagar sebagai pemimpin baru, atau ingin menunjuk pemimpin lain?" ujar Dewa Agung dengan suara berat yang memenuhi ruangan.Para petinggi saling berpandangan, beberapa terlihat gugup, sementara yang lain tampak serius dalam mempertimbangkan pilihan yang diberikan Dewa Agung. Mereka sadar bahwa keputusan ini akan menentukan masa depan Istana Cahaya dan seluruh rakyatnya."Alagar memang telah membuktikan kekuatannya dengan mengalahkan Tigras, tapi kita belum tahu apakah ia bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, dan menerima kita, mengingat apa yang telah Tuan Tigras lakukan padanya," sahut salah satu peting

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 107

    Alagar yang melayang di hadapan Dewa Agung. Matanya menatap tajam sosok pemimpin langit tersebut. "Apa begini sudah cukup?" tanyanya dengan suara datar namun tegas.Dewa Agung menghela napas panjang, seolah merasakan beratnya pertanyaan yang dilontarkan Alagar. "Bukankah kau lihat sendiri?" jawabnya dengan suara menggema. "Setelah kau mengeluarkan dua naga legendaris itu dan mengalahkan Tigras, siapa yang akan berani menentangmu? Lihatlah mereka...."Mata Dewa Agung melirik ke arah para Dewa yang tengah menyaksikan pertandingan antara Alagar dan Tigras. Wajah mereka tampak tenang, namun tatapan mata mereka terpaku pada Alagar dan Dewa Agung dengan rasa khawatir yang tersembunyi.Alagar pun menoleh, melihat para Dewa yang terdiam. Ia merasakan kekuasaan yang kini ada di tangannya, namun hatinya tetap merasa hampa. "Apa mereka semakin takut padaku?" tanya Alagar dengan wajah bingung, tak menyangka bahwa kekuatannya yang luar biasa justru membuat para Dewa ketakutan."Begitulah kami, ya

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 106

    Arena pertarungan berubah menjadi medan perang yang mengerikan. Seluruh penonton, para Dewa yang hadir, menatap takjub dan terperangah saat melihat dua sosok Naga Yin dan Yang muncul secara bersamaan dari pola sihir yang diciptakan oleh Alagar. Naga-naga legendaris itu merupakan penguasa elemen sihir cahaya dan kegelapan, makhluk yang hanya ada dalam mitos dan legenda. Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua Dewa yang menonton pertarungan tersebut seakan-akan kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kejadian luar biasa yang baru saja mereka saksikan. Mata mereka terbelalak, mulut mereka terbuka lebar, dan beberapa bahkan menahan napas mereka karena terkejut.Keterkejutan mereka semakin bertambah saat Alagar, dengan santainya dan percaya diri, menaiki kepala Naga Cahaya. Dengan pandangan yang tajam dan penuh tekad, dia mengendalikan Naga Cahaya seolah sudah menjadikannya monster kontraknya. Di sisi lain, Tigras tampak kesulitan menghadapi serangan yang diterimanya. D

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 105

    Alagar terpojok di sudut arena pertandingan, diserang oleh Tigras yang beringas dan tak kenal ampun. Ekspresi cemas tergambar jelas di wajah Indra yang menyaksikan pertandingan itu dari tribun penonton."Bukankah ini tidak adil, Alagar tidak bisa mengeluarkan kemampuan penuhnya!" gerutu Indra, kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat."Kau salah, Indra. Lihatlah baik-baik...." tegur Bikely dengan nada tenang, membuat Indra refleks menatap arena pertarungan dengan seksama.Saat itu juga, Indra mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di arena. Ia menyaksikan Alagar yang sengaja menerima serangan Tigras, tanpa menghindar atau melawan sama sekali. Bahkan, wajah Alagar tampak tenang dan fokus, seolah ada rencana besar yang sedang dipersiapkannya.Indra kemudian memperhatikan lebih detail gerak-gerik Alagar, mencoba memahami strategi yang sedang digunakan oleh sahabatnya itu. Sementara itu, Bikely tersenyum tipis, seolah tahu bahwa Alagar memiliki kejutan yang

DMCA.com Protection Status