"Yah ... tak ku sangka Asahi membawa cewek cantik ..." ucap Haru, matanya melebar dengan ketidakpercayaan. Dia memperhatikan gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki, mencoba menutupi rasa kagumnya.Gadis itu tersenyum malu-malu, membalas tatapan Haru dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Asahi, yang berdiri di sampingnya, hanya tersenyum kecil dan menepuk bahu Haru, seakan berkata, 'Kejutan, kan?' Ruangan yang tadinya hening kini dipenuhi bisik-bisik kagum dari teman-teman lainnya yang juga tidak menduga akan ada tamu istimewa seperti ini.“Yosh semuanya dengarkan sini dulu ...” ucap Asahi, dan seluruh orang di ruangan itu duduk kembali dengan rapih dan tenang.“Kita memiliki rekan baru ... tolong jangan akrab akrab ya buat yang laki laki ...” ucap Asahi sedikit bercanca.Seisi ruangan tertawa karena candaan garing Asahi, suasana ruangan itu pecah dengan tawa seluruh petinggi desa. Asahi juga sedikit malu dan menggaruk kepalanya sesekali.“Namaku Mileena ... aku ini kekasih nya
"Sudah setahun lamanya ..." gumam Asahi sambil tiduran santai di atas rerumputan. Matahari sore menyinari wajahnya dengan lembut, menimbulkan bayangan pepohonan yang menari di sekelilingnya. Hembusan angin sepoi-sepoi mengelus rambutnya yang tergerai, membawa aroma bunga liar yang tumbuh subur di sekitar tempat itu.Asahi menarik napas dalam-dalam, merasakan kedamaian yang jarang ia temui di hiruk-pikuk desa. Setahun penuh telah berlalu sejak terakhir kali ia datang ke sini, dan banyak hal telah berubah dalam hidupnya. Namun, di sini, di tengah alam yang tenang, ia merasa seolah-olah waktu berhenti, memberikan ruang bagi pikirannya untuk bernostalgia dan merencanakan masa depan.“Tapi ... diriku masih saja monoton dan tidak berkembang sejak Mileena menjadi rekan kita ...” ucap Asahi.“Tak masalah sayangku, selama ada aku desa ini tidak akan berada didalam bahaya ...” ucap Mileena yang duduk di samping Asahi.“Hei Asmodeus ... apa nanti kita berkelana saja ya agar aku juga cepat mendap
Dahulu setidaknya 500 tahun silam terdapat monster yang bergitu mengerikan. Dia bukan sepenuhnya monster, namun dia sebuah makhluk spiritual yang batasan nya tidak dapat di hitung dengan kemampuan penilai biasa. Bahkan Mother of Spirit sendiri tidak bisa menangani sepenuhnya. Langit dunia baru dipenuhi bintang-bintang yang gemerlap, seperti menyiratkan harapan yang baru. Namun, di balik keindahan itu, tersembunyi kegelapan yang kelam, diwarisi dari masa lalu yang kelam. Orang-orang dunia lama yang selamat kini hidup dalam ketakutan, mengenang masa lalu mereka yang hancur lebur. Di tengah malam yang sunyi, Luna, Mother of Spirit, berdiri di atas bukit, memandangi bintang-bintang. Angin malam yang dingin menyapu rambut biru peraknya yang panjang, memberikan kesan agung namun penuh beban. Luna adalah satu-satunya yang tahu betapa besarnya bahaya yang mengancam dunia baru ini. "Apakah kamu merasakan itu, Luna?" Suara berat dan penuh kekuatan terdengar dari bayangan di belakangnya.
Di balik kegelapan hutan, sesosok orang dengan perawakan terlihat seperti siluet hitam menatap sebuah kristal di tangannya. Dia memutar-mutar kristal itu dengan perlahan, cahaya redup dari kristal menerangi wajahnya yang tersembunyi dalam bayangan. Bibirnya bergerak pelan, seolah-olah sedang merapal mantra kuno.Suara gumamannya terdengar samar, mengisi keheningan malam dengan aura misterius dan magis. Angin berdesir lembut melalui pepohonan, seakan-akan ikut menyimak bisikan rahasia yang terucap dari mulutnya.“Saatnya telah tiba ... aku sudah menunggu momen ini ...” ucap pria siluet itu yang kemudian menghilang di balik bayang bayang hutan. Diluar hutan, Asahi beserta Asmodeus, Ubert dan Mileena sedang berkumpul dengan sosok wanita di depan nya. Rambutnya pirang dan matanya merah, dia memiliki tubuh sangat ramping. Bersamaan dengan itu sosoknya menghilang dan mulai terserap ke tubuh Asahi dengan perlahan. Asahi menahan energi yang masuk kedalam tubuhnya seaka
Belum genap sepekan Asahi mengasah tubuhnya, setidaknya menjadi sekuat saat dia menggunakan tubuh Homunculus. Setiap latihan keras yang dia lakukan terus meningkatkan kekuatan nya termasuk aura Asahi itu sendiri.“Woah hebat ... Aura nya berubah begitu pesat ... padahal baru berlatih beberapa hari ...” ucap pria itu.“Kira kira butuh berapa kuat lagi ...?” ucap Asahi.“Sekuat saat kamu menggunakan tubuh Homunculus itu ...” ucap pria itu.“Tuan Asahi, aku juga akan ikut berlatih bersama mu ...” ucap Tomoe. Asahi kemudian mengizinkan Tomoe berlatih bersama, mereka pun latih tanding untuk meningkatkan kemampuan nya. Karena tubuh Asahi menjadi tubuh anak anak lagi, maka Tomoe harus memperhatikan Asahi dengan benar. Karena kelincahan tubuh anak anak memang tidak bisa di hindarkan.Asahi dan Tomoe berdiri berhadap-hadapan di tengah arena latihan yang terbuat dari batu yang melingkar di tengah hutan. Udara di sekitar mereka terasa berat oleh energi magis yang semakin
Asahi berlari menuju rumah rapat dengan harapan menemukan Mileena di sana. Namun, ketika ia membuka pintu dan melangkah masuk, pemandangan mengerikan menyambutnya—tubuh Mileena terbaring tak bernyawa di tengah ruangan. Rasa marah dan putus asa meledak dalam dirinya, dan tanpa sadar, Asahi mengeluarkan aura negatif yang begitu kuat, menyelimuti seluruh desa. Para penduduk merasakan tekanan mengerikan itu, merasakan ketakutan yang belum pernah mereka alami sebelumnya, seolah-olah kegelapan telah menyelimuti harapan mereka yang baru saja muncul. “Tu- Tuan Asahi tolong hentikan ...!!” teriak Haru. “Maaf, bisa jelaskan padaku tentang semua ini ...?” ucap Asahi dengan pandangan menunduk. Asahi menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan amarahnya yang memuncak. Ia memandang Haru dengan sorot mata yang penuh penyesalan, lalu perlahan mengangguk, memberi isyarat bahwa ia akan mendengarkan. Seorang pimpinan desa bernama Haru maju, suaranya bergetar saat ia mulai bercerita. "Semu
Suasana di medan perang itu kini sunyi senyap, hanya terdengar suara orang-orang yang tersisa yang terengah-engah dalam putus asa. Mayat-mayat ksatria Weismann tergeletak beku di tanah, darah mereka membeku bersama es yang menghujam tubuh mereka. Teriakan kesakitan telah mereda, digantikan oleh bisikan angin malam yang membawa rasa dingin dan ketakutan. Asahi melayang di atas mereka, matanya menatap dingin pemandangan mengerikan di bawahnya. Hanya ada keheningan yang menyelimuti, sebuah keheningan yang dipenuhi oleh kekosongan dan penyesalan yang dalam.Pasukan raksasa dengan jumlah hampir 50.000 lebih itu hanya tersisa 10.000 an pasukan yang sudah putus asa.“Jadi benar, walaupun aku membunuh mereka ... aku tidak merasakan apapun ... apa hati ku sudah membeku ...?” gumam AsahiAsahi turun ke tanah dengan langkah tenang namun penuh kekuatan, matanya terpaku pada sebuah tenda mewah yang berdiri megah di tengah medan pertempuran. Tenda itu jelas merupa
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya sesaat Asahi berlatih dengan tubuh baru nya yang seorang anak anak. Dia memang begitu lincah dalam pergerakan nya, Asahi dapat bergerak dengan kecepatan melebihi kecepatan mata. Namun di tempat lain, di Desa Yamato yang pada saat itu masih tenang tenang saja. Para penduduk berkumpul di sebuah ruangan, Haru dan Mutsuki serta Mileena dan Kaede kemudian seluruh petinggi desa itu berkumpul untuk membicarakan apa yang harus mereka lakukan saat Asahi kembali ke desa.Haru, yang paling bijak di antara mereka, membuka percakapan dengan suara tenang tapi tegas. "Kita semua tahu bahwa Tuan Asahi bukanlah anak biasa. Kecepatannya, kekuatannya, semua itu berasal dari kekuatan luar biasa yang dimilikinya. Kita harus memutuskan bagaimana kita akan menyikapinya saat dia kembali ke desa."Mutsuki, yang terkenal
Asahi mengundang semuanya ke ruang tamu yang megah di dalam istana. Para tamu, termasuk Haruto dan bawahannya, dengan senang hati menerima tawaran baik Asahi dan mengikuti langkahnya ke dalam ruangan yang besar dan nyaman.Setelah semua orang duduk, suasana sedikit tenang namun penuh dengan rasa penasaran. Haruto, yang biasanya ceria, kali ini menunjukkan ekspresi serius. Bawahannya juga duduk dengan sopan, menunggu apa yang akan dibahas oleh sang Demon Lord yang telah mereka hormati dan takuti."Asahi," Haruto memulai, suaranya penuh kehati-hatian, "Kami semua di sini tahu bahwa kau baru saja menghadapi sesuatu yang luar biasa. Namun, kami juga tahu bahwa kau pasti sudah memikirkan apa yang akan kau lakukan selanjutnya."Asahi mengangguk pelan, menatap mereka satu per satu sebelum akhirnya berbicara. "Memang benar. Apa yang terjadi belum lama ini bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Vernie… dan segala yang berkaitan dengannya, telah mengacaukan banyak hal, termasuk wakt
Dengan satu gerakan, dia mengangkat tangan dan membanting suaka itu ke tanah dengan kekuatan yang menghancurkan, menciptakan gelombang kehancuran yang mengguncang Vurfield.Namun, Asahi belum selesai. Dia menggunakan sihirnya untuk memanipulasi daratan, membawa suaka itu ke kastilnya dan menjadikannya lantai utama dari istana Vurfield. Suaka yang dulunya penuh dengan kekuatan Vernie kini berada di bawah kendali Asahi sepenuhnya.Pedang yang telah menyatu dengan dirinya muncul kembali di tangan Asahi. Dengan satu tebasan ringan, dia menghancurkan hukum suaka tersebut, menciptakan hukum baru yang menyatakan bahwa suaka itu kini adalah sumber kehancurannya, dan akan selamanya menjadi bagian dari kastilnya."Ini belum berakhir, Vernie... aku akan membuatmu menyesal telah mempermainkan seorang Demon Lord," gumam Asahi, kekuatan barunya menyatu dengan ambisinya yang semakin besar.Asahi berdiri di hadapan tangga yang menjulang tinggi, langkahnya tenang namun dipenuhi dengan tujuan yang jela
Ketika kedua kekuatan tersebut bertemu di tengah, terjadi ledakan kolosal yang menyilaukan dan menggetarkan seluruh dimensi. Cahaya terang dan kegelapan saling bertabrakan, menciptakan gelombang energi yang menyapu bersih segala sesuatu di sekitarnya. Waktu seolah berhenti sejenak saat kekuatan-kekuatan tersebut beradu, menentukan siapa yang akan keluar sebagai pemenang. Setelah beberapa saat yang terasa seperti keabadian, ledakan tersebut perlahan mereda. Asap dan debu tebal menyelimuti medan pertarungan, membuat pandangan menjadi samar. Saat debu mulai mengendap, terlihatlah sosok Asahi berdiri tegak, meski dengan luka dan kelelahan yang jelas terlihat namun regenerasinya benar benar diatas batas normal. Di hadapannya, Vernie terjatuh berlutut, aura cahayanya memudar dan kekuatannya tampak terkuras habis."Asahi... bagaimana bisa...?" Vernie berbisik lemah, matanya kehilangan kilauannya. Asahi berjalan mendekati Vernie, men
Gak ada Prolog, jadi lanjut aja ...Kedepan akan menceritakan bagaimana keadaan dunia 500 tahun yang lalu. Sebagai Demon Lord, Asahi telah menjadi ancaman seluruh dunia. Bukan hanya satu dunia, ribuan semesta yang ada telah menganggap dirinya adalah sebuah kehancuran abadi.Flashback sedikit,Tanpa peringatan, Vernie mengangkat tangannya, dan dari langit yang gelap, muncul kilatan petir yang menyambar ke arah Asahi. Petir itu bukan petir biasa—setiap kilatan membawa energi pemusnahan yang bisa meluluhlantakkan apa saja. Namun, Asahi dengan sigap melompat ke udara, menghindari petir tersebut dengan kecepatan yang tidak mungkin ditangkap mata manusia. Vernie, tidak terkejut, langsung meluncurkan serangan kedua. Dengan satu gerakan tangan, tanah di bawah kaki Asahi terbelah, dan dari dalamnya muncul makhluk-makhluk kegelapan yang berwujud kabut, mencoba merangsek ke arah Asahi. Makhluk-makhluk ini tidak memiliki bentuk pasti, tetapi setiap sentuhan mereka bisa menguras energi
Lima ratus tahun yang lalu, sebelum dunia sepenuhnya memahami ancaman yang dibawa oleh satu sosok yang sangat berbahaya dan keji, sudah ada upaya dari para dewa untuk menghentikan kebangkitannya. Sosok ini, yang kelak dikenal sebagai salah satu ancaman terbesar dalam sejarah, telah menunjukkan tanda-tanda kegelapan yang tidak bisa diabaikan. Para dewa, yang melihat bahaya besar yang akan datang, mencoba segala cara untuk menghentikannya. Mereka menggunakan kekuatan mereka yang paling besar, mengerahkan segala usaha untuk membunuh sosok tersebut. Namun, meskipun berkali-kali dicoba, upaya mereka selalu gagal. Seolah-olah hukum alam, atau mungkin takdir itu sendiri, menolak kematian sosok itu. Meskipun kekuatan para dewa mampu menghancurkan gunung dan membelah laut, mereka tidak bisa menembus perlindungan yang tampaknya diberikan oleh hukum yang tidak tertulis. Bahkan para dewa, yang biasanya tidak terbatas oleh aturan dunia fana, menemukan diri merek
Lima ratus tahun yang lalu, saat dunia masih belum sepenuhnya berada dalam cengkeraman kegelapan. Asahi, Demon Lord yang perkasa, berdiri di puncak kekuasaannya. Namun, di balik wajah dingin dan hati yang mulai dipenuhi kebencian, dia masih menyimpan jejak kemanusiaan. Meskipun sudah lama meninggalkan kehidupan lamanya, ada sesuatu yang mengganggu hatinya—sesuatu yang dia sendiri tak bisa jelaskan. Suatu malam, di tengah kesunyian istananya, Asahi merasakan kehadiran yang tidak biasa. Udara di sekitarnya tiba-tiba menjadi dingin, dan bayangan gelap muncul tanpa peringatan. Asahi, yang tidak pernah takut pada apapun, merasakan dorongan untuk berbalik dan melihat siapa yang berani mengganggu kedamaiannya. Di balik bayangan, sesosok hitam yang misterius muncul, berdiri dengan anggun namun memancarkan aura mengancam. Sosok ini tidak seperti apa pun yang pernah dilihat Asahi sebelumnya. Tubuhnya berkilauan dengan energi gelap yang tidak bisa dijelaskan,
Peperangan kembali berkobar dengan dahsyat. Pasukan Demon Lord, yang dipimpin oleh para jenderal terkuat, maju dengan kekuatan besar, penuh dengan kebencian dan dendam yang telah mendidih sejak kekalahan sebelumnya. Mereka tidak lagi menahan diri, setiap serangan ditujukan untuk menghancurkan segala sesuatu di hadapan mereka. Tujuan mereka jelas—merebut kembali Chloe dari tangan manusia dan memulihkan harga diri yang telah tercabik-cabik. Di garis depan, barisan iblis dan monster berderap maju, memaksa para ksatria suci dari Brirya dan sekutu-sekutunya untuk bertahan mati-matian. Serangan demi serangan dari pasukan iblis menghujani pertahanan Brirya, membuat tanah bergetar dan langit menjadi merah dengan percikan darah. Mereka datang dari segala arah, mengepung dan menyudutkan kota Brirya seperti ombak yang tak henti-hentinya menghantam karang. Di tengah kekacauan itu, Rei berdiri teguh di antara para ksatria lainnya, mengayunkan Excalibur dengan ke
Setelah perang usai, suasana di Brirya dipenuhi dengan sorak-sorai kegembiraan. Para ksatria dan rakyat bersuka cita menyambut para pahlawan yang berhasil memukul mundur pasukan Iblis. Jalanan kota dipenuhi dengan tawa dan keceriaan, seolah beban perang yang berat telah terangkat sepenuhnya. Meja-meja panjang penuh dengan makanan dan minuman, dan semua orang tampak bersenang-senang, bergurau dan bercanda satu sama lain. Di salah satu sudut, Rei, Chloe, dan Luna duduk bersama di meja yang dikelilingi oleh para ksatria. Mereka ikut makan, menikmati momen damai yang langka. Namun, di tengah keceriaan itu, ada keheningan yang tak terucap di antara mereka, terutama di wajah Luna yang terlihat termenung. Saat semua orang mulai berdiri untuk menari mengikuti musik yang dimainkan oleh para musisi, Luna hanya bisa melihat mereka dengan tatapan kosong. Ia tidak ikut menari, hanya duduk dan memandangi sekelilingnya.“Damai sekali…” ucap Luna pelan, nyaris sepe
Dalam senja yang merona di atas medan pertempuran, dua kekuatan dahsyat berhadapan, menggetarkan tanah dan langit. Di satu sisi, pasukan Iblis yang dipimpin oleh tiga Demon Lords: Chloe, Sang Fallen Hero yang pernah menjadi pahlawan umat manusia sebelum terjatuh ke dalam kegelapan; Azusa, Sang Queen Arachne yang memerintah dengan kecerdikan dan kekejaman; dan Auriel, Sang Arachne Origin, sumber dari segala kutukan dan kekuatan Arachne yang telah menanamkan teror di hati musuh-musuhnya. Di sisi lain, pasukan gabungan dari empat kerajaan berkumpul, terdiri dari para ksatria suci dan ahli sihir terhebat. Holy Kingdom Brirya dipimpin oleh Rei, Luna, dan Kashaa, tiga ksatria yang dikenal sebagai pilar kekuatan dan kebijaksanaan. Holy Kingdom Aschyam membawa Arthur, ksatria dengan pedang suci yang memancarkan cahaya keadilan. Dari Magical Kingdom of Tamenia datanglah Putri Tania, ahli sihir yang dikatakan mampu mengendalikan elemen dengan kedipan mata. Ki