Saat malam tiba, mereka makan malam bersama. Makanan yang disajikan adalah kombinasi dari masakan manusia dan masakan iblis, mencerminkan perpaduan budaya mereka. Setelah makan malam, mereka duduk di balkon, menikmati pemandangan malam yang menakjubkan dari Negara Iblis.Adelina selalu sangat mesra dengan kakaknya, dan kebiasaan mereka tidur bersama membuatnya merasa nyaman. Namun, malam itu, sesuatu berubah.Ketika mereka hendak tidur, Asahi menatap adiknya dengan serius. "Adelina, kamu sudah besar. Jangan tidur bareng lagi, ya," katanya dengan tegas. Adelina terkejut, tetapi dia tahu bahwa Asahi benar."Aku mengerti, Kak," jawabnya pelan, meski sedikit sedih. Mereka berdua tersenyum dan memeluk satu sama lain sebelum berpisah ke kamar masing-masing.Asahi merasa aneh dan sedikit bersalah melihat wajah sedih Adelina, tapi dia tahu ini adalah langkah yang benar. Mereka berdua kini siap menghadapi hari baru dengan kedewasaan dan cinta yang lebih dalam."Dasar ..." ucap Asahi.Setelah i
Hari terus berganti, dan akhirnya ujian tim yang ditunggu-tunggu pun dimulai. Asahi beserta timnya yang hanya berjumlah empat orang, menghadapi tantangan besar karena jumlah minimal anggota tim adalah enam orang. Untuk mengatasi kekurangan ini, pihak penyelenggara memutuskan untuk menambahkan dua orang anggota tambahan secara acak dari antara peserta yang belum memiliki tim. Meskipun Asahi dan teman-temannya merasa sedikit cemas dengan adanya anggota baru yang belum mereka kenal, mereka tetap optimis dan berusaha untuk tetap fokus pada tujuan mereka. Dalam situasi ini, kerjasama dan adaptasi menjadi kunci utama bagi mereka untuk menghadapi ujian dengan baik dan meraih hasil yang terbaik. Dengan semangat yang tinggi dan tekad yang kuat, mereka bersiap menghadapi tantangan berikutnya."Kami mungkin berbeda dengan kalian ... tapi kami akan berusaha untuk tidak membebani ..." ucap kedua gadis itu dengan nada sungguh-sungguh.Asahi, yang berdiri di depan mereka dengan penuh kepercayaan di
Ujian tim akhirnya di mulai juga setelah menunggu cukup lama, Asahi dan Tim nya sekaligus seluruh tim yang sudah di pilih berkumpul di satu ruangan bersama dengan siswa akademi suci Brirya. Kemudian di ujian pertama adalah ujian kreativitas, dimana mereka harus membuat kagum 5 penilai yang di siapkan menggunakan skill dan sihir mereka.Untuk akademi suci Brirya tentu memilih siswa terbaik mereka yaitu Rei Brirya. Saat namanya di panggil, Asahi langsung terkejut, dia langsung berdiri dan meminta guru untuk menunjuknya menjadi perwakilan. Namun siswa bangsawan dari kelasnya malah membantahnya karena dia bukan dari bangsawan."Kamu tahu, ini belum ujian tim... ini adalah menyangkut citra akademi..." ucap siswa bangsawan itu."Tapi kau melawan Rei Brirya loh... dia salah satu manusia yang hebat," bantah Asahi."Kita tidak akan membiarkan orang campuran seperti dirimu mengotori martabat akademi ini," ucap siswa bangsawan itu dengan penuh keyakinan."Walau campuran, aku adalah Aleph... guru
Setelah berbincang dengan Rei, keesokan harinya aku dan teman satu tim ku berangkat menuju tempat ujian tim dimulai. Disana aku juga melihat Rei yang nampak khawatir akan sesuatu, terkadang dia menoleh kearahku."Dia memikirkan hal kemarin ...?" begitu pikirku.Tapi aku juga kepikiran, siapa yang telah mengubah tatanan nya. Selain itu apa ada orang yang bisa mengubah tatanan dengan mudah. Atau ... jika di pikir lebih lagi, yang mengubah tatanan itu ada sangkut pautnya dengan para Dewa."Cih ..." Aku pun melanjutkan perjalanan ku menuju ruangan itu, ya memang sudah di tunggu oleh rekan satu tim ku. Aku jadi merasa tidak enak karena berjalan terlalu lama."Asahi kau terlambat ..." Asta menatapku dengan penuh kesan."Maaf ... aku sedikit memikirkan sesuatu ..." ucapku."Begitu, kalau begitu ayo cepat ... kita harus mendapat nilai sempurna kali ini ..." ucap Asta dengan penuh antusias.Kami pun segera menuju ruangan, kami di minta untuk berkumpul dengan kelompok masing masing dan berdisk
Pada kala itu, tangan Asahi masih menggenggam erat inti sihir Zonovan dan Zonovan menggerang kesakitan setiap inti itu di tekan. Zonovan merasakan rasa seperti di tusuk ribuan kali di jantungnya.Namun, di tengah penderitaan yang tak terperi itu, Zonovan tiba-tiba merasakan lonjakan kekuatan dari inti sihirnya yang tertindas. Dengan sekuat tenaga yang tersisa, ia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Asahi, menciptakan semburan energi yang memancar dari tubuhnya. Cahaya terang menyilaukan mata, memaksa Asahi untuk mundur sejenak. Zonovan, dengan napas tersengal-sengal, menggunakan momen itu untuk memulihkan sebagian kekuatannya. Meski tubuhnya masih gemetar dan luka-luka akibat tekanan Asahi, ia berdiri tegak, menatap musuhnya dengan tekad yang tak tergoyahkan. "Ini belum berakhir, Asahi," gumamnya dengan suara penuh determinasi, siap untuk pertarungan berikutnya."Ho ... kamu bisa melepaskan diri ... ini menarik ..." ucap Asahi dengan nada datarnya."Ba- bagaimana ini ...? apa
Asahi menggerakkan tangannya, lingkaran sihir itu turun perlahan-lahan membentuk sebuah tubuh yang terbaring tak berdaya. Cahaya tersebut meresap dan membuat tubuh material baru yang berbeda dari sebelumnya, membuat tubuhnya terangkat sedikit dari tanah. Rekan-rekan Zonovan menatap dengan takjub, mereka bisa merasakan aura kuat yang memancar dari ritual itu."Bagaimana rasanya mati sekali ...?" ucap Asahi sambil tersenyum puasZonovan membuka matanya perlahan, kebingungan namun hidup. Rekan-rekannya berteriak kegirangan, mengerumuni Asahi dan Zonovan. Asahi menurunkan tangannya, napasnya berat, namun wajahnya menunjukkan kepuasan. Dia telah berhasil."Si- siapa kau sebenarnya ...?!" ucap Zonovan."Benar juga ... aku akan beritahu wahai anak cucuku tercinta ... Leluhur kalian sudah kembali ... Akulah Raja Iblis Tirani ... Asahi Minobu ...!"***Malam mulai merambat ketika dua kelompok siswa, lima iblis dan enam manusia, berdiri berhadapan di sebuah hutan belantara. Udara dipenuhi keteg
Dimalam itu ketika hari sudah benar benar tengah malam, terdengah suara gemrisik yang mengganggu Asahi. Kemudian karena terganggu, Asahi segera bangun dan meraih pedangnya. "Ada yang datang," bisiknya pada yang lain.Mereka semua segera bersiap-siap, memandang ke arah suara itu dengan waspada. Dari dalam kegelapan, muncul sosok besar dan menyeramkan. Itu adalah monster hutan, dengan tubuh yang dipenuhi duri tajam dan mata yang bersinar merah."Cih kali ini apa ...?" getak Asta.Makhluk misterius itu benar benar sangat luar biasa mengerikan. Sachi dan Rika di amankan Luna dan Guphie serta Asta bersama Asahi melindungi mereka. Monster itu datang dari gelapnya hutan, dan saat semakin mendekat, bayangan siluet itu mulai nampak dengan jelas. Asta dan Guphie masih dalam mode waspada, namun ketika Asahi keluar dan menyebarkan aura mistisnya agar monster itu pergi, ternyata hal yang mengejutkan terjadi.Monster itu diam tak bergerak, membingungkan Asta dan Guphie. Kemudian monster itu mundur
Guphie dan Asta saling bertukar pandang, tidak yakin apakah mereka bisa mempercayai Rei dan kelompoknya. Asahi, dengan pandangan tajam, bertanya, "Apa alasanmu ingin bekerja sama dengan kami, Rei? Apa yang kau inginkan?"Rei tersenyum misterius sambil berkata, "Tidak ada ..."Kemudian karena keterpaksaan, Asahi untuk sementara berdamai dengan kelompok Rei dan dia sempat berbincang bincang rengan Rei. Kemudian pada malam itu, mereka berpesta di tengah hutan walaupun sedang masa ujian. Untuk sementara waktu mereka memang bekerja sama, namun suatu saat mereka pasti bertarung satu sama lain."Pahlawan Rei Brirya ... aku masih bingung tentang pedang yang ia miliki ..." gumam Asahi."Excalibur ... tapi kenapa dia menamai pedangnya sendiri dengan nama itu ....?" lanjutnya.Malam itu begitu tenang, seperti persiapan alam untuk menyambut sesuatu yang besar. Asahi, seorang pejuang yang tangguh, tengah menikmati ketenangan malam di tepi sungai yang tersembunyi di tengah hutan. Gemericik air meng