Pamela, gadis yang berusia lima belas tahun lebih muda dari usiaku--- datang seperti petir dalam hidupku yang tenang. Membangkitkan gairah primitif yang lama terpendam. Dia menyambar tanpa ia sadari tepat ketika mataku menemukannya di lift. Saat itulah, aku tau jika terjatuh pada perangkap kecil yang ia tebar tadi.
"Akh... " Mata kami bertatapan. Hijau teduh menyejukkan hatiku dengan cara yang tidak bisa dijelaskan. Bibirnya tipis dan seksi. Tubuhnya terasa berlekuk di tanganku juga hangat. Hanya dengan balutan seragam sekolah, dia terlihat menggiurkan.
"Maaf, Tuan. " Saat aku menangkapnya terjatuh, detik itu pula dia menangkap minatku.
Dia terlihat menyadari sesuatu. Seolah menggodaku adalah kesalahan dan menarik diri. Aku merasa marah saat dia menarik diri setelah berhasil memporak- porandakan emosiku yang sudah lama terkubur. Mencoba mencuci tangan tanpa mau bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan.
Pamela sudah dalam kendaliku. Kucing nakal ini ternyata gadis yang pandai menyembunyikan masalah dari teman- temannya. Padahal dia sedang terancam tidur di jalanan. Jika gadis lain yang berada di posisinya, aku yakin dia akan kebingungan setengah mati. Lalu menerima semua negosiasi yang aku tawarkan.Nyatanya, butuh ancaman untuk menaklukannya. Jika dia adalah pembisnis, pasti aku akan menghadapi kesulitan karena harus menjadi saingannya. Dia gigih dan mengatakan penawaran - penawaran konyol dengan penuh keyakinan."Jadi pilihlah Pammy. Berakhir denganku atau pria lain yang nantinya akan dipilih ibumu." Lalu aku mengancam dengan transaksi yang sudah di sepakati Monica."Kau harus mengembalikan uang yang diambil Monica padaku. Jika tidak maka aku akan menelpon polisi untuk memenjarakan ibumu."Matanya yang teduh meredup. Aku tidak perduli selama dia menjadi milikku. Aku hanya ingin dia berada di antara dua kakiku secepatnya.
Perlawanan Pamela begitu keras dan nyata. Dia menghancurkan egoku dengan berdansa dengan pria pendatang baru di dunia musik. Namanya Blom, pirang dan nampak kekanakan. Ciri khas idola remaja masa kini.Jelas aku tidak ingin pria itu mendekati Pamela- ku. Dia milikku sekarang dan selamanya. Dengan penampilan Pamela yang seperti malaikat dia dengan mudah menarik pria seperti Blom yang naif.'Aku akan memberikan hukuman padamu Pamela. Tunggu saja.'Tidak butuh waktu lama bagiku untuk membuat Blom meninggalkan Pamela sebelum mereka berbuat lebih jauh. Dan sekarang saatnya memukul bokong Pamela sebelum aku menghukumnya."Jadi dia pilihanmu?"Tanpa kuduga Pamela menjawab dengan sengit. Sangat jelas dia sangat marah padaku. Tidak ada yang mengherankan sebab akulah yang menyebabkan dia seperti ini."Pergilah tuan Manex, aku ingin hidup tanpa mu. "Perkataan yang membuatku sangat marah. Tanpa ragu aku menyuruh anak
Orland Pov.Ternyata kehadiran Blom justru meredam keraguan Pamela. Aku terus menerus menjelaslan masalah kehamilan Vanesa, kesepakatanku dengan John dan chip yang berisi pembunuhan kakakku. Dia akhirnya kembali percaya padaku. Dan duniaku sekarang kembali indah. Aku menjadi pria yang jatuh cinta, bahagia dan kasmaran. Buthan menjadi saksi aku memulai kembali hubungan dengan Pamela. Menguatkan ikatan yang rapuh agar kuat menghadapi masalah.Akan tetapi serangan sudah dilakukan oleh Karl. Kini dia harus menerima akibat pemberitaan yang dilakukan oleh anak buahnya."Tuan Karl ingin bertemu anda, Sir."Aku tidak asing dengan kalimat yang Sean ucapkan. Dia selalu mengulang kalimat yang sama setiap kali aku menyerang perusahan. Rupanya dia bergerak cepat sebelum perusahaannya benar- benar runtuh."Tuan Karl sudah si sini."Pria bersurai klimis gelap dan tipis masuk melalui pintu yang si buka Sean. K
Pamela Pov.Ini hari kedua aku mengalami pagi dengan perasaan bahagia. Sesuatu yang aku anggap berkah setelah pagi-pagi kelam ketika berpisah dengan Orland dan menabung genderang perlawanan padanya. Itu adalah pagi terburuk dan penuh tekanan. Berbeda dengan sekarang. Aku bahkan tidak bisa menunggu melalui hari bersama Orland dan pantat saksinya. Percayalah, tanganku gatal ingin mendaratkan tanganku ke kedua benda bulat milik Orland itu."Hei, Sweety, " sapa Orland ketika aku menyeret kakiku dengan terseok-seok menuju tepi kolam. Rasa kantuk masih hinggap di mata tapi aku tidak ingin melewatkan pemandangan berupa Orland di pagi hari.Ia hanya memakai celana pendek membiarkan Matahari di fasifik height ini mencoklatkan kulitnya. Hanya kaca mata sunglass yang menutupi wajahnya dan dia terlentang di sun chair. Bayangan agar aku duduk di perutnya adalah godaan nyata kali ini.'Sampai kapan aku harus terpe
"Kau Pamela, ta ampun. Honey! Pamela di sini!" Pekik Janet kegirangan menyambutku. Dia memeluk dan bahkan membuat Orland mundur.Tak lama kemudian seorang gadis kecil membawa boneka datang dengan boneka bunny- nya."Oh My God. Pamela benar- benar di sini. Mom, aku tidak bermimpi kan?" Dia melompat- lompat sebelum memelukku. Aku pun tertawa senang dan balas memeluknya. Jika aku amati gadis ini mirip dengan Orland. Matanya biru gelap seperti safir, tapi memiliki surai yang hitam seperti Orland. Gen Manex menurun dengan baik padanya."Hei, kalian sangat jahat karena melupakanku. " Orland datang mengangkat gadis yang dijuluki Bunny ini."Handsome uncle sudah sering ke sini. Tapi Pammy belum pernah jadi jangan marah ya?"Aku tertawa melihat betapa imut Bunny saat menasehati Orland. "Paman ayo ke pantai. Aku ingin membuat istana pasir."Orland menoleh padaku. "Ya, pergilah.""Ayo masuk, Pammy. Orland
Crist mengatur jadwal pengambilan gambar esok hari agar aku bisa menemui ayah di rumahnya. Limo sudah terparkir di depan hotel, ada mobil body guard di belakang limo dan ada Crist yang kuapit lengannya. Aku yakin performaku sudah sempurna. Tinggal menuju rumah Marques Elderberg."Apa dia akan mengusirku Crist?" Tanyaku."Dia tidak akan berani, " jawab Crist sambil melirik mobil bodyguard yang mengawal kami."Apa aku sudah cantik?" Kecerewetan ku menjadi saat aku tegang. Ini bukan yang pertama. Kurasa Crist sudah paham dengan tabiatku karena sering kulakukan."Aku di sini Pammy. Setiap masalah yang datang padamu akan kutangani dengan senang hati."Inilah yang membuatku merasa beruntung karena memiliki Crist. Dia anugerah tersendiri bagiku selain Orland, dan berharap ayahku akan menjadi salah satunya.Sepuluh menit perjalanan, kami tiba di sebuah bangunan kuno. Sangat kuno, be
Oh yeah...Oh No...Shit...Menyebalkan, apa yang terjadi pada otakku. Mengapa mataku tidak bisa aku alihkan dari pria yang tiba-tiba meloncat ke kolam renang hanya dengan celana renangnya. Itu mengganggu seluruh indra penglihatnku lalu gangguan itu menyebar ke indra lain sehingga sulit untuk berfungsi normal."Ck... sampai kapan aku harus di sini?" Gerutu ku. Meski pemandangan di atas sun chair itu menakjubkan tapi membuatku tidak betah.Aku bangkit dari sun chair yang menemaniku sedari tadi bersama majalah fasion. Memang segala sesuatu di sini tidak sebaik di Pasifik height tempat tinggal karena perbedaan budaya kami juga karena ini hanyalah bangunan di pinggiran yang jauh dari kota, tapi aku menikmati pagi ini. Apa lagi yang bisa dilakukan gadis yang diculik dan tetap mendapat kenyamanan meski dalam kondisi diculik selain bersyukur.Pria bernama George itu
Deg.Deg.Deg.Entah kenapa Pamela merasakan bulu kuduknya merinding saat sosok yang ia harapkan tertangkap matanya. Padahal di depan sana, Orland menunggunya. Gerakannya anggun dan mantap, menghadirkan tuntutan rasa hormat bagi mata yang memandangnya. Jelas Pamela merasakan perbedaan besar atmosfer antara ada atau tidaknya kehadiran Orland."Kemarilah Pammy, " satu suara dari Orland menenggelamkan Pamela ke dalam lautan kebahagiaan. Intonasinya jelas memerintah tapi nada bicara Orland yang seperti ini tidak pernah menimbulkan perasaan marah atau hal sepele lainnya pada Pamela. Begitulah besarnya efek Orland pada Pamela. Dia pria yang sanggup mengombang- ambingkan Pamela begitu mudah bahkan dengan satu suara."Orland..." bisik Pamela pada dirinya sendiri.Pamela melangkah seperti hendak terbang ke arah Orland. Dia tidak sabar menenggelamkan dirinya di dada Orland. Menghirup aroma lezatnya yang
Beberapa bulan berlalu dari pernikahan Pamela maupun Vanesa. Segalanya nampak normal bersama kehidupan mereka masing-masing. Hingga suatu hari, tanpa sengaja Vanesa bertemu dengan Pamela di depan Swalayan. Mereka berdua sama-sama menjinjing tas belanjaan, rupanya mereka berdua habis berbelanja di satu tempat.Pamela saat itu memakai hodi dan masker, tapi Vanesa yang pernah ia cap sebagai musuh besarnya, mampu mengenali Pamela dengan sangat baik."Pamela.""Vanesa."Mereka berdua terdiam dan menunduk malu. Ini karena mereka pernah menjadi saingan dan melakukan perang dingin untuk memperebutkan Orland. Sungguh semua itu masa lalu yang konyol dan memalukan jika diingat. Kini mereka berdua sadar jika sudah saling menyakiti satu dan lainnya."Selamat atas pernikahanmu, Vanesa," ucap Pamela tulus. Dia sangat senang mengetahui jika pria yang dinikahi Vanesa adalah ayah biologis dari bayi Vanesa.Vanesa tersenyum lembut. Aura keibuannya m
Semua orang terguncang dengan dengan pernikahan spektakuler Pamela dan Orland. Banyak para gadis merasa terharu dengan kisah mereka. Kisah cinta mereka bahkan menjadi tren karena benar- benar mengisahkan kisah Cinderella jaman modern yang nyata. Sesuatu yang diidam- idamkan para gadis di jaman ini.Rasa iri juga menerpa Vanesa yang kini sudah menjadi ibu dan memilih mandiri. Dia adalah gadis yang terlupakan oleh media sejak batalnya pernikahannya dengan Orland. Vanesa menyadari jika tidak bisa memaksakan cinta pada pria yang tidak mencintainya. Semua hanya kesepakatan semata dan Vanesa terlalu tenggelam dalam harapan semu.'Aku harap bisa sepertimu, Pammy? Aku juga ingin memiliki cinta yang indah sepertimu.'Vanesa hanya tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju swalayan. Dia ingin membeli barang untuk kebutuhan bayinya.Dhug."Oh, maaf," ucap Vanesa."Tidak, aku yang bersalah..." jawab o
Kejutan menyenangkan muncul di pagi hari. Ibuku yang selama ini enggan muncul tiba- tiba datang dengan senyum satu dolarnya. Jelas aku tidak bisa mendeskripsikan betapa bahagia melihatnya masih hidup, sehat dan bahagia."Ibu, akhirnya kau datang..." Aku memeluknya erat. "Terima kasih sudah mau datang."Ibu menepuk- nepuk bagiku dengan lembut. Kehangatan kasih sayangnya langsung merembes melalui sela- sela baju kami."Ibu datang setelah kau memberi tahu jika akan menikah... melihatku dalam gaun pernikahan yang tidak pernah ibu pakai adalah impian seumur hidup ibu.""Aku juga merasa masih bermimpi mengingat bagaimana kita dulu. Masuklah bu... "Dia nampak lebih kurus dari yang terakhir aku ingat. Langkahnya juga tidak terlalu kuat seperti dulu. Satu hal yang bagus yaitu dia lebih bahagia dari yang dulu."Aku senang kau memutuskan keluar dari persembunyianmu, Monica " Orland keluar dari kamar kami dengan setelan resminya. Ak
Dengan begini usai sudah kisah cinta antara Vivian dan Max. Vivian ternyata sudah menutup hatinya rapat- rapat terhadap pria itu. Kehilangan bayinya merupakan stimulan yang berfungsi seperti racun yang membunuh cinta Vivian terhadap Max. Aku pamit dan membawa rasa iba pada kedua orang itu. Vivian jelas tidak bisa disalahkan dalam hal ini. Dia korban yang terluka dan mati rasa.Sedangkan Max, tidak mungkin ada yang tega menghakiminya sekarang. Pria itu tiap hari berjuang mendapatkan kembali hati Vivian. Mengerahkan apa yang ia punya untuk membuat Vivian kembali."Max, kau di sini?" Sapaku ketika hendak masuk ke apartemen Orland. Sopir sudah membawa pergi mobil dan aku tidak memiliki pilihan selain mengajak dia minum di cafe terdekat."Kita ke sana, kopi di sana enak. Aku yakin kau juga akan menyukai cemilannya. Melihat bagaimana kurusnya dirimu, aku yakin kau membutuhkan asupan makanan. ""Ya, aku memang ingin bicara denganmu."S
Vivian jelas bukan orang yang berbahagia saat ini. Dia kehilangan cinta, bayi dan harapan dalam satu hari. Semua karena seorang pria yang menjadi sandaran hatinya. Hidupnya tidak lagi sama sejak saat itu, senyumnya menghilang karena rasa terkhianati yang begitu dalam.Pria yang menyebabkan dia mengalami hal mengerikan itu sekarang justru duduk di sampingnya dengan tatapan penuh tekad. Menjebaknya tanpa pilihan untuk bisa menghindar. Vivian tau butuh usaha keras agar Max pergi dan menyerah dalam hidupnya. Jadi ia memilih menghadapinya secara langsung untuk mengatakan dengan tegas tentang hubungan mereka yang berakhir. Sudah cukup dia lari dari Max karena ingin menghukumnya."Jika kau membahas masalah hubungan atau permintaan maaf maka aku akan pergi. "Sebuah undangan yang berisi tawaran untuk mendesain kostum berhasil membawa Vivian ke restoran paling berkesan selama dia dan Max berhubungan. Vivian merasa bodoh karena tertipu pa
Aku tertegun saat kakiku menapak di puncak pengunungan Alpen yang berselimut salju putih. Kemegahan alam yang menampilkan kemewahan putih alam sungguh mencengangkan . Sesuatu yang mengingatkanku pada pria yang dingin, indah dan perkasa. Nampak santun tapi berbahaya. Dia menarik hasrat siapapun untuk menaklukkannya. Sayangnya akulah sang penakluk pria dingin dan megah itu. Pria Alfa yang digilai para gadis justru menyerahkan dirinya padaku tanpa ia sadari. Itu membuatku menjadi pemenang dari semua hadiah yang bisa aku dapatkan di dunia ini.Di gunung eksotis yang menjadi kebanggaan warga Wina, aku mulai melanjutkan pekerjaan yang tertunda karena masalah George dan ayahku. Kamera, lampu dan segala macam peralatan untuk mendapatkan gambar sudah berada di posisi masing- masing."Tunjukkan perasaanmu yang sedang jatuh cinta, babe! " teriak Cordis. Dia justru bergerak- gerak lebih atraktif dari sang model. Itulah salah satu caranya untuk mendapatkan gamba
Max Pov.Dia cantikDia bersinar seperti angel.Dia seksi.Semua terlihat sempurna. Hormonku mengamuk tanpa terkendali karena gadis yang yang melenggak - lenggok di depanku dengan penuh percaya diri. Aku tidak kuasa melawan dorongan untuk menidurinya dengan keras dan dalam. Rasanya pasti sangat menyenangkan."Mr Max, salam kenal. Aku ingin chasting untuk model video.""Ya, silakan ikut denganku."Inilah keuntungan untukku, memilih siapapun yang aku mau meski tidak memiliki bakat. Dan gadis ini ternyata tidak memiliki bakat yang terlalu istimewa selain fisiknya yang mampu membuat tiap kejantanan pria mengeras karena dadanya yang montok dan asli."Kemampuan apa yang bisa kau tunjukkan padaku?" Tanyaku."Aku, aku bisa berpose dan membawakan baju dengan baik. Aku bisa menari dan---""Bagaimana dengan menjadi kekasihku?" Aku selalu to the point. Bagiku dia sama seperti pirang lai
Pamela Pov.Mendapat informasi akurat adalah keahlian Crist. Dia berbakat dalam hal itu, personal yang tidak dilahirkan dalam jumlah yang banyak. Dan aku memiliki keberuntungan memiliki pria ini sebagai seseorang yang seperti saudara bagiku."Coba tebak, Max memang sedang tidak dalam kondisi yang seperti biasanya. Dia sudah membeli bunga dan coklat selama berbulan- bulan, dan itu untuk satu gadis. Kau pasti tau siapa gadis itu, " jelas Crist mengenai penyelidikannya.Di tangannya memegang smartphone dan bolpoint. Dia bersandar di sofa kulit gelap yang senada dengan bajunya. Mungkin banyak gadis di sana yang melihat betapa seksi Crist saat bicara dengan logat Prancis- nya yang menawan. Tapi aku menemukan dia menawan saat kepandaian otaknya mendominasi tingkah Crist."Ini bearti Vivian menjadi gadis pertama yang mendapatkan keistimewaan itu. " Aku mengangguk- angguk paham. "Bukankah ini aneh? Yang aku tau
Sepeda milik Orland melesat meninggalkan George yang terbengong. Orland yang dalam fase egois tidak ingin Pamela berdekatan dengan siapapun selain dirinya. Inilah Orland yang romantis sekaligus posesif. Dua sifat yang dikombinasikan akan menjadi tingkah yang bisa membuat orang tersenyum sekaligus geleng- geleng kepala."Orland, apa kau tidak terlalu cepat mengayuhnya?" Tanya Pamela.Bukannya dia meragukan Orland tapi Pamela tidak mau Orland kelelahan. Pria ini memiliki banyak pekerjaan dan tidak diijinkan untuk lelah. Adakalanya Pamela kasihan dendam beban yang harus ditanggung oleh Orland. Andai saja Pamela bisa membantu, dia tidak akan ragu sedikit pun untuk melakukannya.Tekanan bisnis.Olah raga.Percintaan.Ancaman.Semua itu penyebab Pamela tidak pernah menolak permintaan Orland untuk kegiatan ranjang. Dia ingin Orland tidak stress dengan segala macam rutinitas tiada henti meski kekayaan d