Hola, happy reading and enjoy!
Chapter 9Afternoon Tea with KaiHanya berselang tiga hari setelah pertemuannya dengan Nenek Gu di pemakaman, Shashi pergi ke kedai teh karena wanita tua itu ingin ditemani minum teh lagi. Untungnya semua pekerjan menata studio hari ini sudah selesai meskipun masih ada beberapa yang perlu dibenahi. Tetapi, itu bisa dikerjakan besok.Beruntung Nenek Gu mengajaknya bertemu di kedai teh yang lokasinya tidak sulit untuk ditemukan, tempatnya berada tidak jauh dari stasiun kereta listrik.Shashi memilih menggunakan kereta listrik meskipun sebenarnya dapat mengemudikan mobil sendiri untuk menuju kedai itu, atau meminta sopir mengantarkannya. Tetapi, ia justru memilih menggunakan transportasi agar lebih mengenal kota yang akan menjadi tempat tinggalnya hingga entah sampai kapan nanti.Shashi tiba di kedai kopi lima belas menit sebelum waktunya, seharusnya ia tidak terlambat. Tetapi, fakta Nenek Gu telah berada di sana membuatnya terkejut.Ia buru-buru melangkah menuju meja Nenek Gu. "Nenek, maafkan aku membuatmu menunggu," ucap Shashi seraya membungkuk hormat.Nenek Gu menggelengkan kepalanya dan melambaikan tangannya, wanita itu tersenyum lebar dan matanya berbinar-binar. "Xiao Bao, kau tidak terlambat. Kau tepat waktu. Duduklah."Shashi duduk di kursi di samping nenek Gu. "Bagaimana kabar Anda hari ini, Nek?" tanya Shashi."Aku sangat bersemangat hari ini," ujar Nenek Gu kemudian wanita tua itu terkekeh. "Aku menantikan hari ini.""Oh, ya? Apa hari ini ada yang spesial?"Nenek Gu menaikkan kedua alisnya. "Aku membawakan sesuatu untukmu, Xiao Bao."Shashi mengerjap-ngerjapkan matanya menatap benda yang disodorkan kepadanya. "Nek... kau tidak seharusnya repot-repot membelikan aku hadiah.""Aku ingat kau mengatakan jika kau berasal dari Henan dan bekerja di sini. Kau sendirian, kau jauh dari keluarga. Ingat, meskipun kau harus bekerja dan sangat sibuk kau harus memperhatikan kesehatanmu. Kau tampak agak kurus...."Shashi melongo dibilang kurus. Menurut Shashi, tubuhnya tidaklah kurus, hanya menjaga berat badannya agar tetap dapat mengenakan pakaian yang disukainya."Minum ramuan herbal dan tonik sarang burung walet ini sangat baik untuk menjaga kesehatanmu," ujar Nenek Gu lagi.Sudah terlalu lama ia tidak merasakan kasih sayang seperti itu, Shashi ingin sekali menangis dan memeluk Nenek Gu."Nenek Gu, terima kasih," ucapnya seraya sekuat tenaga menahan rasa haru yang nyaris tidak terbendung.Nenek Gu tersenyum puas. "Jangan sungkan padaku. Jika kau kesulitan di kota ini, beritahu aku."Shashi mengangguk. Meskipun Nenek Gu adalah orang asing yang baru dijumpai dua kali, ia merasakan kesejukan dari kata-kata wanita itu dan ketulusan pada sorot mata wanita itu?"Tahun baru juga akan segera tiba, apa kau sudah membeli pakaian baru untuk menyambutnya?"Pertanyaan Nenek Gu bagaikan palu godam yang memukul perasaan Shashi. Sudah terlalu banyak malam yang dilalui tanpa keluarga di Milan, dan selama itu tidak ada perayaan tahun baru. Sepertinya tahun ini juga begitu. Jadi, seperti tahun-tahun sebelumnya Shashi tidak akan membeli apa-apa untuk merayakan tahun baru.Tidak ada pernak-pernik hiasan Imlek, tidak ada acara kunjungan keluarga, tidak ada yang memberinya amplop hadiah, dan tidak ada acara berdoa untuk leluhur.Ia akan menghabiskan malam tahun baru seperti malam-malam biasa, berpura-pura tidak ada apa-apa. Ia pernah melalui malam tahun baru dengan menggambar, memasang payet, dan pernah juga menggunting kain.Kemudian paginya alih-alih menikmati pangsit yang dihidangkan bersama ikan nan lezat dan makanan tradisional lain seperti layaknya perayaan tahun baru, ia justru pergi ke restoran cepat saji tanpa An karena asistennya harus mendapatkan haknya untuk merayakan tahun baru bersama keluarganya di Tiongkok.Namun, haruskah orang asing mengetahui kepahitan hidupnya selama ini? Shashi pikir tidak perlu. "Saya sudah membelinya, Nek," ujar Shashi."Bagus sekali," ucap Nenek Gu. "Andai saja aku memiliki cucu perempuan, pasti akan sangat menyenangkan jika dapat mengenakan Qipao yang sama."Jadi, ini sebab Nenek Gu menggerutu karena memiliki cucu laki-laki? Shashi tersenyum. "Nenek, kau akan mendapatkan cucu menantu kelak. Jangan khawatir."Nenek Gu terkekeh. "Cucu laki-lakiku benar-benar tidak bisa diandalkan, dia belum menikah di usianya yang menginjak tiga puluh dua tahun dan dia bahkan tidak bisa menjadi penerus usaha keluarga kami.""Siapa yang kau maksud, Nek?"Suara baritone itu mengejutkan Shashi, seorang pria dengan paras rupawan berdiri dengan kedua telapak tangan berada di dalam saku celananya. Rambutnya disisir ke belakang dan penampilannya luar biasa rapi."Jadi, ini alasanmu mengundangku minum teh sore ini? Untuk menyaksikan kau menggosipkan cucumu sendiri kepada seorang wanita cantik?"Wen Kai. Nenek Gu adalah neneknya Dokter Wen? Shashi mengerjap-ngerjapkan matanya menatap Kai, sedangkan Nenek Gu terkekeh pelan."Akhirnya cucuku memiliki waktu untuk menemaniku minum teh," ucap Nenek Gu dan dari kilatan matanya, wanita tua itu terlihat sangat senang."Nenekku selalu menyesal karena ibuku melahirkan anak laki-laki. Katanya sih, anak laki-laki tidak asyik kalau diajak bermain Mahyong," ujar Kai seraya mendekati Nenek Gu dan mengecup pipi neneknya."Dan dia juga tidak mau meneruskan usaha keluarga, dia memilih menjadi Dokter. Itu berseberangan dengan ilmu obat-obatan herbal," ujar Nenek Gu. Sepertinya sangat kesal.Kai meringis mendengar ucapan neneknya kemudian duduk di seberang meja. "Aku yakin tidak ada yang kebetulan di dunia ini," ia menatap Shashi dan tersenyum tipis. "Bagaimana kalian bisa saling kenal?"Shashi mengerjap-ngerjapkan matanya dan bibirnya melongo. "Anda masih mengingat saya?" tanyanya kepada Kai."Jadi, kau sudah mengenal Xiao Bao?" tanya nenek Gu."Bagaimana aku bisa lupa pada pasienku yang cantik dan sekarang sukses menjadi seorang desainer di Eropa?" ujar Kai seraya tersenyum dan menaikkan sebelah alisnya kepada Shashi yang terlihat tegang.***Tian menatap layar MacBook-nya yang menampakkan grafik penjualan perusahaannya, ia hanya melirik sekilas ke arah ponselnya yang berdering untuk ke tiga kalinya. Pria itu sepertinya tidak ingin menjawab panggilan teleponnya dan membiarkan panggilan berakhir. Tetapi, ketika telepon di meja kerjanya berdering, ia segara menjawabnya."Tuan Muda, Nona Su ingin berbicara dengan Anda," ujar sekretarisnya memberitahu."Katakan aku sedang sibuk dan tidak bisa diganggu." Tian tidak tertarik dengan apa pun alasan Yenny menghubunginya."Tapi Nona Su mengatakan ada hal mendesak yang harus dibicarakan sekarang, Tuan," ucap sekretarisnya dengan cepat.Memangnya apa yang harus dibicarakan lagi? Masalah gaun pesta? Bukankah Yenny telah bersikeras ingin menggunakan gaun rancangan Bao Shashi? Apa mungkin wanita itu berubah pikiran lagi? Atau mungkin justru Shashi yang tidak menerima pesanan gaun karena studionya belum siap secara menyeluruh.Tian mendengus malas. "Sambungkan panggilannya," ucapnya dengan nada dingin dan dalam hitungan detik ia dapat mendengar suara Yenny."Tian, apa kau sibuk hari ini?" tanya Yenny.Jika berbicara tentang kesibukan mungkin Tian adalah salah satu orang yang berharap perputaran bumi bisa sedikit lebih lambat agar waktu dalam sehari tidak hanya dua puluh empat jam. Pekerjaannya setiap hari nyaris tidak pernah selesai, semakin banyak saja."Ada apa?"Yenny berdehem. "Nenekmu menginginkan pernikahan kita dilaksanakan sebelum festival perahu naga dan pertunangan resmi dilakukan setelah tahun baru China."Tian mengerutkan keningnya, tidak masalah kapan pun bertunangan, atau menikah. Yang jadi masalah bukannya Yenny yang masih belum menemukan desainer untuk gaun pestanya?"Aku berencana mengundangmu makan malam di rumahku." Yenny berdehem pelan. "Begini... maksudku-agar kita lebih nyaman membicarakannya.""Ya. Akan kulihat jadwalku dulu malam ini." Tian menekan pelipis kiri menggunakan ibu jarinya. "Apa kau telah menemukan desainer gaunnya?""Ya. Asistenku telah menghubungi asisten Bao Shashi. Aku harap secepatnya bisa bertemu Bao Shashi untuk mendiskusikan desain gaunnya," jawab Yenny dan suaranya berubah lebih bersemangat.Sepertinya kemungkinan terbesar Shashi yang akan merancang gaun yang akan dikenakan tunangannya nanti semakin membuat Tian tidak senang. Tetapi, mustahil jika ia melarang Yenny untuk memilih desainer gaunnya sendiri."Baguslah kalau begitu," ucap Tian. "Berarti kita dapat bertunangan setelah gaunnya siap.""Ya. Bagaimana dengan makan malam? Apa kau akan datang?"Kasar sekali jika menolak undangan makan malam di kediaman keluarga Bao. Tian hendak menjawab, tetapi nada pesan di ponselnya mengalihkan perhatian pria tampan itu.Kai adalah sahabatnya sejak kanak-kanak, mereka bahkan bersama hingga sekolah menengah atas dan baru berpisah karena Kai memilih melanjutkan studi kedokteran di London. Sahabatnya itu tidak mungkin menghubunginya hanya untuk sekedar berbasa-basi.Tian menggeser layarnya dan membaca isi pesan berisi foto Kai bersama Shashi dan nenek Gu, mereka berada di kedai teh. Rasa nyeri tiba-tiba menikam jantungnya."Tian, apa kau masih di sana?"Suara Yenny membuat Tian kembali tersadar. "Ya.""Apa malam ini kau bisa datang ke rumahku?"Bersambung....Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan Rate!Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.😋🍒Hola, happy reading and enjoy!Chapter 10Our DinnerShashi menikmati teh dan dimsum yang tersaji di sembari mendengarkan Nenek Gu bercerita tentang kehidupannya. Kepahitan hidup tepatnya. Dimulai perceraian dengan suaminya, kemudian merawat putra semata wayangnya dan harus kembali menerima kenyataan pahit karena menantunya meninggal saat melahirkan Kai kemudian merawatnya sendiri karena ayah Wen Kai menikah lagi.Kemudian Nenek Gu juga menceritakan masa kecil Wen Kai dan setiap kali Nenek Gu menceritakan kenakalan Wen Kai, Shashi dapat menangkap kasih sayang yang sangat besar di mata Nenek Gu. Wen Kai sungguh beruntung karena dibesarkan oleh wanita yang penuh kasih sayang dan tentunya hebat karena bukan hanya membesarkan Kai sendirian, Nenek Gu juga harus mencari nafkah dengan mengelola usaha keluarga yang sudah turun-temurun diwarisinya di tengah gempuran era pengobatan modern."Nah, kalian lanjutkan obrolan kalian," ucap Nenek Gu dan wanita itu mengambil tasnya yang diletakkan di k
Chapter 11My PetYenny berdiri di depan cermin mengamati gaun tanpa lengan berwarna merah muda pudar dengan model plisket pada bagian roknya yang mencapai atas mata kaki dipadukan dengan sandal senada. Ia memutar bahunya ke kanan dan ke kiri untuk memastikan segala sesuatu yang melekat di tubuhnya sesuai dengan yang diinginkan."Ma, bagaimana penampilanku?" tanyanya kepada Nyonya Bao untuk ke sekian kalinya. Nyonya Bao melirik tumpukan gaun yang telah dicoba oleh Yenny dan sedang dibereskan oleh pelayan kemudian mendekati Yenny dan berdiri di belakang putri angkatnya. Wanita itu tersenyum dan matanya menatap pantulan bayangan Yenny di cermin. "Berapa kali harus kukatakan pada putriku ini? Kau selalu cocok mengenakan apa pun di tubuhmu." "Aku tidak yakin jika Tian menyukai penampilanku." Yenny mendengus pelan. "Dia... tidak pernah memujiku," ucapnya dengan lirih. Nyonya Bao menyentuh pundak Yenny dengan lembut. "Terkadang laki-laki memilih menyimpan kekaguman mereka di dalam hatin
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 11.2Evil PrinceBao Xia Lin berdiri untuk menyambut pangeran dari Dongli yang datang untuk menemui kakaknya, ia tersenyum dan memberikan hormat. "Salam untuk Pangeran Li BoYan, terima kasih telah sudi mengunjungi saya," kata Bao Xia Lin.Pria tampan itu tidak membalas senyum Bao Xia Lin, hanya sudut bibirnya yang berkedut. Seolah seluruh rumor yang beredar benar adanya, Xia Lin menelan ludah karena pilihan kakaknya untuk menyelidiki kakaknya sepertinya langkah yang tepat."Salam untuk Tuan Putri, Bao Xia Yan," ucap Li BoYan dengan nada datar. Keduanya kemudian duduk di kursi dan Bao Xia Lin menuangkan teh untuk Sang Pangeran seraya matanya diam-diam melirik pangeran yang dirumorkan memiliki perangai dingin. Memang pangeran memiliki paras yang rupawan, gadis mana yang tidak terpikat dengan ketampanannya? Tetapi, kalau perangainya tidak sebaik rupanya yang menawan, bagi Xia Lin ketampanan Li BoYan menjadi tidak menarik lagi. "Pangeran, silakan
Chapter 12Blaming HimselfShashi mencoba meraba-raba nakas di samping tempat tidur untuk mencari keberadaan ponsel yang berdering dan sangat mengganggunya. Meskipun Tian telah memperingatkan untuk tidak tidur larut malam, Shashi tetap menjalani kebiasaannya seperti saat berada di Milan. Susah payah Shashi membuka sebelah matanya dan mengambil ponselnya. Dengan malas ia menggeser layar untuk menjawab panggilan telepon dari orang yang kurang ajar meneleponnya pagi-pagi sekali. "An, demi Tuhan. Ini masih jam tujuh," erangnya. Tanpa menunggu An berbicara, Shashi memutuskan panggilan teleponnya dan menekan tombol kecil di samping kiri atas ponsel lalu melemparkan ponsel yang telah dalam mode senyap ke sembarang. Ia masih memerlukan tidur satu atau dua jam lagi, bahkan jika perlu tiga jam. Selama berkarir di Milan belum pernah ada klien yang datang pagi-pagi sekali ke studionya dan Shashi bersyukur karenanya. Ia bisa datang ke studio pukul sepuluh sehingga ia memiliki waktu yang cukup
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 13My Pawn"Nona Bao," sapa An seraya membantu Shashi keluar dari mobil yang dikemudikan Tian.Shashi sedikit membungkuk untuk berterima kasih kepada Tian kemudian ketika mobil bergerak perlahan menjauh, ia mendengus dengan kasar dan melangkah memasuki mall."Aku sangat lelah," ucapnya dengan nada jengkel.Kejengkelannya bertambah karena calon kliennya meminta bertemu di restoran terletak di sebuah mall, padahal menurut Shashi lebih praktis mereka bertemu di studio karena jika calon kliennya itu cocok dengan desain dan harga yang ditawarkan, ia bisa langsung mengukur tubuh calon pengantin.An mengerutkan keningnya. "Apa Anda baik-baik saja?" "Tidak. Aku hampir tidak sanggup berdiri dan aku sangat mengantuk," sahut Shashi dengan bersungut-sungut. "Apa Tuan Li memarahimu tadi?" Bukan dimarahi, tetapi disiksa lebih tepatnya. Tian menyuruhnya berlari keliling lapangan basket sebanyak lima kali dan Tian tidak berbelas kasih meskipun napas Shashi su
Chapter 14Maybe Match?"An, aku sangat lapar," desah Shashi saat mereka keluar dari restoran seraya menekan tengkuknya yang terasa pegal. Untungnya setelah hampir dua jam terpaku di kursi restoran untuk membuat desain yang diinginkan putri angkat ayahnya yang manja itu, akhirnya Shashi dapat meyakinkan Su Yenny untuk membuatkannya gaun. "Di lantai lima ada banyak pilihan makanan, apa Anda ingin ke sana?" tanya An. Kecenderungannya aneh memang, mereka baru saja keluar dari restoran tetapi Shashi malah kelaparan. Hal itu dikarenakan ia tidak berselera dengan menu yang ditawarkan restoran yang baru saja mereka tinggalkan atau mungkin juga karena Su Yenny. Ia merindukan Bao Xia Yan, tetapi juga entah kenapa hatinya terasa sakit berhadapan langsung dengan Su Yenny. Mungkin karena dirinya merasakan iri terhadap kemujuran Su Yenny yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga Bao. Menurut informasi yang Shashi dapatkan, Su Yenny sangat dimanjakan oleh keluarga Bao.Su Yenny mendirikan bisni
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 15Mysterious TextDari jauh, Tian menyaksikan Shashi duduk di sebelah Kai dengan posisi mereka sedikit miring. Mereka sepertinya sedang terlibat pembicaraan yang sangat menyenangkan. Dari tempatnya berada Tian dapat menyaksikan Shashi tertawa, gerakan tubuhnya juga terlihat sangat santai tidak ada kecanggungan sama sekali. Sangat berbeda dengan sikap Shashi setiap berada di depannya hingga tanpa terasa rahangnya mengeras dan ingin meraih kerah pakaian Kai kemudian melemparkan Kai sejauh mungkin dari Shashi hingga membuat Kai tidak bisa bertemu Shashi lagi jika perlu.Tian bergegas mendekati meja dan berdehem pelan. "Sepertinya aku terlalu lama membuat kalian menunggu," ucapnya seraya menarik kursi di sebelah An. "Selamat siang, Tuan Li," sapa Shashi bersamaan dengan An kemudian Shashi segera membetulkan posisi duduknya.Seperti yang Tian prediksi dan Tian membencinya, tawa ceria di wajah Shashi seketika lenyap dan berganti dengan ekspresi kaku
Chapter 16Younger SisterDi lobi hotel Tian menjabat tangan pria tinggi besar berkulit hitam yang mungkin usianya telah memasuki kepala lima."Selamat malam, Mr. Rhoades." "Mr. Miguel sudah menunggu Anda," ucap Mr. Rhoades."Perkenalkan ini penerjemah bahasa saya," kata Tian dalam bahasa Inggris memperkenalkan Shashi yang datang bersamanya.Tian pasti sudah gila. Shashi ingin sekali mengumpat karena ternyata dirinya diajak ke sebuah tempat untuk dijadikan penerjemah bahasa.Pria yang dipanggil Mr. Rhoades tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada Shashi. "Senang bertemu dengan Anda, Nona...." "Bao Shashi," sahut Shashi. "Baiklah, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik malam ini," ucap Mr. Rhoades kemudian mengangguk-angguk pelan dan tersenyum ramah.Shashi tersenyum ramah dan menarik tangannya yang digenggam Mr. Rhoades. "Senang sekali bisa bekerja sama dengan Anda." "Mari saya ajak Anda bertemu Mr. Miguel. Dia pasti senang sekali bertemu orang yang bisa berbahasa Perancis di
Epilogue Tujuh bulan kemudian, Shashi meringkuk dalam pelukan Tian. Kelelahan setelah beberapa hari sibuk dengan rangkaian acara pernikahan mereka yang benar-benar dilakukan sesuai urutan adat Tionghoa. Dimulai dari lamaran, memasang seprei di tempat tidur, menyisir rambut, mempersiapkan gaun pengantin, menjemput pengantin wanita, tes untuk pengantin pria, dan upacara minum teh. Belum lagi pesta bujang yang dilakukan malam sebelum mereka melakukan pemberkatan pernikahan di Wihara. Namun, meskipun kelelahan rasanya Shashi tidak ingin momen itu berlalu. Apa lagi momen di mana dirinya dan Tian mengenakan Hanfu berwarna merah yang menjadi busana mereka saat pemberkatan pernikahan di Wihara tadi pagi. Tian terlihat seperti seorang pangeran dari kerajaan mengenakan Hanfu yang dipenuhi bordiran bercorak naga warna emas, ementara dirinya mengenakan Hanfu bercorak Phoenix dan mengenakan mahkota berbentuk Phoenix juga. Ia benar-benar merasa seperti berada di era kuno ribuan tahun yang lalu.
Chapter 60EndShashi mendapatkan telepon dari ibu tirinya, ayahnya memerintahkan agar ia segera kembali ke rumah saat itu juga dan ibu angkatnya juga mengatakan jika Su Yenny tengah menangis meraung-raung seraya memberitahu semua orang kalau Shashi dan Tian memiliki hubungan.Sementara setibanya Shashi dan Tian di rumah keluarga Bao, Tuan Bao menghela napas dengan berat seraya menatap Shashi yang datang bersama Tian dengan tangan saling menggenggam. "Papa lihat sendiri, 'kan?" kata Su Yenny. "Mereka merencanakan semua ini, mereka memfitnahku." "Shashi...," kata Tuan Bao. "Yenny baru saja mengatakan kalau kau dan Tian memiliki hubungan khusus." "Apa yang dibilang Yenny memang benar, Paman," sahut Tian dan semakin mengeratkan genggamannya. "Kami berencana akan segera menikah."Tuan Bao terlihat tidak senang dengan ucapan Tian. "Sayang, bagaimana bisa kau mau menikahi mantan tunangan kakakmu?" "Kami saling mencintai," ucap Shashi kemudian menggigit bibir bawahnya.Tuan Bao menggelen
Chapter 59Bukti Kejahatan "Apa yang kau perbuat pada Qian Zi" tanya Tuan Bao seraya melangkah melewati pintu. "Aku tidak melakukan apa-apa padanya, bagaimana bisa kau menuduhku begitu saja?" "Ma, aku mendengarnya. Aku tidak tuli, kau jelas-jelas mengakui telah melakukan sesuatu pada Qian Zi." "Putraku, kau salah paham," ucap nenek Bao, bibirnya gemetaran.Bao Ji Yang tersenyum masam dan menggeleng. "Sebenarnya putriku sudah menceritakan semuanya padaku." Nenek Bao menggeleng. "Dan kau percaya mulut anak pelacur itu?" "Ma, hentikan! Tolong hormati wanita yang melahirkan putriku, dia bukan pelacur seperti yang kau tuduhkan." Nenek Bao duduk di kursi, ia menatap Shashi yang berdiri di belakang Tuan Bao dengan tatapan tajam. "Kau memasukkannya ke dalam rumah ini dan belum dua puluh empat jam, otakmu sudah dicucinya. Kau bahkan menuduh ibumu dengan tuduhan yang tidak memiliki bukti." "Ma, sebenarnya aku tidak ingin mengungkit masa lalu lagi. Aku benar-benar ingin melupakannya. Tet
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 58Ketahuan Paginya di ruang makan hanya ada Shashi, An, ayahnya, dan Nyonya Bao. Tidak terlihat keberadaan Su Yenny dan nenek Bao di sana."Selamat pagi, Papa. Selamat pagi, Bibi," sapa Shashi lalu duduk di kursi yang ditarik oleh seorang pelayan. "Bagaimana tidurmu?" tanya Tuan Bao."Aku tidur dengan baik," jawab Shashi meskipun faktanya kalau harus membandingkan tidurnya semalam tidak senyaman tidur dalam dekapan Tian seperti malam-malam sebelumnya selama berada di Guangzhou. "Bagaimana dengan kamar yang kau tempati? Apa menurutmu cukup nyaman?" tanya Nyonya Bao. Shashi tersenyum. "Kamarnya sangat nyaman. Terima kasih, Bi." "Jangan sungkan kalau kau menginginkan sesuatu, katakan saja padaku. Aku akan segera menyiapkan," ucap Nyonya Bao. "Ayo, makanlah. Pagi ini aku sengaja menyiapkan bubur karena kudengar kau telah lama tinggal di Milan, aku merasa tidak percaya diri jika harus menyiapkan hidangan ala Eropa untukmu." "Semua ini Bibi yang
Hola, happy reading and enjoy! Chapter 57Bujukan Nakal "Cepat sekali rupanya berita itu menyebar, ya?" ucap Wang Yu ketika Su Yenny memasuki ruang kerjanya.Su Yenny tersenyum masam, ia menarik kursi di depan meja kerja Wang Yu lalu duduk. "Aku tidak menyangka jika semua ini terjadi." "Apa yang kau pikirkan?" "Aku sangat menghormati Nona Bao selama ini, tidak disangka dia ternyata memiliki banyak sekali rahasia." Wang Yu, pria tampan berusia tiga puluh tahun itu tersenyum seraya menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya. "Apa maksudmu?" Su Yenny menghela napasnya. "Aku mempercayakan jasanya untuk membuat gaun pengantinku, tidak disangka dia sebenarnya diam-diam menargetkan keluarga Bao. Akulah yang membawa petaka ke keluarga Bao, andai aku tidak keras kepala menggunakan gaun rancangannya pasti dia tidak akan memanfaatkan kesempatan untuk memasuki keluarga Bao." Wang Yu menegakkan punggungnya dan menopangkan sikunya di atas meja kerja. "Kenapa kau berpikir begitu?" "Entahlah,
Chapter 56Perkenalan Satu pekan kemudian di perusahaan keluarga Bao, Tuan Bao mengumpulkan seluruh pemegang saham di ruang pertemuan. Tuan Bao duduk di kursi pemimpin rapat, sementara pemegang saham duduk mengitari meja yang panjangnya sekitar lima meter. "Hari ini aku mengumpulkan kalian semua di sini karena aku harus menyampaikan sesuatu yang mungkin akan membuat kalian semua terkejut," kata Tuan Bao memulai pembicaraan. "Aku sudah mempertimbangkan dan memikirkannya dengan baik. Di usiaku yang tidak muda lagi dan juga kesehatanku yang tidak begitu baik akhir-akhir ini, aku memutuskan untuk melepaskan jabatanku." Semua yang berada di sana terkejut mendengar berita itu karena selama ini tidak ada tanda-tanda jika orang nomor satu di perusahaan itu memiliki gangguan kesehatan. Nenek Bao dan istri Tuan Bao yang merupakan salah satu pemegang saham di perusahaan bahkan tidak kalah terkejutnya dengan apa yang diutarakan Tuan Bao karena selama ini Tuan Bao tidak pernah mengungkitnya di
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 55Penggosip Shashi terjaga dari tidurnya dan sebenarnya tidak terkejut mendapati dirinya berada di kamar adiknya, semalam setelah memastikan neneknya tidur dirinya menyelinap ke kamar adiknya dan berbaring di sisi Tian. Tetapi, masalahnya sekarang Tian sudah tidak ada di sisinya dan mendapati matahari sudah masuk ke celah-celah jendela kamar. Tamatlah riwayatnya, pikir Shashi. Tetapi, ia masih menyempit diri mengagumi cincin berlian yang melingkar di jari manisnya. Entah kapan Tian menyiapkannya dan semalam disematkan di jari manisnya. Ia lalu melompat turun dari peraduan dan dengan hati-hati membuka pintu kamar. Mengendap-endap seperti seorang pencuri menuju dapur. "Xiao Shi, kau ini. Masih saja tidak bisa mengubah kebiasaanmu, cepat bantu calon suamimu menyiapkan sarapan."Shashi berdiri kaku dengan pipi memerah. Neneknya sedang memilih-milih sayuran segar di atas meja dapur, kelihatannya neneknya sudah ke pasar pagi-pagi sekali dan Tian
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 54Melamarnya "Bagaimana hasil pertemuannya?" tanya Shashi ketika Tian memasuki tempat tinggal mereka. Tian mendekati Shashi dan melingkarkan lengannya di pinggang Shashi. "Aku tidak menyangka kau memiliki ide gila seperti itu. Kau licik juga, ya?" Shashi menghela napasnya kemudian tersenyum. "Hidup di dunia yang kejam ini, terkadang jika kita tidak licik makan kita yang akan tersingkir." Wanita di dalam video itu adalah Shashi. Kebetulan perawakannya dengan Su Yenny memiliki tinggi badan yang mungkin hanya terpaut beberapa centimeter saja, juga bentuk tubuh mereka. Adegan demi adegan dilakukan selayaknya pembuatan film di mana Shashi dan Kai adalah pemeran dua aktor yang berperan lalu hasilnya diedit oleh orang kepercayaan Tian yang kompeten dalam bidangnya."Sebenarnya saya merasa kasihan pada Su Yenny, tidak seharusnya kita berbuat seperti ini padanya," gumam Shashi. "Dia layak mendapatkannya karena berusaha mencelakai sahabatku dan tidak
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 53Terbongkarnya Sifat Su Yenny Keesokan paginya Jim berdiri di depan pintu kamar hotel yang ditempati oleh Su Yenny, wanita itu sudah bersiap dengan dandanannya yang elegan. "Di mana bosmu?" tanya Su Yenny dan tidak segan menampakkan sikap tidak senang melihat Jim yang berada di depannya. "Tuan Muda menunggu Anda di rumahnya," kata Jim. Mengabaikan tatapan Su Yenny yang tidak bersahabat."Bukannya kemarin malam tuanmu mengatakan akan menjemputku pagi ini? Kenapa justru kau yang datang?" "Saya hanya menjalankan perintah, Nona." Su Yenny mengedikkan bahunya dan dengan raut wajah cemberut menutup pintu kamar lalu meninggalkan hotel diikuti Jim. Tadi malam Tian mengajaknya makan malam di sebuah restoran hotel lalu memintanya tinggal di hotel itu dengan layanan kamar nomor satu. Mereka membicarakan beberapa hal, termasuk rencana pernikahan yang akan mereka gagalkan. Dari gaya Tian yang sangat santai sepanjang obrolan mereka, Su Yenny sama sekal