Raka baru pulang ke apartement ketika jam 5 subuh, dan saat memasuki apartement ia mendapati Dinda yang baru saja bangun. Sepertinya Dinda memang menunggu kedatangan Raka.
"Baru pulang," sindir Dinda yang kini tengah duduk di sofa sambil menyilang kan kedua tangannya di depan dada, sembari memandang Raka dengan tajam.
"Hmm, gue capek," balas Raka cuek.
Baru saja Raka hendak pergi, melewati Dinda yang hendak marah itu. Namun ia urungkan, ketika mendengar apa yang di katakan Dinda padanya.
"Lo itu ke kanak Kanakan banget sih Rak. Nyadar dong, lo itu bukan lagi remaja yang bisa seenaknya. Gitu aja ngambek, marah. Nyadar lo itu udah punya anak!"
"Maksud Lo!" balas Raka
"Lo marah sampe pergi gitu aja karena Rayhan ngabain Lo, kayak bocah. Lo bukan lagi anak kecil, lo udah dewasa, udah punya anak juga. "
"Ya jelas lah gue marah, dia ngapa
Saat ini mereka bertiga sedang berada di salah satu mall atau pusat perbelanjaan terbesar di kota Jakarta, tentu saja tujuan mereka untuk membeli kebutuhan sekolah Rayhan. Sebenarnya Rayhan tak meminta barang baru, tapi karena papa nya itu yang bilang punya banyak uang jadi gak papa lah Rayhan menghabiskan uang Raka. Sebenarnya Rayhan bisa saja memakai seragam sekolah nya yang lama, berhubung ia juga baru membelinya sekitar 5 bulan yang lalu namun karena ternyata seragam sekolahnya berbeda, jadi mau tak mau ia harus membeli lagi. Gak masalah sih, karena uang Raka banyak. Cuma, Rayhan bingung dari mana papa nya itu bisa mendapatkan uang banyak, sedangkan Raka hanyalah pengangguran, yang kerjaan nya balapan dan menghabiskan uang sang kakek. "Ray Lu pilih sendiri mana yang cocok buat lu?" Suruh Dinda saat sudah berada di toko khusus seragam sekolah. "Ray gak t
Hari ini, hari pertama Rayhan sekolah setelah seminggu kepindahannya, Rayhan keluar dari kamar dengan seragam yang sudah Rafi tak lupa menentang tas ransel miliknya.Rayhan pergi ke dapur dimana Dinda telah siap dengan setelan kasual bak anak remaja tak lupa dengan rambut yang di gerai."Udah bangun, yuk sarapan dulu baru ke sekolah.""Papa mana?""Raka belum pulang dari semalam.""Papa kemana?""Ke basecamp biasa.""Owhh sama om om itu yah ma.""Hmm."Selesai sarapan mereka berdua keluar dari apartement."Ma kita ke sekolah naik apa?""Mobil.""Tapi kan papa gak ada.""Gue yang nyetir.""Mama bisa nyetir mobil.""Hmm."***
Dinda dan Rayhan sampai di apartement dan tak sengaja Rayhan melihat papanya yang sedang tidur di sofa. Ide jahil muncul di otak cerdas Rayhan."Ganti seragam dulu Ray sama mandi" kata Dinda saat melihat Rayhan malah duduk di sofa."Bentar aja ma, mama aja duluan yang mandi," kata Rayhan yang ingin menjahili papanya dulu."Ok," jawab Dinda tak ambil pusing.Setelah tak ada lagi Dinda, Rayhan segera mendekati papanya yang tertidur dengan terlentang dan memeluk guling. Ia terkekeh pelan membayangkan idenya yang begitu cemerlang.Rayhan pun mengambil tasnya serta membuka sebuah kotak yang di dalamnya terdapat berbagai macam spidol warna, dengan tersenyum jahil dia mengambil spidol warna merah lalu menggambar sesuatu di wajah tampan Raka.Rayhan dengan hati hati mulai menggambar hati di kedua pipi Raka dan tak lupa juga ia menggambar k
Pagi ini, di ruang makan, Rayhan tampak melamun memikirkan sesuatu. Dinda yang menatap Rayhan bingung karena sedari tadi ia tak berniat memakan sarapannya hanya mengaduk aduk dengan pikiran yang melayang entah kemana."Ray, lu kenapa?" Tanya Dinda masih tetap diam."Ray, lu ada masalah cerita sama gue."Rayhan tetap saja tidak menyahut Dinda yang melihatnya mulai khawatir takut anaknya di masuki makhluk halus penghuni apartement ini."RAYHAN!!" Teriak Dinda di dekat telinga Rayhan yang posisinya memang bersebelahan dengannya. Rayhan yang mendengar teriakan cukup kencang hampir terjungkal ke belakang untungnya Dinda sigap menahan kursi agar tak jatuh."Mama ih ngagetin," kata Rayhan sebal."Gue gak bakal teriak kalo lu jawab perkataan gue tadi.""Emang mama bilang apa?" Tanya Rayhan tak tahu apa apa.
Rayhan pingsan di dekat keempat remaja tadi. Mereka berempat sangat kaget karena murid baru yang tak di ketahui namanya itu tak sadarkan diri.Mereka berempat segera mendekati Rayhan yang sangat pucat."Gimana nih?" Tanya Rafael pada temannya."Bawa ke UKS lah," kata Rafi."Tapi kan kita lagi di hukum?""Lu tega Liat anak orang kek gini, gimana kalo seandainya lu yang ada di posisinya dan gak ada yang mau nolongin," omel rasnya."Yuk buruan ke UKS," kata Arga.Arif berjongkok dan menggendong Rayhan di punggungnya lalu setelah itu mereka segera berlari ke UKS yang terletak di lantai dua.Setelah sampai di UKS mereka langsung masuk dengan wajah panik mereka.Di dalam ruangan ada dua siswa perempuan yang memang bertugas di UKS. Rani mendekat pada kasur yang memang di
Saat Pulang sekolah, Rayhan di jemput oleh Dinda dan dalam perjalanan Rayhan hanya diam sambil melamun memikirkan apakah keputusannya tepat, ia ragu atas apa yang harus ia lakukan selanjutnya. gimana seandainya jika ia hanya akan mempermalukan nama sekolah nya.Sebenarnya Rayhan termasuk anak yang pintar, hanya saja waktu yang di berikan tidak akan cukup untuk belajar apa lagi dia siswa baru. Meskipun pelajarannya gak jauh berbeda dari sekolahnya dulu. Tapi, tetap saja Rayhan takut, selama ini Ray memang tak pernah mengikuti lomba lomba yang memperlibatkan kecerdasan itu."Apa yang harus Rayhan lakukan?" batin Ray bertanya dengan perasaan yang gusar dan bingung."Ya Allah bantu hamba mu ini, hamba tak berharap menjadi juara satu, tapi setidaknya hamba bisa mengganti handphone papa yang Ray rusak," doa Rayhan dengan penuh harap.Dinda yang melihat putranya tampak tak seperti biasanya, ia i
Hening.Setelah kepergian Aldi dan Samuel kini tinggallah Rayhan yang berada di kelas. Rayhan memang belum terlalu akrab dengan murid murid di kelasnya dan belum memiliki sahabat. Berada di kelas sendiri adalah pilihan terbaik.Rayhan khawatir jika ia akan di keluarkan dari sekolah karena Aldi. Rayhan jadi fokus belajar karena perkataan dari remaja yang baru ia kenal itu. Kalo di pikir pikir itu bukanlah salah Rayhan saat pertama kali bertemu pun Aldi seakan membencinya.Rayhan terdiam beberapa saat lalu kembali mempelajari bukunya.***25 Februari.Hari ini adalah hari dimana Olimpiade akan di laksanakan.Rayhan sedari tadi gelisah, perasaannya tak tenang. Banyak hal ia ia pikirkan, takutnya ia tak memiliki harapan.Rayhan masih sibuk belajar karena memang perlombaan bakal diadakan 2
Rayhan yang baru saja tiba di apartement, ia langsung menuju ke kamar dan mendapati sang papa yang tertidur dengan memeluk guling.Rayhan mendekat pada Raka dan melihat papanya itu yang tertidur dengan nyenyak "pa maafin Rayhan, jangan marah lagi yah," ucapnya sambil tersenyum.Rayhan meletakkan jam tangan yang ia beli tadi, sebenarnya Rayhan ingin membelikan handphone namun karena mamanya bilang kalau papanya udah beli yang baru jadi ia memutuskan untuk membeli jam tangan saja. Sebagai pengganti ponselnya yang ia rusak.Jam tangan yang di belinya harganya 100 juta hasil dari olimpiade nya tadi.Kemudian Rayhan meletakkan sebuah note kecil dekat jam tangan tersebut."Pa maafin Rayhan yah, ini Rayhan beli buat papa pake uang Rayhan sendiri, tolong di terima ya dan jangan marah lagi."Rayhan keluar setelah meletakkan b
"Maaf tapi..... "BUGGG.....Tangan Sagara melayang begitu saja mengenai rahang kiri milik dokter Erlangga." Jangan bilang maaf!! bilang adek saya baik baik aja!!! "Teriak Sagara murka.Dokter itu menunduk mengabaikan rasa sakit yang menjalar di pipi kirinya. "Maafkan kami tapi pasien dengan nama Rayhan Kavendra Clarence dinyatakan meninggal dunia pada pukul 11.07."Liquid bening yang sejak tadi di tahan oleh Daniel luruh seketika mendengar nya. Adiknya, adiknya tak mungkin benar benar meninggalkan nya kan? adiknya tadi berkata merindukan nya tapi kenapa? kenapa mereka harus bertemu saat sang adik sudah tak bernyawa lagi?Tidak!! pasti dokter keparat itu berbohong, adiknya itu kuat adiknya tak mungkin secepat ini meninggalkan nya kan?"JANGAN SAMPAI GUE BAKAR RUMAH SAKIT INI SIALAN!! BILANG KE GUE RAYHAN BAIK BAIK AJA!!
Rayhan membuka mata nya perlahan saat dirasa merasakan sesuatu yang menimpa perutnya hingga menimbulkan nyeri. Ia menoleh dan langsung tersenyum begitu melihat kakaknya yang tertidur sembari memeluknya. Mungkin kakaknya terbangun dan pergi ke kamarnya.Padahal ia sendiri lupa ia kembali ke kamar nya jam berapa."Makasih ya kak masih mau di samping bocah nyebelin ini, maaf sering bikin kesel" Tangan Rayhan mengusap pipi kakaknya begitu lembut.Ia tersenyum sendu ingin menangis namun air matanya bahkan sudah tak mau keluar sama sekali. Rasanya terlalu menyesakkan untuk saat ini."Bangun kak nanti keburu ikan nya yang di goreng idup lagi" Rayhan menepuk nepuk pipi dafka yang tampak terganggu."Kak ihh ayok" Rayhan mendengus kesal ia duduk lalu dengan sekuat tenaga langsung menarik kasar tangan Dafka."Bangunnn!!! "Dafka terbangun paksa saat m
Dafka berlari secepat mungkin menuju area kolam renang saat salah satu maid memberi tau nya jika kedua adiknya ada disana. Sumpah demi apapun perasaan nya sudah tak enak. Apalagi mengingat kondisi emosi Rafka yang sedang buruk. Dan pasti Rayhan lah yang akan jadi tempat pelampiasan nya."RAYHAN!! "Mata nya membola melihat Rayhan berada di kolam renang dengan kondisi yang sudah mengenaskan.Wajahnya pucat dan seragamnya basah kuyup. Dengan segera ia menghampiri Rayhan."Adekkk!!?? " Panik Dafka.Dengan tergesa Dafka mencoba menarik tubuh lemah Rayhan agar naik ke atas. Cukup sulit mengingat ia tak pernah menggendong Rayhan selama ini."Di... ngin... hahh... " Rayhan merasa dada nya menyempit.Nafasnya bahkan nyaris habis. Namun jantung seakan tak mau di ajak kerja sama. Ingin menarik nafas saja rasanya begitu menyakitkan. Sesak.
Rayhan berjalan mengendap endap menuju lantai bawah ia berjalan lewat tangga tentu saja. Takut kakak kakaknya terbangun jika ia turun dengan lift. Bersyukur lah ia memasang alarm dan bisa bangun sebelum yang lainnya bangun. Ia berjalan turun menuju dapur utama. Dapat ia lihat banyak maid yang sudah mulai bekerja."Untung kakak buncit belum bangun"Gumamnya pelan.Ia bersenandung ringan sambil tersenyum ke beberapa maid dan penjaga yang menyapa nya." Tuan kecil ada apa ke dapur?? apa anda ingin sesuatu?? "Tanya salah seorang maid yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga Kavendra.Rayhan menggumam pelan. " Eung Rayhan mau masak buat gege Kak"Jawab nya singkat.Memang alasan Rayhan ingin bangun pagi karena ia ingin membuatkan gege nya bekal. Walaupun ia tak pernah di ijinkan oleh gege nya memasuki area dapur karena takut ia ceroboh dan terluka.
Daniel mengusap lembut punggung tangan Rayhan yang masih belum sadar sejak 1 jam lalu. Sudah berulang kali ia memanggil nama Rayhan. Namun nihil adiknya ini seakan begitu menikmati tidur lelap nya. Atau mungkin adik nya terlalu kelelahan. Pipi gembul yang biasanya berwarna putih juga tampak memucat."Prince bangun yuk, " Daniel mengecup punggung tangan adiknya sekali lagi berharap afeksi nya berhasil membuat Rayhan bangun.Adiknya sudah diperiksa tadi dan kata dokter yang berjaga adiknya mengalami dehidrasi dan mengalami tekanan sehingga kondisi nya menurun di tambah imun adiknya yang memang rendah untuk anak seusianya. Tak ada yang perlu di khawatir kan cukup menjaga pola makan dan perbanyak istirahat. Rayhan juga tak boleh mendapatkan tekanan dulu karena itu tak baik bagi kondisi nya."Kalo prince bangun nanti kakak ajak prince jalan jalan ya kita kulineran kemanapun prince
Rayhan termenung memperhatikan jalanan yang ramai dari balik kaca mobil milik kakaknya. Pikirkan nya melayang ke sikap gege nya tadi. Ia bahkan tak pernah menyangka jika pada akhir gege nya serius akan mengabaikan nya. Padahal biasanya gege nya itu selalu cerewet mengingatkan semua keperluan nya saat akan sekolah."Awas ketempelan Cil" Celetuk Dafka."Kan aku temenan sama setan nya kak jadi nggak mungkin mau nempelin aku setan nya" Balas Rayhan sedikit malas.Dafka menghembuskan nafasnya kasar. Ia tak bodoh untuk tau jika adiknya sedang memikirkan sikap Rafka tadi. Namun jika mengingat kembali ucapan Rafka semalam semuanya memang nyata. Padahal tak pernah sedikitpun terlintas dipikirannya jika Rafka akan begitu berubah."Jangan di pikirin Ray, nanti lo sakit. Rafka cuma lagi kesel aja makanya kayak jadi nanti juga baik lagi kok" Dafka menatap lurus kedepan sesekali a
Dafka berjalan cepat menuju kamar milik Rafka ia sangat yakin adiknya berada di sana. Entahlah perasaan nya juga tak enak ia takut Rafka macam macam pada Rayhan. Sejak semalam ia bahkan di kunci abang nya di kamarnya dan berakhir ia yang hanya bisa berdoa agar adiknya baik baik saja.Cklek...Dafka berusaha membuka pintu Rafka namun gagal. Sudah beberapa kali ia mencoba nya namun hasilnya sama saja. Sepertinya Rafka mengunci nya."Sial mana di kunci lagi" Gumam nya kesal.Terdengar suara langkah kaki di belakangnya dan tanpa menoleh pun ia sangat tau siapa yang menyusul nya saat ini."Cari ini kak?? "Kata nya sinis.Memamerkan sebuah kunci di tangannya.Dafka menoleh dan benar saja itu adalah Rafka. " Balikin kuncinya Raf, gue mau liat adek "Geram nya.Rafka terkekeh pelan ia kembali memasukan kunci itu ke
"Sudah selesai drama nya Rayhan Kavendra Clarence?? " Desis suara itu terdengar begitu tajam.Rayhan sontak menoleh dan netra nya beradu tepat dengan tatapan yang sangat dingin milik Rafka. Di sana tepat di hadapan nya Rafka berdiri dengan raut wajah yang bahkan belum pernah sekalipun ia lihat sebelumnya."Ge_gege..." Suaranya tercekat tak mampu keluar sedikitpun.Plok... plok.... plok...Suara tepuk tangan dari Rafka sambil menyunggingkan senyum miring miliknya. Rahang nya mengeras dengan sorot mata yang begitu mengerikan. Aura yang mansion bahkan begitu gelap."Bagus sekali permainkan mu Rayhan" Rafka berjalan menghampiri adiknya yang masih terpaku di tempatnya.Dafka sendiri tak kalah terkejut ia bahkan tak mampu untuk sekedar mengeluarkan pembelaan apapun. Terlebih melihat adanya abang nya yang hanya menatap mereka dengan tangan
Rafka menatap adiknya yang sibuk memakan makan siangnya dengan tenang. Tangan nya sesekali mengusap sudut bibir Rayhan yang kotor oleh makanan nya. Bahkan ia tampak tak peduli dengan makan siang nya sendiri. Kini semua atensi nya terfokus pada kesayangan nya itu."Kamu nggak makan Zheyeng??" Tanya Satya yang ikut duduk bersama kedua kakak beradik itu. Mulut nya masih sibuk mengunyah nasi goreng nya."Bisa nggak sih lo jadi manusia sehari aja Sat jijik gue" Balas Rafka datar.Netra tajam nya masih menatap penuh sayang ke arah pipi bulat adiknya yang tampak menggembung karena makanan nya. Terlalu malas menghadapi sahabat nya yang gila itu.Efek baru saja putus karena di selingkuhi mungkin. Ingin rasanya ia memasukan teman nya itu ke rumah sakit jiwa tapi kasian juga dokter yang merawat nya."Ge~adek mau es susu coklat" Pinta Rayhan setelah menelan makanan nya yang