Di lain sisi, Rafi dan rafa yang baru keluar di buat terkejut, karena rayhan tidak ada di tempat nya. Rasa takut dan khawatir menghampiri kedua nya.
"Ray mana fa?"tanya rafi pada rafa.
Rafi yang di tanya ingin sekali menjitak kepala kembarannya, sudah tahu mereka tadi barengan terus ya mana rafa tau si ray kemana.
"Duh rafi khawatir nih. Kalo misalkan ray di culik terus di jual. Akh bisa mati rafi di gantung om raka," ucap rafi dramastis.
"Khawatir boleh. Tapi gak usah ngomong sembarangan. Kalo itu semua beneran kejadian, ucapan itu doa tau," kata rafa.
"Solly. Lafi emang seling khilaf, maafin lafi yang ganteng ini ya," ucap rafi dengan bahasa cadel.
"Gak usah gitu ngomong nya. Nanti rafa beneran doain rafi cadel sampe besar nanti," ucap rafa dengan datar.
"Kan bercanda rafa. Gak tahu bercanda kah?" balas rafi yang seb
Raka segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia khawatir dan takut secara bersamaan saat mengetahui putranya dalam bahaya. Raka bersumpah pada seseorang yang telah mencuri anaknya akan membalasnya dua kali lipat dan gak akan pernah memaafkannya siapa pun dia.Orang itu telah salah karena bermain-main dengan Raka, si ketua genk motor paling di takuti dan si juara dalam bela diri itu. Tak ada yang berani berurusan dengan Raka kecuali mantan sahabatnya.Raka yakin, orang itu bukanlah orang biasa karena menjadikan Rayhan anaknya sebagai umpan, dia pasti mengenal Raka dengan baik, karena ia mengetahui kelemahannya berada pada anaknya. Tapi apa tujuannya menculik Rayhan? Jika putranya lecet sedikit saja, Raka tak akan menjamin orang itu akan bisa menghirup udara segar lagi.Akhirnya setelah beberapa menit, Raka sampai di tempat tujuan. Raka segera berlari masuk, namun baru beberapa langkah
Di sebuah ruangan yang sudah di penuhi dengan genangan darah di mana mana, terdapat tiga anak yang tengah terbaring tak berdaya. Kedua anak itu sudah tak sadarkan diri, sedangkan satu lainnya masih sadar, meskipun ia sudah tak memiliki tenaga untuk membuka matanya.Rayhan, anak itu masih tersadar, dengan posisi menyamping membelakangi Edgar yang masih tertawa puas. Dia puas akhirnya rencananya untuk membunuh Rayhan sudah berhasil.Dendamnya beberapa tahun lalu telah terpenuhi, ia telah berhasil membuat Rayhan tak bernyawa saat ini. Meskipun sebelumnya ia sempat gagal membunuh anak dari mantan sahabatnya itu."Hahaha. Ini lah yang gue inginkan, seharusnya dari dulu lo udah mati dan kalau bisa tak pernah lahir untuk melengkapi rumah tangga nyokap bokap lo yang busuk itu."Edgar mendekat ke Rayhan yang ia kira sudah tak bernyawa itu. Manusia yang tak punya hati itu, masih sempat untu
Raka berlari dengan air mata yang sudah penuh membanjiri wajah rupawan nya, pria berusia 25 tahun itu sudah tak mempedulikan keadaannya saat ini. Yang yang ada di pikirannya adalah menyelamatkan putranya dalam keadaan baik baik saja.Kedua pria dewasa tadi, sontak berbalik badan saat mendengar langkah seseorang yang ada di belakang mereka. Dan tanpa aba aba, Raka menyerang mereka, mulai dari menendang, memukul, menghajar kedua pria itu hingga tergeletak di atas lantai.Raka yakin, kedua pria itu pasti tau dimana putranya di sembunyikan. Raka meraih salah satunya mencengkram erat kerah baju yang di pakainya, membuat sang pria mau tak mau harus memandang Raka yang sudah di penuhi dengan emosi, entah kemana perginya rasa takutnya tadi."Cepat katakan dimana anak gue!" teriak Raka tepat di depan wajah memelas pria gembul itu."Sa-saya tidak berani mengatakannya."
"Rayhan!!!""kesini kau anak nakal! " teriak lelaki dengan baju polos dan celana hitam pendek nya matanya mencari keberadaan bocah nakal jelmaan kelinci itu.Sedangkan bocah yang dicarinya tengah sibuk menahan tawa nya di kolong meja makan sebelumDug."Ups" Bocah bernama Rayhan itu refleks menutup mulut nya bisa gawat kalau kakaknya yang cerewet itu tau dia disini.Namun belum sempat ia merasa tenang saat sebuah tangan sudah menarik nya keluar membuat nya berdecak kesal."Sini lo! siapa suruh lari gitu aja hah mau di hukum sama bang Sagara lo! " geram lelaki itu sungguh ia kesal dengan adik nya itu."Kak Dafka apaan deh lebay" cibir Rayhan kesal. Mendengar nya Dafka refleks langsung menyentil jidat adiknya itu.Ia heran dulu mendiang mama nya mengidam apa saat hamil adik nya ini tingkah nya benar
Tangan kecilnya masih sibuk menghitung jumlah huruf yang ada di buku tulis nya entah lah ia begitu bosan sampai sampai bingung ingin melakukan apa.Ingin bermain game di game di ponsel nya tapi ponsel nya di ambil paksa oleh titisan dakjal tadi atas suruhan abang nya itu."Anjir gue bosen woyyy!!" teriak nya kesal matanya memincing pada CCTV yang terpasang di pojok kamar nya kalau di tanya ulah siapa tentu saja abang brengseknya itu.Entahlah sudah berapa puluh kali ia mencoba menghacurkan CCTV di kamarnya tapi tak sampai hitungan hari benda sialan itu terpasang lagi di sana."Coba aja ada balkon di kamar gue lagi bisa gue kabur brengsek emang tuh abang gue liat aja bang nanti gue mau cari agen tukar tambah pokoknya gue mau sama gege aja fix,"gumam Rayhan kesal.Yang jadi pertanyaan nya di mana gege nya itu karena hanya dia yang bisa membantunya
Rayhan mulai memejamkan matanya saat di rasa kantuk mulai menyerangnya tapi belum sempat ia memasuki dunia mimpi saat satu tepukan di bahunya ia rasakan."Ngapain di luar,"Suara berat menyapa rungu nya tanpa berbalik pun ia tau siapa yang menganggu nya. Walupun ia sempat merasa heran karena biasa nya makhluk ini tak ingat pulang. Pulang pulang hanya memarahi dan menghukum nya. "Napas"terlalu malas sebenarnya menanggapi makhluk itu. "Rayhan Saga Febriano,"Kata Sagara dingin. Rayhan cukup sadar diri jika abang nya mulai memanggil nama panjang nya itu artinya ia tak mau di bantah."Ngapain juga nanya biasanya juga nggak peduli kan," balas Rayhan ketus. Mendengar itu Sagara hanya terdiam ia cukup sadar jika ia memang tak terlalu peduli dengan apapun yang di lakuka
Rayhan hanya menatap malas kakaknya yang sekarang sedang berceramah di depan nya. Ingin sekali ia menutup telinganya.Dafka sendiri baru saja selesai dengan urusannya setelah terpaksa meminum obat untuk meredakan diare nya tadi."Lo tau nggak sih Ray, tindakan lo itu bisa membahayakan nyawa kakak lo yang ganteng ini, emang lo mau pacar pacar kakak menjanda semua hah! " Celoteh Dafka tak habis pikir dengan kelakuan adiknya ini."Bagus dong daripada idup sama lo sengsara yang ada ntar" cibir Rayhan.Dafka diam coba mencari cara membalas kelakuan bocah jadi jadian itu."Huft iya deh kakak nggak masalah mending kita ngobrol aja Ray, "Kata dafka seraya tersenyum lembut.Hal tersebut malah membuat Rayhan merasa merinding. Apa kakaknya kerasukan tapi setan apa yang mau merasuki tubuh jelek seperti itu."Ayo Al,"
Rayhan masih asik tertawa melihat adegan di depannya. Ia tadi sengaja pura pura tertidur agar dapat melihat gege nya menghukum kakaknya itu.Lalu setelah nya ia berhasil mengendap ngendap mengintip ke kamar kakaknya.Setelah sang kakak berhasil menghabiskan hukuman dari gege nya dengan berjinjit ia berjalan menuju kamar nya lagi jangan sampai gege nya tau dia hanya pura pura.Sedikit lagi ia sampai di depan kamar nya sampai tepukan di bahu kanan nya membuatnya terlonjak.Pukk.Refleks ia menoleh jantung nya sudah berdetak tak karuan takut gege nya yang memergokinya.Netra nya menangkap kehadiran salah satu pengawal abang nya. Ia langsung menghela nafas lega."Om apaan sih ngagetin aja" Kata nya pelan."Itu tuan kecil, Tuan Sagara tadi menitipkan pesan pada saya agar anda meminum vitamin anda hari i
"Maaf tapi..... "BUGGG.....Tangan Sagara melayang begitu saja mengenai rahang kiri milik dokter Erlangga." Jangan bilang maaf!! bilang adek saya baik baik aja!!! "Teriak Sagara murka.Dokter itu menunduk mengabaikan rasa sakit yang menjalar di pipi kirinya. "Maafkan kami tapi pasien dengan nama Rayhan Kavendra Clarence dinyatakan meninggal dunia pada pukul 11.07."Liquid bening yang sejak tadi di tahan oleh Daniel luruh seketika mendengar nya. Adiknya, adiknya tak mungkin benar benar meninggalkan nya kan? adiknya tadi berkata merindukan nya tapi kenapa? kenapa mereka harus bertemu saat sang adik sudah tak bernyawa lagi?Tidak!! pasti dokter keparat itu berbohong, adiknya itu kuat adiknya tak mungkin secepat ini meninggalkan nya kan?"JANGAN SAMPAI GUE BAKAR RUMAH SAKIT INI SIALAN!! BILANG KE GUE RAYHAN BAIK BAIK AJA!!
Rayhan membuka mata nya perlahan saat dirasa merasakan sesuatu yang menimpa perutnya hingga menimbulkan nyeri. Ia menoleh dan langsung tersenyum begitu melihat kakaknya yang tertidur sembari memeluknya. Mungkin kakaknya terbangun dan pergi ke kamarnya.Padahal ia sendiri lupa ia kembali ke kamar nya jam berapa."Makasih ya kak masih mau di samping bocah nyebelin ini, maaf sering bikin kesel" Tangan Rayhan mengusap pipi kakaknya begitu lembut.Ia tersenyum sendu ingin menangis namun air matanya bahkan sudah tak mau keluar sama sekali. Rasanya terlalu menyesakkan untuk saat ini."Bangun kak nanti keburu ikan nya yang di goreng idup lagi" Rayhan menepuk nepuk pipi dafka yang tampak terganggu."Kak ihh ayok" Rayhan mendengus kesal ia duduk lalu dengan sekuat tenaga langsung menarik kasar tangan Dafka."Bangunnn!!! "Dafka terbangun paksa saat m
Dafka berlari secepat mungkin menuju area kolam renang saat salah satu maid memberi tau nya jika kedua adiknya ada disana. Sumpah demi apapun perasaan nya sudah tak enak. Apalagi mengingat kondisi emosi Rafka yang sedang buruk. Dan pasti Rayhan lah yang akan jadi tempat pelampiasan nya."RAYHAN!! "Mata nya membola melihat Rayhan berada di kolam renang dengan kondisi yang sudah mengenaskan.Wajahnya pucat dan seragamnya basah kuyup. Dengan segera ia menghampiri Rayhan."Adekkk!!?? " Panik Dafka.Dengan tergesa Dafka mencoba menarik tubuh lemah Rayhan agar naik ke atas. Cukup sulit mengingat ia tak pernah menggendong Rayhan selama ini."Di... ngin... hahh... " Rayhan merasa dada nya menyempit.Nafasnya bahkan nyaris habis. Namun jantung seakan tak mau di ajak kerja sama. Ingin menarik nafas saja rasanya begitu menyakitkan. Sesak.
Rayhan berjalan mengendap endap menuju lantai bawah ia berjalan lewat tangga tentu saja. Takut kakak kakaknya terbangun jika ia turun dengan lift. Bersyukur lah ia memasang alarm dan bisa bangun sebelum yang lainnya bangun. Ia berjalan turun menuju dapur utama. Dapat ia lihat banyak maid yang sudah mulai bekerja."Untung kakak buncit belum bangun"Gumamnya pelan.Ia bersenandung ringan sambil tersenyum ke beberapa maid dan penjaga yang menyapa nya." Tuan kecil ada apa ke dapur?? apa anda ingin sesuatu?? "Tanya salah seorang maid yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga Kavendra.Rayhan menggumam pelan. " Eung Rayhan mau masak buat gege Kak"Jawab nya singkat.Memang alasan Rayhan ingin bangun pagi karena ia ingin membuatkan gege nya bekal. Walaupun ia tak pernah di ijinkan oleh gege nya memasuki area dapur karena takut ia ceroboh dan terluka.
Daniel mengusap lembut punggung tangan Rayhan yang masih belum sadar sejak 1 jam lalu. Sudah berulang kali ia memanggil nama Rayhan. Namun nihil adiknya ini seakan begitu menikmati tidur lelap nya. Atau mungkin adik nya terlalu kelelahan. Pipi gembul yang biasanya berwarna putih juga tampak memucat."Prince bangun yuk, " Daniel mengecup punggung tangan adiknya sekali lagi berharap afeksi nya berhasil membuat Rayhan bangun.Adiknya sudah diperiksa tadi dan kata dokter yang berjaga adiknya mengalami dehidrasi dan mengalami tekanan sehingga kondisi nya menurun di tambah imun adiknya yang memang rendah untuk anak seusianya. Tak ada yang perlu di khawatir kan cukup menjaga pola makan dan perbanyak istirahat. Rayhan juga tak boleh mendapatkan tekanan dulu karena itu tak baik bagi kondisi nya."Kalo prince bangun nanti kakak ajak prince jalan jalan ya kita kulineran kemanapun prince
Rayhan termenung memperhatikan jalanan yang ramai dari balik kaca mobil milik kakaknya. Pikirkan nya melayang ke sikap gege nya tadi. Ia bahkan tak pernah menyangka jika pada akhir gege nya serius akan mengabaikan nya. Padahal biasanya gege nya itu selalu cerewet mengingatkan semua keperluan nya saat akan sekolah."Awas ketempelan Cil" Celetuk Dafka."Kan aku temenan sama setan nya kak jadi nggak mungkin mau nempelin aku setan nya" Balas Rayhan sedikit malas.Dafka menghembuskan nafasnya kasar. Ia tak bodoh untuk tau jika adiknya sedang memikirkan sikap Rafka tadi. Namun jika mengingat kembali ucapan Rafka semalam semuanya memang nyata. Padahal tak pernah sedikitpun terlintas dipikirannya jika Rafka akan begitu berubah."Jangan di pikirin Ray, nanti lo sakit. Rafka cuma lagi kesel aja makanya kayak jadi nanti juga baik lagi kok" Dafka menatap lurus kedepan sesekali a
Dafka berjalan cepat menuju kamar milik Rafka ia sangat yakin adiknya berada di sana. Entahlah perasaan nya juga tak enak ia takut Rafka macam macam pada Rayhan. Sejak semalam ia bahkan di kunci abang nya di kamarnya dan berakhir ia yang hanya bisa berdoa agar adiknya baik baik saja.Cklek...Dafka berusaha membuka pintu Rafka namun gagal. Sudah beberapa kali ia mencoba nya namun hasilnya sama saja. Sepertinya Rafka mengunci nya."Sial mana di kunci lagi" Gumam nya kesal.Terdengar suara langkah kaki di belakangnya dan tanpa menoleh pun ia sangat tau siapa yang menyusul nya saat ini."Cari ini kak?? "Kata nya sinis.Memamerkan sebuah kunci di tangannya.Dafka menoleh dan benar saja itu adalah Rafka. " Balikin kuncinya Raf, gue mau liat adek "Geram nya.Rafka terkekeh pelan ia kembali memasukan kunci itu ke
"Sudah selesai drama nya Rayhan Kavendra Clarence?? " Desis suara itu terdengar begitu tajam.Rayhan sontak menoleh dan netra nya beradu tepat dengan tatapan yang sangat dingin milik Rafka. Di sana tepat di hadapan nya Rafka berdiri dengan raut wajah yang bahkan belum pernah sekalipun ia lihat sebelumnya."Ge_gege..." Suaranya tercekat tak mampu keluar sedikitpun.Plok... plok.... plok...Suara tepuk tangan dari Rafka sambil menyunggingkan senyum miring miliknya. Rahang nya mengeras dengan sorot mata yang begitu mengerikan. Aura yang mansion bahkan begitu gelap."Bagus sekali permainkan mu Rayhan" Rafka berjalan menghampiri adiknya yang masih terpaku di tempatnya.Dafka sendiri tak kalah terkejut ia bahkan tak mampu untuk sekedar mengeluarkan pembelaan apapun. Terlebih melihat adanya abang nya yang hanya menatap mereka dengan tangan
Rafka menatap adiknya yang sibuk memakan makan siangnya dengan tenang. Tangan nya sesekali mengusap sudut bibir Rayhan yang kotor oleh makanan nya. Bahkan ia tampak tak peduli dengan makan siang nya sendiri. Kini semua atensi nya terfokus pada kesayangan nya itu."Kamu nggak makan Zheyeng??" Tanya Satya yang ikut duduk bersama kedua kakak beradik itu. Mulut nya masih sibuk mengunyah nasi goreng nya."Bisa nggak sih lo jadi manusia sehari aja Sat jijik gue" Balas Rafka datar.Netra tajam nya masih menatap penuh sayang ke arah pipi bulat adiknya yang tampak menggembung karena makanan nya. Terlalu malas menghadapi sahabat nya yang gila itu.Efek baru saja putus karena di selingkuhi mungkin. Ingin rasanya ia memasukan teman nya itu ke rumah sakit jiwa tapi kasian juga dokter yang merawat nya."Ge~adek mau es susu coklat" Pinta Rayhan setelah menelan makanan nya yang