Share

Bab 47

Author: Rira Faradina
last update Last Updated: 2022-09-28 15:01:50

Untuk beberapa saat ruangan itu terasa hening, hanya menyisakan helaan nafas Rendi yang terdengar berat.

"Mama tidak memaksa, hanya saja sampai kapan kau merasa bertanggung jawab? Ingat, Itu bukan kesalahanmu, Rendi, itu kecelakaan dan mama sudah cukup bersabar dengan keputusanmu ini." Jelas Helena.

Sungguh, saat Karin mendengar pernyataan itu keluar dari mulut ibu mertuanya, sontak membuat wanita itu merasa sesak untuk bernafas. Tubuhnya kini mendadak kaku dan membeku.

***

Karin menunduk sayu, tangannya kini gemetar dengan kaki yang mulai terasa lemas untuk menopang berat badannya. Nafasnya masih tercekat di kerongkongan seakan tertahan oleh sesuatu yang menyangga.

Ia masih berdiri di balik pintu, dengan hati yang teriris. Tak salah lagi, Karin yakin jika kalimat terakhir yang diucapkan Helena di tujukan untuk dirinya. Air mata kini mulai menetes, pertahanan Karin luluh, hancur dalam sekejap.

Kedua tangannya ia gunakan untuk membekap mulutnya, mencoba menahan isakan tangis agar tida
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 48

    "Ya sudah, mama mau langsung saja ya, Jangan lupa jaga kesehatanmu ya," pesan Helena lalu menepuk lembut pundak menantu pertamanya itu. Tak lama wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tak lagi muda itu berbalik, meninggalkan Karin yang tersenyum kecut memandanginya."Kadang aku merasa hidupmu sangat beruntung Vania, atau aku yang tak tahu malu karena memaksakan keinginanku?" Bisik Karin dengan sorot mata tegas dengan sudut bibir yang melengkung penuh arti.***Rendi menghela nafas panjang, sepeninggal Helena, lelaki itu tampak duduk sendiri dengan pandangan mata nanar di ruang kerjanya, pembicaraannya dengan ibunya membuat lelaki itu kini tampak begitu gelisah.Tangan Rendi tampak sesekali mengetuk meja, wajahnya terlihat murung. Sejak awal ia tahu konsekuensinya akan seperti ini. Memiliki dua orang istri memang tidaklah mudah, namun apa yang bisa dilakukannya karena kedua orang tuanya sudah amat menginginkan seorang keturunan darinya. Sesuatu hal yang tidak bisa diberikan

    Last Updated : 2022-09-30
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 49

    Haruskah ia merelakan lelaki itu untuk dimiliki seutuhnya oleh wanita lain?Tidak, Karin tak ingin menyerah. Sekuat tenaga wanita itu akan bertahan. Hanya satu hal yang ada dalam pikirannya saat ini, sesuatu hal yang ia pikir akan bisa menyelamatkan pernikahannya yang mulai terasa diujung tanduk."Mas bicaralah dengan Vania, minta dia untuk menyerahkan anak pertamanya padaku, bukankah kau sudah berjanji padaku akan memenuhi permintaanku? Inilah keinginanku," Ucap Karin dengan sorot mata yang tegas.**Untuk beberapa saat, Rendi tertegun mendengarnya, perkataan Karin yang kembali menyinggung tentang anak yang akan dilahirkan Vania membuat kepalanya kini terasa berdenyut.Di pandanginya wajah Karin dengan mata yang menyipit tajam, Rendi mengerti mengapa Karin meminta hal konyol seperti itu darinya, meski sudah berulang kali Rendi mengatakan bahwa ia tak akan menceraikannya kecuali Karin sendiri yang memintanya."Sejak awal mama memintaku untuk menerima pernikahan keduamu dengan Vania, b

    Last Updated : 2022-10-03
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 50

    Mengingat semua masa lalu itu, entah mengapa tangan Karin mendadak tremor, gemetar kini ia rasakan, tak lama foto itu jatuh dari tangannya tanpa bisa ia cegah.Sejenak Karin membiarkan rasa gemetar menguasai tubuhnya, tak lama, ia mengusap wajahnya kasar, berusaha untuk menenangkan dirinya kembali."Mungkin aku sendiri yang harus membicarakan hal ini dengan Vania," ucap Karin setengah berbisik.***Dua bulan berlalu sejak liburan Vania di Bali bersama Rendi. Sejak kepulangan mereka dari pulau dewata itu, entah mengapa Vania merasa jika kini Rendi seakan mulai menjaga jarak dengannya. Awalnya Vania merasa jika itu hanya perasaan dirinya saja, Namun, saat mengingat intensitas kunjungan Rendi ke rumahnya yang hanya sekarang bisa dihitung dengan jari, membuat wanita itu mulai berpikiran buruk tentangnya.Tak dapat dipungkiri jika sekarang rasa cinta itu mulai tumbuh di hati Vania, apalagi setelah mereka menikmati indahnya kebersamaan di Bali. Bayangan percintaan mereka yang begitu panas

    Last Updated : 2022-10-06
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 51

    "Apa kedatangan mbak hanya untuk memastikan kehamilanku?" Tanya Vania yang tampak keberatan.Karin mengangguk."Iya, aku sangat ingin mendengar kabar kehamilanmu Vania," tutur Karin jujur lalu tersenyum. Entah mengapa Vania bisa merasakan sesuatu yang mengganjal dari senyuman Karin yang tampak mengerikan itu."***Sepeninggal Karin, Vania tampak melamun di kamarnya, pembicaraan singkat dengan kakak madunya itu tak pelak mengganggu pikirannya. Vania yakin ada sesuatu hal yang disembunyikan Karin darinya ketika bertanya perihal kehamilannya tersebut.Berulang kali ia memeras otaknya, memikirkan hal yang kira kira terjadi padanya andai tadi ia mengaku, Namun, tetap saja, ia tak menemukan alasan kuat mengapa Karin bertanya seperti itu.Seperti yang sudah Vania ketahui, hubungan Rendi dan Karin baik baik saja, mereka selalu tampak rukun dan mesra dihadapannya. Terkadang melihat keintiman mereka berdua, tak pelak menimbulkan rasa cemburu di hati Vania.Haruskah ia memberitahukan kehamilannya

    Last Updated : 2022-10-08
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 52

    "Pantas saja," ujar Vania dengan wajah datar. Lalu meraih jus apel diatas meja yang tadi di bawa Sumi untuknya."Lalu kau sendiri, ada urusan apa mencariku?" Tanya Vania tak sabar sambil menyesap jus yang ada di tangannya."Kangen!" Jawab Rendi pendek, Namun sukses membuat Vania menyemburkan jus apel yang baru saja hendak di reguknya.****Gio memandang gadis dihadapannya dengan wajah datar, tanpa ekspresi. Sejak tadi telinganya terus saja mendengar gadis bicara tanpa henti, membuatnya jenuh.Sesekali tampak tangannya mengetuk-ngetuk meja, tak ada ucapan yang keluar dari bibirnya selain helaan nafasnya yang terdengar berat. Mereka berdua duduk di sebuah kafe yang berada tak jauh dari tempat kerja Gio. Mata gadis itu sayu memandang kearahnya namun tak membuat Gio terpengaruh."Apa kau sudah selesai bicara, Sabrina?" Ujar Gio sambil melirik jam di pergelangan tangannya."Gio, jangan mengabaikanku seperti ini, kumohon beri aku kesempatan sekali saja, aku janji akan berubah," rengek gadi

    Last Updated : 2022-10-10
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 53

    "Jangan pernah menganggu Vania, atau kau tidak akan pernah bisa membayangkan apa yang bisa kulakukan padamu, camkan itu baik-baik karena aku tidak main-main, jika itu menyangkut Vania," geram Gio lalu menghentakkan kakinya meninggalkan Sabrina yang kini memandangnya dengan sorot mata yang dingin."Aku yakin, suatu saat nanti kau akan kembali padaku," gumam Sabrina, nyaris tak terdengar.***Dari dalam mobilnya, Gio memandang Vania yang tampak sedang berbicara dengan seorang tetangganya di halaman rumahnya itu dengan tatapan nanar. Tak dapat dipungkiri rasa rindu pada wanita itu begitu menggelora, memenuhi jiwanya.Pekerjaannya yang menumpuk tidak dapat menghalangi keinginannya untuk datang ke tempat ini. Beralasan ada pertemuan dengan klien di luar, Gio izin dari kantornya hanya demi untuk menemui Vania. Karena ia tahu wanita itu tidak masuk kantor hari ini setelah lebih dulu berpura-pura menelpon dan menanyakan Vania lewat resepsionis kantornya.Sudah berulang kali ia mencoba untuk m

    Last Updated : 2022-10-13
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 54

    Helaan nafas berat terdengar dari mulut Gio, tak lama ia pun beranjak dari kursi. Namun, sebelum ia melangkah, dipandanginya wajah Vania dengan begitu dalam."Baiklah, aku akan pulang. Tapi sebelum itu, aku hanya ingin memberi tahu sesuatu hal padamu. Andai suatu saat nanti kau memutuskan untuk menerimaku kembali atau butuh bantuanku. Percayalah, apapun akan kulakukan untukmu." Ujar Gio lalu membalikkan badan dan melangkah menghampiri mobilnya. Membiarkan Vania yang masih terpaku memandangnya.***Semilir angin sore ini entah mengapa cukup untuk membuat suasana hati Vania terasa lebih santai, dari atas balkon kamarnya ia memandang, setidaknya melakukan hal ini bisa melupakan sedikit masalahnya.Pertemuannya dengan Gio kemarin cukup membuat pikirannya terbelah, Vania tidak menyangka jika lelaki yang selama ini mensia-siakan dirinya bisa mengucapkan kalimat ungkapan yang lembut dan manis seperti itu.Vania mengelus lembut perutnya, ia tak lagi sendiri sekarang, ada janin dalam rahimnya

    Last Updated : 2022-10-16
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 55

    "Begini Karin, kemarin malam mama bermimpi, melihat seorang anak laki-laki sedang memeluk Vania. Mama rasa itu bisa jadi pertanda jika Vania mungkin saja sedang hamil sekarang, bukankah sudah hampir tiga bulan berlalu sejak liburan honey moon mereka di Bali?" "Lalu? Karin tidak mengerti ma? Apa hubungannya dengan Karin?""Mama ingin minta pengertian darimu sayang, jika nanti Vania benar benar hamil, mama ingin Rendi tiap saat ada untuknya. Tak apa apa kan? Karena wanita yang sedang hamil itu seringnya ingin bermanja manja dengan suami mereka. Kau mengerti maksud mama kan sayang?" Jelas Helena dengan pandangan mendominasi.***Untuk beberapa saat Karin tertegun dengan permintaan ibu mertuanya, tentu Karin sangat mengerti apa maksud dari perkataannya. Sesuatu hal yang sangat ditakutkan Karin selama ini.Belum ada kabar tentang kehamilan Vania, namun semua orang sibuk dengan kepentingan mereka masing-masing. Karin sadar ia juga sedang menunggu kabar kehamilan Vania. Hanya saja, tak pern

    Last Updated : 2022-10-21

Latest chapter

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 90 / Ending

    Beberapa bulan kemudian."Mas, boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Vania sambil menggendong Arjuna, putra mereka."Kau bebas bertanya apapun padaku," jawab Rendi sambil menjawil pipi Arjuna yang menggemaskan."Apa kau pernah merindukan Mbak Karin?" Mendengarnya, Rendi tersenyum lalu mengambil Arjuna dari gendongan Vania." Mengapa bertanya seperti itu?" Balasnya."Aku hanya ingin tahu saja," sahut Vania cemberut."Terkadang aku masih merindukannya," goda Rendi sambil melirik Vania yang semakin cemberut."Begitukah, kau menyesal bercerai dengannya?" Cecar Vania kemudian.Kali ini Rendi menghela nafas panjang, lalu menarik lembut tangan Vania, mengajaknya duduk di gazebo yang ada di sudut halaman rumah mereka."Aku tidak menyesali apapun, princess. Bagiku Karin tetaplah seorang istri yang baik hanya saja jodoh kami sudah selesai. Karena saat ini dan selamanya hanya ada kau saja di hatiku. Apa jawaban itu sudah cukup?" Vania memalingkan wajahnya, melihat sikap istrinya yang terlihat sedan

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 89

    Karin tertawa getir mendengarnya." Apa kau tahu jika aku sengaja melakukannya, karena rasa cemburu ku padamu, Vania?" Ucap Karin mengakuinya.Mendengarnya Vania seolah kehilangan kata-kata, meski sebelumnya ia sudah dapat mengira namun tak menyangka jika kakak madunya ternyata melakukan hal ini padanya.Suasana ruangan itu hening sesaat, entah mengapa diantara mereka kini saling membuang pandangan seakan ingin menyembunyikan perasaan mereka masing-masing."Tapi kau tak harus bercerai dari Mas Rendi, mbak. Kau adalah isteri pertamanya, seseorang yang telah lebih dulu berada disisinya, jika hanya karena seorang keturunan memaksamu untuk menjauh dari Mas Rendi, mengapa tidak aku saja yang melakukannya?""Princess," sebut Rendi spontan, lelaki itu seperti tak suka dengan kalimat yang baru saja dilontarkan Vania.Karin kembali mengulas senyum getir saat melihat perubahan sikap Rendi. "Mas Rendi mencintaimu, Vania. Tidakkah kau sadari itu? Apa kau masih tidak ingin mengerti jika kehadiranku

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 88

    ""Mengapa kau bersikeras ingin berpisah, Karin?"Mendengarnya, Karin tersenyum getir. "Aku sudah yakin bahwa kau adalah orang pertama yang akan bertanya padaku, mas." Jawabnya pelan.***Pandangan mata semua orang kini tertuju pada Karin, seakan menunggu jawaban yang akan terlontar dari bibir wanita itu, namun Karin bergeming sesaat, seolah-olah mengabaikan pertanyaan yang baru saja dilontarkan suaminya tersebut padanya. Tak lama akhirnya suaranya terdengar."Sebelum itu, aku ingin minta maaf pada kalian semua karena telah mencemaskanku. Sungguh, aku tak bermaksud untuk menghindar ataupun lari. Beberapa hal yang terjadi belakangan ini cukup menguras emosi, hingga kuputuskan untuk menenangkan diri sejenak," tutur Karin memulai penjelasannya."Apa harus dengan melayangkan gugatan cerai, mbak?" Vania memprotes keputusan Karin.Mendengarnya Karin tersenyum getir lalu memalingkan wajahnya dari sorot pandang mata Vania yang tajam. Helaan nafas panjang terdengar dari bibirnya, seakan sedang

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 87

    "Entah mengapa aku merasa jika kau terpaksa mengambil keputusan ini, mbak. Aku tahu dari dalam hatimu, kau sangat mencintai Mas Rendi," lirih Vania mengucapkannya, lalu kembali melempar pandangan ke luar jendela. Menatap bayinya yang tengah tertidur dalam gendongan Sumi.***Sidang pertama perceraian Rendi dan Karin akhirnya selesai digelar. Namun Karin tak juga terlihat di persidangan tersebut, membuat kesal Rendi yang sedari tadi menunggu kehadirannya.Sejak gugatan hingga masuk ke tahap persidangan, Karin masih belum menampakkan dirinya, meski beberapa kali Rendi berusaha menelpon dan berkirim pesan padanya, tetap saja tidak mampu membuat Karin pulang ke rumah mereka.Karin juga tidak terlihat saat gelaran aqiqah bayi Vania, hanya kiriman kado darinya saja yang datang menghampiri, kelihatannya Karin sengaja menghindari bertemu dengan semua orang yang berhubungan dengannya. Wanita itu seolah sengaja menjauh dari mereka.Keputusan Karin untuk bercerai sepertinya sudah tak terbendung

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 86

    "Istirahatlah princess, karena aku akan menjaga kalian berdua," lirih Rendi dengan pandangan matanya yang terlihat berkaca-kaca menatap Vania dan bayi mereka secara bergantian.***Karin menyeka air matanya yang menetes, hatinya begitu nyeri saat ini. Keputusannya untuk bercerai dari Rendi membuat perasaan hancur.Tak dapat dipungkiri, untuk kedua kalinya ia harus patah hati. Baik Hans maupun Rendi, kedua lelaki itu tak bisa dimilikinya, membuat Karin harus berlapang dada untuk menerima guratan nasibnya.Matanya kini memerah sebab air matanya. Beberapa kali ia mengutuk dirinya karena bisa terjebak dalam situasi seperti ini. Entah mengapa ia harus kembali mengalami rasa sakit ini. Membuat bibirnya kini merutuki nasibnya sendiri.Tangan Karin masih memutar kemudi mobilnya. Panggilan telepon dari Rendi beberapa saat lalu kini membuat suasana hatinya semakin nyeri. Ingin sekali ia berharap bahwa semua ini adalah mimpi agar ia tak perlu terbangun dan merasakan semua hal yang menyakitkan ini

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 85

    "Kau terlihat gelisah, mas. Apa ada masalah?" Mendengarnya, Rendi lalu menghela nafas berat."Iya, pengacara Karin baru saja menelponku, beliau bilang bahwa Karin telah mendaftarkan gugatan cerainya ke pengadilan agama," jawab Rendi, nada suaranya terdengar parau.***"Gugatan cerai?" Ucap Vania seakan tak percaya. Terlihat keningnya seketika berkerut."Benar, pengacaranya berkata seperti itu padaku," tegas Rendi sambil menganggukkan kepalanya."Mustahil?""Rasanya aku tak bisa mempercayainya? Bukankah sebelumnya ia begitu sangat menginginkan bayiku agar bisa terus bersamamu, mas. Lalu kenapa sekarang ingin bercerai?" Vania mendesis seolah tak yakin jika Karin benar-benar melakukannya."Entahlah, aku juga tak tahu alasannya, kurasa aku harus mengajak Karin bicara. Aku ingin tahu apa alasannya kali ini setelah sebelumnya begitu sangat menginginkan bayimu," pungkas Rendi.Untuk beberapa saat, diantara mereka tak ada yang bicara seakan sibuk dengan pikirannya masing-masing hingga akhirny

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 84

    Pernyataan Vania sontak membuat Lelaki itu memandangnya tanpa berkedip. "Iya, aku masih ingat, kenapa?" Balasnya bertanya."Talak aku mas," ujar Vania dengan suaranya yang bergetar.***Untuk beberapa saat Rendi tampak tak percaya dengan apa yang baru saja Vania katakan. Matanya tampak mendelik marah karena tak suka dengan permintaan istri keduanya itu.Tangan Rendi mengepal, seolah menahan emosinya. Lelaki itu tak menduga jika Vania berniat untuk berpisah darinya."Apa kau sedang bercanda?" Tanya Rendi sambil menatap tajam pada istri keduanya itu. Sungguh ia tak suka dengan permintaan Vania kali ini.Vania menggeleng. "Tidak mas, aku serius. Tolong segera urus perceraian kita.""Kenapa? Apa ada kesalahan yang kubuat? Ataukah ada hal lain yang membuatmu ingin berpisah dariku?" Cecar Rendi.Vania menggeleng." Tidak mas, kau tidak berbuat kesalahan apapun. Hanya saja aku sudah tak ingin lagi menjadi orang ketiga dalam pernikahanmu dan Mbak Karin," jawab Vania menunduk. Bahunya tampak se

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 83

    "Lalu Gio, di mana dia? Apakah dia juga pergi setelah mengantarku ke rumah sakit, sama seperti Karin?" Bisik Vania teramat pelan, karena tak mungkin baginya untuk bertanya tentang lelaki itu pada ibu mertuanya.***Gio menyetir mobilnya dengan pikiran yang berkecamuk, lelaki itu tampak murung, sambil sesekali berdecak kesal.Setelah memastikan Vania ada yang menjaga, tepatnya setelah ia melihat kedatangan Rendi ke rumah sakit, lelaki itu perlahan mundur dan memutuskan untuk pergi dari rumah sakit. Tak hanya dirinya, karena beberapa saat kemudian, ia juga melihat Karin pergi meninggalkan rumah sakit, setelah berbicara sebentar dengan Rendi."Apa yang sebenarnya terjadi, Vania? Mengapa aku merasa sangat cemas seperti ini?" Lirih Gio tertahan.Dari kejauhan, ekor mata Gio menangkap mobil berwarna silver metalik yang dikendarai Karin. Entah mengapa mendadak ia memutuskan untuk mengikuti mobil Karin dan ingin mengajaknya bicara.Setengah jam telah berlalu, namun Gio masih belum melepaskan

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 82

    Ujar Gio sambil menatap Karin, seakan meminta izin pada wanita itu agar bisa membantu, begitu melihat Karin menganggukkan kepalanya, dengan cepat tangan kekar Gio meraih tubuh Vania dan menggendongnya keluar dari cafe.***Wajah Karin terlihat begitu cemas sambil mengikuti langkah Gio yang menggendong tubuh Vania dari belakang. Meskipun tak mengerti mengapa laki laki itu bisa ada di tempat yang sama dengan mereka, namun ia bersyukur dengan kebetulan ini.Erangan halus Vania terdengar saat tubuhnya diletakan dengan sangat hati-hati di jok depan mobil Karin, setelah memastikan sabuk pengamannya sudah terpasang dengan baik, Gio pun menutup pintu mobil Karin."Tolong hati hati bawa mobilnya, Mbak. Jika kau berkenan biar aku saja yang menyetir," cemas Gio sambil melirik Vania yang mengerang."Terima kasih, tapi aku bisa menyetir sendiri. Aku akan berhati-hati," tolak Karin."Baiklah," ujar Gio menyerah. lalu menggeser tubuhnya agar Karin bisa lewat.Selagi Karin sibuk mengeluarkan mobilnya

DMCA.com Protection Status