Share

Bab 29

Penulis: Rira Faradina
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-29 12:12:19

Perkataan Lila membuat Vania refleks menoleh, dan langsung mendapati wajah Rendi disana yang sedang mengulas senyum sambil melambaikan tangan sesaat padanya.

"Aku benar, kan?" Ucap Lila bangga.

"Entahlah, bisa jadi itu hanya kebetulan saja. Lagipula, lelaki dingin seperti dirinya mana mungkin bisa cemburu." Sanggah Vania.

"Kebetulan itu tak datang berulang kali, kadang aku merasa kepalamu itu isinya hanya batu," Lila mencibir.

"Kau ada di pihakku atau dia?" Sungut Vania kesal.

****

"Aku selalu ada di pihakmu, tapi aku juga tak keberatan dengan sikap Rendi yang mulai membuka dirinya padamu," ujar Lila mencoba meredam emosi Vania.

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanya Lila kemudian ketika melihat Vania meletakkan gelasnya kembali keatas meja dengan kasar.

"Apalagi kalau bukan pulang. Suasana hatiku sudah buruk, entah mengapa melihat Mas Rendi ada disini membuatku kesal, aku tak mengerti mengapa selalu saja lelaki itu mengusik ketenanganku di manapun. Ia bersikap seperti lint
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 30

    "Kita bisa pergi ke tempat lain jika kau mau, akan kuantar kemanapun kau suka," ucap Rendi lembut, berusaha menenangkan istri mudanya itu."Benarkah? Ah, aku sungguh berterima kasih. Bisakah kau mengantarku ke kantor pengadilan dan mendaftarkan gugatan perceraian kita disana. Aku akan sangat senang sekali." Sarkas Vania lalu membuang muka."Baiklah, aku akan mengantarmu kesana," jawab Rendi dengan sudut yang melengkung tipis di kedua bibirnya.***Gemerlap cahaya bintang di langit seolah menari mendukung ucapan Vania. Senyum tipis nampak dibibir ranumnya, rona kemenangan terlihat di wajahnya, entah mengapa, ucapan Rendi membuat suasana hati Vania sedikit membaik.Mobil yang dikemudikan Rendi terus membelah jalanan menuju ke sebuah bangunan. Vania melengos membuang muka ke arah jendela, baginya, menikmati suasana luar jendela lebih menyenangkan daripada melihat wajah Rendi yang menyebalkan.Beberapa menit berlalu, Vania masih memilih bungkam. Tak sepatah kata keluar dari bibirnya. Hing

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-30
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 31

    Angin malam membelai wajah dan menerbangkan helaian rambutnya, membuat mahkota di kepalanya itu terlihat kusut dan berantakan. Dengan wajah cemberut, tangan Vania kini nampak menyugar surai panjangnya itu agar kembali tertata rapi."Bahkan angin saja seperti hendak mengajakku bertengkar," bibir Vania mengoceh, melampiaskan kekesalannya.Mendengar umpatan Vania, membuat sudut bibir Rendi melengkung, dari dalam mobil, lelaki itu tersenyum melihat wajah Vania yang masih cemberut. "Ah, princess, kau benar-benar ingin menggodaku," ujar Rendi sambil terus memperhatikan istri keduanya dengan dengan santai balik kemudi.***Beberapa saat berlalu, setelah Vania merasa emosinya mulai stabil, tangannya membuka pintu dan kembali duduk didalam mobil.Melihat Vania yang masih melengos dan membuang pandangan darinya, tak sedikitpun membuat Rendi marah, lelaki itu hanya diam saja sambil terus memandang lurus pada wajah istri kedua itu."Apa ada sesuatu yang aneh di wajahku?" Keluh Vania begitu menya

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-31
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 32

    Ditatapnya foto itu cukup lama, sorot matanya nampak begitu sendu. Seakan ada sebuah kesedihan disana. Lama bibirnya membeku, seakan terkunci dan terhanyut dalam suasana yang diciptakannya sendiri, hingga akhirnya matanya mengedip sesaat, mengembalikan kesadarannya."Aku mencintaimu, mas. Tapi, aku juga tak ingin kehilangan dirinya. Aku tahu sejak awal cinta itu tak pernah hadir untukku, hanya saja aku tak mampu jika harus melepasnya," bisik Karin teramat pelan.****Karin memandang datar Rendi yang tengah berbaring di ranjang. Selepas mandi dan makan malam. Pria itu langsung merebahkan tubuhnya. Tak seperti biasanya yang selalu mengajaknya bicara walau sekedar hanya menanyakan kegiatannya hari ini. Helaan nafas panjang terdengar dari bibirnya, sorot matanya nampak sayu memandang punggung Rendi yang berbaring membelakanginya. Tangan Karin mengepal, ia menyadari jika sikap Rendi sedikit berubah beberapa hari belakangan ini. Lelaki itu sering terlihat bermain dengan pikirannya sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-02
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 33

    "M-mas, untuk apa kau pagi-pagi datang ke rumahku?" Tanya Vania sesaat kemudian setelah menguasai dirinya kembali."Menghabiskan waktuku disini, apa tidak boleh?" Jawab Rendi tenang."Tidak! Lebih baik sekarang kau pulang, mas. Temani saja Mbak Karin! Lagipula sebentar lagi aku dan Bi Sumi akan belanja ke pasar." Usir Vania mencari alasan."Ah, princess.""Kupikir kau akan menyapaku dengan manis. Tapi ... Sudahlah, setidaknya, biarkan aku menikmati sarapanku dengan tenang." Ucap Rendi santai, tak mempedulikan tatapan mata Vania yang seakan mengeluarkan sinar laser.****Matahari mulai beranjak naik. Ketika Vania menyelesaikan ritual mandinya. Diliriknya jam yang tergantung di dinding kamarnya yang sudah hampir menunjukkan angka sepuluh, sudah waktunya untuk mengajak Bi Sumi kepasar.Kembali Vania memandang pantulan dirinya di cermin besar kamarnya. Menyempurnakan penampilannya. Mengenakan celana jeans dipadukan dengan kaos berkerah V neck, ditambah dengan makeup sederhana membuat Vani

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 34

    l"Ayo bi!" panggil Vania sambil membuka pintu mobilnya."Lebih baik kakiku menginjak sampah yang bau atau genangan air kotor daripada mendengar ocehan mesum-mu itu." Sindir Vania ketus sambil menutup pintu mobilnya.Dari balik kaca mobilnya, Rendi memandang Vania sambil tertawa. "Ah ... Princess. Aku hanya menggodamu saja."***Suasana pasar tradisional yang cukup ramai dan bising tak membuat Vania Jenuh dan bosan. Sesekali terlihat ia ikut menawar dan membantu Bi Sumi memilih buah dan sayuran yang akan mereka beli.Sudah banyak buah dan sayuran dalam kantung belanja yang mereka pegang, termasuk dengan beragam bumbu disana. Rasa lelah dan pegal mulai terasa, namun, tak mereka hiraukan.Melihat Vania dan Bi Sumi yang sedikit kewalahan membawa kantung belanjaan, seorang remaja laki-laki mencoba menawarkan diri untuk membantu. Bi Sumi bilang, ia seringkali memakai jasa mereka jika sedang berbelanja."Ah, kalau begitu tolong bantu bawa yang ini," ucap Vania sambil memberikan dua buah ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-04
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 35

    "Ah, kau masih saja suka cake pisang keju," ucap seseorang dari belakang.Mendengar seseorang menyahut, seketika Vania menoleh. Tampak disisi kanannya seorang pria mengenakan kaus putih beraroma maskulin sedang tersenyum padanya."Aku tidak menyangka akan bertemu lagi denganmu disini, Vania.""G-gio," ujar Vania yang tak mampu menyembunyikan rasa terkejutnya. Tanpa disadari Vania jika sepasang mata tengah melihat mereka dengan wajah masam dari arah pintu masuk toko.****"Kau disini? Ah, maksudnya kau juga sering beli kue disini?" Tanya Vania sedikit terbata."Ini toko kue langganan mama," jawab Gio."Kau sendiri?" Pemuda itu balik bertanya."Aku baru pindah ke daerah sini jadi baru beberapa kali kesini," jawab Vania."Oh, pantas saja aku baru melihatmu. Soalnya aku sering kesini menemani mama," tutur Gio."Mbak Vania apa ada yang lain?" Tanya Bi Sumi menyela."Tidak ada bi, kalau bibi pengen ambil saja." Jawab Vania."Kau sendirian? Ah, maksudku berdua saja dengannya?" Tanya Gio samb

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 36

    "Kita sudah sampai," ucap Rendi sambil menarik rem tangan mobilnya.Satu persatu penumpang mobil turun. Tampak Rendi mengeluarkan satu persatu kantung belanjaan yang diletakkan di bagian belakang mobil, yang segera dibawa masuk kedalam oleh Bi Sumi. Meninggalkan pasangan suami-istri yang masih terlihat sibuk saling berbalas pandangan."Apa kau masih berharap kembali pada mantan kekasihmu itu?" Tanya Rendi tiba-tiba ketika melihat Vania membalikkan badannya.****Vania duduk bersandar di dekat jendela kamarnya. Matanya memandang ke luar, menikmati langit senja yang memukau.Sudah pukul lima sore, namun entah mengapa tubuhnya enggan beranjak, setidaknya, pemandangan di luar jendela cukup menghibur hatinya.Kemarin, selepas mengantarnya dan Bi Sumi dari pasar, Rendi pamit langsung pulang, ia bilang tiba tiba ingat ada keperluan mendadak. Entahlah, Vania tidak ingin memikirkan sesuatu yang tidak tidak, karena alasan kepulangan Rendi terlalu konyol baginya.Helaan nafas panjang terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-07
  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 37

    Ditengah lamunannya, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Nampak nama ibu mertuanya yang tertera di sana, sambil melipat kening, segera saja tangannya menggeser layar ponselnya.[Vania sayang, mama ingin mengingatkanmu, minggu depan adalah liburan bulan madumu, mama harap kau sudah mengurus cuti dan kopermu.]"Liburan bulan madu? Artinya akan berdua saja dengan Mas Rendi?" Gumam Vania sambil mengigit bibirnya****"Wajahmu kenapa? Seharian kulihat kusut dan muram, seperti emak emak yang tidak dapat tiket antrian sembako murah?" Tanya Delia, teman sekantor Vania."Kurang tidur," jawab Vania asal."Kurang tidur, emang semalam kau habis begadang nonton bola atau ada hantu usil di rumahmu?" Kembali Delia bertanya."Aku lihat ada kuntilanak cerewet yang sedang menanyaiku," sahut Vania menyindir."Aku kan nanya beneran, nenek!" Sungut Delia."Sibuk urus cuti," jawab Vania pendek."Cuti? Kau mau ambil cuti?" Vania mengangguk."Iya, disuruh sama yang mulia kanjeng ibu mertuaku." Jawab Vania tamp

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-09

Bab terbaru

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 90 / Ending

    Beberapa bulan kemudian."Mas, boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Vania sambil menggendong Arjuna, putra mereka."Kau bebas bertanya apapun padaku," jawab Rendi sambil menjawil pipi Arjuna yang menggemaskan."Apa kau pernah merindukan Mbak Karin?" Mendengarnya, Rendi tersenyum lalu mengambil Arjuna dari gendongan Vania." Mengapa bertanya seperti itu?" Balasnya."Aku hanya ingin tahu saja," sahut Vania cemberut."Terkadang aku masih merindukannya," goda Rendi sambil melirik Vania yang semakin cemberut."Begitukah, kau menyesal bercerai dengannya?" Cecar Vania kemudian.Kali ini Rendi menghela nafas panjang, lalu menarik lembut tangan Vania, mengajaknya duduk di gazebo yang ada di sudut halaman rumah mereka."Aku tidak menyesali apapun, princess. Bagiku Karin tetaplah seorang istri yang baik hanya saja jodoh kami sudah selesai. Karena saat ini dan selamanya hanya ada kau saja di hatiku. Apa jawaban itu sudah cukup?" Vania memalingkan wajahnya, melihat sikap istrinya yang terlihat sedan

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 89

    Karin tertawa getir mendengarnya." Apa kau tahu jika aku sengaja melakukannya, karena rasa cemburu ku padamu, Vania?" Ucap Karin mengakuinya.Mendengarnya Vania seolah kehilangan kata-kata, meski sebelumnya ia sudah dapat mengira namun tak menyangka jika kakak madunya ternyata melakukan hal ini padanya.Suasana ruangan itu hening sesaat, entah mengapa diantara mereka kini saling membuang pandangan seakan ingin menyembunyikan perasaan mereka masing-masing."Tapi kau tak harus bercerai dari Mas Rendi, mbak. Kau adalah isteri pertamanya, seseorang yang telah lebih dulu berada disisinya, jika hanya karena seorang keturunan memaksamu untuk menjauh dari Mas Rendi, mengapa tidak aku saja yang melakukannya?""Princess," sebut Rendi spontan, lelaki itu seperti tak suka dengan kalimat yang baru saja dilontarkan Vania.Karin kembali mengulas senyum getir saat melihat perubahan sikap Rendi. "Mas Rendi mencintaimu, Vania. Tidakkah kau sadari itu? Apa kau masih tidak ingin mengerti jika kehadiranku

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 88

    ""Mengapa kau bersikeras ingin berpisah, Karin?"Mendengarnya, Karin tersenyum getir. "Aku sudah yakin bahwa kau adalah orang pertama yang akan bertanya padaku, mas." Jawabnya pelan.***Pandangan mata semua orang kini tertuju pada Karin, seakan menunggu jawaban yang akan terlontar dari bibir wanita itu, namun Karin bergeming sesaat, seolah-olah mengabaikan pertanyaan yang baru saja dilontarkan suaminya tersebut padanya. Tak lama akhirnya suaranya terdengar."Sebelum itu, aku ingin minta maaf pada kalian semua karena telah mencemaskanku. Sungguh, aku tak bermaksud untuk menghindar ataupun lari. Beberapa hal yang terjadi belakangan ini cukup menguras emosi, hingga kuputuskan untuk menenangkan diri sejenak," tutur Karin memulai penjelasannya."Apa harus dengan melayangkan gugatan cerai, mbak?" Vania memprotes keputusan Karin.Mendengarnya Karin tersenyum getir lalu memalingkan wajahnya dari sorot pandang mata Vania yang tajam. Helaan nafas panjang terdengar dari bibirnya, seakan sedang

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 87

    "Entah mengapa aku merasa jika kau terpaksa mengambil keputusan ini, mbak. Aku tahu dari dalam hatimu, kau sangat mencintai Mas Rendi," lirih Vania mengucapkannya, lalu kembali melempar pandangan ke luar jendela. Menatap bayinya yang tengah tertidur dalam gendongan Sumi.***Sidang pertama perceraian Rendi dan Karin akhirnya selesai digelar. Namun Karin tak juga terlihat di persidangan tersebut, membuat kesal Rendi yang sedari tadi menunggu kehadirannya.Sejak gugatan hingga masuk ke tahap persidangan, Karin masih belum menampakkan dirinya, meski beberapa kali Rendi berusaha menelpon dan berkirim pesan padanya, tetap saja tidak mampu membuat Karin pulang ke rumah mereka.Karin juga tidak terlihat saat gelaran aqiqah bayi Vania, hanya kiriman kado darinya saja yang datang menghampiri, kelihatannya Karin sengaja menghindari bertemu dengan semua orang yang berhubungan dengannya. Wanita itu seolah sengaja menjauh dari mereka.Keputusan Karin untuk bercerai sepertinya sudah tak terbendung

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 86

    "Istirahatlah princess, karena aku akan menjaga kalian berdua," lirih Rendi dengan pandangan matanya yang terlihat berkaca-kaca menatap Vania dan bayi mereka secara bergantian.***Karin menyeka air matanya yang menetes, hatinya begitu nyeri saat ini. Keputusannya untuk bercerai dari Rendi membuat perasaan hancur.Tak dapat dipungkiri, untuk kedua kalinya ia harus patah hati. Baik Hans maupun Rendi, kedua lelaki itu tak bisa dimilikinya, membuat Karin harus berlapang dada untuk menerima guratan nasibnya.Matanya kini memerah sebab air matanya. Beberapa kali ia mengutuk dirinya karena bisa terjebak dalam situasi seperti ini. Entah mengapa ia harus kembali mengalami rasa sakit ini. Membuat bibirnya kini merutuki nasibnya sendiri.Tangan Karin masih memutar kemudi mobilnya. Panggilan telepon dari Rendi beberapa saat lalu kini membuat suasana hatinya semakin nyeri. Ingin sekali ia berharap bahwa semua ini adalah mimpi agar ia tak perlu terbangun dan merasakan semua hal yang menyakitkan ini

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 85

    "Kau terlihat gelisah, mas. Apa ada masalah?" Mendengarnya, Rendi lalu menghela nafas berat."Iya, pengacara Karin baru saja menelponku, beliau bilang bahwa Karin telah mendaftarkan gugatan cerainya ke pengadilan agama," jawab Rendi, nada suaranya terdengar parau.***"Gugatan cerai?" Ucap Vania seakan tak percaya. Terlihat keningnya seketika berkerut."Benar, pengacaranya berkata seperti itu padaku," tegas Rendi sambil menganggukkan kepalanya."Mustahil?""Rasanya aku tak bisa mempercayainya? Bukankah sebelumnya ia begitu sangat menginginkan bayiku agar bisa terus bersamamu, mas. Lalu kenapa sekarang ingin bercerai?" Vania mendesis seolah tak yakin jika Karin benar-benar melakukannya."Entahlah, aku juga tak tahu alasannya, kurasa aku harus mengajak Karin bicara. Aku ingin tahu apa alasannya kali ini setelah sebelumnya begitu sangat menginginkan bayimu," pungkas Rendi.Untuk beberapa saat, diantara mereka tak ada yang bicara seakan sibuk dengan pikirannya masing-masing hingga akhirny

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 84

    Pernyataan Vania sontak membuat Lelaki itu memandangnya tanpa berkedip. "Iya, aku masih ingat, kenapa?" Balasnya bertanya."Talak aku mas," ujar Vania dengan suaranya yang bergetar.***Untuk beberapa saat Rendi tampak tak percaya dengan apa yang baru saja Vania katakan. Matanya tampak mendelik marah karena tak suka dengan permintaan istri keduanya itu.Tangan Rendi mengepal, seolah menahan emosinya. Lelaki itu tak menduga jika Vania berniat untuk berpisah darinya."Apa kau sedang bercanda?" Tanya Rendi sambil menatap tajam pada istri keduanya itu. Sungguh ia tak suka dengan permintaan Vania kali ini.Vania menggeleng. "Tidak mas, aku serius. Tolong segera urus perceraian kita.""Kenapa? Apa ada kesalahan yang kubuat? Ataukah ada hal lain yang membuatmu ingin berpisah dariku?" Cecar Rendi.Vania menggeleng." Tidak mas, kau tidak berbuat kesalahan apapun. Hanya saja aku sudah tak ingin lagi menjadi orang ketiga dalam pernikahanmu dan Mbak Karin," jawab Vania menunduk. Bahunya tampak se

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 83

    "Lalu Gio, di mana dia? Apakah dia juga pergi setelah mengantarku ke rumah sakit, sama seperti Karin?" Bisik Vania teramat pelan, karena tak mungkin baginya untuk bertanya tentang lelaki itu pada ibu mertuanya.***Gio menyetir mobilnya dengan pikiran yang berkecamuk, lelaki itu tampak murung, sambil sesekali berdecak kesal.Setelah memastikan Vania ada yang menjaga, tepatnya setelah ia melihat kedatangan Rendi ke rumah sakit, lelaki itu perlahan mundur dan memutuskan untuk pergi dari rumah sakit. Tak hanya dirinya, karena beberapa saat kemudian, ia juga melihat Karin pergi meninggalkan rumah sakit, setelah berbicara sebentar dengan Rendi."Apa yang sebenarnya terjadi, Vania? Mengapa aku merasa sangat cemas seperti ini?" Lirih Gio tertahan.Dari kejauhan, ekor mata Gio menangkap mobil berwarna silver metalik yang dikendarai Karin. Entah mengapa mendadak ia memutuskan untuk mengikuti mobil Karin dan ingin mengajaknya bicara.Setengah jam telah berlalu, namun Gio masih belum melepaskan

  • Ranjang Suami yang Terbagi   Bab 82

    Ujar Gio sambil menatap Karin, seakan meminta izin pada wanita itu agar bisa membantu, begitu melihat Karin menganggukkan kepalanya, dengan cepat tangan kekar Gio meraih tubuh Vania dan menggendongnya keluar dari cafe.***Wajah Karin terlihat begitu cemas sambil mengikuti langkah Gio yang menggendong tubuh Vania dari belakang. Meskipun tak mengerti mengapa laki laki itu bisa ada di tempat yang sama dengan mereka, namun ia bersyukur dengan kebetulan ini.Erangan halus Vania terdengar saat tubuhnya diletakan dengan sangat hati-hati di jok depan mobil Karin, setelah memastikan sabuk pengamannya sudah terpasang dengan baik, Gio pun menutup pintu mobil Karin."Tolong hati hati bawa mobilnya, Mbak. Jika kau berkenan biar aku saja yang menyetir," cemas Gio sambil melirik Vania yang mengerang."Terima kasih, tapi aku bisa menyetir sendiri. Aku akan berhati-hati," tolak Karin."Baiklah," ujar Gio menyerah. lalu menggeser tubuhnya agar Karin bisa lewat.Selagi Karin sibuk mengeluarkan mobilnya

DMCA.com Protection Status