Salsa tertunduk lesu. Entah, apa yang harus ia jawab pada suaminya. Tetapi, Salsa kembali tenang setelah berpikir ia dan Ikbal sudah sering melakukannya. Lalu, apa yang harus ditakutkan? Lagi pula pembuahan bisa terjadi dalam hitungan hari.
Tertunduk lesu seperti ini hanya akan membuat sang suami curiga bahwa ada sesuatu yang tengah disembunyikan.
"Iya sayang, aku beli tespek. Setelah aku ingat-ingat ternyata belum datang bulan," ujar Salsa penuh percaya diri. Ia berusaha keras menghilangkan gelisah yang mendera.
"Wah ... kamu hamil sayang? Aaah ...."
Ikbal bersorak kegirangan. Lelaki itu tak peduli meski semua orang yang berada di sekitarnya menoleh.
Ikbal hanya tersenyum menyadari kekonyolannya. Saking bahagianya, ia sampai lupa sedang berada di tempat umum.
Melihat reaksi suaminya, Salsa merasa salah tingkah, terlebih orang-orang yang lewat memandangnya sambil tertawa. Sungguh, ia merasa malu sangat malu lantaran menjadi pusat perhatian.
"Mas... sudah ih, belum tentu juga aku hamil. Kan aku malu," tegur Salsa, ia menarik lengan suaminya dengan wajah tersipu.
Tanpa ragu Ikbal merangkul pundak istrinya, kemudian lelaki itu mencubit gemas pipi wanita tercintanya.
"Ciye, mau jadi ibu ... aku hebat dong, tokcer."
Ikbal tertawa, suasana hatinya sedang baik. Namun, hal itu justru membuat Salsa sedikit geli.
"Semoga ya, sayang."
Salsa dan Ikbal mengayunkan langkah memasuki mobil mereka, tak lama kemudian mobil yang ditumpangi sepasang suami istri itu melaju membelah jalanan.
Sesampainya di sebuah villa di puncak, Salsa dan suaminya memutuskan untuk beristirahat sebentar, keadaan Salsa kali ini tidak memungkinkan untuk diajak jalan-jalan. Mual muntahnya semakin menjadi. Sehingga, Ikbal merasa sangat kasihan dengan istrinya.
"Mas, aku ke toilet sebentar, ya," kata Salsa setelah keduanya bersantai di kamar.
"Iya," jawab Ikbal dengan anggukan kepala.
Wanita itu begegas ke kamar mandi, niatnya hendak melakukan tes kehamilan. Meski lebih akurat dilakukan pada pagi hari, tetapi rasa penasarannya tak lagi bisa di bendung.
Salsa berharap hasilnya negatif, setelah itu dirinyaa haid, lalu tak apa jika bulan berikutnya hamil, karena anak itu akan jelas nasabnya kelak.
Dengan rasa was-was Salsa menunggu hasil. Wanita itu tersenyum saat melihat garis satu. Namun, tiba-tiba ia melihat ada garis lagi di sebelahnya dengan warna merah sedikit samar.
Perasaan yang sebelumnya lega, kini Salsa kembali dilanda gundah. Hatinya terus meminta, semoga Tuhan mengabulkan doanya.
Dengan perasaan cemas Salsa merogoh ponsel di sakunya. Wanita itu mencari informasi di mesin pencarian internet. Namun, hasilnya menunjukkan bahwa garis samarinda tetap berarti positif.
"Positif?" bisik Salsa, air matanya mengalir seketika. Dadanya bergemuruh hebat karena ketakutan yang menghantuinya.
Malang, nasib baik sedang tak berpihak padanya. Garis samar itu sudah hampir cukup menjadi bukti bahwa telah ada kehidupan dalam rahimnya.
Andai Kiki juga tak melakukannya, Salsa pasti akan menjadi wanita paling bahagia melihat hasil positif seperti ini. Namun, faktanya Kiki lah yang pertama kali menanam benih di rahimnya. Situasi seperti ini membuat Salsa semakin gamang. Ia pun menyesal karena tak berani jujur pada Ikbal. Sehingga, Ia harus melewati masa-masa penuh tekanan ini sendirian.
Air matanya luruh membanjiri pipi. Kini, perasaan Salsa campur aduk. Tak dipungkiri ia bahagia karena akan menjadi seorang ibu, masih ada setitik harapan di hatinya bahwa yang dikandung adalah anaknya dengan Ikbal. Namun, entah bagaimana jika ternyata anak dalam rahimnya adalah anak Kiki? Terlebih Kiki pernah berkata ingin merebutnya dari Ikbal.
"Sayang...."
Ketukan pintu dari luar kamar mandi yang dilakukan Ikbal membuat Salsa kian gusar. Namun, ia tak cukup bernyali untuk jujur. Sehingga, Salsa kembali menyeka air mata dan bersikap santai untuk menutupi kegundahannya.
"Iya, Mas," teriak Salsa sembari membasuh wajah agar suaminya tak curiga.
Setelah dipastikan matanya tak sembap, wanita itu segera keluar lalu menghambur ke pelukan suaminya.
"Sayang, aku hamil," ucap Salsa sembari menggenggam tespek di jemarinya.
Mendengar pengakuan istrinya, Ikbal merasa sangat bahagia. Lelaki itu lantas menggendong sang ke ranjang, kemudian ia mengecup keningnya dan berterimakasih.
"Terima kasih, sayang. Aku janji akan menjadi suami dan ayah yang siaga," ucap Ikbal penuh haru.
******
Suasana malam di villa begitu indah, hawa dingin menyeruak di seluruh tubuh meski Salsa sudah mengenakan jaket. Wanita itu berdiri menyaksikan cahaya lampu di bawah perbukitan yang terlihat indah. Tiba-tiba saja matanya di tutup oleh seseorang.
Salsa terkesiap, tetapi ia tak berpikir macam-macam. Wanita itu yakin pasti yang menutup matanya adalah sang suami. Bagi Salsa, Ikbal memang seorang suami yang romantis, lelaki itu sering memberikan kejutan yang membuat hati Salsa meleleh.
"Sayang, mau ngasih kejutan apa sih pake nutupin mata segala?" tanya Salsa dengan suara manja.
Wanita itu mengelus tangan yang menutup matanya lembut. Tetapi tak ada jawaban barang sekatapun. Perlahan-lahan tangan itu terbuka, Salsa berbalik lalu memeluknya. Namun, wanita itu terkejut, ternyata lelaki yang menutup matanya bukanlah Ikbal.
"Kiki, ngapain kamu disini?"
Dengan penuh emosi Salsa mengibaskan tangan di seluruh tubuhnya. Ia merutuki kebodohannya karena langsung memeluk seseorang hanya karena perkiraan bahwa orang itu adalah suaminya. Bukan tanpa alasan, seingatnya di sana memang hanya ada dirinya dan Ikbal saja.
"Sayang, aku kasih kamu kejutan, kan?" ucap Kiki dengan senyuman menyeringai.
"Bisa enggak sih jangan ganggu saya lagi, hmm?" tanya Salsa dengan tatapan penuh kebencian.
"Saya tidak mungkin pergi dari hidup kamu, Sa. Apalagi saya tahu di rahimmu telah hadir anakku, buah cinta kita," kata Kiki tanpa tahu malu.
Mendengar pernyataan adik iparnya, hati Salsa bergemuruh. Namun, sejujurnya ia pun memang ragu, entah anak siapa yang tengah bersemayam dalam rahimnya itu.
"Dari mana kamu yakin kalau anak ini adalah kamu? Asal kamu tahu aja, anak yang aku kandung ini anaknya Mas Ikbal, anak suamiku."
Salsa menatap mata Kiki dengan penuh keyakinan. Meskipun ragu, tetapi ia ingin memberi adik iparnya penegasan agar tak lagi menganggu.
"Lihat saja nanti, Sa," timpal Kiki, kemudian lelaki itu pergi meninggalkan Salsa sendirian.
Salsa masih teegugu di tempatnya beridi. Hatinya semakin tak karuan setelah bertemu Kiki. Entah, bagaimana jika memang benar anak ini adalah anak Kiki?
'Ah sial, mengapa ini semua harus terjadi.' Salsa mengumpat sembari menangis.
"Sayang ...."
Menyadari kehadiran sang suami, Salsa tegas berbalik badan untuk menyeka butiran bening yang mengalir di sudut netra.
"Emm--eh, iya...," sahut Salsa, ia kikuk karena gugup.
"Aku punya kejutan nih buat kamu. Ayo ikut, tapi merem yaa," pinta Ikbal, lelaki itu menutup mata Salsa dengan tangan, kemudian menuntun istrinya pelan.
"Kejutan apa sih sayang?"
Salsa memejamkan mata. Namun, ia tetap mengikuti instruksi dari suaminya. Mereka berjalan perlahan menuju tempat yang telah Ikbal sediakan.
"Nah, sampai," ujar Ikbal sambil membuka tangannya yang menutup mata Salsa.
Salsa mengerjap saat membuka kedua mata. Di depannya sudah tertata rapi dua buah kursi serta meja bulat yang didekorasi indah.
Di atasnya sudah lengkap dengan makanan juga minuman. Cahaya lilin di tengah meja dan api unggun yang menyala tak jauh dari tempat mereka menambah kesan romantis.
Ikbal lantas mengambil buket bunga yang telah tersedia, lalu lelaki itu menekuk setengah kakinya sehingga sedikit bersimpuh pada Salsa.
"Istriku, terima kasih sudah menjadi istri terbaik, sudah menjadi istri yang begitu perhatian. Banyak sekali kebaikan demi kebaikan yang tak bisa aku sebutkan, terima kasih karena telah bersedia untuk menghadirkan buah hati di tengah-tengah kita, aku berdoa semoga keluarga kita terus bahagia."
Ikbal tersenyum sembari memberikan buket bunga pada wanita yang telah ia pilih untuk menjadi pendamping hidupnya.
Sementara, Salsa diam tanpa kata lantaran hatinya terlalu bahagia. Wanita mana yang tak meleleh diperlakukan bak seorang ratu oleh suaminya. Tanpa terasa air mata lolos begitu saja dari kedua netranya. Melihat kebaikan Ikbal, hati Salsa justru semakin sakit mengingat ia telah mencuranginya.
"Bangun, Mas. Terima kasih ya ... aku bahagia banget bisa jadi istri kamu, suami yang super duper baik, saking baiknya, aku ga bisa berkata-kata lagi. hu ... hu...."
Salsa menangis sembari memeluk Ikbal. Sungguh, andai tak ada kebohongan, pastilah ia sudah menjadi manusia yang sempurna.
"Oh ya, aku punya kejutan lagi buat kamu," kata Ikbal sembari merogoh saku kemejanya.
"Apa itu, Mas?" tanya Salsa penasaran.
"Coba mas pinjam jarinya," pinta Ikbal sembari mengangkat jari tangan Salsa. Kemudian ia memasukan sebuah cincin permata tepat di jari manis sang istri. Setelah tersemat, Ikbal pun mencium lembut jari Salsa.
Sementara itu, di balik pohon, sepasang mata memanas melihat adegan demi adegan suami istri yang sedang berbulan madu itu. Tangan tegapnya mengepal erat, kemudian ia memukul keras pohon besar yang berada tepat dihadapannya.
'Nikmati saja, ini adalah akhir kebahagiaan kalian!' gumam pemilik sepasang mata itu dengan nada mengancam.
Bersambung.
Malam kian larut. Kini Salsa dan suaminya sudah beranjak ke peraduan. Hatinya sangat bahagia. Masih terekam jelas bagaimana romantisnya sang suami tadi."Mas, terima kasih sudah mencintaiku begitu dalam," bisik Salsa. Jemari lentiknya mengelus lembut pipi Ikbal. Dipandanginya wajah lelaki berkulit putih itu dengan penuh perasaan.Salsa merasa bersyukur karena telah dikarunia laki-laki seromantis Ikbal. Meski desas-desus di kampus dulu tentang keplayboyannya wanita itu tak begitu peduli, toh pada akhirnya Ikbal luluh pada satu hati, yaitu hatinya.Salsa ingat bagaimana dulu Ikbal mengejarnya. Meskipun tak ia pedulikan, tetapi lelaki itu masih terus mengejar hingga dirinya menyerah. Namun, di tengah keindahan masa-masa itu, seketika saja bayangan wajah Kiki berkelebat di kepala, membuat dada yang sebelumnya tenang menjadi bergemuruh. 'Tuhan, jauhkanlah Kiki dari hidupku,' jerit Salsa dalam hati. Air mata lolos begitu saja tanpa permisi, wanita cantik itu selalu saja tak mampu menaha
Setelah merasa aman, Kiki setengah berlari masuk ke dalam villa untuk menemui Salsa. Wanita yang saat itu sedang mencuci piring terkejut melihat kedatangan Kiki yang tiba-tiba. "Salsa...," sapa Kiki, lelaki itu sudah berdiri tepat di belakang kakak iparnya.Sontak Salsa menoleh kala mendengar suara Kiki, raut ketakutan nampak jelas dari wajah Salsa. Wanita itu sedikit menggeser tubuhnya untuk menghindar dari adik ipar. "Ngapain kamu masuk kesini, keman Mas Ikbal?" tanya Salsa dengan tangan gemetar."Dia pergi sebentar. Gak disangka ternyata dia kasih kesempatan buat kita bisa berdua-duaan," jawab Kiki dengan senyum menyeringai, lelaki yang dulu sangat pemalu itu kini berubah bak singa liar saat hatinya hancur tak menerima takdir.Mendengar jawaban Kiki, jantung Salsa berdegup kencang. Ia benar-benar merasa takut hanya berduaan dengan Kiki. Di matanya, Kiki adalah pria yang sangat jahat. "Keluar! Aku mohon ... jangan sakiti aku lagi, jangan buat hidupku menderita lagi," pinta wanita
Pagi itu, Ikbal sedang berjalan menuju cafe untuk berkumpul dengan teman semasa kuliahnya dulu, kedua netranya fokus memperhatikan layar ponsel sehingga tak sengaja menabrak seorang wanita yang juga tengah sibuk dengan ponselnya.Bruk...Ikbal terhenyak saat seketika saja tubuh mereka saling bertabrakan."Maaf mbak, saya enggak sengaja," ucap lelaki itu sambil berusaha mengambil handphone yang terjatuh."Iya gak apa-apa, Mas, saya juga minta maaf ya," jawab wanita itu ramah."Salsa...," ujar Ikbal yang memakai kemeja berwarna biru tersebut. Lelaki itu menatapnya dengan mata memicing. "Iya, kok tahu, kalau boleh tahu siapa ya?" tanya Salsa sambil menggaruk ujung kepalanya yang tak gatal. Ia merasa tak enak hati sebab tak mengenali temannya. "Kamu pasti gak kenal sama saya, tapi saya tahu sama kamu," jawab Ikbal ownubt percaya diri, Raya bahagia terpancar jelas di wajahnya."Oh ya, darimana Mas kenal saya?" tanya Salsa penasaran."Kamu kuliah di Universitas Nusa bangsa, kan? Aku kaka
Salsa menutup mulutnya kala memutar video yang dikirim oleh orang tak dikenal itu. Pikirannya berkecamuk, bagaimana mungkin kejadian nahas waktu itu sampai ada yang memvideo. Itu artinya Kiki memang benar-benar merencanakan pemerkosaan atas dirinya. Kebenciannya pada Kiki semakin bertambah.Dalam konten video singkat itu hanya terlintas saat tubuh mungilnya di rengkuh oleh Kiki. Bagi mereka yang tak percaya padanya, video itu akan menjadi kesalahpahaman dan menyudutkan Salsa bahwa ia tengah berselingkuh dengan adik iparnya. Handal Sekali yang mengambil video itu sehingga bisa memanipulasi mata siapa saja yang melihatnya. Membuat kebenaran menjadi samar. Baru saja Salsa akan membalas pesan teror itu, ponselnya kembali berdering, Ibunya menelpon. Kebetulan sekali pikirnya, ia akan menceritakan semua yang terjadi serta meminta solusi pada ibunya.Salsa bergegas meninggalkan kamarnya, ia tak ingin Ikbal mendengar percakapannya dengan sang ibu. Setelah wanita itu keluar Villa, barulah ia
Hari ini waktunya Ikbal dan Salsa pulang ke Jakarta karena besok Ikbal harus kembali kerja. Namun, pria itu belum juga bangun dari tidurnya, nampaknya dia begitu lelah.Salsa mendekati suaminya lalu mengelus lembut Pipi Ikbal, wanita itu mengecup kening pria yang begitu dicintainya. Namun, saat sedang memerhatikan wajah nana rupawan itu, Salsa terhenyak saat Ikbal tiba-tiba saja membuka mata dan mendorong tubuhnya hingga terjatuh dari kasur.Air mata lolos begitu saja dari kedua netra Salsa, tak menyangka suaminya akan berubah secepat itu. Ia seperti tak lagi mengenal Ikbal yang lembut dan penuh perhatian. Perutnya terasa sedikit ngilu akibat benturan ke lantai."Mas ... perut aku sakit," keluh Salsa sambil mengelus perutnya, wanita itu meringis kesakitan.Alih-alih menolong istrinya, justru Ikbal malah melewati sang istri begitu saja dengan angkuh. Sementara Salsa hanya menatap nanar langkah Ikbal. Wanita itu senang saat sang suami seketika berhenti lalu menoleh ke arahnya, Salsa ber
Salsa menangis terisak membayangkan nasib rumah tangganya. Wanita itu sungguh tak menyangka, lelaki yang ia banggakan dan anggap sangat baik sehingga bersyukur luar biasa pada Tuhan, ternyata lelaki itu tak ubahnya singa liar yang bisa menerkam mangsa kapan saja.Perlakuan Ikbal yang semena-mena pada dirinya sudah cukup menjadi bukti bahwa pria itu bukanlah suami yang baik.Jika memang Ikbal lelaki baik, ia pasti tidak dengan mudah marah pada Salsa dan sudi mendengar penjelasan darinya, terlepas apapun kesalahannya. Andai benar-benar cinta, seharusnya Ikbal mencoba mengerti dan melihat dari berbagai sudut pandang. Lagi pula Salsa hanya korban perkosaan, bukan pelaku perselingkuhan. Siapa yang ingin diperkosa di dunia ini? Sungguh tak akan pernah ada wanita yang menginginkannya. Namun, begitulah takdir, tak pernah bisa menolak garisnya meski sekuat apapun ia menghalau. Karena dalam takdir, ada area yang manusia kuasai juga ada area yang tidak manusia kuasai. Sekarang tugasnya hanya m
Suara ketukan pintu terdengar saat Salsa sedang menyiapkan keperluan untuk bekerja esok pagi, wanita itu bergegas membukanya. Saat daun pintu melebar Salsa terbelalak, matanya membulat sempurna, tangannya mengepal sehingga urat-uratnya terlihat dengan jelas.Namun, ia memilih untuk tetap tenang, bersikap tergesa-gesa hanya akan membuat semua rencana berantakan."Berani-beraninya mas Ikbal membawa jalang itu ke rumah kami," gerutu Salsa dengan wajah kesal.Dulu, Salsa selalu bahagia jika Hasna menginap di rumahnya, kini setelah tahu bahwa Hasna adalah pengkhianat, rasanya tak sudi untuk menerimanya sebagai tamu."Sa, Hasna tadi telpon, katanya dia ada masalah sama kakaknya, dia mau ketemu sama kamu dan menginap disini. Jadi, Mas ajak dia ke rumah," ucap Ikbal.Dada Salsa bergemuruh hebat, hanya saja wanita itu berusaha menyembunyikan seluruh gemuruh di hatinya. "Lho, Hasna, kenapa nggak telpon aku? Kan bisa aku jemput," tutur Salsa pura-pura baik. Padahal, jauh dalam hati dia ingin se
Salsa berlari dengan berurai air mata, hatinya sesak bagai terhimpit batu yang begitu besar, tak menyangka pernikahan yang diimpikan harus kandas di usia yang masih seumur jagung.Kini ia tak peduli anggapan orang lain tentang pernikahannya, hatinya sudah terlanjur perih menyaksikan pengkhianatan sang suami."Sa, dengerin aku dulu!"Ikbal mengejar langkah Salsa, ia tak lagi peduli pada Hasna yang sedang terkulai lemah di gudang. Pikirannya hanya tertuju pada Salsa, ia menyadari kesalahan terbesar dalam pernikahan yang telah diperbuat, luka menganga telah dia goreskan ke dalam hati Salsa.Sementara itu, sesampainya di kamar, Salsa mengunci pintu. Tubuhnya bersandar di daun pintu, tangannya mengusap perut lembut, perut yang di dalamnya terdapat mahluk penguat jiwanya."Maafin Mama, Nak," bisiknya sambil terisak. Air mata terus membanjiri pipinya."Oh Tuhan ... sesakit inikah rasanya di khianati?Apakah keputusan yang aku ambil ini tepat? Atau aku telah sukses menjadi istri durhaka? Tetap
"Jelas kamu lebih hebat dari pada Ikbal, kalau bukan karena kamu mana mau aku dekati dia," kata Hasna yang membuat dada Ikbal memanas."Pasti sekarang Ikbal sama Kiki berantem gara-gara rebutin Salsa, aku puas banget sayang karena bisa memberi pelajaran pada si br*ngsek itu dengan tubuh adiknya. Kalau mereka sampai macam-macam, aku akan sebar video bejad Kiki pada Kakak iparnya.""Kamu memang hebat, sayang," puji Hasna yang juga sangat membenci Salsa. Brak. Brug. Brak. Sontak Radit dan Hasna terkejut, pun Ikbal tak kalah terkejutnya ketika melihat sahabat dan kekasih gelapnya tanpa busana, tubuh mereka hanya ditutupi sehelai selimut, keduanya segera meraih pakaiannya yang tak jauh dari kasur, lalu mengenakannya dengan terburu-buru."Sialan!" kecam Ikbal.Pria itu mempercepat langkah dan menarik tubuh Radit hingga terjungkal, bahkan dia sama sekali tak peduli meski pria itu baru berhasil mengenakan celana kolornya. "Mas, ini nggak seperti yang kamu lihat!" ujar Hasna setelah berpa
Salsa berlari dengan berurai air mata, hatinya sesak bagai terhimpit batu yang begitu besar, tak menyangka pernikahan yang diimpikan harus kandas di usia yang masih seumur jagung.Kini ia tak peduli anggapan orang lain tentang pernikahannya, hatinya sudah terlanjur perih menyaksikan pengkhianatan sang suami."Sa, dengerin aku dulu!"Ikbal mengejar langkah Salsa, ia tak lagi peduli pada Hasna yang sedang terkulai lemah di gudang. Pikirannya hanya tertuju pada Salsa, ia menyadari kesalahan terbesar dalam pernikahan yang telah diperbuat, luka menganga telah dia goreskan ke dalam hati Salsa.Sementara itu, sesampainya di kamar, Salsa mengunci pintu. Tubuhnya bersandar di daun pintu, tangannya mengusap perut lembut, perut yang di dalamnya terdapat mahluk penguat jiwanya."Maafin Mama, Nak," bisiknya sambil terisak. Air mata terus membanjiri pipinya."Oh Tuhan ... sesakit inikah rasanya di khianati?Apakah keputusan yang aku ambil ini tepat? Atau aku telah sukses menjadi istri durhaka? Tetap
Suara ketukan pintu terdengar saat Salsa sedang menyiapkan keperluan untuk bekerja esok pagi, wanita itu bergegas membukanya. Saat daun pintu melebar Salsa terbelalak, matanya membulat sempurna, tangannya mengepal sehingga urat-uratnya terlihat dengan jelas.Namun, ia memilih untuk tetap tenang, bersikap tergesa-gesa hanya akan membuat semua rencana berantakan."Berani-beraninya mas Ikbal membawa jalang itu ke rumah kami," gerutu Salsa dengan wajah kesal.Dulu, Salsa selalu bahagia jika Hasna menginap di rumahnya, kini setelah tahu bahwa Hasna adalah pengkhianat, rasanya tak sudi untuk menerimanya sebagai tamu."Sa, Hasna tadi telpon, katanya dia ada masalah sama kakaknya, dia mau ketemu sama kamu dan menginap disini. Jadi, Mas ajak dia ke rumah," ucap Ikbal.Dada Salsa bergemuruh hebat, hanya saja wanita itu berusaha menyembunyikan seluruh gemuruh di hatinya. "Lho, Hasna, kenapa nggak telpon aku? Kan bisa aku jemput," tutur Salsa pura-pura baik. Padahal, jauh dalam hati dia ingin se
Salsa menangis terisak membayangkan nasib rumah tangganya. Wanita itu sungguh tak menyangka, lelaki yang ia banggakan dan anggap sangat baik sehingga bersyukur luar biasa pada Tuhan, ternyata lelaki itu tak ubahnya singa liar yang bisa menerkam mangsa kapan saja.Perlakuan Ikbal yang semena-mena pada dirinya sudah cukup menjadi bukti bahwa pria itu bukanlah suami yang baik.Jika memang Ikbal lelaki baik, ia pasti tidak dengan mudah marah pada Salsa dan sudi mendengar penjelasan darinya, terlepas apapun kesalahannya. Andai benar-benar cinta, seharusnya Ikbal mencoba mengerti dan melihat dari berbagai sudut pandang. Lagi pula Salsa hanya korban perkosaan, bukan pelaku perselingkuhan. Siapa yang ingin diperkosa di dunia ini? Sungguh tak akan pernah ada wanita yang menginginkannya. Namun, begitulah takdir, tak pernah bisa menolak garisnya meski sekuat apapun ia menghalau. Karena dalam takdir, ada area yang manusia kuasai juga ada area yang tidak manusia kuasai. Sekarang tugasnya hanya m
Hari ini waktunya Ikbal dan Salsa pulang ke Jakarta karena besok Ikbal harus kembali kerja. Namun, pria itu belum juga bangun dari tidurnya, nampaknya dia begitu lelah.Salsa mendekati suaminya lalu mengelus lembut Pipi Ikbal, wanita itu mengecup kening pria yang begitu dicintainya. Namun, saat sedang memerhatikan wajah nana rupawan itu, Salsa terhenyak saat Ikbal tiba-tiba saja membuka mata dan mendorong tubuhnya hingga terjatuh dari kasur.Air mata lolos begitu saja dari kedua netra Salsa, tak menyangka suaminya akan berubah secepat itu. Ia seperti tak lagi mengenal Ikbal yang lembut dan penuh perhatian. Perutnya terasa sedikit ngilu akibat benturan ke lantai."Mas ... perut aku sakit," keluh Salsa sambil mengelus perutnya, wanita itu meringis kesakitan.Alih-alih menolong istrinya, justru Ikbal malah melewati sang istri begitu saja dengan angkuh. Sementara Salsa hanya menatap nanar langkah Ikbal. Wanita itu senang saat sang suami seketika berhenti lalu menoleh ke arahnya, Salsa ber
Salsa menutup mulutnya kala memutar video yang dikirim oleh orang tak dikenal itu. Pikirannya berkecamuk, bagaimana mungkin kejadian nahas waktu itu sampai ada yang memvideo. Itu artinya Kiki memang benar-benar merencanakan pemerkosaan atas dirinya. Kebenciannya pada Kiki semakin bertambah.Dalam konten video singkat itu hanya terlintas saat tubuh mungilnya di rengkuh oleh Kiki. Bagi mereka yang tak percaya padanya, video itu akan menjadi kesalahpahaman dan menyudutkan Salsa bahwa ia tengah berselingkuh dengan adik iparnya. Handal Sekali yang mengambil video itu sehingga bisa memanipulasi mata siapa saja yang melihatnya. Membuat kebenaran menjadi samar. Baru saja Salsa akan membalas pesan teror itu, ponselnya kembali berdering, Ibunya menelpon. Kebetulan sekali pikirnya, ia akan menceritakan semua yang terjadi serta meminta solusi pada ibunya.Salsa bergegas meninggalkan kamarnya, ia tak ingin Ikbal mendengar percakapannya dengan sang ibu. Setelah wanita itu keluar Villa, barulah ia
Pagi itu, Ikbal sedang berjalan menuju cafe untuk berkumpul dengan teman semasa kuliahnya dulu, kedua netranya fokus memperhatikan layar ponsel sehingga tak sengaja menabrak seorang wanita yang juga tengah sibuk dengan ponselnya.Bruk...Ikbal terhenyak saat seketika saja tubuh mereka saling bertabrakan."Maaf mbak, saya enggak sengaja," ucap lelaki itu sambil berusaha mengambil handphone yang terjatuh."Iya gak apa-apa, Mas, saya juga minta maaf ya," jawab wanita itu ramah."Salsa...," ujar Ikbal yang memakai kemeja berwarna biru tersebut. Lelaki itu menatapnya dengan mata memicing. "Iya, kok tahu, kalau boleh tahu siapa ya?" tanya Salsa sambil menggaruk ujung kepalanya yang tak gatal. Ia merasa tak enak hati sebab tak mengenali temannya. "Kamu pasti gak kenal sama saya, tapi saya tahu sama kamu," jawab Ikbal ownubt percaya diri, Raya bahagia terpancar jelas di wajahnya."Oh ya, darimana Mas kenal saya?" tanya Salsa penasaran."Kamu kuliah di Universitas Nusa bangsa, kan? Aku kaka
Setelah merasa aman, Kiki setengah berlari masuk ke dalam villa untuk menemui Salsa. Wanita yang saat itu sedang mencuci piring terkejut melihat kedatangan Kiki yang tiba-tiba. "Salsa...," sapa Kiki, lelaki itu sudah berdiri tepat di belakang kakak iparnya.Sontak Salsa menoleh kala mendengar suara Kiki, raut ketakutan nampak jelas dari wajah Salsa. Wanita itu sedikit menggeser tubuhnya untuk menghindar dari adik ipar. "Ngapain kamu masuk kesini, keman Mas Ikbal?" tanya Salsa dengan tangan gemetar."Dia pergi sebentar. Gak disangka ternyata dia kasih kesempatan buat kita bisa berdua-duaan," jawab Kiki dengan senyum menyeringai, lelaki yang dulu sangat pemalu itu kini berubah bak singa liar saat hatinya hancur tak menerima takdir.Mendengar jawaban Kiki, jantung Salsa berdegup kencang. Ia benar-benar merasa takut hanya berduaan dengan Kiki. Di matanya, Kiki adalah pria yang sangat jahat. "Keluar! Aku mohon ... jangan sakiti aku lagi, jangan buat hidupku menderita lagi," pinta wanita
Malam kian larut. Kini Salsa dan suaminya sudah beranjak ke peraduan. Hatinya sangat bahagia. Masih terekam jelas bagaimana romantisnya sang suami tadi."Mas, terima kasih sudah mencintaiku begitu dalam," bisik Salsa. Jemari lentiknya mengelus lembut pipi Ikbal. Dipandanginya wajah lelaki berkulit putih itu dengan penuh perasaan.Salsa merasa bersyukur karena telah dikarunia laki-laki seromantis Ikbal. Meski desas-desus di kampus dulu tentang keplayboyannya wanita itu tak begitu peduli, toh pada akhirnya Ikbal luluh pada satu hati, yaitu hatinya.Salsa ingat bagaimana dulu Ikbal mengejarnya. Meskipun tak ia pedulikan, tetapi lelaki itu masih terus mengejar hingga dirinya menyerah. Namun, di tengah keindahan masa-masa itu, seketika saja bayangan wajah Kiki berkelebat di kepala, membuat dada yang sebelumnya tenang menjadi bergemuruh. 'Tuhan, jauhkanlah Kiki dari hidupku,' jerit Salsa dalam hati. Air mata lolos begitu saja tanpa permisi, wanita cantik itu selalu saja tak mampu menaha