Perempuan berambut lurus dengan tahi lalat di bagian tengkuk lehernya itu, memindai kamar Bagas dengan seksama. Ia melihat ruangan yang cukup luas dengan perabotan lengkap di dalam kamar. Di sana juga terdapat sebuah tempat tidur dengan sprei warna hangat."Wah kamarnya bagus sekali!" ujar Vinka sembari berjalan ke arah tempat tidur dan mengelus pelan bagian atas sprei.Wanita itu kemudian meraih remote TV yang ada di atas meja kecil dekat dengan pembaringan. Ia duduk di atas tempat tidur sembari menyalakan TV. Program TV sedang menayangkan film bertajuk romantis dengan banyak adegan dewasa.Vinka mulai berhayal dan terbawa suasana. Ia menatap lurus ke arah TV dimana adegan TV sedang mempertontonkan kedua sejoli tengah bercumbu di dekat pantai.Tak ayal hal ini memantik hasrat di dalam diri Vinka. Perempuan muda ini lupa bahwasannya dirinya sekarang sedang bertamu di rumah keluarga Suryaningrat.Ia malah dengan santai menaikkan salah satu kakinya ke atas dan mulai mengusap usap bagi
Senja menoleh dan bicara pada anaknya."Kamu bilang apa barusan, sayang?"Shanum secara reflek menggelengkan kepalanya. Terakhir kali ia membahas soal Dafa, Senja memarahi gadis kecil itu habis habisan. Sejak saat itu, baik Salsa ataupun Shanum tak ada yang berani berkata apapun soal Dafa.Arnold memilih meja yang dekat dengan kolam dengan air mancur kecil di tengahnya. Ikan di dalam air kolam membuat Ethan merasa senang.Mereka memesan makanan, Ethan memilih ayam goreng untuk menu makan siangnya kali ini. Salsa dan Shanum memiliki ikan gurami goreng. Senja dan Arnold lebih suka menu simple seperti nasi goreng.Sembari menunggu makanan datang, mereka mengobrol ngalor ngidul. Mereka juga membahas mengenai perjalanan mereka hari ini."Permisi!" Waitress dengan senyum ramah mendatangi meja mereka. Di tangannya terdapat beragam jenis menu yang dipesan.Makanan sudah siap di atas meja makan. Semua orang menikmati menu makan siang mereka dengan lahap. "Sst!" Shanum menyenggol tangan adik k
Arnold keluar dari toilet dengan wajah panik. Senja melihat Arnold, dan bertanya padanya."Ada apa? Dimana Ethan?" Arnold menggelengkan kepala tanpa suara. Matanya memindai ke arah sekeliling dengan cepat."Kenapa menggelengkan kepala? Dimana Ethan?" Senja bertanya dengan panik. "Dia tidak ada di toilet!" Arnold mulai mendatangi waitress dan bertanya pada waitress."Permisi Kak! Saya mau tanya.""Ya Pak ada apa?" "Apa Kakak melihat anak umur enam tahunan, laki laki yang keluar dari toilet!""Maaf Pak. Di sini banyak sekali anak anak. Anak yang Bapak maksudkan, anak yang mana?"Arnold menunjukkan foto Ethan yang ada pada ponselnya dan waitress langsung menggelengkan kepala.Senja terdiam melihat hal tersebut. Ia mendatangi meja, tempat si kembar menanti dirinya."Shanum!" Senja panik."Ya Ma. Ada apa?""Kamu kan tadi bawa Ethan ke toilet. Ethan lihat apa di sana? Atau apakah ada sesuatu yang buat dia tertarik?" Senja bertanya seperti itu sebab biasanya, jika Ethan tertarik pada suat
Mobil berhenti melaju. Dafa dan anaknya sudah sampai di rumah mereka. Keduanya turun dari mobil. Sementara Ethan masih meringkuk di kursi belakang kemudi.Setelah kedua orang itu keluar dari mobil, Ethan baru berani mendongakkan wajahnya. Bocah itu terpukau melihat rumah besar milik keluarga Suryaningrat."Wah besar sekali rumahnya!" Matanya membulat sempurna.Ethan mencoba untuk keluar dari mobil, namun kehadiran Pak Man yang tiba tiba membuatnya terkejut hingga mengurungkan niatnya untuk keluar dari sana.Ethan kembali bersembunyi di dalam mobil. Waktu berlalu dengan cepat, cahaya matahari kini telah berganti dengan cahaya rembulan.Suasana terasa sangat sepi. Ethan masih ada di dalam mobil Dafa. Perutnya mulai berbunyi karena lapar.Di saat yang sama, Nathania berjalan ke teras rumah. Ia hendak mengambil pita rambutnya yang tertinggal di dalam mobil.Belum juga Nathania membuka pintu mobil, gadis itu dikejutkan dengan keberadaan Ethan yang ada di dalam mobilnya."Siapa kau!" Secara
Ambulans datang dengan sirinenya yang berbunyi kencang. Tepat pada saat itu, Dafa juga sampai di lokasi kejadian.Ia melihat Bagas berdiri dekat dengan ambulans bahkan membantu tim medis untuk mendorong ranjang pasien masuk ke dalam mobil ambulans."Itu Kakak! Sedang apa Kakak?" batin Dafa.Dafa memarkirkan mobilnya dan dengan cepat berlari menuju ke arah Bagas."Kakak!" ucapnya dengan nafas ngos ngosan.Bagas tak bicara. Ia memegangi bahu Dafa dan menatap Dafa dengan gusar."Ada apa? Perasaanku tak karuan sekarang!" seru Dafa."Anakmu jatuh tertabr4k.""Apa?" Dafa mulai sensitif. Ia menangis dan ingin masuk ke dalam mobil ambulans tapi Polisi menghalanginya."Maaf Pak, Ambulans harus segera berangkat ke rumah sakit. Pasien luka parah." Dafa mematung. Bagas menarik lengan adiknya. Ia membuka pintu mobil dan menyuruh Dafa duduk di sana. Sementara Bagas yang menyetir.Mobil mereka berada tepat di belakang mobil ambulans. Dafa mulai menangis di sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit
Lily keluar dari kamar. Wajahnya tampak kesal sebab suami dan anaknya sama sama tak ada di rumah."Mereka kemana sih?" Perempuan itu keluar dari rumah dan ia tak mendapati mobil milik suaminya di teras. "Pasti Mas Dafa dan Nathania pergi jalan jalan!" Dia menduga bahwa suami dan anak gadisnya tengah keluar rumah untuk nonton film.Lily yang bosan menghabiskan waktu sendirian saja, memutuskan untuk pergi ke rumah Ray.Ia masuk ke mobilnya dan menyetir. Sesampainya di pintu pagar, ia melihat mobil Bagas yang terparkir di dekat pos satpam."Kenapa mobil Kakak ipar ada di sana?" batinnya tanpa menghentikan laju mobil yang ia kendarai.Lily menyetir agak cepat meskipun malam itu hujan cukup lebat. Ia pun segera sampai di rumah kekasih gelapnya."Tin!" Lily menekan klakson mobil. Dengan cepat, kekasihnya membukakan pintu untuk Lily.Ia mengambil payung dan membuka pagar. Mobil Lily masuk dan terparkir rapi di sana. Mereka berdua lantas masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu pagar serta pi
Setelah mendapatkan donor d4rah yang tepat, Ethan mulai menjalani operasi. Dokter senior dengan cepat bisa mengatasi masalah kritis bocah kecil itu. Sementara Dafa, ia diminta untuk menunggu sekali lagi mengenai kecocokan d4rahnya dengan Nathania.Setelah beberapa saat, Dokter akhirnya menghampiri Dafa dengan wajah tegang."Maaf Pak, anda benar benar tidak bisa mendonorkan d4rah anda untuk pasien.""Apa? Tapi kenapa bisa seperti itu Dok?" Dafa mulai tersulut emosi."Saya tidak bisa menjelaskannya secara terperinci. Sebab keadaan pasien yang tidak memungkinkan. Saya lebih menyarankan anda menghubungi Ibu pasien. Mungkin golongan d4rah mereka sama. Waktu kami tidak banyak." Dokter berlalu dari hadapan Dafa. Sementara Dafa tampak bingung kenapa golongan dar4hnya berbeda dengan golongan dar4h putrinya."Cepat hubungi istrimu! Jangan hanya diam!" Bagas yang berdiri di samping Dafa, mengingatkan."Hmm!" Dafa meraih ponselnya dan menghubungi Lily.*****Ponsel Lily berdering, tapi rupanya i
"Ray! Ayo cepat bangunlah!" Lily menepuk pelan lengan kekasihnya."Ada apa sayang?""Nathania masuk rumah sakit."Ray terbelalak dan bangkit duduk. Matanya menatap Lily tanpa berkedip."Sakit apa dia? Kata kamu Dafa adalah orang baik! Kenapa anak kita bisa sakit?" "Kecelakaan! Kronologinya seperti apa aku juga nggak tahu. Aku mau pergi ke rumah sakit! Kamu juga harus pergi!""Hmm! Pergilah! Aku menyusul. Kita tak boleh terlihat bersama sama. Aku akan menyusulmu dengan cepat! Jangan khawatir." Ray meyakinkan.Lily tergopoh gopoh mengenakan pakaiannya. Ia tak sadar jika lipstik di bibirnya belepotan. Lily masuk ke dalam mobil dan menyetir dengan kecepatan tinggi.Sesampainya di rumah sakit, Dafa menunggunya dengan wajah cemas. Namun mata Dafa membulat sempurna dengan kening mengkerut, ketika melihat Lily datang dengan penampilan yang bisa dibilang semrawut."Sebenarnya, kau habis darimana saja?" Dafa masih menaruh curiga."Aku ke apotek, Mas!""Kenapa lipstik mu belepotan seperti seseo
Bagas menyodorkan selembar tissue ke arah Senja. Senja pun lantas melihat ke arah Bagas."Jangan menangis. Aku ada di sini. Entah kau mau menerimanya atau tidak, tapi aku akan tetap ada di dekatmu." Bagas bicara sembari menatap Senja, lekat lekat.Senja melihat ke arah Ethan yang tertidur lelap dalam dekapan Bagas."Dia sudah tertidur, kau juga sebaiknya pergi tidur. Jaga kesehatanmu. Anak anak membutuhkan dirimu. Aku pun sama!" seru Bagas.Mendengar hal ini, perasaan Senja jadi tak karuan. Antara senang dan juga ragu, bercampur jadi satu dalam benaknya.Senja pergi keluar dari kamar anaknya. Ia tidur di kamarnya sendiri.*****Malam ini, Lily duduk terdiam menatap ke arah pintu keluar penjara. Ia sedang meratapi nasibnya.Suasana terasa begitu sepi. Tak ada suara yang terdengar. Polisi yang bertugas untuk menjaga penjara, semuanya sedang tertidur pulas. Narapidana lain juga tampak tertidur pulas."Bisa bisanya mereka tidur senyenyak itu!" Lily menatap benci ke arah para Polisi. Wani
Setelah hampir tiga jam mereka menunggu di depan ruangan operasi, akhirnya Dokter keluar."Bagaimana keadaan Dafa?" Ayu bertanya dengan wajah panik."Kami minta maaf. Kami telah melakukan yang terbaik untuk pasien. Tapi kondisi pasien, masih tak ada perubahan dan semakin memburuk."Senja melongo hingga terjatuh ke lantai. Ayu pun sama kagetnya dengan Senja. Dunianya seakan berhenti ketika mendengar penjelasan dari Dokter."Mama. Senja. Kalian harus kuat!" Bagas mencoba untuk menenangkan mereka berdua."Pak Bagas, harapan hidup pasien sangat tipis. Alat bantu bernafas, jika tidak begitu membantu. Jadi semua peralatan medis yang menunjang kehidupan pasien, akan kami lepas.""Tidak!" Ayu berteriak."Jangan! Berapapun biayanya akan aku bayar! Jangan lepas selang infus atau apapun dari tubuh Dafa. Aku yakin, Dafa akan sehat! Dia akan kembali pulih!" Ayu melanjutkan ucapannya."Baik Bu. Tenanglah. Anda harus kuat dan tabah. Semuanya hanya bisa kita pasrahkan kepada sang pemberi kehidupan."
Willy baru saja sampai di kantor polisi. Ia bahkan belum memarkirkan mobilnya, tapi seorang kawannya yang berprofesi sebagai seorang Polisi sudah mendatangi dirinya."Pak! Lily ditangkap!""Saya tahu itu! Makanya saya datang ke sini. Kenapa hal ini bisa terjadi? Apa kamu nggak bisa mengatur bawahan kamu?" Willy bicara sembari menyetir pelan dan memarkirkan mobil miliknya.Willy keluar dari mobil. "Saya bisa apa Pak? Mereka mengikuti Lily dan menangkap basah Lily melakukan tindakan pidana." Willy tak banyak bicara. Ia menyerahkan sejumlah uang kepada teman Polisinya tersebut."Ambil uang itu. Mintalah berapapun yang kamu inginkan. Tapi pastikan Lily lolos dari kasus hukum!" "Saya tidak berani berjanji. Tapi saya akan mengusahakannya.""Ingat! Awak media jangan sampai memberitakan mengenai masalah ini!""Sampai sekarang, kami tak mengizinkan awak media masuk ke sini.""Kalau kamu gagal membela anak saya, maka saya akan temui kolega saya yang jabatannya jauh di atas kamu! Dan saya aka
Bagas akhirnya melepaskan Lily. Ia berjalan menjauh. Sementara itu, Irwan sudah memanggil ambulans.Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menunggu, mobil ambulans sudah terdengar. Dafa dan Senja masuk ke dalam mobil ambulans. Begitu juga dengan Bagas. Tangan Bagas terus mengeluarkan darah. Darah juga merembes dari dada Dafa."Maafkan aku. Gara gara aku, kalian berdua jadi terluka." "Tidak ini bukanlah salahmu!" sahut Dafa.Setelah mengatakan hal ini, Dafa pingsan tak sadarkan diri.****Mobil ambulans akhirnya sampai di rumah sakit. Dafa dibawa ke ruangan ICU. Bagas dibawa ke UGD. Semuanya sedang mendapatkan perawatan medis.Sementara itu, Irwan menghubungi rekan kerjanya yang lain untuk membantunya mengamankan lokasi serta membantunya membawa mobil milik para korban dan tersangka.Irwan tak lupa menghubungi Ayu dan mengabarkan kejadian buruk ini."Apa! Dimana? Kenapa bisa seperti itu!" Ayu berteriak karena kaget ketika Irwan menceritakan kronologi yang terjadi."Mereka sudah dibaw
Kelima lelaki yang berdiri di hadapan Senja, mulai melepas pakaian mereka lalu disusul dengan celana yang mereka kenakan. Kelimanya menyeringai dan tertawa tak jelas melihat Senja yang ketakutan.Sementara itu, Bagas masih ada di luar. Saat ia mengendap masuk ke dalam, seseorang berdiri di belakangnya."PRak!" Lelaki asing itu memukul Bagas menggunakan kayu.Bagas memegangi kepalanya. Ia meringis kesakitan sembari menoleh ke belakang dan menatap wajah si pria."Siapa kau!" si pria berteriak dengan marah."Hai ada penyusup di sini!" si pria memanggil teman temannya yang ada di dalam gudang.Lily yang ada di dalam gudang dan mendengar teriakan si pria, segera keluar dari gudang, untuk memeriksa apa yang terjadi.Namun Bagas tak kalah cekatan dengan si pria. Belum satu orang pun datang ke tempat itu, Bagas meraih balik kayu dari tangan si pria. Ia mengayunkan balik kayu ke kepala si pria."BRak! PRak!" Si pria mengaduh kesakitan. Bagas mengambil pisau kecil yang menyembul di dekat saku
Dari kejauhan, Bagas yang baru saja keluar dari rumah sakit sesuai menjenguk temannya, terperanjat melihat Lily dan beberapa laki laki yang berdiri menghadap ke arah sebuah mobil."Apa yang mereka lakukan? Kenapa Lily ada di sini? Pasti ada yang tidak beres!" Bagas bicara dalam hati. Ia bersembunyi di balik dinding dan mengamati pembicaraan mereka dengan seksama."Cepat bawa dia ke gudang tembakau kita yang ada di perbatasan kota!" Lily memerintahkan anak buahnya."Siapa yang akan dia bawa ke sana?" Bagas bicara dalam hati.Dua orang lelaki masuk ke dalam mobil. Mereka memindahkan tubuh Senja ke kursi belakang kemudi. "Kami berangkat sekarang!" Dua anak buahnya pamit."Aku akan menyusul!" Lily menjawab.Mobil hitam melaju tepat di hadapan Bagas. Bagas melongo kaget karena ia tersadar jika mobil yang baru saja lewat adalah milik Dafa."Apakah yang di dalam mobil adalah Senja?" Bagas pun berinisiatif untuk mengikuti mobil itu.Ia masuk ke dalam mobil dan dengan lihai mengikuti mobil
"Kualitas sperma pasien, sangat buruk. Hal ini akan menyebabkan, pasien mengalami kesulitan untuk memiliki momongan.""Apa?" Ayu melongo mendengar penjelasan Dokter."Nggak mungkin Dok. Saya pernah cek kesuburan, aman kok! Nggak ada masalah! Sekarang kenapa bisa bermasalah!" Dafa protes."Bisa anda katakan dimana anda melakukan tes itu?""Di Rumah Sakit Goldy Health. Waktu itu saya dan mantan istri saya melakukan tes bersama."Dokter hanya menggelengkan kepalanya sembari menyodorkan selembar kertas berisi catatan medis."Dafa, menurut Mama, Dokter Alin ini lebih bisa dipercaya. Sebab, dulu kamu tes. Katanya Lily yang susah punya anak. Divonis mandul segala macam. Nyatanya? Dia bisa hamil!" seru Ayu."Iya ya." "Sudahlah Mas. Nggak perlu bahas soal anak lagi. Kalau memang tiba waktunya, kita punya momongan, kita pasti akan punya!" seru Senja."Kemungkinannya sangat tipis sekali untuk bisa memiliki momongan." Dokter menyahut.Dafa tampak shock dengan ucapan Dokter. Ia menundukkan wajahn
Bangkai tikus itu telah dimasukkan oleh security rumah, ke dalam kantong plastik. Namun meskipun begitu, bau busuknya masih tercium oleh semua orang."Siapa yang berani membuang bangkai ke sini Pak? Perumahan ini dijaga ketat. Kenapa sampai ada orang yang berani keliaran di sini dengan tujuan yang tak baik." Dafa mulai emosi."Setahu saya semenjak Pak Mulyo sudah pensiun dari security perumahan, mereka membebaskan orang orang untuk keluar masuk wilayah ini.""Nggak beres ini! Lama lama perumahan kita akan jadi kumuh." Suara keributan yang terjadi, membuat Ayu ikut keluar dari rumah."Ada apa? Kenapa semuanya berkumpul di sini?""Ada yang melemparkan bangkai tikus ke sini, Ma." Dafa menjawab."Jorok! Itu paling kerjaan orang iseng. Pengangguran yang iri dengan kehidupan orang lain. Sudahlah abaikan saja!" seru Ayu.Ayu melenggang masuk lagi ke dalam rumah. Pak Man mengantarkan Bi Sari berbelanja.Dafa dan Senja juga masuk ke dalam rumah. "Ada apa Ma?" tanya Ethan yang ikut penasaran.
Sembari fokus menyetir, Senja meraih ponselnya dan menelepon Dafa."Mas!" Terdengar suara istrinya yang sedang gemetar karena panik."Ada apa sayang? Kenapa suaramu berubah menjadi seperti orang yang sedang panik?""Mas, aku takut! Ada orang yang sejak tadi mengikuti aku!""Mengikuti? Maksudnya?""Di belakang mobilku, ada orang yang menggunakan sepeda motor. Dia mengejar mobilku. Aku belok ke kanan, dia juga ikut belok ke kanan.""Tenang! Jangan takut dan jangan panik! Kamu fokus melihat ke arah depan saja. Jangan pikirkan orang itu. Dan jangan menyetir ke tempat sepi. Aku akan menyusulmu sekarang. Katakan dimana posisimu!" seru Dafa."Jembatan Helly!" sahut Senja."Baiklah! Di dekat Jembatan Helly ada sebuah pasar yang cukup besar. Menyetir lah ke arah pasar itu. Lalu minta bantuan pada orang orang yang ada di pasar. Penjahat seperti mereka akan berpikir ulang, jika kau sudah ada di dalam pasar.""Baiklah!" Senja menutup ponselnya.Dafa segera masuk ke dalam mobil dan menyusul istrin