Wang Yang berdiri termangu di depan pintu utama kediamannya ditemani tatapan canggung dua penjaga yang berdiri di sisi kanan dan kiri pintu besar terbuat dari kayu tebal penuh ukiran. Dua penjaga yang masing-masing membawa pedang tergantung di pinggang itu, saling tatap tanpa kata, bingung harus bersikap.
Seolah tidak menghiraukan sekitarnya, Wang Yang berjalan mondar-mandir di halaman, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
“Hei, bagaimana ini?” tanya penjaga di sisi kanan.
Penjaga sisi kiri hanya mengendikkan bahu.
‘Apa aku harus masuk ke dalam dan menemui Deyun?’ batin Wang Yang sambil terus berjalan perlahan. Sejurus kemudian, kepalanya menggeleng. ‘Tidak, aku belum menemukan alasan yang tepat setelah membuatnya jatuh tertidur.’
Ujung sepatunya terantuk pinggiran taman, membuat Wang Yang berbalik dan kembali melangkah.
‘Tapi siapa yang bisa aku ajak bicara selain Deyun?’ Wang Yang berhenti dan
“Hanya kau yang aku percaya, Ning’er.”Ruyu yang datang membawa nampan berisi teh dan kudapan bersamaan dengan gerakan Wang Yang, mundur beberapa langkah tanpa suara dan berbalik pergi diiring senyum malu.“Ayah pernah berkata padaku, seorang pemimpin besar, terkadang mengalami krirs rasa percaya pada orang-orang terdekatnya. Saat itu terjadi, ada baiknya mengambil waktu sendiri dan berpikir tenang. Hmm?” Zening menasehati seraya mengelus lembut rahang kokoh Wang Yang.“Apa kau keberatan mendengar keluh kesahku?” tanya Wang Yang memelas tanpa memindahkan kepalanya.Zening tersenyum. “Tidak lagi ada keberatan, sejak aku memutuskan untuk menikahi seorang raja. Aku hanya khawatir, akan membuatmu semakin berat untuk memilih.”Wang Yang memejamkan matanya, merasa nyaman dengan ucapan Zening dan posisinya. “Aku lebih senang kau bicara akrab begini denganku. Jangan lagi menjaga jarak di sat hanya
Istana BaratWang Yang membaringkan Zening perlahan ke atas pembaringan besar yang biasanya dia gunakan untuk melepas penat. Sekitar lima langkah di belakangnya, Huazhi berdiri dengan tangan menyilang di depan tubuhnya.“Hamba sudah melarang para pelayan untuk keluar masuk kediaman, Yang Mulia.”Wang Yang mengangguk mengerti seraya menarik selimut menutup tubuh calon istrinya. Ia tersentak saat hendak berbalik pergi, telapak tangannya ditarik oleh jemari kurus dan hangat milik Zening.“Kau sudah sadar? Kau baik-baik saja?” panik Wang Yang seraya duduk di ranjang.Zening menarik tubuhnya duduk dan menyungging senyum penuh rasa bersalah. “Maafkan aku, Kak. Aku hanya berpura-pura pingsan untuk menghentikan gunjingan para pelayan di paviliun.” Zening tertunduk malu.Raut kepanikan perlahan memudar, berganti guratan lega. “Kau berhasil menipuku kali ini.” Wang Yang dan Huazhi tersenyum bersamaan.“Kak, apa benar Deyun merencanakan pemberontakan?” Zening menatap Wang Yang dengan mata berkac
“Ahh!” pekik Zening seraya membekap mulutnya sendiri.“Musnahkan bola itu!” titah Wang Yang. “Jangan sampai ada yang merebutnya darimu dan memakainya untuk kejahatan!”‘Dia terlihat gusar,’ batin Huazhi iba melihat junjungannya terpukul dan sangat kecewa dengan apa yang disampaikannya.“Aku tidak menduga, bibi Song Bin bisa melakukan hal kejam seperti ini.” Wang Yang menggeleng lemah. “Apa lagi yang kau tahu tentang dayang Song?”Huazhi tidak serta-merta menjawab. Pria itu menjadi gusar. Bola Roh sudah membuat Wang Yang tampak sedih, Huazhi tidak ingin menambah luka tuannya.“Katakan, tidak perlu ragu. Sudah tidak ada lagi yang bisa melukaiku sekarang. Aku hanya perlu mendahulukan kepentingan rakyatku.”“Dukun itu juga berkata bahwa sebelumnya, dayang Song pernah sekali menggunakan sihir ini pada seorang pria yang tinggal di istana. Itu dia lakukan karena pria itu lebih memilih menikahi wanita lain, sedangkan saat itu dayang Song sedang mengandung anak dari pria itu dan dipaksa untuk
Ruang Belajar KekaisaranHuazhi hanya berdiri memperhatikan Wang Yang berjalan mondar-mandir di tengah ruangan. Sejak mengekori tuannya keluar dari kamar pribadinya dengan wajah kesal, Huazhi tidak berani membuka mulutnya.“Aku benar-benar tidak bisa mengerti jalan pikirannya. Apa dia kira aku jenis pria yang akan memanfaatkan keadaannya? Dasar bodoh!” omel Wang Yang tanpa berhenti berjalan.Huazhi menjura hormat. “Yang Mulia, jangan marah. Hamba yakin, Nona Li tidak bermaksud demikian. Dia hanya sedang terguncang setelah apa yang terjadi.”Wang Yang berpaling dengan tatapan tajam. “Kenapa aku menangkap kesan bahwa kau lebih mengerti dirinya dibandingkan aku?”Sontak, kedua tangan Huazhi melambai berkali-kali mendengar kecurigaan Wang Yang. “Bu-bukan begitu, Yang Mulia. Hamba hanya menebak isi pikiran Nona Li.”“Siapa kau, berani menebak isi pikiran calon istriku?!” hardik Wang Yang.“Ahh …,” desah Huazhi menggosok tengkuknya putus asa, bingung apa yang harus diucapkan selanjutnya.“H
“Sepertinya kau sangat tertarik dengan token itu. Kalau kau begitu ingin memilikinya, aku akan turunkan titah resmi agar kau bisa menikahi Wang Mu Lan. Bagaimana?”Huazhi melambaikan tangannya panik. “Tidak, bukan begitu maksud hamba.”Wang Yang menatap Huazhi dengan seksama. “Kau punya sepanjang sisa malam ini untuk menjelaskan semuanya padaku. Aku yakin, ada banyak hal yang sudah kau rencanakan bersama Deyun sialan itu.”“Ya, Yang Mulia,” aku Huazhi jujur. “Jenderal Li pernah menyinggung tentang token Rajawali Emas milik mendiang ayahnya. Token itu adalah tanda pengenal kelompok mata-mata yang dibentuk oleh mendiang Jenderal Besar untuk kepentingan politik Yongjin.”Raut wajah Wang Yang mulai melunak. Sikap tubuhnya lebih rileks dari sebelumnya. Seluruh inderanya dikerahkan untuk mencerna informasi yang Huazhi sampaikan.“Jadi, token itu sebenarnya milik Paman Li, bukan milik ayahku? Lalu, bagaimana bisa ada di tangan Mu Lan?”“Mengenai hal itu, hamba kurang tahu, Yang Mulia. Yang h
Lan Weqing yang awalnya mengunjungi penjara dengan langkah gontai dan putus asa karena harapannya menikahi Wang Mu Lan kandas, sejenak melupakan kesedihannya begitu melihat beberapa pasukan Taichan berkerumun dalam satu ruangan mengelilingi Li Deyun. Dengan seksama, dibukanya telinga lebar-lebar mencoba mencuri dengar percakapan sekelompok pemberontak.“Kurang ajar! Apa mereka tidak tahu kalau Li Deyun adalah pemberontak?! Atau justru mereka sedang merencanakan pemberontakan yang lebih besar?” gumam Weqing penasaran.Lama Weqing mencuri dengar obrolan sekumpulan prajurit di seberang ruangan. Pada akhirnya, ia menarik kesimpulan bahwa Deyunlah orang kuat yang mendukung Wang Yang. Tanpa Li Deyun di sisinya, Wang Yang hanya cangkang kosong tanpa penghuni.“Rupanya musuh terbesar dinasti ini sebenarnya adalah Li Deyun. Dialah orang kuat di balik kejayaan Wang Yang. Membunuh Li Deyun sama artinya dengan melumpuhkan Wang Yang. Dengan begitu, Mu Lan hanya bisa menerimaku,” gumam Weqing lagi
“Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali
Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l