Celah dimensi menganga di hadapan mereka. Satu per satu Yui memasang barrier pelindung pada tubuh rekan-rekannya, hingga tibalah giliran Rafael..“Tidak perlu, Yui. Hemat energimu. Kita masih memerlukannya nanti,” tolak Rafael, menahan tangan Yui yang hendak memasang barrier padanya.“Kita pergi sekarang,” ucap Yui.Akar-akar pohon tiba-tiba melilit kaki Yui dan Rafael, menghalangi langkah mereka..“Tunggu!” Seorang gadis elf keluar dari dalam pohon kehidupan. Sosoknya yang semula tembus pandang perlahan memadat, hingga akhirnya terlihat nyata. “Moura?” Yui menatap elf tersebut. Banyak hal yang ingin dia tanyakan dan diskusikan, tetapi saat ini menghentikan perang jauh lebih mendesak.“Kemarilah Putri Yui,” ucap Moura dengan senyumanya.Yui dan Rafael mendatangi gadis elf tersebut. Wajah Moura masih seperti dulu, tak menua sedikitpun, sementara Yui jauh lebih tinggi dibandingkan terakhir kali mereka bertemu.“Tuan Rafael, apapun yang terjadi percayalah pada Putri Yui, kalian berdua h
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Lixue. Matanya memandang satu per satu rekannya. Yui memandang sekitar mereka, “ Kita tidak jauh dari Kediaman Blackdragon. Bagaimana kalau ke sana dulu dan menyusun rencana,” usul Yui.Anggukan dari mereka semua membulatkan keputusan. Yui dan yang lain berjalan cepat menuju Kediaman Blackdragon. Seperti biasa penjaga gerbang menghentikan mereka. Namun, saat mengenali Tuan Muda mereka yang datang, tanpa perlu perintah pun mereka membukakan gerbang ke Kediaman Blackdragon. “Panggilkan kakek dan ayah!” perintah Rafael.Pelayan dengan cepat merespon dan segera menyampaikan pesan tersebut.“Paman, kita harus cepat, pelindung yang kupasang tidak akan bertahan lama. Yuan akan kesakitan lagi jika pelindungku terlepas,” ucap Yui. “Berapa lama?” tanya Rafael memastikan.Yui menggeleng, “Tidak tahu, saat ini Leiz sedang berusaha melepaskan pelindungnya, aneh bagaimana bisa dia menggunakan kekuatan Seiryu hitam,” balas Yui.Rafael mengangguk, dia
“Membuka gerbang dimensi,” jawab Yuan.Mereka semua terperangah, gerbang dimensi tidak bisa dibuka sembarangan dan selama ini hanya penjaga yang bisa melakukannya.“Leiz menggunakan kristalku untuk membuka celah dimensi, sementara aku bisa melakukan lebih dari itu, membuka gerbang dimensi.” Yuan terlihat begitu yakin dengan kemampuannya, dia sudah meminta bantuan Raja Arlen juga Ratu Esmeralda. Kekuatan elf dan peri tidak bisa diremehkan. Selain itu Kota Naga juga akan mengirimkan pasukannya.Pembicaraan mengenai siasat membuat Yui bosan, gadis itu menguap beberapa kali terutama ketika memperhatikan setiap langkah yang akan mereka ambil. Kemudian sanggahan mulai terjadi dan perdebatan sengit tak bisa dihindari, mereka memiliki pendapat masing-masing. Begitu seterusnya hingga diskusi tersebut memakan waktu begitu lama. Yui keluar dari ruangan itu, melemaskan tubuhnya yang kaku karena terlalu lama duduk, Dia melihat Yuan sudah berada di luar, sendirian memperhatikan lembah Kediaman Bla
Desing suara anak panah menembus angin bersamaan dengan salju yang turun. Para pemanah memburu tiga orang yang diduga memiliki harpa ajaib. Mereka ras yang berbeda di antara para kristal hitam. Ketiganya memiliki rambut seputih salju. Mereka tengah berlari menghindari hujan anak panah.“Eirlys, jangan menengok ke belakang, teruslah berlari!” teriak seorang pemuda kepada gadis di depannya.Pemuda yang jauh lebih tinggi dari gadis yang dipanggil Eirlys tersebut berhenti dan berbalik, merapalkan mantra membentuk bunga-bunga es yang menghambat laju anak panah tersebut.“Terus berlari!” teriak pemuda tersebut kepada dua orang perempuan yang bersamanya.Napas mereka tersengal-sengal, kepulan uap air seperti asap di setiap napas yang mereka hembuskan karena udara yang begitu dingin. Bernapas saja terasa begitu berat, sementara salju turun perlahan membuat rambut putih mereka semakin putih tertutup salju.“Kak Lixue!” Gadis yang bernama Eirlys menoleh dan memanggil pemuda tersebut.“Menuju ke
Angin bertiup lembut membawa udara dingin yang menusuk hingga ke tulang. Para prajurit dengan baju tambahan berupa jubah tebal dari bulu binatang membungkus tubuh mereka. Namun, rasa dingin masih saja berhasil menyentuh kulit yang tak terlindung. Salah satu dari mereka melepaskan jubah tebal yang terbuat dari bulu binatang.“Yang benar saja, danau ini pasti dingin sekali,” protes prajurit yang dipaksa untuk masuk ke dalam danau oleh rekan-rekannya.Mereka melakukan undian untuk memutuskan siapa yang masuk ke dalam danau. Mereka mencari harpa ajaib yang kabarnya ada di sekitar tempat ini. Sebuah kisah dongeng tentang Istana Es yang tenggelam di danau tersebut membuat mereka dipaksa mencari keberadaannya. Mereka harus memeriksa dasar danau untuk melihat istana tersebut benar-benar ada, termasuk mencari keberadaan harpa.Kedua prajurit yang kalah saat melakukan undian dengan terpaksa masuk ke dalam air. Sebelumnya keduanya diberikan barrier pelindung untuk melindungi mereka dari dinginny
Kedua bocah kembar semakin memperhatikan Rafael yang membacakan cerita hingga keduanya menoleh karena suara dehaman di belakang mereka.“Sudah malam, sebaiknya kalian tidur,” ucap Alden dengan lembut membelai puncak kepala kedua anak kembar itu.“Baik, Kek,” sahut kedunya segera bangkit dan berlari menuju kamarnya.Yui menoleh dan melihat Kakek Alden masih berbincang dengan Rafael. Pria jangkung yang lebih tua itu duduk di sebelah Rafael. Entah apa yang mereka bicarakan, paman dari gadis yang kini sedang memperhatikannya terlihat membuang muka seakan apa yang sedang mereka bicarakan bukanlah hal yang menyenangkan.“Yui, ayo!” ajak Yuan memanggil kembarannya untuk segera ke kamar.“Hei, menurutmu apa cerita itu benar?” tanya Yui menyusul Yuan dan mereka berjalan bersama menuju ke kamar mereka.“Aku tidak tahu, tapi ada yang aneh dengan cerita Istana Es. Kisahnya menggantung dengan akhir yang menimbulkan banyak pertanyaan. Mungkin saja itu kisah nyata atau hanya rekaan,” jawab Yuan.Mer
“Kalian sudah siap?” Rafael sudah menunggu keduanya dan membukakan pintu kereta kuda. Sebuah kereta kuda dengan warna hitam pekat disertai ukiran naga berwarna keemasan.“Paman ikut?” sahut Yui menatap pria jangkung di depannya. Sebuah anggukan membuat gadis kecil itu tersenyum senang. Dia memasuki kereta kuda dan membuka sedikit tirai dari dalam, memperhatikan pria yang baru saja membantunya menaiki kereta. Rafael, di mata Yui terlihat begitu tampan. Sementara pemuda di sebelahnya berpikir hal lain. Yuan, dia hanya bisa menghela napas berat dan duduk di sebelah Yui. “Mau sampai kapan dia mencuri pandang seperti itu, kenapa tidak terus terang saja,” batin Yuan. Wajah memerah Yui cukup mengganggu pikirannya.“Yuan, apa Kak Razen tidak berlebihan?” ucap Yui melihat sekelompok orang datang di pimpin oleh Razen.Razen dengan pasukan di belakangnya telah siap mengantar Pangeran Yuan dan Putri Yui ke istana. Dia adalah salah satu jenderal di Kerajaan Kegelapan yang telah mendapatkan posisi
“Dan kandidat lain untuk menjadi raja, aku mencalonkan diriku sendiri,” ucap Leiz dengan lantang.Sorakan pendukung Leiz terdengar riuh memenuhi ruangan, hanya sebagian kecil saja yang tetap diam. Mereka diam-diam memihak kubu yang lain.“Tuan Leiz, kita memilih raja bukan berdasarkan suara, tapi kepantasannya,” sela Razen hingga suara sorakan tiba-tiba menjadi hening.“Apa maksudmu, Jenderal Razen?” Mata Leiz menatap Razen seakan ingin menembus jantungnya dan menghakimi pria ini yang telah berani bersuara.Semua mata kini memandang Razen yang sengaja membuat perselisihan dengan Penasehat Kerajaan Leiz Schwarz. Mereka menunggu penjelasan dari Razen.“Pangeran Yuan, dia pantas menjadi raja, bukan Anda, Tuan Leiz Schwarz,” ucap Razen dengan berani mendekat ke arah podium supaya terlihat jelas oleh seluruh tamu undangan. “Karena dia memiliki kemampuan yang sudah kita tunggu selama ini, kekuatan pemurnian,” lanjut Razen dengan lantang sehingga semua orang mendengar dengan jelas ucapannya.
“Membuka gerbang dimensi,” jawab Yuan.Mereka semua terperangah, gerbang dimensi tidak bisa dibuka sembarangan dan selama ini hanya penjaga yang bisa melakukannya.“Leiz menggunakan kristalku untuk membuka celah dimensi, sementara aku bisa melakukan lebih dari itu, membuka gerbang dimensi.” Yuan terlihat begitu yakin dengan kemampuannya, dia sudah meminta bantuan Raja Arlen juga Ratu Esmeralda. Kekuatan elf dan peri tidak bisa diremehkan. Selain itu Kota Naga juga akan mengirimkan pasukannya.Pembicaraan mengenai siasat membuat Yui bosan, gadis itu menguap beberapa kali terutama ketika memperhatikan setiap langkah yang akan mereka ambil. Kemudian sanggahan mulai terjadi dan perdebatan sengit tak bisa dihindari, mereka memiliki pendapat masing-masing. Begitu seterusnya hingga diskusi tersebut memakan waktu begitu lama. Yui keluar dari ruangan itu, melemaskan tubuhnya yang kaku karena terlalu lama duduk, Dia melihat Yuan sudah berada di luar, sendirian memperhatikan lembah Kediaman Bla
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Lixue. Matanya memandang satu per satu rekannya. Yui memandang sekitar mereka, “ Kita tidak jauh dari Kediaman Blackdragon. Bagaimana kalau ke sana dulu dan menyusun rencana,” usul Yui.Anggukan dari mereka semua membulatkan keputusan. Yui dan yang lain berjalan cepat menuju Kediaman Blackdragon. Seperti biasa penjaga gerbang menghentikan mereka. Namun, saat mengenali Tuan Muda mereka yang datang, tanpa perlu perintah pun mereka membukakan gerbang ke Kediaman Blackdragon. “Panggilkan kakek dan ayah!” perintah Rafael.Pelayan dengan cepat merespon dan segera menyampaikan pesan tersebut.“Paman, kita harus cepat, pelindung yang kupasang tidak akan bertahan lama. Yuan akan kesakitan lagi jika pelindungku terlepas,” ucap Yui. “Berapa lama?” tanya Rafael memastikan.Yui menggeleng, “Tidak tahu, saat ini Leiz sedang berusaha melepaskan pelindungnya, aneh bagaimana bisa dia menggunakan kekuatan Seiryu hitam,” balas Yui.Rafael mengangguk, dia
Celah dimensi menganga di hadapan mereka. Satu per satu Yui memasang barrier pelindung pada tubuh rekan-rekannya, hingga tibalah giliran Rafael..“Tidak perlu, Yui. Hemat energimu. Kita masih memerlukannya nanti,” tolak Rafael, menahan tangan Yui yang hendak memasang barrier padanya.“Kita pergi sekarang,” ucap Yui.Akar-akar pohon tiba-tiba melilit kaki Yui dan Rafael, menghalangi langkah mereka..“Tunggu!” Seorang gadis elf keluar dari dalam pohon kehidupan. Sosoknya yang semula tembus pandang perlahan memadat, hingga akhirnya terlihat nyata. “Moura?” Yui menatap elf tersebut. Banyak hal yang ingin dia tanyakan dan diskusikan, tetapi saat ini menghentikan perang jauh lebih mendesak.“Kemarilah Putri Yui,” ucap Moura dengan senyumanya.Yui dan Rafael mendatangi gadis elf tersebut. Wajah Moura masih seperti dulu, tak menua sedikitpun, sementara Yui jauh lebih tinggi dibandingkan terakhir kali mereka bertemu.“Tuan Rafael, apapun yang terjadi percayalah pada Putri Yui, kalian berdua h
“Tidak boleh, mereka harus dihentikan!” batin Yuan. Leiz berjalan dengan tongkatnya diikuti oleh Darren dan juga Roya. Mereka berdua berada di tempat yang tinggi dan memandang ke arah bawah. Ribuan prajurit berbagai ras yang sudah berubah menjadi zombi berbaris dengan rapi.“Yang Mulia, semua pasukan sudah siap dengan persenjataan. Mereka juga tidak memiliki rasa sakit yang merupakan baju zirah terhebat,” lapor Darren dengan seringai puas. Dia telah melaksanakan tugas dengan baik, tugas mengumpulkan pasukan sebanyak-banyaknya. Roya tidak mau kalah dengan Darren. Dia membungkuk dan memainkan harpanya. Dunia bawah yang tandus berubah menjadi dunia yang lain; tanah dengan rumput dan pepohonan, langit biru jernih. Semua kontaminasi hilang bahkan pasukan yang seharusnya berwarna keunguan menjadi pasukan biasa dengan kulit normal. Semua yang terlihat adalah ilusi, ilusi terkuat dari harpa ajaib.“Penduduk dunia bawah percaya dunia sudah berubah karena Yang Mulia, mereka tidak akan mau men
Yui terdiam, dia memang ingin bertanya tentang keputusan Moura. Akan tetapi, setelah mendengar cerita Raja Arlen. Dia tidak ingin menanyakan lagi hal itu. Apapun keputusannya nanti, semua resiko harus siap ditanggung. Bisa saja dia akan seperti Moura, cinta yang tak berbalas. “Raja Arlen, boleh saya membantu Yuan?” tanya Yui. Dia tidak ingin lagi mengungkit tentang daun kehidupan maupun benih kebangkitan. Keduanya memerlukan pengorbanan yang besar. Anggukan Raja Arlen menjawab pertanyaan Yui. Pria itu berjalan dan menyingkirkan barrier dengan lambaian tangannya. “Kuantarkan ke tempat Pangeran Yuan.” Pintu ruangan dibuka dan mereka berdua terkejut dengan sosok yang berdiri di luar pintu. “Paman!” teriak Yui yang langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sementara itu Raja Arlen hanya tersenyum lembut kemudian menyapa Rafael dengan sopan, “Selamat datang di Ergions, Penjaga Dunia Bawah, Rafael Blackdragon.”“Kupikir kau akan memanggil prajurit dan mengusirku,” balas Rafael. Ta
“Yuan!” Baru selangkah Yui menyentuh Ergions, dia langsung berlari meninggalkan Rafael dan yang lain. Kakinya melangkah begitu cepat, tak hanya itu sepasang sayap jingga muncul di punggungnya dan dia terbang. “Yui!” teriak Rafael memanggil gadis itu. Yui tidak merespon. Sementara mereka tidak bisa mengejar gadis itu, kecepatan terbang tidak sebanding dengan kecepatan berlari.“Ternyata ditinggalkan begitu saja, lalu siapa yang menjamin keselamatan kalian?” elf muda yang membiarkan mereka masuk menatap sinis bahkan meremehkan. “Bukankah Moura yang menjadikanku tamunya,” balas Rafael. Dia tidak takut meskipun berada di Ergions. Kemampuannya cukup untuk bertarung juga kabur, sayangnya hal itu akan sulit jika harus menanggung kedua orang yang saat ini ikut bersamanya.. “Recca, kau pergilah. Ikuti apa yang diminta Agni. Aku akan mencari Yui.” Rafael meninggalkan Recca tanpa menunggu pemuda itu menjawab. Dia berjalan santai meskipun melihat Yui tergesa-gesa, tetapi dia tidak merasakan
Kaki-kaki ringan melangkah dengan gesit seakan menari bersama angin. Yui berada di punggung seekor harimau putih yang membawanya membelah hutan belantara. Mereka berhenti saat suara tak kasat mata tiba-tiba terdengar. “Berhenti para penyusup!” Mereka mengedarkan pandangan ke segala penjuru, mencari sumber suara yang tidak diketahui asalnya. Daun-daun gemerisik bergesekan seakan sedang berbisik dalam suara-suara alam. “Kita terkepung,” bisik Rafael. Yui masih tenang berada di atas Byakko. Dia menggunakan kekuatan angin untuk menyentuh semua makhluk bertelinga runcing yang mengepung mereka. Di bawah kekuatan sang angin, Byakko tidak ada yang luput dari serangannya. Sepuluh elf melayang tertangkap kekuatan angin. “Apa kalian tidak mengenalku?” Yui menaikkan satu alisnya dengan kedua tangan di pinggang. Melihat tak satupun elf yang membuka mulut, Yui menunjukkan sebuah token yang hanya diberikan kepada tamu khusus Raja Arlen. “Maafkan kami, Nona!” Mereka semua langsung membungkuk me
Sebuah gedung besar menjulang tinggi, Yui dan Rafael memperhatikan gedung tersebut. Melihat Recca berjalan lurus mereka pun mengikuti pria tersebut. Recca membuka pintu setelah mengetuk dan mendapatkan jawaban. Dia mempersilakan Yui dan Rafael untuk masuk. “Recca, tunggulah di luar,” ujar Agni tanpa melihat ke arah putranya. Ia memintanya Recca keluar, sementara Yui dan Rafael dipersilakan duduk di kursi yang tersedia. “Kurasa Anda sudah tahu siapa kami,” kata Rafael melipat kedua tangan di dada dan bersandar pada kursi. Dia duduk dengan santai. Sementara Yui terlihat gugup di depan Agni. “Ya, Tuan Rafael Blackdragon dan Putri Ryuichi Yui, tentu saja saya mengenali kalian. Ada keperluan apa ingin menemuiku?” Agni ttampak ingin langsung membahas inti permasalahan.“Ergions, bukakan gerbang dimensi ke sana,” pinta Rafael. “Tidak bisa, Ergions tidak memiliki penjaga, saya hanya bisa mengirim kalian ke Woodclift, ada penjaga tanah di sana,” jawab Agni. Ia berdiri dan memperhatikan Yu
“Yui … Yui!” suara samar-samar yang memanggil Yui terdengar semakin jelas. Perlahan mata Yui terbuka, dia merasa hamparan putih berada di depannya. Salju turun dengan semilir angin lembut, tubuhnya sudah tertimbun salju sebagian. “Bangunlah!” Yui menatap sosok yang ada di depannya. Seorang wanita dengan tongkat sihir besar setinggi dirinya, jubah bulu binatang lembut membalut tubuh anggun nan cantik. Wajahnya terlihat sendu, ekspresi yang minim dan sulit ditebak. “Yui.” Suara wanita itu terdengar begitu lembut, tetapi ada perasaan sedih yang mengalir. “Anda Lenora Isolde?” Yui mengenali wanita ini, sangat banyak petunjuk yang mengarah padanya. “Ya, itu aku.” Wanita itu mengangguk lalu mengulurkan tangan ke arah Yui. “Kau sedang tertidur di dunia nyata, ini dunia mimpi.”“Apa yang ingin Anda sampaikan?” Yui menebak dengan kemunculan Lenora dalam mimpi. “Ratu Esmeralda memberimu sebuah penjara yang terbuat dari daun kehidupan.” Wanita cantik itu menghela napas panjang. “Ramalanku