Disekolah Nida tak banyak bicara dengan Oza. Entahlah suasananya sangat canggung, padahal mereka juga bersikap layaknya seorang teman baik, akan tetapi rasanya berbeda dari sebelumnya, ... Nida duduk di dekat pintu kantin gadis itu tampak sendirian dan tak bersama siapapun, bahkan Oza pun tak terlihat bersamanya. Gadis itu menghela panjang sesaat ia memikirkan apa yang akan terjadi jika dirinya mencoba melepaskan seseorang seperti Badra, baginya sulit melepas semua yang telah dirinya dapatkan dengan susah payah. Nida tersenyum mencemooh dirinya sendiri, tak ada yang tersisa dari dalam hatinya saat ini, hanya ada kebencian dan dendam. Walaupun demikian ia berharap agar tidak terlalu mempersulit dirinya suatu saat nanti. “Udah lama nunggunya?” Tegur Vera yang dibarengin dengan kedatangan Puri juga Oza.
“Gak kok,” ketiganya menganggukkan kepalanya mengerti. Oza mendengkus panjang seraya melirik arlojinya lalu kemudian memandang ke arah kedai
Oza sebenarnya merasa dighostingin sama Badra karena lelaki itu selalu menjadikannya pelarian namun jika perihal cinta apapun akan ia lakukan hingga maut merenggutnyapun ia rela jika itu lelaki seperti Badra, hari ini pemuda itu mengajaknya makan siang entah ada angin apa. Yang jelas ia sangat bahagia dan mulai merasa diperhatikan seperti dulu lagi, ... Pemuda itu terus mengabaikannya selama beberapa hari terakhir ini. Gadis itu mengulum bibirnya dalam, lelaki itu menarik satu kursinya dan menatap manik legam sang kekasih kemudian menutup ponselnya begitu saja."Udah lama?" Tegur sang pemuda, Oza tampak terpesona dengan penampilan Badra. Pemuda itu tak terlihat seperti ingin menemuinya karena hanya mengenakan kaos dan celana training biasa saja, gadis itu agaknya dibuat tidak berselera tinggi buat memesan."Loe kaya gak niat ketemu sama gue," lirihnya yang tak lekas menatap wajah sang pemuda. Badra tertegun mendengar kata-kata itu kemudian menggeleng kepalanya perlah
Saat ini Oza dan keluarganya sedang merencanakan untuk melakukan refreshing keluar kota, namun disaat seperti ini bukankah gadis itu harus ikut berpartisipasi dalam prosesnya? Tidak untuk kali ini. Oza akan dengan senang hati menerima keputusan apapun dengan tak melibatkannya dalam banyak hal, kenapa? Karena gadis itu tak mau hanya jadi pembantu yang hanya mendapatkan perintah dari sang kakak’. Arasya kesal akan sang adik yang bisa-bisanya tertidur pulas di pangkuan ibunya, perempuan itu tersenyum jahil dan segera mengurus tugas kampusnya. Tak lama gadis itu langsung membeliak ketika sang kakak menjejalnya dengan cabai merah, ... Ayah yang melihat hal itu menggelengkan kepalanya seraya tak habis pikir.“Mikir!” Pekik sang kakak yang tak diambil pusing oleh gadis itu, Oza melengos pergi meninggalkan ruang tamu sembari meminum air teh milik ayahnya. “Bun, kok gak dimarahin si!” Protes Arasya yang tak ditanggapi apapun oleh sang bunda.
Puri berjalan menuju pintu belakang rumah, gadis itu mengulum bibirnya kelu lalu menghela panjang saat mencapai pintu belakang rumah. Puri tentunya terkejut dengan kedatangan sang papa yang memandangnya lekat dan jangan lupa senyuman kikuknya itu, Puri hanya tersenyum sambil berkata. “Mati gue,” gadis itu langsung bergegas masuk ke dalam rumah dan berjalan meninggalkan halaman belakang. Gadis itu merebahkan dirinya pada sisi kasur berukuran besar, ... Puri mengangguk saja saat sang mama menyuruhnya mandi lalu, gadis itu beranjak dari posisinya kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi.Ponselnya bergetar hebat ketika ia berada di dalam kamar mandi, suaranya yang memekak membuat sang mama terpaksa menutup telinganya. “Sayang ada telpon!” Teriak mama, namun gadis itu tetap tak mendengar suara sang mama dan hanya terdengar suara gemercik air saja.Puri tak kunjung datang dari dalam kamar yang padahalnya gadis itu suda
Hari terus berlalu begitu saja tanpa ia sadari hati sudah semakin sore, kelas belum juga usai. Ketika pelajaran terakhir masih berlangsung Oza mendengkus geli kemudian meraih telapak tangan Puri, tiba-tiba jantungnya berdebar begitu kencang entah mengapa rasanya agak jenuh ketika Badra sudah tak berada di dekatnya lagi, semuanya haru terasa saat pemuda itu kembali ke London. Oza menghela panjang sesaat setelah bel benar-benar berdering gadis itu mengulum bibirnya dalam pada saat melihat sosok Arasya yang datang ke sekolahnya, ah, ya, ... Lupa jika bel hanya beberapa menit sebelum pelajaran dimulai kembali gadis itu dengan segera menghampiri sang kakak yang tampak berjalan ke arah kantor guru.Bu Mira terlalu banyak memberikan penjelasan pada pelajarannya tadi, sampai saat ini setelah pulang sekolahpun siswa kelas terpaksa masih harus stay sampai kisi-kisi ujian kenaikan kelas nanti tercatat semuanya. “Ya Tuhan mau sampai nginap apa?! Lama amat ini pelajaran!!” Protes
Sebenarnya ujian kenaikan kelas tak dilakukan hari ini namun karena ada keterlambatan dalam pemilihan waktu, jadi sekolah melakukan tanpa memedulikan rayon setempat. Oza telah menyelesaikan beberapa menit sebelum waktu yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah ketika mendengar bel berbunyi gadis itu langsung melengang keluar dari kelas lain dan meninggalkan teman-temannya yang masih mengerjakan soal, Oza memilih untuk belajar di dalam perpustakaan sekolah. Agar lebih nyaman ketika berada di dalam perpustakaan sekolah, gadis itu tak sengaja bertemu salah satu teman perempuan Badra. Oza memang tidak begitu mengenal siapa teman-temannya pemuda itu, namun jelas sekali dirinya mengenal lebih baik Fathanah.Fathanah terkejut melihat sosok yang selalu menjadi pemecah belah pertemanannya itu, ... Perempuan itu tersenyum kecil lalu menatap manik gadis cantik itu dengan sinisnya. Oza berdeham sedikit lalu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak lama Puri
Oza mendengkus panjang menatap langit yang kini berada dalam peraduannya, sudah berapa lama ia berada di tempat ini, taman itu terlalu banyak kenangan bersama pemuda yang selalu membuatnya merasa nyaman terlebih mengenai kedekatan diantara keduanya. Gadis itu terlalu malas hanya untuk melanjutkan perjalanannya menuju rumah yang tidak jauh dari kata baik’ itu, masih adakah dirinya dihati sang pemuda. Sampai saat ini. Badra benar-benar tak menghubunginya sama sekali, entahlah apa yang dilakukannya hingga tak mengabarinya, ataupun sekadar mengirimkan pesan singkat. Gadis itu menghela panjang kemudian beranjak meninggalkan taman itu, ketika ia berjalan sendirian ditepi tanpa adanya kendaraan yang melintas, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat disampingnya.Itu Bahrain sudah beberapa hari ini, gadis itu tak melihatnya, ... Oza menatap manik legam sang pemuda kemudian tersenyum tipis. Bahrain turun dari mobilnya seraya menyapa gadis itu dengan santai, mun
Sejak saat kejadian ditaman itu, gadis cantik itu tak pernah melihat sang kekasih menghubungi atau sekadar menemuinya lagi, sejak saat itu Badra seperti menghilang ditelan bumi. Gadis itu tak banyak perubahan dari yang beberapa tahun lalu, Oza masih tetap bertahan pada perasaannya yang menunggu belasan atau bahkan jutaan pesan yang dikirimkannya itu untuk pemuda yang kini tak tau ada di mana. Nida pindah sekolah saat pembagian raport kenaikan kelas tiga kemarin, gadis itu tak memberitahu ke mana ia pindah atau di mana sekarang ia menimba ilmu. Oza menghela pendek lalu mengubah posisinya menghadap lurus ke arah Bahrain yang sedang menikmati makanannya, lelaki itu memutuskan untuk tetap menemaninya sampai saat ini.Bahrain bosan mendengar kata-kata merindukan dari gadis yang lagi memakan es krim di depannya, sampai saat ini lelaki itu tetap memilih tak memberitahu yang sebenarnya. "Aku kangen sama Badra," kata itu lagi. Bahrain selalu menatapnya dengan tatapan lembut namun
Disekolah Oza banyak melamun sendiri hingga membuat teman-temannya merasa kasian, gadis itu tak banyak mengobrol dan juga tak banyak. Bahrain mencoba untuk mengatakan semua yang ia ketahui selama ini, namun jika suatu saat nanti gadis itu tak mau menemuinya lagi pemuda itu harus siap. Pemuda itu datang memasuki gerbang sekolah dan menunggu Oza yang baru saja selesai jam ketiga, ... Gadis itu tengah bersama Vera dan juga Puri. “Weh, kak Bahrain tuh,” cewek itu menoleh ke arah parkiran lalu tersenyum kecil.“Kak, long time no see.” Sapa Vera yang berjalan di belakang mereka, Puri mencibirnya karena perempuan itu berlagak seperti orang Inggris, namun hal itu disambut dengan tawa oleh sang pemuda.“Sok British loe,” hardik Oza yang langsung berjalan melewati kedua perempuan dibelakangnya itu. Gadis itu tau jika kedatangan pemuda tersebut pasti ingin membahas sesuatu yang penting, itu kenapa Oza menarik lengan kemeja Bahrain dan menjauhkannya dari dua g
3 tahun laluOza menyiap segala keperluannya buat melaksanakan ujian nasional dan mendaftar SBM atau SNM, dia harus memikirkan masa depannya dengan baik bukan ditengah kegundahan hatinya yang selalu menunggu Badra pulang, ia tetap harus menjalani kehidupannya sesuai dengan rencana yang telah dirinya bangun. Esok Arasya melangsungkan lamaran dan ia pasti jauh lebih sibuk saat pulang sekolah, ... tak bisa dipungkiri jika kelak dirinya akan menjadi seorang tante, Oza masuk ke dalam kamar mengambil ponselnya yang tertinggal setelah itu memandang wajah kedua orang tuanya dengan berat. Sebenarnya gadis muda itu sudah pusing mendengar ocehan sang bunda yang selalu membahas masalah ini dan itu, akan tetapi gadis itu tak bisa membuat kedua orang tuanya semakin pusing dengan nambah masalah yang ada. "Bunda bawel banget si! Aku juga lagi nyoba buat sbm!" Sahutnya kesal, akan tetapi bunda tetap mengoceh dan tak memedulikan sikap sang anak.
Waktu terus berjalan hingga kini keduanya sudah saling mengikat satu sama lain Oza tak pernah merasa ssbahagia ini ketika bersama Badra berbanding terbalik dengan Bahrain yang merasa beruntung punya sesosok wanita yang selalu mendampinginya, pasangan itu tampak berjalan santai setelah beberapa hari tak bertemu karena sibuknya pekerjaan masing-masing. Pagi itu semua terlihat damai dan indah Arasya yang selalu menebarkan keromantisan membuatnya iri dan memandang ke arah Bahrain yang tengah mengobrol dengan kakak iparnya, ... perempuan tersebut menautkan bibirnya kesal lalu melangkah ke dalam kamar terlalu bosan. Perempuan menelpon teman-temannya yang sudah berada diluar tanpa ia ketahui, "oy bu! Asik nih yang udah halal." Goda Puri yang menatap maniknya kemudian memain alisnya.Oza memang sengaja magang ditempat Bahrain bekerja agar bisa melihat aktivitasnya setiap hari, akan tetapi setiap kali mereka berdua bertemu dikantor lelaki itu bahkan tak pernah sekalipun melirik s
Semua terasa indah kalau kita bisa mengartikan cinta dengan benar namun ada saatnya semua terasa seperti mimpi buruk ketika ingin memulai sebuah hubungan baru yang konon katanya hanya sebuah ekspetasi belaka, Oza menaruh satu harapan pada Bahrain. Perempuan itu percaya bahwa Bahrain bisa mengobati rasa sakit hatinya yang selalu ia pedam selama ini, ... sejak lama perempuan itu merasakan perubahan pada Bahrain sejak hari penolakan tersebut, rasa bersalah semakin besar dikala pemuda tersebut tak pernah menunjukkan diri lagi dihadapannya. Bukan ini yang Oza inginkan, bukan saling menjauh bak orang asing, jujur saja ia masih perlu sedikit waktu buat membuka hatinya kembali untuk orang lain.Wajah kacau perempuan tampak terlihat jelas dipandangan sang kakak, ... Arasya menghela panjang melihat tingkah adiknya yang terlalu ambis dalam mengejar gelar, "loe tuh kalo udah mulai suka bilang aja kenapa si? Gengsi? Jangan membesarkan gengsi kalo pada akhirnya cuma sakit yang dit
Bahrain menghampiri perempuan yang tengah menunggunya di dekat kursi taman, agak terkejut pasalnya perempuan itu bersama mantan kekasihnya, ... lelaki tersebut menunggu di dekat kedai es krim tanpa terasa es yang ia pegang mulai mencair, Bahrain menghela lelah kemudian mengubah arah langkahnya dan membuang benda cair tersebut. Setelah ia liat keduanya sudah tak dalam satu lokasi yang sama lelaki melanjutkan jalannya dan menyapa perempuan yang tengah tersenyum kosong padanya. Bahrain tak berniat bertanya apapun pada Oza dan memberikan es krim yang sudah gadis itu pesan sejak tadi. Agak canggung ketika sang perempuan memandang maniknya dengan bingung lalu melengos begitu ada kesempatan untuk pergi dari hadapan pemuda tersebut, ... Bahrain menahan lengannya dengan cepat sedetik kemudian lelaki itu lepaskan karena tak ingin membuat gadisnya luka.Oza melangkahkan kakinya ke arah jalan menuju rumah, pemuda bingung bagaimana cara menyampaikan perasaannya
Siang ini gadis itu memiliki janji makan siang bareng dengan keluarganya akan tetapi sepertinya sang ayah memintanya agar membawa seseorang yang spesial meskipun sang ayah tau dirinya masih lajang dan tak ada yang mengisinya saat ini, namun sudah terlihat jelas isyarat yang diberikan oleh ayahnya agar ia mengajak Bahrain makan bersama keluarga mereka. Bunda tersenyum jahil pada sang putri lalu menatap wajah Oza dengan tatapan menggoda lantas perempuan yang kini tengah memandangi kedua orang tuanya itu tak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan bunda dan ayahnya, ... Oza mendengkus geli kemudian meraih ponselnya dan segera menghubungi pemuda tersebut. Karena dia tidak ingin melakukan apapun lagi, setelah menelpon Bahrain perempuan itu langsung bergegas duduk dihalaman rumah seraya menunggui sang pemuda.Celetukan menggoda terus saja lolos dari bibir kedua pasangan yang sedang berada dalam ruang tamu, "liat anak ayah tuh, ... Udah besar." Goda sang bunda tentu saja Oza
Puri benar-benar tidak mengerti jalan pikiran perempuan di depannya itu, mengapa ia harus semarah itu hanya karena masalah kecil? Seharusnya ia memahami maksudnya hanyalah untuk membuat keduanya saling berbaikan satu sama lain. Namun terlihat dari cara marah Oza, perempuan itu tak bisa menerima sikap Puri yang bermaksud baik padanya, Oza mendengkus panjang akhirnya mengalah pada egonya lalu menatap wajah Puri dan meminta maaf atas kejadian tersebut. Oza jelas masih sakit hati dengan sikap Puri namun perempuan itu tak bisa sepenuhnya menyalahkan orang lain bukan? Jika Puri sudah berniat melakukan hal ini, itu artinya Puri tulus ingin membantunya. Sejujurnya perempuan itu telah memaafkan pemuda tersebut akan tetapi sepertinya terlalu sulit memaafkan Nida, ... Karena itu teramat sakit untuk melakukannya.Puri menatap wajah sang teman lalu menghela panjang, "gimana? Loe maafin Za?" Tanya perempuan tersebut penasaran."Sebenarnya gue udah maafin Badra yang kaya loe ta
Oza menghela pendek lalu mengubah posisinya menghadap ke arah jendela merupakan hal lumrah baginya ketika sedang melamun sendiri dikamar, perempuan itu agak tersenyum memaksa ketika kedua orang tuanya mendadak harus keluar kota untuk melakukan perjalanan bisnis. Sendirian di rumah bukanlah kegiatan lama setelah sepeninggalan Arasya memiliki keluarga sendiri, namun bukannya sudah waktunya juga bagi Oza untuk mencari pengganti Badra? Perempuan itu tak memunafikan dirinya sendiri, jika ia sudah bisa melepas semua masa lalunya bersama pemuda itu. Akan tetapi dirinya juga perlu untuk berbahagia dengan masa depannya sendiri, mungkin. Puri yang sudah ribut meminta agar diberikan keponakan dari perempuan tersebut tidak mau menghentikan aksinya yang sudah terjadi sejak beberapa hari lalu. Ponselnya bergetar ketika mendengar suara sang penelepon berbicara, perempuan itu agak mengerutkan keningnya heran. “Hallo?” Ujarnya. Tak ada suara atau balasan dari sang penelepon
Puri mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh sang dosen ketika mendengar penuturan sang dosen tentu saja ia tak begitu fokus pada apa yang dijelaskan sang dosen dan pastinya ia sendirian, karena terlalu malas untuk berurusan dengan dosen hukum membuat sang teman memilih setia diluar. Oza menunggunya dengan bosan selama berada diluar ruangan tersebut bukan apa-apa, tetapi dirinya berdiri di sana sejak jam mata kuliah ketiga selesai dan lebih parahnya lagi ketika Puri mengajaknya untuk mengantar ke ruang dosen perempuan tersebut mengiyakan tanpa berpikir panjang, ... Setelah selesai melakukan perdebatan tersebut di dalam Puri keluar dengan wajah kesalnya. Ah ya perempuan itu juga langsung bergegas pergi meninggalkan tempat itu dan tak menolehkan kepalanya pada Oza, itu cukup membuat gadis cantik itu terkejut dengan sikap acuh Puri. “Buat apa loe ajak gue kalo gue dikacangin kaya gini Pur?” “Ya biar loe gak bosen,” ujar sang lawan bicara. Oza mendengkus panjang
Oza tak bisa mengerti demi letak kesalahannya selama ini, perempuan itu selalu mengikuti keinginan pemuda yang kini tengah merajut kasih dengan wanita lain, perempuan itu menatap lurus dirinya yang juga tak berubah dari hari sebelumnya. Namun keadaannya begitu berantakan karena patah hati pertamanya kemarin, ia akui itu adalah patah hati pertamanya yang paling hebat hingga membuat dirinya tak bisa terlelap dalam tidurnya. Arasya dan keluarganya telah pergi meninggalkan rumahnya— rumah orang tua mereka, beberapa hari lalu ketika gadis itu sedang dalam keadaan tak baik. Oza tak bisa mengantarkan sang kakak perempuannya pergi ke rumah baru dengan benar, ... Namun perempuan itu berjanji akan datang jika ia memiliki banyak waktu senggang. “Kamu tuh jangan ngegalau aja kerjaannya! Bantu bunda sini!” Omel bunda yang melihat sang bungsu terpaku dalam lamunannya.“Gak mood, Bun.” Lengosnya yang menaikki tangga rumah menuju kamarnya, ... Gadis