Setelah pengasuh baru mengasuh anakku selama satu malam ....Anakku mulai mengalami perubahan temperamen yang drastis. Entah kenapa, dia menolak pendekatan yang aku lakukan.Menyadari ada yang tidak beres, aku mengusir pengasuh itu. Aku mengira semuanya akan kembali seperti semula.Suatu hari, aku secara tidak sengaja menginjak sesuatu di bagian bawah tempat tidur saat ingin mengambil sesuatu.Aku melihat mata merah pengasuh itu, serta wajah pucatnya yang menyedihkan tengah menatap lurus ke arahku.Suamiku merasa tidak tega kepadaku karena harus kelelahan setiap hari dalam mengurus anak. Jadi, dia mencarikan pengasuh untuk meringankan beban pekerjaanku.Aku melihat pengasuh itu menatap ponselnya sambil melamun. Aku mendekat dan melihat foto bayi di sana. Wajahnya tidak terlihat jelas, sepertinya sedang tertidur."Apa ini anakmu? Lucu sekali." Aku memuji bayi itu."Ya, sayangnya dia sudah pergi ke tempat yang jauh."Dalam pantulan lampu yang samar, ekspresinya terlihat tidak jelas.Seka
"Ini ...." Dia ingin bertanya kepadaku apa yang terjadi di sini.Aku menoleh dan memelototinya. "Andreas! Itu pengasuh yang kamu pekerjakan! Suruh dia pergi dari sini!"Namun, aku tidak menyangka Mbak Rini tiba-tiba berlutut di depanku. "Saya nggak bermaksud begitu. Anak saya ada di kampung, saya merindukannya, jadi ...."Aku langsung menyela, "Merindukan anakmu dan kamu menganggap anakku sebagai anakmu? Aku mempekerjakanmu di sini buat bantu-bantu, bukan buat nambah masalah!"Mendengarku masih tidak mau luluh, Mbak Rini terus memohon, "Ini salah saya, saya masih punya orang tua dan anak yang harus saya hidupi, tolong jangan pecat saya." Dia menarik celanaku, menangis dengan sangat menyedihkan.Sayangnya, aku adalah orang yang tidak mudah luluh."Kalau kamu nggak pergi, aku akan telepon polisi!" Aku mengeluarkan ponsel dan menunjukkan sikap akan menelepon polisi.Melihat hal ini, suamiku langsung melerai di antara kami, "Mbak Rini, istriku bukan orang yang nggak bisa diajak bicara baik
Aku tidak tahu kapan perawat itu pergi.Yang aku tahu, pikiranku langsung kosong setelah mengetahui apa yang dia bicarakan.Kata-kata Mbak Rini dan perawat itu terus berkeliaran dengan liar di benakku.Siapa yang sebenarnya berkata jujur dan siapa yang berbohong?Perawat itu tidak perlu berbohong kepadaku, lalu kenapa Mbak Rini mencoba menyembunyikan hal ini dariku?Tiba-tiba aku teringat tingkah aneh Mbak Rini tadi malam.Mungkinkah dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya telah tiada, kemudian dia jadi gila?Astaga! Kemungkinan itu sangat mungkin!Aku segera menelepon sahabatku yang bernama Linda, memintanya untuk datang dan menemaniku. Kalau Mbak Rini tiba-tiba jadi gila, aku tidak bisa menahannya sendirian.Seiring berjalannya waktu ....Aku jadi makin panik. Aku mengambil ponsel, lalu meletakkannya lagi. Aku ragu-ragu saat ingin memberitahu Mbak Rini kalau dia tidak perlu datang, tetapi aku takut kalau sikapku ini akan membuatnya kesal.Ketika aku akhirnya mengumpulkan cuku
Linda mengangguk. "Dari apa yang kamu katakan, bayi hantu itu baru berusia beberapa bulan, jadi tubuh jiwanya seharusnya lebih lemah daripada anakmu. Dia membutuhkan ibunya untuk menenangkannya atau dia akan merasa nggak nyaman. Ini akan berpengaruh pada kelemahan tubuh jiwanya.""Pantas saja ...."Aku langsung teringat dengan semua makanan ringan dan mainan di bawah selimut tadi malam. Ternyata itu adalah taktik Mbak Rini untuk menyogok Dikka agar dia bisa membuat Dikka dekat dengannya."Jadi maksudmu, semuanya akan baik-baik saja kalau mereka nggak saling berhubungan?"Linda mengusap pelipisnya. "Kamu terlalu menganggap enteng masalah ini. Menjauhkan mereka hanyalah langkah pertama, yang terpenting adalah menemukan abu bayi hantu itu.""Abu?""Ya. Meskipun Dikka sudah diubah olehnya dan menunjukkan reaksi tubuh seorang bayi, selama kita menemukan abu bayi hantu itu terlebih dahulu, setelah hantunya masuk kembali ke dalam roda reinkarnasi, Dikka akan kembali normal juga."Kata-kata Li
Andreas langsung bergegas ke rumah sakit setelah bekerja lembur. Begitu masuk ke bangsal, dia melihatku terus menatap kotak makan."Kenapa? Apa teknologi sekarang sudah semaju itu, kamu bisa kenyang hanya dengan menatap kotak makan?"Dia menyadari ada yang tidak beres dengan suasana hatiku, jadi sengaja menggodaku.Aku tertawa dibuatnya dan hatiku menjadi lebih ringan."Jangan berpikir macam-macam. Dokter bilang Dikka kurang gizi, jadi kamu jangan khawatir." Andreas melingkarkan lengannya ke tubuhku, aku pun bersandar di bahunya.Seketika itu juga, entah kenapa ada rasa memiliki, yang membuatku merasa tidak sendirian lagi.Ini adalah anak kami, jadi meskipun hal ini terdengar konyol, dia akan mempercayainya, bukan?Setelah memikirkan kata-kata dalam benakku, akhirnya aku berbicara, "Sebenarnya, penyakit Dikka ...."Sebelum aku empat menyelesaikan perkataanku, tiba-tiba terdengar dering ponsel.Andreas mengeluarkan ponselnya dan tanpa sengaja menjatuhkan selembar kertas dari sakunya. Ke
Pada titik ini, aku kembali tenang dan menarik napas panjang.Aku tidak menyangka bahwa adegan dalam film itu akan muncul dalam kehidupan nyata. Wajah mengerikan bayi hantu itu terus membayangiku.Membayangkan makhluk hantu ini mengambil alih tubuh Dikka dan kembali hidup, aku langsung bergidik ngeri.Tidak bisa! Aku tidak bisa diam saja seperti ini!Aku bergegas menuju kamar Mbak Rini, mencari-cari dengan panik untuk mencari keberadaan abu bayi hantu itu.Sayangnya, bahkan setelah mengobrak-abrik kamar, aku tidak menemukan apa-apa.Aku terduduk lesu di lantai.Andreas sudah selesai menyiapkan makanan dan memanggilku untuk makan.Sejak hari itu, dia selalu menunjukkan niat baik kepadaku, ingin memperbaiki hubungan antara kami berdua.Sayangnya, aku tidak punya waktu untuk memedulikannya dan hanya fokus mengurus Dikka."Makanlah, kamu kurusan." Andreas merasa tidak tega saat melihat keadaanku dan menawarkanku makanan.Aku tidak menanggapi dan terus makan dengan tidak fokus. Sebaliknya,
Menikah dengan Andreas selama delapan tahun, aku berpikir dengan hati-hati dan merasa bahwa aku tidak melakukan kesalahan apa pun kepadanya dan keluarganya. Aku tidak menyangka bahwa setelah mengupayakan semua yang terbaik selama bertahun-tahun, dia membalasku dengan pengkhianatan.Andreas menatapku dengan tidak sabar. "Ini masalah utang. Kamu nggak mau bantu aku bayar utang, jadi aku memikirkan caraku sendiri untuk melunasinya.""Apa katamu? Kamu utang lagi! Bukannya kamu bilang kamu sudah berhenti berjudi!"Kata-katanya seperti sebuah petir yang menyambarku.Sebelum menikah, dia punya utang hampir seratus dua puluh juta hanya untuk judi. Orang tuanya patungan untuk bisa melunasi utangnya. Dia berjanji kepadaku kalau dia tidak akan pernah berjudi lagi. Baru setelah itu, aku setuju untuk menikah dengannya.Fakta telah membuktikan bahwa kata-kata para penjudi tidak bisa dipercaya."Nggak disangka aku selalu sial! Aku cuma ingin semua orang menganggap keberadaanku!"Setelah mengatakan it
"Nggak, anakku belum mati! Jangan berani-berani bilang dia sudah mati! Dia belum mati, dia ada di sini ...." Dia memeluk Dikka dengan erat dan mulai bergumam sendiri."dasar dua orang gila!" Andreas bergumam pelan. Dia menghampiri dan meraih tanganku, hendak membubuhkan cap tanganku di atas perjanjian.Tiba-tiba, terdengar teriakan tajam dari belakang. Dia menoleh, melihat sepasang mata tanpa pupil dan langsung tertegun tak sadarkan diri.Mbak Rini tidak terlihat ingin menyelamatkannya. Andreas tidak lebih dari sekadar alat yang bisa digunakan.Dia menatap penuh kasih pada bayi hantu dalam gendongannya dan membujuk dengan sabar, "Sayang, Ibu akan segera menemuimu."Dia berjalan menuju foyer dan hendak pergi.Aku menengok ke arah jam di ruang tamu, yang menunjukkan pukul 11:12.Sudah terlambat!Sebuah jimat kuning melayang ke arah Mbak Rini.Dia langsung tidak bisa bergerak.Ternyata Linda yang melakukannya! Dia sudah datang bersama Mbah Rama."Hampir saja terlambat!" Dia bergegas memba
Menikah dengan Andreas selama delapan tahun, aku berpikir dengan hati-hati dan merasa bahwa aku tidak melakukan kesalahan apa pun kepadanya dan keluarganya. Aku tidak menyangka bahwa setelah mengupayakan semua yang terbaik selama bertahun-tahun, dia membalasku dengan pengkhianatan.Andreas menatapku dengan tidak sabar. "Ini masalah utang. Kamu nggak mau bantu aku bayar utang, jadi aku memikirkan caraku sendiri untuk melunasinya.""Apa katamu? Kamu utang lagi! Bukannya kamu bilang kamu sudah berhenti berjudi!"Kata-katanya seperti sebuah petir yang menyambarku.Sebelum menikah, dia punya utang hampir seratus dua puluh juta hanya untuk judi. Orang tuanya patungan untuk bisa melunasi utangnya. Dia berjanji kepadaku kalau dia tidak akan pernah berjudi lagi. Baru setelah itu, aku setuju untuk menikah dengannya.Fakta telah membuktikan bahwa kata-kata para penjudi tidak bisa dipercaya."Nggak disangka aku selalu sial! Aku cuma ingin semua orang menganggap keberadaanku!"Setelah mengatakan it
Pada titik ini, aku kembali tenang dan menarik napas panjang.Aku tidak menyangka bahwa adegan dalam film itu akan muncul dalam kehidupan nyata. Wajah mengerikan bayi hantu itu terus membayangiku.Membayangkan makhluk hantu ini mengambil alih tubuh Dikka dan kembali hidup, aku langsung bergidik ngeri.Tidak bisa! Aku tidak bisa diam saja seperti ini!Aku bergegas menuju kamar Mbak Rini, mencari-cari dengan panik untuk mencari keberadaan abu bayi hantu itu.Sayangnya, bahkan setelah mengobrak-abrik kamar, aku tidak menemukan apa-apa.Aku terduduk lesu di lantai.Andreas sudah selesai menyiapkan makanan dan memanggilku untuk makan.Sejak hari itu, dia selalu menunjukkan niat baik kepadaku, ingin memperbaiki hubungan antara kami berdua.Sayangnya, aku tidak punya waktu untuk memedulikannya dan hanya fokus mengurus Dikka."Makanlah, kamu kurusan." Andreas merasa tidak tega saat melihat keadaanku dan menawarkanku makanan.Aku tidak menanggapi dan terus makan dengan tidak fokus. Sebaliknya,
Andreas langsung bergegas ke rumah sakit setelah bekerja lembur. Begitu masuk ke bangsal, dia melihatku terus menatap kotak makan."Kenapa? Apa teknologi sekarang sudah semaju itu, kamu bisa kenyang hanya dengan menatap kotak makan?"Dia menyadari ada yang tidak beres dengan suasana hatiku, jadi sengaja menggodaku.Aku tertawa dibuatnya dan hatiku menjadi lebih ringan."Jangan berpikir macam-macam. Dokter bilang Dikka kurang gizi, jadi kamu jangan khawatir." Andreas melingkarkan lengannya ke tubuhku, aku pun bersandar di bahunya.Seketika itu juga, entah kenapa ada rasa memiliki, yang membuatku merasa tidak sendirian lagi.Ini adalah anak kami, jadi meskipun hal ini terdengar konyol, dia akan mempercayainya, bukan?Setelah memikirkan kata-kata dalam benakku, akhirnya aku berbicara, "Sebenarnya, penyakit Dikka ...."Sebelum aku empat menyelesaikan perkataanku, tiba-tiba terdengar dering ponsel.Andreas mengeluarkan ponselnya dan tanpa sengaja menjatuhkan selembar kertas dari sakunya. Ke
Linda mengangguk. "Dari apa yang kamu katakan, bayi hantu itu baru berusia beberapa bulan, jadi tubuh jiwanya seharusnya lebih lemah daripada anakmu. Dia membutuhkan ibunya untuk menenangkannya atau dia akan merasa nggak nyaman. Ini akan berpengaruh pada kelemahan tubuh jiwanya.""Pantas saja ...."Aku langsung teringat dengan semua makanan ringan dan mainan di bawah selimut tadi malam. Ternyata itu adalah taktik Mbak Rini untuk menyogok Dikka agar dia bisa membuat Dikka dekat dengannya."Jadi maksudmu, semuanya akan baik-baik saja kalau mereka nggak saling berhubungan?"Linda mengusap pelipisnya. "Kamu terlalu menganggap enteng masalah ini. Menjauhkan mereka hanyalah langkah pertama, yang terpenting adalah menemukan abu bayi hantu itu.""Abu?""Ya. Meskipun Dikka sudah diubah olehnya dan menunjukkan reaksi tubuh seorang bayi, selama kita menemukan abu bayi hantu itu terlebih dahulu, setelah hantunya masuk kembali ke dalam roda reinkarnasi, Dikka akan kembali normal juga."Kata-kata Li
Aku tidak tahu kapan perawat itu pergi.Yang aku tahu, pikiranku langsung kosong setelah mengetahui apa yang dia bicarakan.Kata-kata Mbak Rini dan perawat itu terus berkeliaran dengan liar di benakku.Siapa yang sebenarnya berkata jujur dan siapa yang berbohong?Perawat itu tidak perlu berbohong kepadaku, lalu kenapa Mbak Rini mencoba menyembunyikan hal ini dariku?Tiba-tiba aku teringat tingkah aneh Mbak Rini tadi malam.Mungkinkah dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya telah tiada, kemudian dia jadi gila?Astaga! Kemungkinan itu sangat mungkin!Aku segera menelepon sahabatku yang bernama Linda, memintanya untuk datang dan menemaniku. Kalau Mbak Rini tiba-tiba jadi gila, aku tidak bisa menahannya sendirian.Seiring berjalannya waktu ....Aku jadi makin panik. Aku mengambil ponsel, lalu meletakkannya lagi. Aku ragu-ragu saat ingin memberitahu Mbak Rini kalau dia tidak perlu datang, tetapi aku takut kalau sikapku ini akan membuatnya kesal.Ketika aku akhirnya mengumpulkan cuku
"Ini ...." Dia ingin bertanya kepadaku apa yang terjadi di sini.Aku menoleh dan memelototinya. "Andreas! Itu pengasuh yang kamu pekerjakan! Suruh dia pergi dari sini!"Namun, aku tidak menyangka Mbak Rini tiba-tiba berlutut di depanku. "Saya nggak bermaksud begitu. Anak saya ada di kampung, saya merindukannya, jadi ...."Aku langsung menyela, "Merindukan anakmu dan kamu menganggap anakku sebagai anakmu? Aku mempekerjakanmu di sini buat bantu-bantu, bukan buat nambah masalah!"Mendengarku masih tidak mau luluh, Mbak Rini terus memohon, "Ini salah saya, saya masih punya orang tua dan anak yang harus saya hidupi, tolong jangan pecat saya." Dia menarik celanaku, menangis dengan sangat menyedihkan.Sayangnya, aku adalah orang yang tidak mudah luluh."Kalau kamu nggak pergi, aku akan telepon polisi!" Aku mengeluarkan ponsel dan menunjukkan sikap akan menelepon polisi.Melihat hal ini, suamiku langsung melerai di antara kami, "Mbak Rini, istriku bukan orang yang nggak bisa diajak bicara baik
Setelah pengasuh baru mengasuh anakku selama satu malam ....Anakku mulai mengalami perubahan temperamen yang drastis. Entah kenapa, dia menolak pendekatan yang aku lakukan.Menyadari ada yang tidak beres, aku mengusir pengasuh itu. Aku mengira semuanya akan kembali seperti semula.Suatu hari, aku secara tidak sengaja menginjak sesuatu di bagian bawah tempat tidur saat ingin mengambil sesuatu.Aku melihat mata merah pengasuh itu, serta wajah pucatnya yang menyedihkan tengah menatap lurus ke arahku.Suamiku merasa tidak tega kepadaku karena harus kelelahan setiap hari dalam mengurus anak. Jadi, dia mencarikan pengasuh untuk meringankan beban pekerjaanku.Aku melihat pengasuh itu menatap ponselnya sambil melamun. Aku mendekat dan melihat foto bayi di sana. Wajahnya tidak terlihat jelas, sepertinya sedang tertidur."Apa ini anakmu? Lucu sekali." Aku memuji bayi itu."Ya, sayangnya dia sudah pergi ke tempat yang jauh."Dalam pantulan lampu yang samar, ekspresinya terlihat tidak jelas.Seka