(POV BU SULIS)Hingga tiba saatnya Rama dan Sarah kembali ke desa, aku menyambut baik wanita itu dan memperlakukannya bagaikan ratu di rumah ini. Dengan harapan Sarah mau menerima bisnis rahasia yang kujalani, nantinya.Setelah ia melahirkan, aku begitu bahagia karena ternyata bayi yang di lahirkan Sarah di hargai dengan harga yang sangat fantastis lantaran bayi mungil itu memiliki paras yang sangat cantik seperti ibunya. Akhirnya kami bertiga menikmati hasil penjualan bayi itu untuk bersenang-senang di kota meninggalkan Sarah di rumah. Satu hari satu malam kami menginap di apartemen untuk berpesta dengan mengundang beberapa rekan bisnisku.Namun, saat kami pulang ke desa aku terkejut kala mendengar kabar jika Edy menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun. Edy merupakan pengawal yang paling kupercaya dan ia juga orang yang paling bisadiandalkan ketika aku memberinya sebuah perintah.Aku mencoba menyelidiki kasus menghilangnya Edy, dengan berbagai cara tetapi tetap saja aku tidak men
(POV SARAH)"Gawat! Nyonya Sulis dan Tuan Rama datang," ucap wanita itu panik.Ternyata pertempuran ini belum selesai, aku segera meneguk segelas air hingga tandas"Ayo kita lawan mereka!" ucapku sambil menatap mereka dengan tatapan yakin.Sementara Kak Dimas terlihat berpikir sejenak, lalu ia mengambil senapan dan mempersiapkannya."Gawat, mereka datang dengan banyak pengawal dan mereka juga membawa beberapa orang wanita. Bagaimana ini?" tanya salah satu wanita yang menjadi tahanan ibu.'Beberapa orang wanita? Apa mereka membawa para tahanan di ruang bawah tanah itu, kesini?" gumamku pelan.Mereka semua terlihat panik, ada yang berlari kesana-kemari untuk mencari tempat persembunyian dan ada juga yang bersemangat untuk ikut melawan Sulis dan kedua anaknya."Ayo kita lawan mereka, kalian ambil senjata yang ada untuk berjaga-jaga!" ucapku tegas."Kalian di sana dan kalian di sini bersamaku," titah Kak Dimas.Akhirnya kami bersiap sambil bersembunyi di balik pintu besi, ada yang berdir
(POV SARAH)Teman wanitaku? Apa itu Mbak Wati? Memang tadi ia ikut menyerang tetapi aku sama sekali tidak melihatnya saat baku tembak di luar. Mungkin saja saat itu ia mengejar Sulis yang melarikan diri."Akhirnya perempuan jahat ini tertangkap!""Ayo kita bunuh dia!""Ya, bunuh saja dia. Dia sudah membuat hidup kami sengsara selama ini!""Dasar perempuan biadab! Kamu tega memisahkan aku dengan adikku yang ada di kota! Kamu harus bertanggung jawab!"Pantas saja warga sekitar terlihat biasa saja tidak mencurigai Sulis sama sekali, ternyata yang di jadikan tahanan itu para wanita yang berasal dari kota bukan dari desa ini.Suasana terdengar riuh, para wanita itu terus berteriak memaki-maki Sulis. Aku pun beringsut turun dari ranjang lalu melangkah keluar sambil membawa belati dengan tangan bergetar.Rasa lelahku kian hilang kala mendengar ada Sulis di dalam bangunan ini, rasanya aku sudah tidak sabar ingin menyiksa wanita itu dan bertanya dimana keberadaan anakku saat ini.Dan benar saja
(Pov Wati)Dulu aku hanyalah seorang pemulung, aku tidak memiliki keluarga dan tempat tinggal yang layak di Kota.Di kota aku hanya tinggal di tempat pembuangan sampah, di sebuah gubug yang di bangun dengan terpal dan kayu-kayu sisa sebagai penyangganya.Gubug ini tentu saja tidak dihuni secara gratis, aku menyewa tempat ini dengan membayar dua ratus ribu setiap bulannya. Nominal yang cukup besar untuk orang sepertiku. Tak hanya itu lantai gubug ini juga beralaskan kardus-kardus bekas atau apa saja asalkan aku dan adikku Lisa bisa tidur nyenyak. Ya, Lisa adalah anak dari seorang ibu yang sebelumnya tinggal di gubug ini. Namun, beberapa saat kemudian ibunya meninggal dan sejak itulah kami menjadi saudara lalu berjuang keras bersama untuk melanjutkan hidup.Hingga suatu ketika aku bertemu Bu Sulis saat aku sedang memulung di tempat pembuangan sampah di Kota ini."Hei Nak, siapa namamu? Apa setiap hari kamu selalu memulung di tempat ini?" tanya Bu Sulis ketika aku sedang beristirahat.A
(Pov Wati)"Ketempat baru kalian," jawabnya, membuatku bertanya-tanya sekaligus ketakutan."Ayo cepat! Mau jalan sendiri atau mau kami paksa, hah!?" tegasnya.Terpaksa aku mengikuti mereka di belakang sambil berpegangan tangan dengan adikku. Saat aku menoleh ke lantai atas, ternyata Bu Sulis sedang memperhatikan kami dengan senyum tipis di atas sana.Kecurigaanku terbukti saat kami memasuki sebuah gudang, lalu masuk ke sebuah ruangan di bawah tanah."Ki-kita mau kemana, Bang?" tanyaku pelan."Sudah, jangan banyak tanya! Kalian ikuti saja kami!" jawabnya ketus.Aku begitu terkejut saat sampai di ruangan bawah tanah, ternyata ada beberapa orang wanita sedang duduk dengan tatapan putus asa di balik jeruji besi."Kak, ini tempat apa? Aku takut!" tanya Lisa sambil mengeratkan pegangan."Mulai sekarang, ini tempat baru kalian! Ingat, kalian harus patuh kalau tidak akan ada resikonya."Tempat apa ini? Kenapa sekarang aku dan adikku harus ada di sini? Apa Nyonya Sulis sudah menjebakku?Kedua
(Pov Wati)Usai berdandan, aku di bawa ke dalam kamar Tuan Rama. Ternyata ia berusaha merenggut keperawananku, ia melakukannya berkali-kali tidak memperdulikan rasa sakit yang kurasakan.Tuan Rama juga meminta pada ibunya, agar aku di jadikan asisten rumah tangga saja sekaligus teman tidurnya. Akhirnya Nyonya Sulis menyetujui permintaan anaknya dengan syarat aku harus patuh. Sejak saat itu aku menjadi mainan pelepas nafsu Tuan Rama, melayaninya siang dan malam kapan pun ia inginkan. Hingga akhirnya aku hamil dan melahirkan anaknya dua kali. Dan Nyonya Sulis pun mendapatkan keuntungan besar dari bayi-bayi yang sudah ku lahirkan.Tetapi di kehamilan ketiga, sepertinya ia mulai bosan. Ia mulai memperbolehkan lelaki lain menikmati tubuhku, termasuk Tuan Reza kakaknya itu. Bahkan Tuan Rama tak berhenti meniduriku saat ia sudah menikah dengan gadis bernama Sarah.***Sampai hari ini aku melarikan diri bersama Non Sarah dan berencana menyelamatkan para wanita yang Menjadi tahanan Sulis. Tet
(Pov Sarah)Tubuh Sulis terus berputar di atas meja bundar itu, ia terus berteriak kesakitan, tetapi para wanita yang sebelumnya menjadi tahanannya malah terbahak menyaksikan penderitaannya."Mampus kau! Rasakan kesakitan itu!""Bagaimana jika kita bunuh saja dia?" "Jangan! Aku masih ingin melihat dia menderita,"Teriakkan para wanita itu begitu memekakkan telinga. Kini ruangan ini begitu sesak, dipenuhi dengan para wanita tahanan Sulis yang sebelumnya sudah di tahan di bangunan ini masih ditambah dengan tahanan yang dibawa dari ruang bawah tanah itu.Padahal aku ingin berbicara empat mata dengan Sulis, aku ingin bertanya dimana keberadaan anakku saat ini. Tetapi para wanita itu malah terus berteriak membuat kepalaku bertambah pusing saja.Aku pasrah terduduk di lantai dengan tatapan kosong menatap ke arah ibu mertuaku itu. Rasanya tubuh ini lelah sekali, aku ingin beristirahat walau hanya sebentar di tempat yang nyaman."Rah, kamu kenapa? Kok wajahmu pucat begitu?" Kak Dimas mengham
(Pov Sarah)"Emm, berarti benar dugaanku semalam yang menyiram bensin dan membakar tempat ini adalah anak buah Sulis untuk mengelabuhi kita," ucap Mbak Wati.Aku menoleh menatap wajahnya, "Jadi maksudmu kebakaran semalam itu di sengaja, Mbak?""Iya disengaja, karena aku melihatnya sendiri ada seseorang yang sengaja membakar tempat ini," jawab Mbak Wati.Ia pun menceritakan saat kami semua menyiksa Sulis, ia melihat ada seorang lelaki yang menyiramkan sesuatu ke sekeliling bangunan ini lalu lelaki itu melemparkan korek api hingga membuat api berkobar membakar tempat ini."Bisa jadi orang itu suruhan Rama dan Reza, licik juga ternyata mereka semua," sahut Kak Dimas."Sudahlah lebih baik kita pergi saja dari tempat ini, oh iya apa di antara kalian ada yang tahu jalan keluar dari hutan ini?" tanyaku pada para wanita tahanan."Aku tahu, tetapi kita akan menempuh perjalanan yang tidak sebentar," sahut seorang perempuan."Kamu yakin, kamu tahu jalan keluar dari hutan ini?" tanyaku lagi."Sep