Karina setengah berlari ingin memeluk Glen yang sedang berdiri melihatnya. Saat itu tangan Glen masih memeluk pinggang rampingnya Naira. Mata Glen melotot tidak senang dengan sikap Karina."Gleeen, kita ketemu lagii..! " Tangan Karina sudah membentang ingin mendapat pelukan dari Glen. Namun secepat kilat Glen menarik tubuh Naira untuk menjauhi Karina. Tentu saja Naira kaget dengan sikap Glen sehingga dia semakin mempererat pelukannya khawatir terjatuh.Karina juga terkejut melihat Glen langsung menghindarinya. Langkah kakinya kini terhenti, dia menatap sedih ke arah Glen yang sudah meninggalkannya."Glen..!" Lirihnya, sambil menatap kepergian Glen dengan Naira sedangkan Rafael yang berada tepat di belakang Karina hanya bisa tersenyum kecut.Rafael juga memiliki harapan yang sama dengan Karina, namun harapannya tidak sebesar Karina sehingga dia tidak terlalu kecewa saat ditinggalkan Naira dan Glen.Rafael membuang nafasnya dengan kasar, dia tidak mau perjalanannya dengan Karina sia-sia
Dion terlihat panik saat melihat Risa mulai meringis menahan sakit, keringat sebesar biji jagung mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Dengan tidak sabar Dion segera menggendong Risa yang mulai mengerang kesakitan."Glen tolong ikut aku ke rumah sakit!" Glen dan Naira yang baru datang langsung menghambur khawatir melihat Risa ada dalam gendongan Dion. Glen berlari menyiapkan mobil bersama Naira.Pintu mobil yang sudah terbuka dan dibuat posisi nyaman Risa berada dipangkuan Dion. Kini wajah Dion sudah ketakutan, dia sangat khawatir melihat istrinya menahan sakit dengan mencengkeram tangannya."Cepat sedikit Glen, tolong jangan buat Risa tersiksa karena perjalanan yang lama!" Dion mulai berteriak karena melihat wajah Risa sudah sangat pucat. Naira juga jadi ikutan takut karena khawatir dengan sahabatnya.Sepanjang perjalanan Risa terus dalam dekapan Dion. Bahkan Dion kini tidak bisa berkata apapun, hanya doa terbaik untuk keselamatan Risa juga bayi yang dikandungnya.Pesta tetap berlang
Pelukan Surya tentu saja membuat Gea menangis. Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya turun juga menganak sungai. Surya yang mengira tangisan Gea karena rasa rindunya membuat dirinya merasa sangat bersalah padanya.Gea justru sedang bingung dan khawatir dengan kondisi putrinya yang sedang dirawat di rumah sakit. Dia juga tidak bisa membiarkan Surya di dalam mobilnya. "Mas, maaf nanti istrinya nyariin! "Surya tersentak mendengar kata-kata Gea, biasanya dia selalu mendengar suaranya yang manja, meminta sesuatu darinya dan merajuk padanya. Kini dia hanya menginginkan dirinya keluar dari mobilnya tanpa memperdulikan perasaannya. "Gea, maafkan aku. Tolong maafkan diriku yang meninggalkanmu tanpa pesan. Posisiku sulit sekarang ini, tapi jangan khawatir aku sedang berusaha untuk keluar dari situasi ini. Aku minta kamu bersabar, aku akan meninggalkan Kirey dan kembali padamu. Aku harap kamu bisa menunggu dan meniti hari bersama aku kembali. Kita akan bersama lagi, sayang."Gea menatap
Hati Dion berdebar, takut dan cemas semuanya campur aduk perasaannya. Dia harus kuat mendampingi Risa, dia juga ingin tahu jenis kelamin anaknya. Karena selama ini mereka memang tidak ingin tau agar menjadi kejutan nantinya.Kini ditempat mereka menunggu detik-detik kelahiran pasangan Dion dan Risa kedatangan penganten yang baru saja mengakhiri pestanya bersama kedua orangtua Dion. "Gimana Nay, Risa sudah melahirkan belum? ""Belum tante, sekarang Risa ada diruang operasi ditemani Dion." Kedua orangtua Dion tentu saja terkejut, "Kenapa harus dioperasi Nay? ""Risa tadi mengalami pendarahan yang membahayakan jiwa mereka berdua, makanya langsung dioperasi Caesar agar keduanya selamat tante.""Ya Allah, jadi tadi Risa juga pendarahan? Tante kira hanya kram biasa." Vanesa terlihat memeluk mama Dion yang kini sudah jadi mertuanya. "Sebaiknya mama duduk dulu, nanti Vanesa ambilkan minum sekalian buat semuanya."Daren segera menggandeng Vanesa mencari minuman untuk mereka, Pelukan pengantin
Langkah Ridwan semakin lemas, mengetahui dirinya kini sudah kotor. Dia malu kepada Yuri, selama ini Yuri sudah menyerahkan seluruh hatinya untuk dirinya. Sedangkan dia malah kembali berpaling kepada Daniar perempuan serakah yang tidak tau malu itu.Ridwan memutuskan untuk menemui Yuri, dia ingin memperbaiki kesalahannya pada perempuan itu. Tiba di rumah Yuri ternyata sudah ada Cris di sana. Mantan kekasih Yuri yang masih berusaha ingin kembali lagi padanya.Saat itu Ridwan jadi ragu untuk masuk, ketika Ridwan ingin berbalik ternyata Yuri menyadari kehadiran Ridwan. "Sayang, kamu mau kemana? Masuklah..!" Sambil menarik kursi rodanya Yuri mendatangi Ridwan dengan senyum cerahnya.Gerakan Ridwan langsung terhenti dan kembali menuju Yuri, "Pelan-pelan saja sayang, aku ngga akan kemana-mana." Gerakan tangan Yuri langsung terhenti, sesaat dia tertegun mendengar kata sayang dari bibir Ridwan yang kini sudah jarang sekali diucapkannya.Binar mata bahagia terlihat terpancar dimata Yuri, hatiny
Yuri masih menatap tidak percaya kalau saat ini Ridwan mengikuti ajakannya untuk jalan-jalan. Dimana Ridwan yang biasanya selalu mengatakan sibuk dengan kerjaan di kantor?Ridwan hari ini benar-benar mengikuti kemauan Yuri tanpa protes sama sekali. Lagi-lagi Yuri dibuat heran. "Mas, aku ganggu kerjaan kamu di kantor ngga? " Ridwan tersenyum sambil menggeleng. "Kenapa kamu bertanya seperti itu sayang, memangnya masih belum puas belanjanya ? "Padahal dari tadi Yuri sudah membeli barang-barang untuk persiapan pernikahannya dengan Ridwan. Dia begitu semangat memilih barang yang akan dijadikan seserahan oleh Ridwan untuknya.Kini Ridwan juga tidak banyak protes seperti biasanya. Bahkan Ridwan juga ikut memilihkannya, dan mencarikan yang terbaik untuk Yuri. Hal ini tentu saja sangat membuat bahagia dirinya."Sayang, besok adalah jadwal pemeriksaanku ke dokter. Bisakah besok mengantarkanku ke sana? " Ridwan pun mengangguk, "Jam berapa sayang, biar aku bisa ijin dulu kepada bosku?"Sekali la
Laura sudah kembali ke rumah orangtuanya. Setelah mengantongi restu dari mama Lisa kini tugasnya adalah harus mendapatkan restu juga dari kedua orangtuanya."Laura, kapan kamu pulang? Papi ngga tau kamu datang." Laura terkekeh dan memeluk papinya yang kini sudah semakin segar. Meskipun usianya tidak lagi muda, namun papinya memang tidak pernah lepas dari olah raga.Papi Marko sangat hobi bersepeda, fisiknya sampai kini masih terlihat bugar tidak kalah dengan yang muda. "Ihh.. Papi bau keringet, mendingan papi mandi dulu deh, nanti baru kita ngobrol."Marko tersenyum menatap putrinya yang cantik ini. Jika tidak karena Laura yang saat itu sudah ada dalam perut Mauren mungkin tidak akan ada yang namanya pernikahan antara dirinya dengan Mauren.Kilas balik kisahnya dengan Lisa membuatnya menarik nafas panjang kali ini. Sampai saat ini ternyata sulit bagi Marko untuk mencintai Mauren. Padahal dia tahu kalau Mauren sudah lama berjuang untuk mendapatkan hatinya.Marko memang dulu sering bers
Laura mulai tidak nyaman dengan sikap maminya. Dia langsung merapat ke papinya, "Piii... Aku salah bicara ya? Mami kok gitu banget sih ngeliatin akunya?"Marko tersenyum melihat rasa khawatir mulai muncul pada Laura. "Sudahlah biarkan mami kamu sedang bingung karena sebentar lagi ditinggal menikah anak perempuannya."Mauren hanya melihat anak dan suaminya kini sedang berbisik-bisik. Dia tau kalau mereka sedang membicarakannya. "Aku harus bagaimana sekarang? Apa aku datangi Lisa saja dan memberi peringatan padanya agar tidak mendekati Marko lagi."Laura kini malah tidak bisa meminta restu pada maminya. Dia takut maminya akan marah kalau terus memaksanya. "Pi, aku harus gimana dong. Kemarin aku sama Leon udah ketemu tante Lisa. Beliau sudah merestui jika kami ingin melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan."Kini Marko yang tersentak kaget dengan berita yang dibawa oleh Laura. Saat ini matanya menyipit tidak percaya, bahkan Marko masih menatap tidak percaya kepada Laura. "Kamu serius
Rafael terluka karena mendengar kabar Naira dilamar oleh Glen. Kesempatan untuk mendekati Naira kini sudah tertutup. Berkali-kali dia menyesali kebodohannya karena mau bekerjasama dengan Karina.Kini Rafael sudah berada di pesawat yang akan membawanya terbang meninggalkan hatinya yang terluka. Tidak disangka semua usahanya untuk mendapatkan hati Naira hanya sia-sia saja.Bahkan kini di kediaman Naira prosesi lamaran itu sedang berlangsung. Terlihat wajah-wajah bahagia yang tidak dapat disembunyikan lagi saat itu, hingga akhirnya kesepakatan tanggal pernikahanpun ditentukan.Mereka akan menikah satu bulan ke depan dengan semua pertimbangan dari kedua belah pihak. Naira dan Glen tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya, demikian juga dengan Risa."Selamat ya say, akhirnya sold out juga..!" Naira terkekeh mendengar ucapan selamat dari sahabatnya. "Alhamdulillah ternyata cepet laku jadi ngga bisa lirik-lirik brondong lagi niiih..! " Keduanya cekikikan tanpa bisa dicegah lagi.Leon dan L
Laura terhenyak mendengar penuturan Vania, seolah semuanya biasa saja yang disampaikannya kepadanya. Vania tersenyum smirk melihat reaksi Laura. Dia berharap Laura akan meninggalkan Leon dan dia bisa kembali lagi menjadi kekasih Leon.Perasaan Laura jelas saja langsung tersulut emosi saat mengetahui alasan Leon ingin menikahinya. Seandainya Vania tau kalau Marko sudah menikah dengan Lisa mungkin Vania tidak akan seberani ini.Laura akhirnya mencoba untuk mencari tau dulu apakah benar dengan semua yang dikatakan oleh Vania. "Oh ya, benarkah? Bahkan jika kamu tau kalau sekarang mama Leon sudah menikah dengan papiku?"Kini mata Vania yang membelalak lebar, tidak sadar Vania menutup mulutnya, kemudian dia berteriak, "Apa..! Tidak mungkin. Bagaimana itu bisa terjadi, bahkan yang ku tau mama Lisa sangat membenci pak Marko? "Kini Laura yang tersenyum sinis melihat kekagetan Vania. "Makanya ngga usah sok tau tentang perasaan Leon padaku, kalau kamu juga tidak tau apa-apa tentang keluarga Leo
Braakk..!! Rafael memukul meja didepannya dengan keras. Kini dia tidak bisa lagi menahan kemarahannya, "Semuanya gara-gara kamu Karin, ingat mulai sekarang aku tidak peduli lagi dengan semua rencana kamu!!"Rafael berlalu pergi begitu saja meninggalkan Karina yang masih terhenyak karena kaget dengan gebrakan meja dari Rafael yang hampir saja menghancurkannya.Karina hanya tersenyum kecut melihat Rafael yang berlalu dengan kemarahan. Dia sendiri juga sedang sedih karena kegagalannya mendapatkan Glen.Kini Glen tidak akan lagi memberikan kesempatan pada Rafael untuk kembali mendekati Naira. Bahkan setelah kejadian itu dia segera menemui kedua orangtua Naira dan meminta waktu untuk membicarakan masalah lamarannya untuk Naira."Kamu serius Glen mau melamar Naira?" Papa Naira menyipitkan matanya karena merasa heran, kedua orangtua Naira merasa ini terlalu cepat karena hubungan Naira dengan Glen saja belum ada satu tahun.Namun melihat kesungguhan Glen kepada putrinya, akhirnya papa Naira m
Glen kini bisa bernafas dengan lega, sedangkan Naira masih diam mematung. Buket bunga untuknya dari Rafael sudah dibuang oleh Glen. Meskipun kesal, Glen masih menunggu kata-kata Naira. "Aku minta maaf Glen, tadinya kupikir Rafael hanya main-main denganku. Karena aku sendiri begitu, tidak ada sedikitpun keinginan untuk membohongimu. Hanya aku tadi benar-benar tidak menyangka kalau Rafael serius ingin menjalin hubungan denganku."Glen hanya menarik nafasnya berat, "Nay, aku ngga nyalahin kamu. Aku tau tidak ada perempuan yang bisa menolak pesona Rafael, karena dibandingkan dengan aku mungkin Rafael banyak memiliki kelebihan. Dan aku tidak akan memaksa kamu untuk terus mencintaiku jika kamu sendiri sudah tergoda dengannya."Deggh..!! Naira melotot horor ke arah Glen yang terlihat serius dengan kata-katanya. "Sebentar Glen, kamu pikir aku sudah tergoda dengan Rafael? Terus kenapa sekarang aku masih bersamamu?"Kini Glen yang gelagapan, dia keceplosan. Tanpa disadarinya itu pasti membuat
Rafael terbelalak melihat dirinya dalam video itu bersama Karina sedang merencanakan akan membuat Naira jatuh cinta padanya. Bahkan Karina terlihat sangat emosional ketika menyampaikan rencana yang ada di kepalanya.Semangat Karina untuk menjauhkan Naira dengan Glen terlihat tidak main-main dalam video tersebut. Melihat perubahan di wajah Rafael membuat Naira cukup terkejut, karena baru kali ini Naira melihatnya secara langsung."Naira, awalnya aku memang hanya ingin membantu Karina. Dia itu masih sepupuku. Namun seiring berjalannya waktu, aku malah semakin tertarik padamu. " Terlihat Rafael mulai mengatur nafasnya yang kini mulai tidak teratur."Aku mohon percayalah padaku kalau aku sekarang benar-benar jatuh cinta padamu. Aku ingin serius menjalani hubungan denganmu, bukan karena rencana Karina tapi ini murni dan tulus dari hatiku. "Naira hanya terdiam, dia tidak berani menjawab sedikitpun. Naira masih shock dengan ungkapan perasaan Rafael padanya. Dia juga tidak menyangka kalau R
Jodoh memang tidak akan lari kemana, meskipun mereka harus menikah dulu dengan orang lain. Akhirnya takdir kembali mempersatukan mereka. Marko tersenyum kembali mengingat perjuangannya untuk kembali pada Lisa."Sayang, kok senyum-senyum sendiri sih!" Lisa menghampiri Marko dan memeluknya erat. Marko tersenyum gemas melihat kemanjaan istrinya. "Bee, siap-siap makan malam bareng Robert dan Rere yuk? "Lisa menatap mata elang Marko, "Memangnya ada acara apa sayang? " Marko mengedikkan bahunya, "Tadi pagi kan aku sudah bilang padamu Bee? "Lisa tertawa geli, "Maaaf.. Lupa sayang." Marko mencubit dagu istrinya mesra, "Lupa melulu, akibat faktor U yaa..? ""Apa tuh.. Kok faktor U? " Marko tertawa, "Usia kita sudah banyak Bee." Mereka saling menatap dan tertawa lagi. Kini mereka sudah siap berangkat. "Eh, sebentar Bee, aku lupa memberitahu Leon dan Laura."Lisa mengangguk dan menunggu Marko menghubungi Laura. Merekapun berangkat ke restoran yang sudah dipesan Robert dan Rere. Pertemuan yang
Gea tersenyum saat melihat Surya baru tiba setelah seharian bekerja. Dia melihat semangat suaminya kini mulai kembali menyala. Usia Gea dan Surya memang terpaut cukup jauh, namun bagi Gea itu bukan masalah. Di dalam diri Surya terlihat sosok ayahnya di sana."Sayang, kok masih di luar ? Ayo masuk sebentar lagi adzan maghrib tidak baik juga buat Ruby." Gea tersenyum dan menghampiri suaminya, "Kami menunggumu pulang, dari tadi Ruby menanyakanmu. Entah kenapa dia terlihat khawatir."Surya terkekeh sambil memeluk Gea dan masuk ke dalam. Disinilah mereka tinggal sekarang, jauh dari keramaian dan suasana pedesaan masih terasa kental. Gea sendiri tidak mempermasalahkannya, selama dia masih bersama Surya baginya itulah kebahagiaan yang sebenarnya."Papa kok pulangnya terlambat, masih sibuk ya?" Putri cantiknya ini berbeda dengan Reva, dia memang selalu ingin dekat dengannya setelah mengetahui dirinya adalah papanya yang selama ini dirindukannya.Surya merasa dirinya dibutuhkan dan dihargai di
Keputusan Rayyan sudah tidak bisa diganggu gugat. Dia sudah mengurus semuanya, dengan bantuan Om Steve semuanya bisa ditangani dengan cepat. Meskipun kakek dan neneknya melarang, Rayyan tetap pergi ke Jerman.Kirey hanya bisa melepas Rayyan dengan doa. Sikap Rayyan memang seperti dirinya, hampir semua sikap anak-anaknya diturunkan darinya. Hanya dari fisik saja mereka seperti Surya namun yang lainnya seperti Kirey.Reva menangis melepaskan kepergian Rayyan di bandara bersama keluarganya. Akhirnya mereka mengalah mengikuti kemauan Rayyan, apalagi Rayyan cucu laki-laki satu-satunya.Mereka berpelukan sesaat sebelum Rayyan dan Vira memasuki pesawat. Pandangan Kirey semakin hampa melihat buah hatinya pergi jauh ke ke negara orang. Sedangkan Surya hanya melepas Rayyan dari kejauhan.Surya enggan bertemu dengan Kirey dan keluarganya. Namun tatapan rindu untuk putrinya yang kini sudah remaja membuatnya hanya bisa terharu. Dari jauh Surya menatap putri kesayangannya.Merasa ada yang memperhat
Rayyan terlihat enggan mengikuti kemauan adiknya. Biarlah ini jadi pelajaran untuk mama dan kakek neneknya meskipun sepertinya mereka masih juga tidak menyadari kesalahan mereka.Tiba-tiba ponselnya di nakas terdengar nada deringnya berbunyi memanggil. Rayyan melirik penelfonnya ternyata Vira kekasihnya. "Halo sayang, tumben telfon biasanya kirim pesan doang? "Vira terkekeh geli, "Sayang, kamu bisa ke caffe Brown ngga? Aku tadi mampir ke sini sekalian ada yang mau omongin ke kamu, penting loh.. Aku tunggu ya? ""Lah, kalo mau ngomong mah ditelfon aja neng, ngapaian harus ke caffe? " Rayyan memang sedang dalam mode malas bertemu siapapun termasuk Vira kekasihnya yang sudah dia pacari selama satu tahun ini."Ishh.. Kamu mah kebiasaan mager aja, sebentar kesini pokoknya aku tunggu, awas kalo ngga datang! " Kini Rayyan terkekeh, "Dih, bisanya ngancam. Bentar lagi ngambek deh..! ""Rayyan..!! Kebiasaan pisan kamu tuh bikin orang kesel aja. Udah deh, sekarang ke sini ditunggu ngga pake lam