Daniar kini dilanda kecemasan yang luar biasa, tidak disangka Bara mantan suaminya sudah keluar dari penjara. Bukankah seharusnya 2 tahun lagi dia baru dibebaskan? Daniar segera menghubungi Daren, namun sudah berkali-kali dirinya menelfon tunangannya namun tidak diangkat.Di sebuah rumah kosan yang sempit, seorang laki-laki sedang tersenyum jahat. Dia adalah Bara, mantan suami Daniar yang ingin memeras dan membalas dendam karena gara-gara Daniar dia bisa mendekam dipenjara.Bara divonis hukuman penjara selama 5 tahun karena perbuatannya, termasuk terlibat kasus membantu menghilangkan nyawa orang lain. Bara tidak mau hanya dia yang menanggung derita, dia akan membuat perhitungan dengan Daniar."Vanesa, aku minta maaf ternyata selama ini aku mengira kamu meninggalkan aku karena menikahi laki-laki lain! " Tatapan sendu Daren membuat Vanesa akhirnya luluh juga, ternyata selama ini Daren juga menjadi korban dari keserakahan Daniar."Iya mas, aku percaya. Mungkin Daniar sudah menceritakan t
Bara mulai meneror Daniar, dia terus-menerus minta uang pada Daniar. Akhirnya karena sudah pusing menerima cacian dan umpatan dari Bara, Daniar menyewa seseorang untuk melenyapkan nyawa mantan suaminya.Meskipun akhirnya Daniar harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit dari kantongnya. Daren sampai kini tidak pernah menemuinya lagi, padahal Daniar sudah berusaha mencarinya kemana-mana.Semakin lama sikap Daniar semakin agresif, bahkan kini mengeluarkan kata-kata kotor dan makian menjadi kebiasaannya. Akhirnya Daren menemui Daniar juga, kini mereka bertemu di caffe tempat awal mereka bertemu."Apa kabar sayang, kemana saja kamu selama ini. Aku sudah sangat merindukanmu! " Daren mendelik mendengar kata-kata Daniar, dia sudah muak melihat wajah Daniar yang bermuka manis padanya."Aku kesini bukan untuk kangen-kangenan, langsung saja ya Daniar. Aku ingin kita putus, karena hubungan kita memang tidak sehat! " Duarrrr...!! Daniar seperti disambar petir ketika mendengar permintaan Daren.Ti
Kini Daniar sedang mencari orang yang akan mengeksekusi Bara, dia tidak mau mengambil resiko lagi dengan membiarkan Bara mengganggu ketenangan hidupnya.Setelah mencari informasi kesana kemari akhirnya didapatlah nama Baron, seorang pembunuh bayaran yang bisa menjaga rahasianya tetap aman. Dia sudah terkenal sangat rapi dalam melakukan pekerjaannya.Meskipun tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan untuk membayar Baron namun Daniar tidak peduli. Dia masih memiliki sedikit uang simpanan yang dia tabung selama menjadi tunangan Daren.Baron menyanggupi permintaan Daniar sesuai perjanjian meskipun awalnya dia menolak. Tapi Daniar terus memaksanya, bahkan berkali-kali memintanya untuk membantunya."Baiklah aku akan membantumu dengan catatan aku dibayar lunas diawal karena aku tidak mau tertipu." Baron sudah memahami sikap orang-orang seperti Daniar. Dia tidak mau dirinya nanti yang dijadikan tumbal dan harus menanggung akibatnya."Ya aku akan transfer uangnya sesuai dengan permintaanmu! "
Kening Dion langsung berkerut saat melihat Daren datang ke perusahaan. Dia merasa heran karena tidak biasa-biasanya Daren sengaja ingin bertemu dengannya.Kembarannya ini bukan tipe laki-laki yang perhatian dalam urusan perusahaan. Namun Dion hanya menunggu apa yang akan dilakukan saudara kembarnya."Sorry, ada waktu ngga Yon? Aku ada berita tentang Vanesa." Alis mata Dion langsung terangkat mendengar kata-kata Daren. Seingat Dion, Vanesa adalah orang yang pernah Daren cintai namun menghilang saat Daren ingin serius dengannya."Vanesa! Ada apa memangnya dengan dia?" Daren menelan ludahnya dengan kasar, "Aku baru saja bertemu dengannya tanpa sengaja." Dion yang dari tadi masih menandatangani berkasnya langsung berhenti dan menatap wajah kembarannya."Maksudmu Vanesa ada disini? " Dion mengangguk, kemudian duduk di sofa sambil menyelonjorkan kakinya. "Aku senang bertemu dengannya, setelah itu aku memutuskan Daniar! "Kata-kata yang baru saja Dion dengar membuatnya bernafas dengan lega.
Peluh Daniar sudah mengucur dipelipisnya, padahal Ac dimobilnya sangat dingin. Daniar benar-benar terpaku karena melihat seringai menakutkan dari orang yang mirip dengan Bara diatas motor yang menyalipnya."Tiiin...tiiin..tiin, bunyi klakson dibelakang Daniar mulai bersahutan dan mengagetkan dirinya. Tangannya langsung bergerak menuju setirnya dan Daniar menjalankan mobilnya perlahan.Terdengar caci maki dan sumpah serapah orang-orang dibelakangnya yang sudah tidak sabar ingin segera meninggalkan tempat tersebut. Daniar mencoba menenangkan dirinya dan melihat kembali orang yang tadi membuatnya ketakutan.Sambil matanya mulai mencari sosok tadi, Daniar memikirkan kembali foto-foto yang sudah dia terima dari Baron beberapa jam yang lalu. "Ah..tidak mungkin itu Bara, bukankan Baron sudah melenyapkannya? "Daniar masih terus bertanya-tanya dalam hatinya. Meskipun tadi dia sempat ketakutan namun dia mencoba mengingatkan dirinya jika Bara sudah berbeda alam dengannya kini.Saat ini Daniar k
Daniar menatap tajam Vanesa yang kini berada di pelukan Daren. Kemarahannya sudah memuncak kini, bahkan dia melihat ke arah Dion. "Kak Dion bantu aku dong, usir perempuan itu dari sini! "Dion hanya melirik Daniar kemudian kembali pada sikap diamnya. Dia bahkan tidak menggubris sama sekali rengekan Daniar. Melihat Dion hanya diam Daniar semakin geram, kini dia berbalik pulang.Namun sebelum melangkah Daren sudah menyambar tasnya. Karena kaget tubuh Daniar hampir oleng, Daren segera membuka tas Daniar dan mengambil kunci mobilnya.Mata Daniar langsung melotot melihat tindakan Daren, "Heh.. Apa yang kau lakukan dengan kunci mobilku!! Daniar berteriak histeris mengetahui kunci mobilnya sudah diambil Daren.Dion juga kaget melihat tindakan adiknya secara tiba-tiba. " Sejak kapan mobil itu milikmu, aku hanya meminjamkan kok! " Daren menyeringai puas setelah menggenggam kunci mobil yang selama ini dipakai oleh Daniar.Mobil itu miliknya dan masih atas namanya, berbeda dengan apartemen yang
Risa masih kaget namun hatinya tentu saja senang, meskipun heran dengan sikap Dion. "Maaf, aku gemes. " Dion malu sambil membuang wajahnya menatap kembali jalan raya.Risa hanya melirik dan tersenyum tipis, beberapa hari ini sikap Dion memang manis padanya. Tapi dia juga tidak mau kepedean karena bisa saja Dion mengatakan yang sebaliknya seperti tadi."Duh, kenapa sih pake acara nyium segala. Tapi aku memang gemas melihat bibir Risa tadi, sampe ngga bisa nahan." Dion masih terus menggerutu dan merutuki kebodohannya.Akhirnya mereka sampai juga ke tempat dokter pribadi keluarga Dharmawangsa. Tadinya Dion berniat mendatangkannya tapi kalau begitu Dion tidak bisa beralasan mengajak Risa keluar dari butiknya.Tanpa sadar Dion tersenyum jail dan melirik Risa. Sedangkan yang dilirik masih membayangkan ciuman yang baru saja terjadi. Tanpa disadari tangan Risa menyentuh bibirnya yang baru saja bertaut dengan bibir suaminya.Dion merasa geli melihat tingkah Risa saat ini, namun dia membiarkan
Daniar benar-benar kecewa karena Daren tidak pernah lagi menghubunginya. Awalnya dia pikir Daren hanya sementara meninggalkannya namun malah hubungannya dengan Vanesa semakin lengket. Bahkan kabar terakhir yang dia dengar Daren sudah melamar Vanesa dan akan menikahinya.Daniar semakin geram saja, usahanya bertahun-tahun ternyata sia-sia. Daniar belum mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia telah gagal untuk menjadi anggota keluarga Darmawangsa, kini dia harus puas hanya mendapatkan Ridwan.Bara menyeringai senang melihat Daniar hidupnya mulai morat-marit. Rupanya menikmati hidup Daniar merupakan kebahagiaan tersendiri baginya. "Mas, minggir dong saya mau lewat nih! " Teriakan Daniar membuat Bara kaget, "Lah kenapa dia tiba-tiba jadi ada disini?"Ternyata Daniar terburu-buru karena melihat Ridwan sedang berjalan dengan seorang perempuan cantik. Mereka terlihat masuk ke caffe yang kini ada Daniar dan dirinya.Daniar tadi sedang menikmati kopinya sambil memikirkan sesuatu, sampai kemudian
Rafael terluka karena mendengar kabar Naira dilamar oleh Glen. Kesempatan untuk mendekati Naira kini sudah tertutup. Berkali-kali dia menyesali kebodohannya karena mau bekerjasama dengan Karina.Kini Rafael sudah berada di pesawat yang akan membawanya terbang meninggalkan hatinya yang terluka. Tidak disangka semua usahanya untuk mendapatkan hati Naira hanya sia-sia saja.Bahkan kini di kediaman Naira prosesi lamaran itu sedang berlangsung. Terlihat wajah-wajah bahagia yang tidak dapat disembunyikan lagi saat itu, hingga akhirnya kesepakatan tanggal pernikahanpun ditentukan.Mereka akan menikah satu bulan ke depan dengan semua pertimbangan dari kedua belah pihak. Naira dan Glen tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya, demikian juga dengan Risa."Selamat ya say, akhirnya sold out juga..!" Naira terkekeh mendengar ucapan selamat dari sahabatnya. "Alhamdulillah ternyata cepet laku jadi ngga bisa lirik-lirik brondong lagi niiih..! " Keduanya cekikikan tanpa bisa dicegah lagi.Leon dan L
Laura terhenyak mendengar penuturan Vania, seolah semuanya biasa saja yang disampaikannya kepadanya. Vania tersenyum smirk melihat reaksi Laura. Dia berharap Laura akan meninggalkan Leon dan dia bisa kembali lagi menjadi kekasih Leon.Perasaan Laura jelas saja langsung tersulut emosi saat mengetahui alasan Leon ingin menikahinya. Seandainya Vania tau kalau Marko sudah menikah dengan Lisa mungkin Vania tidak akan seberani ini.Laura akhirnya mencoba untuk mencari tau dulu apakah benar dengan semua yang dikatakan oleh Vania. "Oh ya, benarkah? Bahkan jika kamu tau kalau sekarang mama Leon sudah menikah dengan papiku?"Kini mata Vania yang membelalak lebar, tidak sadar Vania menutup mulutnya, kemudian dia berteriak, "Apa..! Tidak mungkin. Bagaimana itu bisa terjadi, bahkan yang ku tau mama Lisa sangat membenci pak Marko? "Kini Laura yang tersenyum sinis melihat kekagetan Vania. "Makanya ngga usah sok tau tentang perasaan Leon padaku, kalau kamu juga tidak tau apa-apa tentang keluarga Leo
Braakk..!! Rafael memukul meja didepannya dengan keras. Kini dia tidak bisa lagi menahan kemarahannya, "Semuanya gara-gara kamu Karin, ingat mulai sekarang aku tidak peduli lagi dengan semua rencana kamu!!"Rafael berlalu pergi begitu saja meninggalkan Karina yang masih terhenyak karena kaget dengan gebrakan meja dari Rafael yang hampir saja menghancurkannya.Karina hanya tersenyum kecut melihat Rafael yang berlalu dengan kemarahan. Dia sendiri juga sedang sedih karena kegagalannya mendapatkan Glen.Kini Glen tidak akan lagi memberikan kesempatan pada Rafael untuk kembali mendekati Naira. Bahkan setelah kejadian itu dia segera menemui kedua orangtua Naira dan meminta waktu untuk membicarakan masalah lamarannya untuk Naira."Kamu serius Glen mau melamar Naira?" Papa Naira menyipitkan matanya karena merasa heran, kedua orangtua Naira merasa ini terlalu cepat karena hubungan Naira dengan Glen saja belum ada satu tahun.Namun melihat kesungguhan Glen kepada putrinya, akhirnya papa Naira m
Glen kini bisa bernafas dengan lega, sedangkan Naira masih diam mematung. Buket bunga untuknya dari Rafael sudah dibuang oleh Glen. Meskipun kesal, Glen masih menunggu kata-kata Naira. "Aku minta maaf Glen, tadinya kupikir Rafael hanya main-main denganku. Karena aku sendiri begitu, tidak ada sedikitpun keinginan untuk membohongimu. Hanya aku tadi benar-benar tidak menyangka kalau Rafael serius ingin menjalin hubungan denganku."Glen hanya menarik nafasnya berat, "Nay, aku ngga nyalahin kamu. Aku tau tidak ada perempuan yang bisa menolak pesona Rafael, karena dibandingkan dengan aku mungkin Rafael banyak memiliki kelebihan. Dan aku tidak akan memaksa kamu untuk terus mencintaiku jika kamu sendiri sudah tergoda dengannya."Deggh..!! Naira melotot horor ke arah Glen yang terlihat serius dengan kata-katanya. "Sebentar Glen, kamu pikir aku sudah tergoda dengan Rafael? Terus kenapa sekarang aku masih bersamamu?"Kini Glen yang gelagapan, dia keceplosan. Tanpa disadarinya itu pasti membuat
Rafael terbelalak melihat dirinya dalam video itu bersama Karina sedang merencanakan akan membuat Naira jatuh cinta padanya. Bahkan Karina terlihat sangat emosional ketika menyampaikan rencana yang ada di kepalanya.Semangat Karina untuk menjauhkan Naira dengan Glen terlihat tidak main-main dalam video tersebut. Melihat perubahan di wajah Rafael membuat Naira cukup terkejut, karena baru kali ini Naira melihatnya secara langsung."Naira, awalnya aku memang hanya ingin membantu Karina. Dia itu masih sepupuku. Namun seiring berjalannya waktu, aku malah semakin tertarik padamu. " Terlihat Rafael mulai mengatur nafasnya yang kini mulai tidak teratur."Aku mohon percayalah padaku kalau aku sekarang benar-benar jatuh cinta padamu. Aku ingin serius menjalani hubungan denganmu, bukan karena rencana Karina tapi ini murni dan tulus dari hatiku. "Naira hanya terdiam, dia tidak berani menjawab sedikitpun. Naira masih shock dengan ungkapan perasaan Rafael padanya. Dia juga tidak menyangka kalau R
Jodoh memang tidak akan lari kemana, meskipun mereka harus menikah dulu dengan orang lain. Akhirnya takdir kembali mempersatukan mereka. Marko tersenyum kembali mengingat perjuangannya untuk kembali pada Lisa."Sayang, kok senyum-senyum sendiri sih!" Lisa menghampiri Marko dan memeluknya erat. Marko tersenyum gemas melihat kemanjaan istrinya. "Bee, siap-siap makan malam bareng Robert dan Rere yuk? "Lisa menatap mata elang Marko, "Memangnya ada acara apa sayang? " Marko mengedikkan bahunya, "Tadi pagi kan aku sudah bilang padamu Bee? "Lisa tertawa geli, "Maaaf.. Lupa sayang." Marko mencubit dagu istrinya mesra, "Lupa melulu, akibat faktor U yaa..? ""Apa tuh.. Kok faktor U? " Marko tertawa, "Usia kita sudah banyak Bee." Mereka saling menatap dan tertawa lagi. Kini mereka sudah siap berangkat. "Eh, sebentar Bee, aku lupa memberitahu Leon dan Laura."Lisa mengangguk dan menunggu Marko menghubungi Laura. Merekapun berangkat ke restoran yang sudah dipesan Robert dan Rere. Pertemuan yang
Gea tersenyum saat melihat Surya baru tiba setelah seharian bekerja. Dia melihat semangat suaminya kini mulai kembali menyala. Usia Gea dan Surya memang terpaut cukup jauh, namun bagi Gea itu bukan masalah. Di dalam diri Surya terlihat sosok ayahnya di sana."Sayang, kok masih di luar ? Ayo masuk sebentar lagi adzan maghrib tidak baik juga buat Ruby." Gea tersenyum dan menghampiri suaminya, "Kami menunggumu pulang, dari tadi Ruby menanyakanmu. Entah kenapa dia terlihat khawatir."Surya terkekeh sambil memeluk Gea dan masuk ke dalam. Disinilah mereka tinggal sekarang, jauh dari keramaian dan suasana pedesaan masih terasa kental. Gea sendiri tidak mempermasalahkannya, selama dia masih bersama Surya baginya itulah kebahagiaan yang sebenarnya."Papa kok pulangnya terlambat, masih sibuk ya?" Putri cantiknya ini berbeda dengan Reva, dia memang selalu ingin dekat dengannya setelah mengetahui dirinya adalah papanya yang selama ini dirindukannya.Surya merasa dirinya dibutuhkan dan dihargai di
Keputusan Rayyan sudah tidak bisa diganggu gugat. Dia sudah mengurus semuanya, dengan bantuan Om Steve semuanya bisa ditangani dengan cepat. Meskipun kakek dan neneknya melarang, Rayyan tetap pergi ke Jerman.Kirey hanya bisa melepas Rayyan dengan doa. Sikap Rayyan memang seperti dirinya, hampir semua sikap anak-anaknya diturunkan darinya. Hanya dari fisik saja mereka seperti Surya namun yang lainnya seperti Kirey.Reva menangis melepaskan kepergian Rayyan di bandara bersama keluarganya. Akhirnya mereka mengalah mengikuti kemauan Rayyan, apalagi Rayyan cucu laki-laki satu-satunya.Mereka berpelukan sesaat sebelum Rayyan dan Vira memasuki pesawat. Pandangan Kirey semakin hampa melihat buah hatinya pergi jauh ke ke negara orang. Sedangkan Surya hanya melepas Rayyan dari kejauhan.Surya enggan bertemu dengan Kirey dan keluarganya. Namun tatapan rindu untuk putrinya yang kini sudah remaja membuatnya hanya bisa terharu. Dari jauh Surya menatap putri kesayangannya.Merasa ada yang memperhat
Rayyan terlihat enggan mengikuti kemauan adiknya. Biarlah ini jadi pelajaran untuk mama dan kakek neneknya meskipun sepertinya mereka masih juga tidak menyadari kesalahan mereka.Tiba-tiba ponselnya di nakas terdengar nada deringnya berbunyi memanggil. Rayyan melirik penelfonnya ternyata Vira kekasihnya. "Halo sayang, tumben telfon biasanya kirim pesan doang? "Vira terkekeh geli, "Sayang, kamu bisa ke caffe Brown ngga? Aku tadi mampir ke sini sekalian ada yang mau omongin ke kamu, penting loh.. Aku tunggu ya? ""Lah, kalo mau ngomong mah ditelfon aja neng, ngapaian harus ke caffe? " Rayyan memang sedang dalam mode malas bertemu siapapun termasuk Vira kekasihnya yang sudah dia pacari selama satu tahun ini."Ishh.. Kamu mah kebiasaan mager aja, sebentar kesini pokoknya aku tunggu, awas kalo ngga datang! " Kini Rayyan terkekeh, "Dih, bisanya ngancam. Bentar lagi ngambek deh..! ""Rayyan..!! Kebiasaan pisan kamu tuh bikin orang kesel aja. Udah deh, sekarang ke sini ditunggu ngga pake lam