PoV KemalaPolisi mencariku. Aku kira kasus itu sudah selesai, kenapa masih berlanjut. Aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri, sehingga lupa masalah yang mengancam. Kania dia harus mencabut laporan itu. Aku tidak mau di penjara, aku maunya Feli yang di penjara. Baru saja merasa senang untuk melaporkan wanita bengis itu, karena telah mencelakai diriku, kenapa jadi aku yang terancam. "Sayang, kenapa?" Mas Erwin bertanya khawatir."Mas, tolong aku. Polisi mencariku, Ibu bilang mereka akan menjemput paksa, untung saja aku tidak di rumah!" "Jemput paksa bagaimana?" Mas Erwin mengernyitkan dahinya, mungkin dia lupa dengan laporan Kania."Ini tentang laporan Kania dulu padaku, ketika tertangkap bersama Adnan. Saat itu aku dan Adnan sudah mendapatkan surat peringatan untuk datang, tapi kami tidak datang dan mangkir. Aku tidak mau dipenjara Mas untuk hal seperti ini, aku tidak salah Adnan sendiri yang datang padaku kan. Kania memang picik untuk menghalalkan segala cara, untuk membuatku
PoV (3)Kedatangan polisi dan pesan dari Kania membuat Kemala ketar-ketir. Di saat keadaannya belum terlalu pulih. Kemala sudah dihadapkan dengan masalah hukum yang siap menjerat nya. Ia tidak bisa kabur atau berbuat apapun. "Jangan tangkap saya!" ucap Kemala ketakutan."Kami akan membawa saudari Kemala ke kantor. Sebelum pulih maka akan ada petugas yang menunggu disini,' ujar salah satu polisi yang menggunakan jaket kulit berwarna hitam."Kenapa harus seperti itu? Aku bukan buronan!" ucap Kemala membela diri."Karena anda telah mangkir dari panggilan pertama, dan Ibu Dona ketika kami datang ke rumah. Ibu bilang tidak tahu keberadaan anaknya. Tapi ternyata ibu ada di sini," ujar polisi itu. "Tolong beri keringanan pada putri saya, pak. Saya tidak mengatakan yang sebenarnya karena saya takut. Lihatlah kondisi putri saya," Bu Dona meminta belas kasihan. Sedangkan Cilla juga ketakutan dan kasiha melihat Ibunya. "Kami akan menunggunya hingga pulih dan tidak akan menyakiti Putri anda, B
PoV (3)"Ibu sudah capek dengan masalah keluarga kita, mungkin lebih baik kita jujur saja. Ibu menyesal telah berbohong, apalagi Adnan tadi di jemput polisi, itu juga istri dan mertuamu tampak sekali mata duitan!" ucap Bu Sani dan berniat masuk kembali ke dalam rumah ingin mengatakan yang sebenarnya.Farhan menarik tangan Ibunya dan menjatuhkan tubuh sang Ibu yang menghantam tanah dengan rerumputan. Bu Sani nyalang menatap Farhan yang barusan dengan sengaja membuatnya jatuh."Farhan, kamu mau mencelekai, Ibu?" ucap Bu Sani merasakan pinggangnya sakit, walau ia jatuh tidak terlalu keras. Bu Sani berusaha berdiri, tanpa di bantu oleh Farhan."Pergi Ibu dari sini, jangan menganggu keluargaku!" Farhan menunjuk arah keluar menyuruh Ibunya pergi. "Ibu gak mau pergi, uang itu-""Pergi atau aku seret, Ibu!" hardik Farhan memotong ucapan Ibunya.Bu Sani tertegun. Mata Farhan penuh kilat kemarahan."Mau, aku seret!" ancam Farhan dengan bengis seakan ia tak menganggap perempuan paro baya di ha
PoV (3)Bu Sani ikut senang dan berharap bisa mendapat bagian dari Feli. "Ibu nggak ada kamu beliin sesuatu gitu, Fel?" "Ibu tenang aja ya nanti Feli ajak ibu jalan-jalan dengan Bianca. Kita akan belanja dan beli makanan di luar!"Jawaban Feli membuat Bu Sani tersenyum lega, ternyata Feli masih ingat dengan nya tidak seperti Farhan."Tapi Ibu kepikiran dengan Adnan. Bagaimana ya nasibnya, Ibu sudah minta pada Kania untuk dia mencabut laporan atas Adnan. Tapi kamu tahu sendiri, Kania itu keras kepala dan penuh dendam. Ia tidak mau menuruti permintaan ibu," "Sudahlah Bu, biarkan saja Adnan menerima ujian ini mungkin dia hanya dipenjara beberapa bulan saja. Kasus Adnan itu tidak berat!" sahut Feli dan kembali tersenyum menatap ponselnya. Ia tengah memasukkan beberapa barang ke dalam trolly belanja pada aplikasi online. "Kamu tidak kasihan pada adikmu?" tanya Bu Sani. "Salah Adam sendiri, selingkuh. Memang aku salah Bu, telah membela Kemala dulu dan memasukkannya ke dalam rumah tangg
PoV (3)Karena ucapan Feli kemarin. Mayang jadi mengetahui bahwa bukan Farhan yang memiliki semua itu.Dan Farhan juga akhirnya mengaku ia sekarang tak bekerja. Kemarin sempat bekerja pada temannya, tapi Farhan sudah keluar karena tidak betah belum lagi gaji yang sedikit. Saat bekerja pada Kania dia bisa mendapat gaji besar, belum lagi seseran uang yang ia kumpulkan dari menjual barang-barang yang di naikkan harganya oleh Farhan. "Memalukan kamu, Mas! Dasar pembohong. Jika kamu pengangguran aku tak mau menikah denganmu, tak punya mobil!" gerutu Mayang."Yang penting aku punya rumah untuk kita sayang, maafkan aku. Jadi kamu menyesal menikah denganku, karena keadaan ini?" "Bukk..! Mayang melempar wajah Farhan menggunakan bantal."Gak perlu kamu tanya, tentu aku menyesal menikah denganmu! Kamu tak punya apapun dan telah menipuku! Rumah saja tak cukup," berang Mayang dan merasa jijik menatap suaminya sendiri. "Aku akan mencari pekerjaan, jangan bersikap seperti ini. Kita baru saja men
PoV AuthorKania gelisah usai mendengar ucapan dari Araav. Ia memalingkan wajah dan menatap kearah lain, tak sanggup menatap pria yang duduk di hadapannya. "Tapi aku melihat saat itu, ada wanita bersamamu. Dia tunanganmu bukan?" tanya Kania. Saat itu ada wanita yang memperkenalkan diri sebagai tunangan Araav pada Kania. "Pasti Livy, dia bukan tunanganku. Kami hanya berteman," Kania hanya menanggapi dengan senyum canggung. "Aku serius denganmu," ujar Araav dan menatap lekat pada Kania untuk menyatakan kesungguhan akan ucapannya. Ia masih memiliki perasaan pada wanita di hadapannya itu. Selama ini Araav masih menyimpan perasaan pada Kania. Berusaha melupakan apalagi saat tahu Kania sudah menikah. Tapi dengan statusnya yang sekarang, dan bertemu membuat perasaan itu tumbuh kembali."Untuk saat ini, aku belum mau menjalin sebuah komitmen dengan pria. Aku masih ingin fokus pada anak dan usahaku, kuharap kamu mengerti. Apalagi pernikahanku sebelumnya tidak mudah dan berakhir tragis," Ka
PoV Author"Rumah akan di sita? Kamu bod*h Mas! Bisa tertipu dengan istrimu, yang pecundang itu!" cerca Kemala saat Erwin memberitahu jika rumah itu akan di sita. "Aku juga tidak tahu jika dia melakukan ini!" Erwin sedikit sebal karena di katakan bodoh oleh Kemala."Kamu yang tidak teliti, kenapa kamu tidak membaca surat itu sebelum kamu menandatanganinya?"" Ini semua karena Feli yang pandai memanipulasi!" elak Erwin."Lantas kita akan tinggal di mana, jika rumahmu akan disita?" Kemala duduk di sebelah sang suami. 'Di rmahmu, kan ada sayang. Bagaimana kalau kita di sana saja!" "Tidak bisa Mas," "Kenapa?" tanya Erwin mengerutkan dahi."Kamu tahu kan ibuku saja pindah kemari, rumah itu dulu aku gadaikan pada rentenir dan aku tidak sanggup membayar hutang kepada rentenir itu, karena bunganya sudah terlalu banyak. Karena itu keluargaku pindah kemari, Ibuku juga sudah bercerai dengan Bapakku, karena Bapak meniklah lagi," jelas Kemala. Erwin cukup kaget, karena ia baru tahu tentang in
PoV Author"Syukurlah sayang, kamu tidak keguguran," ujar Farhan yang merasa bersyukur, karena calon anaknya selamat. Berbeda dengan Mayang yang justru tidak suka dengan kondisi ini, dia ingin menggugurkan janin yang ada di dalam kandungannya. Tapi sepertinya obat yang ia minum itu belum mampu membuat janinnya luruh. Beruntung saja Farhan tidak tahu siapa Ayah dari janin yang ia kandung, itu cukup membuat Mayang lega. "Kamu kenapa cemberut seperti itu, apa kamu tidak suka jika anak kita selamat?" tanya Farhan menyelidik karena raut wajah Mayang tak bahagia."Bukan begitu Mas, aku hanya masih merasakan sakit pada perutku. Tentu saja aku senang jika tidak keguguran," jawab Mayang menutupi kecemasannya."Kata Dokter tadi penyebab kamu pendarahan karena mengkonsumsi obat. Obat apa yang kamu minum itu?" Darah Mayang berdesir ketika pertanyaan itu dilontarkan oleh suaminya. Ia juga belum sempat menyembunyikan obat aborsi yang ia beli secara ilegal itu. Bagaimana jika Farhan menemukan oba
Adnan tak mengizinkan mantan Ibu mertuanya dan Sarah untuk membawa Cilla, sama saja mereka memanfaatkan Cilla untuk memaksa Adnan memberi uang pada Kemala setiap bulan."Kami yang akan mengurus Cilla. Kemala berhak karena dia ibunya, kami dulu hanya menitipkan dia," kekeh Bu Dona yang tetap akan membawa Cilla. "Banyak alasan, aku tahu apa maksud kalian. Pasti ingin agar aku mengirim uang setiap bulan pada Kemala kan, karena kalian sudah tidak punya uang lagi. Aku tidak akan membiarkan Cilla, dibawa oleh kalian. Dia tetap akan di sini tinggal bersamaku, aku tidak mau lagi dimanfaatkan oleh Kemala, harusnya Ibu bilang pada putrimu itu suruh dia bertaubat sudah banyak dosa yang ia lakukan membuat rumah tanggaku hancur dan juga kakakku. Itulah akibatnya menjadi wanita murah*n!" cerca Adnan pada mereka. "Lancang mulutmu Adnan, jangan pernah menghina Kemala. Ia sekarang sedang sakit," ujar Bu Dona matanya melotot memarahi Adnan karena telah menghina putrinya. "Bagus dia sakit, itu huku
PoV AdnanHampir 6 bulan sudah aku menikah dengan Asti. Tak ada perubahan dari istriku itu, dia semakin liar, pulang pagi dan tak peduli dengan bayi ini. Ibu datang ke rumah bersama Mbak Feli. Aku yang meminta mereka datang, karena kewalahan mengurus Cilla dan Fano. Ingin mendapatkan kerja, justru malah menjadi baby sitter untuk bayi Asti. Bapak mertua juga tak ada kejelasan, untuk memberiku pekerjaan."Istrimu kemana?" tanya Ibu dan duduk di sofa. "Sudah 4 hari ini Asti, gak pulang, Bu!" jawabku. Memang entah kemana Asti. Biasanya ia akan pulang pagi jam 3/4 dinihari tapi sekarang sudah 4 hari tak pulang, juga tidak mengabari. Aku mencoba menelpon tapi sepertinya nomorku telah di blokir olehnya. "Lihat nih!" Mbak Feli menunjukkan layar ponselnya. Di situ jelas akun fesbuk Asti yang berfoto bersama teman-temannya, sedangkan ada foto ia dirangkul oleh seorang pria muda. "Healah Asti ni ternyata gemblung! Udah punya suami, malah foto begitu sama pria lain! Adnan, kamu ceraikan sajal
PoV AdnanHampir 6 bulan sudah aku menikah dengan Asti. Tak ada perubahan dari istriku itu, dia semakin liar, pulang pagi dan tak peduli dengan bayi ini. Ibu datang ke rumah bersama Mbak Feli. Aku yang meminta mereka datang, karena kewalahan mengurus Cilla dan Fano. Ingin mendapatkan kerja, justru malah menjadi baby sitter untuk bayi Asti. Bapak mertua juga tak ada kejelasan, untuk memberiku pekerjaan."Istrimu kemana?" tanya Ibu dan duduk di sofa. "Sudah 4 hari ini Asti, gak pulang, Bu!" jawabku. Memang entah kemana Asti. Biasanya ia akan pulang pagi jam 3/4 dinihari tapi sekarang sudah 4 hari tak pulang, juga tidak mengabari. Aku mencoba menelpon tapi sepertinya nomorku telah di blokir olehnya. "Lihat nih!" Mbak Feli menunjukkan layar ponselnya. Di situ jelas akun fesbuk Asti yang berfoto bersama teman-temannya, sedangkan ada foto ia dirangkul oleh seorang pria muda. "Healah Asti ni ternyata gemblung! Udah punya suami, malah foto begitu sama pria lain! Adnan, kamu ceraikan sajal
PoV AdnanAsti meringis tampak menahan sakit. "Kita ke kamar saja, kamu kesakitan," aku mengajak Asti untuk pergi ke kamar dan meninggalkan pelaminan. "Sakit banget, Mas!" rintih Asti. "Kamu mau melahirkan mungkin As, ini sama seperti mantan istriku dulu saat ia kontraksi. Apa kamu sudah hamil 9 bulan?" aku benar-benar penasaran dengan usia kandungannya. "Iya mungkin, Mas!" jawabnya sambil terus berjalan perlahan menuju kamar."Kok mungkin? Kan kamu yang hamil pasti tahu lah!" aku menutup pintu saat kami berada di dalam kamar. Pak Lurah bilang jika putrinya hamil 4 minggu, waduh pas acara resepsi malah mau melahirkan, buat malu saja Asti ini. Jika memang benar dia akan melahirkan sama saja tak menutup aib. Yang penting aku sudah menerima uang dari Pak Lurah, tapi jika begini namaku juga yang ikut tercoreng dan di duga yang telah menghamili Asti."Asti..!" pintu di gedor terdengar suara Ibu Asti yang kini menjadi ibu mertuaku. Aku membuka pintu. "Ada apa dengan kalian, kenapa mal
PoV AdnanJika dengan cara baik-baik Kania tak bisa di ajak bekerja sama, maka jangan salahkan aku jika cara memaksa bisa membawa Riko. Ia pasti ada di rumah Mama Nayla. Mbak Feli bilang, jika putraku sering di rumah Neneknya karena Kania mengurus usahanya. Kania dengan angkuh pergi menggunakan mobilnya, wanita keras kepala yang selalu merendahkan aku. Akan ku balas perbuatanmu, karenamu harga diriku terinjak-injak. **"Adnan?" ucap Kania mantan Mama mertuaku. Matanya membulat terlihat jelas ia kaget dengan kehadiranku di rumahnya. "Ma, aku ke sini mau menemui, Riko anakku!" ujarku menyampaikan maksud tujuan. Dan tetap memanggilnya Mama. Ia tampak ragu dan tersenyum kecut. "Sebentar, Mama panggilkan Riko," perempuan paro baya itu berlalu kembali masuk ke dalam rumah. Aku akan mengajak Riko. 3 hari lagi pernikahanku dan Asti akan berlangsung, dia harus mengenal calon Ibu tirinya. Tak lama Mama Nayla kembali bersama Riko."Itu Ayah, mau bertemu kamu," tukas Mama Nayla menunjuk aga
PoV KaniaMas Adnan datang kembali hanya ingin mengatakan ingin menikah, sungguh berita yang tidak penting bagiku. Awalnya aku masih bisa menanggapi biasa saja, tapi emosiku naik karena ia berkata akan meminta hak asuh Riko. Bahkan membiarkan Riko satu hari saja dengan Ayahnya aku tak sudi. Katakan aku jahat, memisahkan putraku dari Ayah kandungnya, tapi setiap manusia mempunyai sisi jahat bukan? Terlebih aku yang sudah di sakiti atas perbuatan Mas Adnan. Dia memang tidak peka atau tak punya ot*k untuk berpikir, perbuatan nya juga menyakiti anak kami. Anak korban perceraian itu berhak tinggal bersama ibunya. Apalagi kamu mempunyai skandal sebelum bercerai. Kamu tidak akan bisa menuntutku Mas, aku masih punya banyak bukti perselingkuhanmu dengan Kemala dulu jadi jangan mengancam!" "Aku tetap akan membawa Riko!" ujar Mas Adnan kekeh."Tidak akan pernah aku mengizinkan Riko, untuk ikut bersamamu. Bahkan satu hari saja aku tak sudi mengizinkannya!" ucapku menolak mentah-mentah keingina
POV Adnan"Jika kamu mau menikah dengan Asti, saya akan berikan 20 juta," ujar Pak Karman Bapak Asti yang seorang Lurah di daerah tempat tinggalku."Cuma 20 juta? Sedangkan anak Bapak itu sudah Hamil, kecuali jika dia perawan. Apa untungnya saya menikahi dia," ucapku ingin memancing Pak Karman memberi lebih dari 20 juta. Enak saja hanya segitu, anaknya sudah bunting memang sih dia cantik. "Kamu mau apa, Adnan. Katakan!" "Saya mau kerja Pak, di kantor lurah. Biar tiap hari pakai seragam, masa seorang mantu Lurah nganggur!" ini kesempatanku untuk meminta pekerjaan. Jika aku kerja di kantor Lurah, dan menggunakan seragam bisa menaikkan derajatku di mata Kania. Pasti dia menyesal telah meminta cerai, dan aku bisa membalas perlakuannya. Asti cantik, juga muda bisa membuatku kaya. Usiannya juga masih sangat muda 18 tahun, baru lulus SMA tahun ini. Hampir seumuran dengan Dea adikku. "Tapi kamu itu hanya lulusan SMA, bukan?" Pak Karman bertanya, ia seperti ragu ingin menyanggupi permintaa
PoV (3)Kemala kembali ke rumah Erwin. Usai 3 minggu ia berada di rumah sakit, tapi rumah Erwin terkunci dari luar seperti tidak ada penghuni." Bagaimana nih, suamimu tak ada di rumah!" ujar Bu Dona ketika mereka tidak bisa masuk ke dalam rumah."Aku tidak tahu Bu, Mas Erwin juga memblokir nomorku," ucap Kemala menghela nafas. "Lantas kita mau pergi kemana?" tukas Bu Dona khawatir. "Ada urusan apa kau datang kemari lagi!" Kemala menoleh ke belakang, ternyata suara itu berasal dari mertuanya yang sudah berdiri di belakangnya. Bu Rubi berjalan menghampiri Kemala."Jangan harap kamu bisa tinggal di rumah ini lagi, pergi! Erwin sudah menceraikanmu, masih punya muka kamu untuk datang lagi!" Bu Rubi sangat marah saat melihat Kemala kembali, mantan menantunya itu sudah mencoreng nama baiknya hampir satu minggu lebih ia menjadi gunjingan oleh semua warga di sekitar. Bahkan beberapa orang menjauhi keluarga-nya karena masalah ini. "Wanita murahan kamu, telah menyakiti mas Erwin! Rasakan k
PoV (3)"Wajahku..!" Kemala menangis dan meraung meratapi wajahnya kini penuh dengan luka lebam dan juga bekas luka dari serpihan kaca yang menembus kulit wajah yang mulus. Kemala menangis hampir tak bersuara saking histerisnya. Ia seperti tak punya kekuatan lagi untuk berteriak."Nikmati wajahmu yang buruk rupa itu! Siapa yang mau denganmu, mereka akan jijik melihat raut wajahmu dasar pelac*r!" hina Erwin yang terlihat bahagia melihat kesakitan Kemala dan penderitaannya."Semua ini masih bisa sembuh, aku tidak akan cacat seumur hidup!" ucap Kemala lirih."Tak perlu kau tangisi, karena kamu memang pantas mendapatkan semua ini sundal. Aku bahkan tak perlu mengotori tanganku sendiri sehingga bisa membuatku masuk penjara untuk menghancurkanmu. Kecelakaan dan musibah yang kamu hadapi adalah anugerah bagiku, tapi aku belum bahagia melihatmu seperti ini. Aku ingin kamu lebih hancur lagi!" Erwin justru menekan wajah Kemala dengan tangannya."Singkirkan tanganmu, wajahku terasa sakit!" Kema