Entah apa yang harus di lakukan Gebriella saat ini. Pikirannya buntuh, tatapannya kosong. Saat ini dia hanya ingin menangis dan bertanya pada Reyhan, tentang apa yang sudah di lakukan Reyhan selama ini tanpa sepengetahuannya.
"Ya Tuhan..., setelah mengetahui semua ini, apakah aku harus mengejar Kak Rey yang terbaring dalam keadaan lemas seperti itu?? Ataukah aku harus bertanya pada tunangan wanita tadi, kenapa kamu begitu tega padaku??" Gumam Gebriella pelan dengan wajah yang penuh dengan kekecewaan.
Apakah aku harus menamparnya dalam keadaan pingsan seperti itu...?? Ataukah membiarkan pikiranku buntu seperti ini??? Uhu' uhu'..." Kata Gebriella dalam hati, sambil menangis menarik kopernya dan berjalan menuju lift.
Gebriella berjalan seperti orang kebingungan. Berjalan tanpa tujuan, hingga akhirnya dia menyambar orang yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.
"Maaf, maaf Nona.. Saya tidak sengaja," kata maaf dari lelaki yang berambut coklat, berk
Jayen sangat terkejut mendengar suara wanita itu. Tapi ternyata yang di lihatnya bukanlah Pevita, melainkan Vebiola yang dulu pernah menyukai Jayen saat mereka bekerja di kantor yang sama. "Oh iya Bu Vebi... Selamat bertemu kembali," kata jayen sambil membalas jabatan tangan Vebiola. "Sama sama Pak Jayen. Lama tak jumpa, aku melihat Pak Jayen semakin banyak berubahan, hehehe... Gimana kalau kita ngopi ngopi di caffe sebelah. Sebentar saja. Bisa nggak Pak Jayen??" Kata Vebiola sambil tertawa kecil. Jayen hanya membalasnya dengan tertawa kecil, seolah setuju dengan ajakan Vebiola. Setelah mereka berjalan beberapa langkah, Tiba tiba dari kejauhan Pevita memanggil nama Jayen dengan suara yang tegas, "Jayen!!" Jayen yang mendengar suara itu, melihat ke arah samping. Terlihat Pevita yang sedang memegang kopernya sambil menggendong Verlando, bayinya. Sementara di belakang Pevita, ada ibunya yang sambil membawa koper dan juga memegang botol susu bayi.
Hari ini Gebriella akan balik ke Kota Hunan. Dia berusaha untuk merelakan Reyhan, tapi begitu sulit baginya untuk melupakan Reyhan yang merupakan cinta pertamanya. "Semoga kamu cepat pulih, dan bahagia selalu kak Rey..." Kata Gebriella dalam hati sambil melihat ke arah luar melalui kaca pesawat. Tidak lama kemudian pesawatpun terbang meninggalkan Negara Guardan. Gebriella menghapus air matanya yang jatuh dari mata sembabnya. Baginya, tidak ada kata lain selain melepaskan. Sementara Nyonya dan Nona Levrawnch baru saja tiba di bandara. Lenia mengaktifkan handphonenya. Notivikasi pesan masuk dan telepon masuk mulai berbunyi. Lenia membuka dan membaca salah satu pesan gambar yang di kirim oleh sahabat sahabat Reyhan. Serta ada beberapa pesan yang di kirim oleh dokter penanggung jawab. Di lihatnya Reyhan yang saat ini sudah berada di ruangan ICU, terbaring dengan menggunakan alat alat medis. "Mi... Tolong jangan lakukan kesalahan untuk yang kedua k
Para dokter berlarian di dalam ruangan ICU tempat Reyhan di rawat. Sedangkan Lenia duduk sambil menangis. Begitu juga teman teman Reyhan. Chriss, terlihat sedang menelpon salah satu dokter terbaik yang ada di China dan juga di Amerika untuk datang ke rumah sakit itu. "Pi... Gimana ini?? Apa yang harus kita lakukan agar anak kita bisa melewati masa kritisnya...??" Tanya Nyonya Levrawnch pada Chriss, suaminya. "Tanyakan pada diri mami sendiri," jawab Chriss merasa kesal pada Nyonya Levrawnch. "Kenapa dari kemaren papi seolah menyalahkan aku terus...??? Dia juga anakku, dan tidak mungkin aku menginginkan hal ini terjadi pada anakku. Aku hanya ingin dia menikah dengan wanita yang baik baik saja, dan bukan wanita yang matre' itu.." kata Nyonya Levrawnch pada Chriss. Tanpa memperdulikan Nyonya levrawnch, Chriss malah melihat ke arah Lenia yang sedang berbicara dengan dokter asli dari Guardan. "Doctor, let his friends come in. I'm sure he will be strong, if
Setelah Neta memgetuk pintu kamar Gebriella berkali kali, Gebriella tetap saja tidak keluar dari kamarnya. Hingga akhirnya, Netapun memberitahu Nathan, "Maaf Pak, sepertinya Gebby sedang istirahat. Soalnya kondisi badan Gebby saat ini juga sedang tidak memungkinkan," jelas Neta pada Nathan. Mendengar penjelasan Neta, Nathan dengan spontan langsung meminta agar Neta saling bertukar nomor telepon dengannya, biar bisa menghubungi Nathan jika Gebriella sudah bangun. Netapun setuju untuk memberikan nomor teleponnya pada Nathan. ***** Di kantor keamanan, terlihat Viktor dan teman temannya sedang memindahkan batu. "Cepat, cepat!!" Perintah petugas keamanan. Melihat Viktor begitu malas, bagian petugas malah memindahkannya di tempat batu batu yang besar. "Apa'an sih??? Kok aku malah di pindahkan di situ?? Ahhh!! Aku nggak mau kesitu Pak, tangan saya sudah membekas. Aku mau disini saja," Ucap Viktor pada petugas keam
Frita dan Lili menjemput Gebriella di Bandara. Selain tidak jadi berangkat ke Negara Guardan, Gebriella masih saja kebingungan. Dia tidak terlalu yakin bisa menahan amarahnya saat berhadapan dengan Reyhan. Namun di sisi lain, dia juga khawatir dengan keadaan Reyhan saat ini. "Gebb... Kamu kenapa?? Apa yang sebenarnya terjadi padamu dan juga Kak Reyhan??" Tanya Lili pada Gebriella yang hanya duduk diam saja sambil menyandarkan kepalanya di tembok. "Aku tidak apa apa Lili," jawab Gebriella singkat. "Geb, coba kamu ceritakan semuanya kepada kita, apa yang sebenarnya terjadi?? Kenapa saat kamu berangkat ke Guardan, malah tinggal bersama dengan Adit. Sementara Kak Rey sedang sekarat di rumah sakit??" Tanya Frita penasaran. Gebriella akhirnya menjawab pertanyaan Frita dan Lili sambil meneteskan airmata. Dia terlihat begitu lelah dengan perasaannya. Sementara Frita dan Lili yang mendengar curahan hati Gebriella, mencoba menenangkan Gebriella dengan cara meme
Dokter akhirnya mengikuti apa yang di ucapkan Lenia. Namun sebelumnya, dokter harus meminta persetujuan dari dokter penanggung jawab dan direktur, serta 2 keluarga pasien yang berada dalam satu ruangan dengan Reyhan. "Hallo Tante... Tante, gimana kabar Reyhan??? Aku sangat khawatir, makanya aku datang kesini tanpa meminta ijin lebih dulu ke Tante," kata Marsyalinda pada Nyonya Levrawnch. "Iya sayang.. Sebagai calon istri Reyhan, tentu saja kamu tidak apa apa untuk datang membesuk Reyhan," kata Nyonya Levrawnch sambil memegang tangan Marsyalinda. "Hmmpp.. Lihatkan?? Yang lain tidak akan berani melawan setelah Tante mengijinkanku. Hahaha..." Kata Marsyalinda dalam hati sambil memeluk Nyonya Levrawnch. Sedangkan Syela dan juga karyawan lainnya, hanya berdiri dalam diam dan menunggu dokter keluar dari ruangannya. Beberapa jam kemudian, dokter keluar dari ruangannya, Chriss dan Lenia serta yang lainnya langsung mendekati dokter. "Nona Lenia
"Suster, apa yang barusan kamu katakan!!" Tanya Lenia dengan suara keras pada perawat itu. Belum juga suster menjawab karena ketakutan, dokter Willy sudah memanggil suster yang membawa alat itu untuk memakai pakaian APD dan masuk ke dalam ruangan ICU. Mereka semua melihat Reyhan yang ada di dalam ruangan ICU itu melalui kaca transparan. "Kak Lenia... Sabar yah, ayo kita berdoa meminta bantuan Tuhan." Kata Gebriella yang sebenarnya dia juga tidak kuat melihat Reyhan di kelilingi oleh dokter dan perawat saat ini. "Cepat, lakukan RJP 2.4," perintah dokter Willy kepada dokter yang satunya dengan menggunakan alat RJP. Gebriella yang dari tadi memperhatikan tindakan dokter dan susterpun semakin tidak tenang. Sakin paniknya Gebriella malah menggemparkan semua orang yang ada di luar ruangan ICU itu. Secepatnya dia ke ruangan ganti untuk memakai pakaian safety, dan ikut melalui pintu yang menembus ruangan ICU itu. Namun dokter dan perawat tidak
Semua orang yang ada di luar ruangan merasa bahagia melihat Reyhan yang sudah kembali siuman. Namun, ada sebagian orang yang berbisik bisik, ada juga yang bersyukur dengan keajaiban itu, dan ada juga yang merasa bahwa Gebriella justru lebih cocok bersama Reyhan dari pada Marsyalinda. Sementara Marsyalinda sangat kesal melihat Gebriella yang masih berada di dalam ruangan ICU. Melihat Nyonya Levrawnch keluar dari ruangan, Marsyalinda langsung mendekati dan berkata, "Tante, kenapa Tante hanya membiarkan Gebriella berada di dalam ruangan itu?? Harusnya dia keluar dulu, biar Reyhan bisa istirahat. Kan dia juga baru sadar Tan..". Nyonya Levrawnch terus berjalan tanpa menjawab perkataan Marsyalinda. "Kasian Reyhan, dia baru saja siuman. Harusnya perempuan itu tahu diri, biarkan Reyhan istirahat dulu. Kalau Reyhan sekarat lagi, gimana Tan...??" Lanjut Marsyalinda. Hati Nyonya Levrawnch terketuk, dia melihat Marsyalinda dan akhirnya melihat ke arah kac