“Halo dimana kamu?” sebuah pertanyaan dilayangkan oleh lawan bicara Arga disaat Arga menjawab telepon yang masuk ke ponselnya tadi.
“Ada apa kau menelponku?” Arga bertanya, seolah kini dia sedikit berbeda dengan cara tuturnya kepada beberapa yang yang sempat ditemui Arga belum lama ini.
“Apa itu cara bicara yang benar kepada Ibumu?” Ibu Arga begitu terdengar emosi saat dari awal dirinya menelepon Arga.
“Sudah, aku tidak punya banyak waktu. Bilang saja apa mau Ibu.” Arga begitu tegas menanggapi ibunya karena seolah-olah Arga sudah punya firasat bahwa Ibunya akan menanyakan sesuatu.
Seketika suasana hening untuk beberapa saat, setelah itu ibu Arga kembali bertanya kepada Arga.
Setelah sesi telepon itu Arga meletakkan ponselnya di dalam saku, dan untuk setelahnya kini Arga merebahkan punggungnya di sandaran sofa tempat dia duduk, dengan sedikit mengarahkan pandangannya ke atas dan menatap kosong disana.Arga hanya bisa melamun dan menggerutu dalam pikirannya, “Kenapa aku selalu merasa sakit kepala saat aku berbicara dengannya,” tak cukup begitu, Arga menambahkan dengan sebuah hembusan nafas yang sangat berat, menandakan jika hanya berbicara dengan orang tuanya saja sudah cukup membuat dirinya lelah.“Bos,” Suara seseorang terdengar dari arah belakang, dan terang saja itu membuat Arga berbalik dan menatap ke arahnya. Terlihat di pintu, tempat orang yang memanggilnya tadi, anak buah Arga sedang berdiri dengan memegang sebuah pistol di tangannya.Arga menatap kep
Kini arga benar-benar bersemangat, dia berpikir bahwa memang inilah caranya untuk menghilangkan emosinya, terkait urusannya dengan sang ayah dan beban mental yang dia terima.Arga menjadi sosok yang brutal disaat dia benar-benar lelah dengan keadaan.Ibarat seekor singa jika ada yang membuat perkara dengannya akan diterkam olehnya.“Lihatlah wajah ketakutan ini.”Arga tersenyum saat melihat orang yang ditunjukkan oleh bawahannya tadi.Tampak seorang pria sedang tersungkur, dengan tangan terikat ke belakang punggungnya dengan sebuah lampu remang-remang menyorot ke arahnya. Sementara orang itu tidak dapat melihat Arga yang kini sedang berada dalam sebuah kegelapan.
Setelah orang-orang itu keluar, masih sempat ada beberapa orang lagi yang masuk dan mereka juga sama, yaitu meletakkan beberapa koper hitam dan juga tas hitam seperti teman-teman mereka sebelumnya. “Mulus sekali,” ucap salah satu orang yang bertubuh sedikit lebih besar diantara yang lain, dengan ekspresi yang menjijikan. Tanya lebih besar orang itu juga tampak begitu buruk perangainya. “Jaga mulutmu!” Ucap salah satu temannya. “Memangnya apa yang salah dengan perkataanku?” Laki-laki bertubuh besar itu kembali bertanya kepada teman yang sudah memperlihatkan dirinya tadi. Saryn yang mendengar ucapan dari lelaki itu, kini mulai untuk menutupi tubuhnya dengan lebih rapat lagi. “
Dan disaat Arga hendak beranjak dari kamar Saryn,“Tunggu!” Saryn berbicara kepada Arga, dan Arga yang mendengar itu segera berbalik menatap Saryn dengan satu alis yang terangkat sebagai bentuk tanda tanyanya kepada Saryn.“Aku lelah. Aku hanya ingin bilang, aku tidak butuh semua ini!” ucap Saryn dengan mencengkeram kimono tidurnya dengan begitu erat.“Kenapa dengan semua ini? Kenapa kau berbicara seperti itu?” Arga menyilangkan tangannya di depan dada dan bertanya kepada Saryn.“Aku tidak menginginkan apapun darimu, dan bahkan sampai sekarang aku tidak tahu apa yang kau mau dariku!” bentak Saryn kepada Arga, sampai tidak terasa air matanya menetes sebelum akhirnya gadis itu kembali berbicara untuk meluapkan emosinya,
“Pilih apa pun yang Kamu suka di ta-tas ini, dan jika memang kamu mau semuanya juga bukan masalah, asal kau membawa semuanya sendiri.” Tegas Arga kepada Saryn yang masih belum pulih dari keterkejutannya saat melamunkan Arga.“Dan satu lagi, kemasi semua barangmu. Kita akan kembali ke Jan Mayen, ke rumah saya setelah ini” ucap Arga.Tanpa sadar, Saryn mendapati dirinya mengangguk, tetapi kemudian kesadarannya menghantamnya dengan keras dan Saryn dengan ketus menatap ke arah Arga.“Aku tidak akan pergi kemana-mana lagi denganmu!” Ucap Saryn pada Arga.Bahkan kini Saryn, Secara refleks mencoba mencekik Arga dengan cara mencengkram kemeja yang dipakai Arga dengan lebih erat lagi.
“Dasar!, Bajingan yang tak mengerti keindahan!” Saryn menggerutu pada dirinya sendiri saat mematikan pancuran dan mengenakan jubah mandi sambil melemparkan semua rambut basahnya ke samping.Kini selesai mandi, Saryn kembali ke kamarnya. Disaat dia melihat tas-tas hitam yang dibawah masuk oleh orang-orang arga tadi, Saryn seolah tegang. Dia sedikit merasakan sensasi takut entah karena apa.Saat dia berhasil menguasai dirinya. Dia merasa ketenangan saat dirinya selesai mendesah lirih. Hal itu dibarengi dengan dia yang berjalan menuju lemari dengan kaki berjinjit karena takut menginjak tas-tas yang dibawa oleh orang-orang tadi. Dengan sedikit usaha akhirnya dia sampai di lemari dan memilih sebuah rok motif bunga, panjangnya hanya sebatas lutut. sungguh menyegarkan mata kaum adam. Kesegaran terpancar dari rok itu. Bagian atas, Saryn lebih memilih sebuah blus berwarna hitam.Setelah sadar, ada satu hal yang kurang itu adalah celana dalam.Saryn mulai memakainya, dan dengan cepat mengik
Arga dengan begitu mengancam mulai mendekat ke arah Saryn. Wanita itu kini terbaring ditempat tidur hanya karena satu dorongan dari Arga.“Ap- apa yang akan kau lakukan!?” Saryn mulai meracau, dia tampak ketakutan dengan sikap dan apa yang sudah dilakukan oleh Arga kepadanya. Bahkan kini Saryn seolah dia sedang akan mengalami hal buruk.“Ku- kuperingatkan kau! jangan melakukan hal yang aneh-aneh!” Racaru Saryn dengan merangsek ke sandaran tempat tidur.Arga sendiri kini merangkak mendekat ke arah Saryn.Gerakannya perlahan namun seolah penuh keyakinan. Hal itu membuat Saryn merasa jika bulu kuduknya berdiri.“Kenapa?” Lirih Arga seolah penuh dengan gairah.“A– aku.”“Bukankah saat kita berangkat, kau menggodaku di dalam pesawat?” Bisik Arga dengan sedikit tiupan di telinga Saryn.Saryn memejamkan matanya. Dia hanya bisa menahan hasratnya, karena dia tidak ingin termakan dengan jerat yang dipasang oleh Arga. “Aku– Pergi kau dari sini.” ucap Saryn yang mulai sadar dengan keadaan di
“Wah-wah-wah. Apa benar benar kali ini kau melebarkan kaki-mu untukku hanya karena adikmu?” Tanya Arga saat dia mulai memegang kedua lutut Saryn.Arga kini berada di atas tubuh saryn. Rok sebatas lutut yang tadi dipakai oleh Saryn, kini mulai berangsur naik karena tangan Arga yang melakukannya. Sedikit demi sedikit paha putih mulusnya terekspose.“Jaga bicaramu! Aku lebih baik mati daripada disentuh olehmu jika, tidak karena memikirkan Adikku.” Sungut Saryn dengan ketus meskipun kini wajahnya merah padam, khas wajah seseorang yang sedang dalam hasrat sexual.“Hmm ….” Dengan mata memicing, kata itu keluar dari mulut Arga dengan sendirinya menimpali ucapan Saryn barusan.“Apa benar begitu?” Tanya Arga saat dia kini sudah membuka rok saryn sampai ke-pangkal pahanya.“I– iya …” Saryn mendesah saat jari Arga tanpa sengaja menyentuh lipatan pangkal paha milik Saryn.“Segera bersiap, setelah ini kita pulang.” Ucap Arga yang kala itu tiba-tiba saja berdiri beranjak dari atas tubuh Saryn.“Ha
“Turunkan aku, aku bisa berjalan sendiri.” Saryn berbisik kepada Arga.Arga yang ingin sekarang ingin selalu menuruti keinginan Saryn hanya bisa menurunkannya dan membiarkannya berjalan sendiri menuju ke mobil.“Bagaimana dengan Noy?” Tanya Saryn.“Med! Bawa dia bersamamu!” Ucap Arga kepada Medy agar membawa Noy bersamanya.“Ingat perlakukan teman Nona dengan Baik!” Tambahnya.“Tentu Tuan!” Jawab Medy dengan menunjukkan sebuah semangat yang tulus dari dalam hatinya.“Mari… Ikut dengan saya.” Ucap Medy kepada Noy, saat dia mempersilahkan Noy untuk masuk ke dalam mobil anak buah Clarissa.Itu karena saat dirinya datang tadi hanya membawa satu mobil. Dan mobil itu saat ini digunakan oleh Arga dan juga Saryn.Itulah kenapa Medy membawa mobil milik anak buah Clarissa.Sedangkan Clarissa sendiri saat ini tetap berada di toko, menunggu di jemput oleh orang kantor.Arga kini berada satu mobil dengan Saryn.Arga dengan ekspresi wajah yang seperti biasa, sedikit dingin.Tapi, saat dirinya mena
Semua orang menoleh ke arah tempat asalnya suara.Semuanya menatap penuh keheranan termasuk Welly, karena dia melihat adanya Medy. Laki-laki yang terlihat jahat, tapi laki-laki itu juga yang sudah merawatnya selama beberapa bulan di saat terpisah dengan kakak nya.Satu-satunya orang yang tidak terkejut disini adalah Noy. Itu karena sepertinya Noy tidak tahu siapa Arga. Jangankan Status Vlad nya, setatus CEO Arga saja, Noy tidak mengetahuinya.Medy segera turun tangan dan meneriaki orang yang telah memegangi Saryn.“Lepaskan Nona Muda sekarang juga!” Teriak Medy.Tentu saja semua orang itu menuruti apa yang diucapkan oleh Medy.Meskipun Clarissa adalah asisten Arga. Dibandingkan dengan Medy yang dikenal sebagai orang kepercayaan Arga. Lebih tepatnya kepala pengawal pribadi yang dimiliki oleh Arga selaku Bos dari dari Grade MNE.Saryn yang tangannya sudah dilepaskan segera berlari menuju ke Welly adiknya.Saryn dengan lembut membantu Welly untuk bangkit dan berdiri.“Kamu tidak apa-a
Disela perdebatan itu, Saryn menunduk dan berkata dalam hatinya, “Kenapa kau tidak melepaskan ku?”Saryn merasa jika Arga seolah masih saja mengganggu hidupnya meskipun dirinya sudah diusir dari kediaman Arga dan bahkan Saryn tidak melaporkan ke pihak berwajib atas apa yang menimpa keluarganya sebelumnya.“Aku tidak menyangka, kamu akan menyiksaku sampai sejauh ini …” ucap Saryn dalam hatinya saat jari jemarinya mencengkram celana yang dipakai olehnya.“Hey~ kenapa kau terdiam …?” Tanya Clarissa.Saryn masih saja seperti sebelumnya, diam berpikir tentang Arga dan beberapa kenangan di antara mereka berdua, tentunya hal itu membuat dirinya merasa semakin sedih.“Percuma saja kau terdiam. Lebih baik kau segera berikan lahan mu kepada kami …” ucap Clarissa.“Tidak akan …” ucap Saryn.“Kau!” bentak Clarissa.Dulu mungkin Clarissa harus menghormati saryn karena bagaimanapun juga Saryn begitu dekat dengan Arga, Bos nya.Untuk saat ini Clarissa benar-benar akan bisa mengalahkan Saryn, serta m
Ditempat Saryn berada, saat ini dia ternyata sedang bersama dengan seorang laki-laki dan juga bersama dengan adiknya.Laki-laki itu sepertinya tidak terpaut usia jauh dari dirinya sekitar 3 atau 4 tahun lebih tua.Saryn sedang berjalan kaki dari sebuah tempat, sepertinya dia baru saja pulang berbelanja.Itu terlihat dari dirinya dan laki-laki itu yang masing masing membawa sebuah kantong plastik besar entah berisi apa.Ternyata saat ini Saryn memiliki sebuah toko kue.Isi dari kantong-kantong plastik tadi adalah bahan-bahan yang digunakan olehnya untuk membuat kue.“Bagaimana dengan orang-orang yang mengganggumu akhir-akhir ini?” Tanya laki-laki yang sedang bersamanya itu.“Aku tidak tahu, yang jelas aku tidak akan menyerahkan lahan ku untuk pembangunan itu.” Jawab Saryn.Dapat diketahui saat ini jika pemilik lahan yang akan dibangun proyek perusahaan Arga ygn di bicarakan oleh Clarissa sebelumnya adalah Saryn.Dari sorot mata Clarissa yang saat ini dalam perjalanan untuk menuju ke te
“Apa alasan dia menolaknya?” Tanya Arga kepada Clarissa.“Dari informasi yang saya dapatkan, wanita itu baru saja membeli tempat itu sekitar dua bulan yang lalu dan selain itu toko yang dia buka baru saja berkembang, karenanya dia tidak ingin pindah dari sana.” Papar Clarissa.“Bukankah perusahaan menawarkan kompensasi yang pas untuk lahan di daerah itu?” Tanya Arga.Clarissa kembali meyakinkan kepada atasannya jika semuanya sesuai dengan seharusnya.Bahkan sesuai dengan yang baru saja diucapkan oleh Arga jika harga yang diberikan oleh perusahaan Arga 20% lebih besar dari harga di pasar.Arga hanya diam dan sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu tentang lahan untuk proyek terbaru mereka.“Apa tim yang diterjunkan benar-benar tidak bisa bernegosiasi dengan pemilik toko yang kamu bicarakan ini?” tanya Arga.“Kepala tim berkata jika orang lokal yang mereka percaya untuk mengurus semuanya berkata jika pemilik itu tidak bisa melepaskan lahannya.” Ucap Clarissa.“Kalau begitu sebaiknya ka
Saryn membawa kopernya menuruni tangga.Medy sempat menggerakan badannya untuk membantu Saryn.Akan tetapi dia mengurungkan niatnya saat dirinya di tatap oleh Arga.Medy hanya bisa menarik kakinya yang tadi akan melangkah beberapa centi ke belakang.“Bahkan dia sekarang tidak mau membantuku.” Ucap Saryn dalam hatinya.Saat ini dengan tergopoh-gopoh Saryn akhirnya sampai di bawah anak tangga dengan menurunkan koper berat yang tadi ditenteng oleh dirinya.“Kalau begitu …” Ucap Saryn dengan ragu dengan menatap sayu kepada Arga.Arga menyergap Saryn dengan ucapannya, “Medy!”“Saya mengerti Tuan!” Ucap Medy dengan membungkuk kepada Arga.“Nona, Mari saya akan mengantarkan Nona ke suatu tempat.” Tambah Medy kemudian dengan melayangkan pandangannya kepada Saryn.“Iya …” Jawab Saryn.Sebelum itu, Saryn masih sempat memeluk miss Ririn untuk terakhir kalinya.“Jaga diri Nona baik-baik, setelah ini saya tidak ada disamping Nona untuk merawat Nona …” Jawab Miss Ririn dengan mata yang berkaca-kaca
Hari berganti.Kini Saryn baru saja pulang dari rumah sakit.Begitu sampai dirumah dia sama sekali tidak menjumpai adanya Arga disana.Saryn bingung, kenapa Arga tidak ada di Mansion.Sedangkan ini belum terlalu siang.“Apakah dia sudah berangkat?” Tanya Saryn kepada dirinya sendiri di dalam pikirannya.“Bukannya seharusnya dia harus menantikan kedatanganku terlebih dahulu?” Ada satu kekecewaan tersendiri disaat dia menyadari jika Arga tidak berada disana disaat dirinya baru kembali dari perawatan di rumah sakit.“Nona baik-baik saja?” tanya miss Ririn kepada Saryn yang tampak menunduk memikirkan sesuatu.“Iya Bi… aku tidak apa-apa…” Jawab Saryn yang kemudian masuk ke dalam mansion.Saryn berjalan dengan langkah gontai, kekecewaan tetap tidak bisa disembunyikan olehnya.Rasa kecewa yang dia sendiri tidak sadar kenapa bisa merasa se-kecewa itu saat Arga tidak ada disana untuk dirinya.Paman Rais dan miss Ririn menyadari dengan perubahan sikap saryn.Keduanya sama-sama mengerti jika Sa
***Di hari yang sama, jam 2 siang.Saryn baru selesai makan, dengan disuapi oleh miss Ririn.“Aku ingin pulang Bi…” Saryn berkata dengan wajah nya yang masih sedikit terlihat lemas.Mendengar Saryn yang berkata pulang, membuat miss Ririn merasa senang.Meskipun kondisi Saryn yang belum benar-benar stabil akan tetapi saat mendengar Saryn menyebut kembali ke Mansion sebagai “pulang,” membuat miss Ririn merasa senang, karena itu sama saja Saryn secara tidak sadar kini sudah menerima keberadaan dirinya di Mansion itu dengan sukarela.“Iya Nona… tapi besok. Saya masih berharap Nona mendapat asupan obat dan vitamin di rumah sakit agar kondisi Nona benar-benar pulih.” Jawab miss Ririn dengan lembut.Sesekali Saryn melihat ke arah pintu, seolah-olah dia sedang menunggu seseorang yang diharapkannya untuk datang kesana.Miss Ririn menyadari hal itu, tapi wanita yang saat ini paling perhatian kepada Saryn itu memilih untuk diam tersenyum penuh arti. Beberapa saat setelahnya, paman Rais datang d
Arga pergi dari rumah sakit dan secara langsung menuju ke tempat Medy.Arga sempat kembali ditahan oleh salah seorang penjaga di Villa milik Medy.Namun Saat ada salah seorang penjaga lainnya mengenalinya, Arga diijinkan untuk masuk.Setelah Arga masuk, dia hanya disambut oleh Wanita yang dulu di bawah oleh Medy dari rumah Frans, salah satu anak buah Endra, Pritin.“Selamat datang Tuan!” Ucapan Pritin dengan bersikap sangat hormat kepadanya.“Dimana Medy?” Tanya Arga.“saya tidak tahu Tuan… tadi dia sudah berangkat sejak pagi untuk melakukan sesuatu.”Arga duduk di sofa dan menenangkan dirinya.Pritin seolah mengerti siapa Arga dan statusnya, Pritin permisi untuk mengambil beberapa minuman dan menyuguhkan minuman itu kepada Arga.“Silahkan Tuan…” ucap Pritin dengan sedikit menahan rasa takut. Itu karena saat ini, tampang Arga tampak begitu menahan sebuah amarah.“Perintahkan orang untuk menghubungi Medy, aku ingin dia ada disini dalam waktu kurang dari 30 menit.” Tegas Arga.“Baik Tua