Kania sedang berusaha fokus -yang sudah berjam jam diupayakannya dan tidak berhasil- pada apa yang dikerjakannya ketika ponselnya berdering. Kania melirik lalu dengan perlahan mengambil ponselnya, lalu membalas pesan yang masuk dengan cepat, Nick tidak bisa menerka akan tetapi sepertinya Kania tidak terlalu bahagia. Setelahnya Kania kembali fokus pada apa yang tadi telah mereka bahas. Masih belum terlalu lama kembali ponselnya berdering. Sambil menggeleng samar tanda dirinya mulai kesal, Kania kembali membalas pesan yang masuk. "Dia mengganggumu?" Tanya Nick sambil berusaha terlihat biasa saja. Nampak Kania menggeleng. "Dia mengundangku datang dengan pemberitahuan mendadak, aku sudah menolaknya tapi dia sepertinya tidak biasa menerima penolakannya, dia sungguh memaksa hingga aku terpaksa menerima undangannya." Nick mengangguk ketika untuk yang kesekian kalinya ponsel Kania berbunyi hanya saja dengan nada dering yang berbeda. "Aku minta maaf jika panggilan-panggilan ini menggan
Kania berangkat menuju rumah makan yang telah ditentukan. Dia heran kenapa hari ini banyak sekali orang yang mengganggunya. Pesan masuk yang terus menerus dari nenek yang pernah ditolongnya, membuat Kania tidak lagi bisa menolak dan akhirnya menerima permintaan sang nenek untuk makan siang. Belum lagi telepon dari Bram yang merengek-rengek agar Kania mau bertemu dengannya, karena Kania selalu menolak akhirnya Bram menggunakan trik setengah memaksa sambil menjanjikan perusahaan ayahnya akan kembali ke dalam pelukan mereka berdua jika Kania mau memaafkan dan menerimanya kembali. Kania benar-benar kesal! MUAK!!Lamunan Kania buyar saat pandangannya menatap kesibukkan yang ada di hadapannya, ternyata Kania telah sampai di rumah makan tempat si nenek sedang menunggunya. Segera Kania turun dan masuk ke dalam ruangan. Kania melayangkan pandangan matanya dan menangkap sosok nenek yang kini telah melihatnya dan segera melambaikan tangannya.Kania segera mendekat dan meminta maaf kalau sed
"Yuk, kita makan aja dulu." Grannie tidak menyangka acara yang sudah ditunggu-tunggu ternyata berjalan tidak seperti yang dibayangkannya. "Maaf, Nek. Saya harus segera kembali ke kantor." Lalu Kania pun berlalu tanpa berpamitan pada Nick. Nenek tidak mengejar Kania, dia hanya diam saja memandang wanita berhati lembut yang baru beberapa menit lalu berubah 180°. "Grann, Nick juga pulang dulu. Jangan sedih dan nggak usah lagi jodoh-jodohin Nick.""Kamu senang usaha Grannie gagal, kan?" "Sejujurnya kami semua cucu Grannie memang keberatan dikenal-kenalkan, tapi bukan karena itu Nick bilang nggak usah jodoh-jodohin tapi karena Nick sudah punya orang yang Nick sayang." "Selalu dari dulu kau akan berkata seperti itu untuk menghindar dari rencana Grannie, padahal nanti pada akhirnya tetap aja kamu tidak pernah serius dengan hubungan mu bersama para teman kencanmu itu." "Nggak Gran, Nick memang sudah punya pujaan hati hanya belum resmi.""Yah sudah cepat lamar dia." "Maksud Nic
Kania masih juga tegang mendengar perkataan Nick, padahal setelah menimbang dan menganalisa semua yang terjadi, Kania sampai pada kesimpulan bahwa Nick belum tahu tentang anaknya. Kalau Nick tahu pasti tidak sesantai ini dia menagih janji Kania untuk menceritakan semuanya. Akan tetapi tak urung Kania kaget dan kembali gelisah. 'Harusnya aku memang mengatakan yang sebenarnya, Nicho adalah darah dagingnya, tapi waktunya belum tepat.' batin Kania."Yah..aku memang masih punya janji untuk...menceritakan semua..nya." jawab Kania pelan.Kania merasa gugup hingga kalimatnya terpatah-patah. Giliran Nick yang termangu...lalu mengangguk."Baguslah kau masih ingat janjimu, lebih bagus lagi kalau kau segera menceritakan semuanya," kata Nick. Kania mengangguk tanpa berani menatap mata Nick. Kembali mereka melanjutkan makan siang, kali ini tanpa percakapan. Nick menikmati keheningan yang tercipta, Nick teringat memang begitulah jika bersama Kania, dahulu pun Kania tidak sibuk berusaha untuk
"Kau tidak bisa datang besok jam delapan karena?" Kembali Nick menegaskan.Nampak Kania menggigit bibir bawahnya kemudian menjawab."Karena aku...ada...tidak..aku tidak bisa Mr Sebastian." Jawaban Kania yang kacau membuat senyum samar terbit di ujung bibir seksi Mr Sebastian.'pasti dia senang karena aku ketahuan berbohong.' batin Kania.“Alihkan tugasmu pada yang lain, aku ingin kamu datang jam delapan tepat,” ujar Nick dengan wajah datar untuk menutupi perasaannya.“Maaf Mr Sebastian..saya tidak bisa, besok saya banyak urusan. Lagi pula kami sudah memilih perwakilan yang akan datang besok, dia jauh lebih senior dari saya, jadi... sangat tidak mungkin saya berani menggantikannya begitu saja.”Kania masih berusaha mengelak, Kania berusaha mencari-cari alasan walau alasan yang sebenarnya pastilah sudah bisa ditebak yaitu Kania berusaha menghindar.Hanya satu kata yaitu MENGHINDAR. “PT Antampura adalah klien utama CV SayOnTrack, tidak bisakah kalian lebih memprioritaskan kami diband
Nick merasa Kania bergerak samar.Nick membelai rambut Kania lalu menyingkirkannya, kini jemarinya menyusuri samping leher Kania, turun ke bahu, lalu dengan lembut Nick menggantikan jemari dengan bibirnya.Nick melingkarkan kedua lengannya memeluk pinggang Kania dan merapatkan tubuh mereka, tubuh belakang Kania menempel di tubuhnya, tangan Kania terlepas dari handle pintu dan tergantung di sisi tubuhnya."Mr Sebastian_" Kania berusaha menegur dengan suara yang tersengal, akan tetapi seketika dia tidak lagi bisa melanjutkan kalimatnya karena bibirnya malah disergap dengan cepat. Nick melumat bibir ranum yang selama dua minggu ini mengganggu keseimbangan otaknya.Setelah beberapa lama, Nick membalikkan tubuh Kania, memutar kunci di belakang Kania, lalu kembali memeluknya erat.Mereka berciuman begitu panas, seakan malam magis itu kembali datang dan menyihir mereka berdua.Nick merasa gairahnya terbangkitkan dengan cepat, luar biasa cepat!Pasti Kani
“Aku bisa membaca keheranan yang tercermin di wajahmu, tidak bolehkah aku tahu kejadian yang terjadi di perusahaanku?" Nick menatap Kania dengan menyipitkan matanya.“Hmm tidak..hanya saja saya merasa terlalu jauh jika bos besar yang mengurus itu,” jelas Kania dan Nick menghela napas sambil bersandar di kursinya.Nick sangat terhibur dengan jawaban cerdas Kania! Memang tidak salah kalau dia jatuh cinta pada wanita yang tidak hanya cantik, lembut tapi juga memiliki pengetahuan yang luas dan bisa jadi partner yang handal...di dalam maupun di luar kamar tidur.Kembali telepon Kania berdering, kali ini Kania menatap Nick dan Nick hanya menganggukkan kepala agar Kania bisa mengangkatnya.Nick pun berpura-pura melihat dokumen yang ada di dekatnya dan memasang telinga dia ingin mendengar penolakan Kania yang dingin terhadap penelponnya.Akan tetapi Kania tidak mengangkat telepon dan sepertinya sedang membaca sebuah pesan.Perlahan terjadi perubahan pada Wajahnya, terlihat sangat pucat
Wajah yang terheran-heran memandang wajah Nick.Nick tidak tahu apa yang salah kenapa wajah Kania begitu heran."Kau menggambarkan seolah mereka mereka sedang mencari rekan kerja yang handal dan bukan kekasih." Cetus Kania.Nick terdiam, memandang Kania sambil mengangkat keningnya. "Aku salah?" Kania menggigit bibirnya sebelum mengangguk. "Kau tersinggung?" Kembali Nick bertanya."Seharusnya.""Seharusnya...tapi?" Nick terus mengejar, dia ingin tahu pendapat Kania. "Tapi...ternyata aku tidak tersinggung, aku senang ada pria yang menghargai otakku." "Aku bukan pria tanpa nama." Kania tersenyum kecil. "Aku senang kau, Nick Sebastian, menghargaiku bukan hanya tampilan fisik saja." "Jangan salah, aku juga sangat tertarik dengan fisikmu." "Pembicaraan kita berputar putar kayak Aquatopia." "What is that?" "Kau benar benar tidak tahu Aquatopia? Disneyland? Kau pasti bercanda!" "Aku serius." Nick menjawab malu."Oke cukup, pembicaraan kita makin melebar kemana-mana." Kania meli
Kania melihat wajah Tora, lalu menunduk menatap ponsel Tora, nampak dua orang anak manusia yang sedang bercinta. Keduanya asing bagi Kania! Akan tetapi masih sambil menunduk Kania menyusun rencana. "Mana ada tubuh sexy, tubuh over weight aja di bilang seksi!" gerutu Kania. Tora terkejut hingga lupa menutup mulutnya.."Kau tidak menangis?" Lucu sekali raut wajah Tora.Reaksi Kania hanyalah mengangkat keningnya lebih tinggi."Sudah kubilang bahwa suamiku adalah pria paling setia, dia memiliki semua kriteria yang diinginkan seorang wanita pada diri seorang pria."Kania sengaja membuat panas hingga Tora tak lagi bisa berpikir dengan otaknya."Sudah kaya, tampan, seksi, pintarrr lagi.""Diam," desis Tora."Seorang pria yang bisa menaklukkan dunia akan dengan mudah membuat ribuan wanita tunduk di kakinya, tanpa rayuan, tanpa ancaman." Kania meneruskan dengan sengaja."DIAM!" bentak Tora dengan raut wajah bengis. "Pria yang percaya diri adalah pria yang tahu kualitas dirinya, tidak men
Nick mengangkat tangannya dan siap menggedor pintu kamar ketika sesuatu menghentikannya. Tawa istrinya! Tawa! 'apakah perkiraannya salah? Mereka memang sedang berbisnis?' Kalimat berikutnya menjawab pertanyaan Nick. "Suamiku pria yang paling bisa dipercaya, kau tunjukkan foto dia sedang bercinta pun aku akan bilang itu rekayasa!"Segera Nick berbalik dengan wajah heran dan memberi isyarat kepada Tommy untuk melakukan sesuatu. Tommy mengacungkan jempolnya, Nick heran melihat ketenangan sahabatnya. Kembali Nick menghadap pintu dan menempelkan telinganya lebih dekat. **Kania melihat Tora mendekatinya. Kania beringsut akan tetapi Tora makin mendekati hingga parfumnya tercium oleh Kania. Parfum lembut yang aneh karena menguar setelah bercampur keringat seorang pria. Seaneh pemakainya. "Sejak awal kita bertemu kau sudah merendahkan ku dengan lagak bangsawanmu! Lalu makin hari kau makin membuatku marah karena kau membuat mereka semua mulai berani melawanku!""Tanda tanya besar ba
Nick sampai di kantor Kania. Bergegas Nick menuju ruang Kania hanya untuk mendapati ruangan itu kosong. Nick melihat sekeliling. 'fix! Nia keluar kantor karena tas dan semua barang-barang pribadinya tidak ada di sini.' Nick berkata dalam hati setelah melihat sekitar. Nick langsung mencari sekretaris Kania. "Kemana Ibu pergi?" "Ibu pergi dengan klien lama yang memang sudah janjian dari kemarin itu, Pak." Nick ingat cerita Kania bahwa beberapa hari terakhir dia sedang sibuk mempersiapkan penyambutan klien besar yang tadinya sudah tidak menjalin kerja sama dengan mereka karena perusahaannya vakum akan tetapi kini telah kembali. Nick masih ingat binar di mata istrinya, betapa Kania sangat bahagia karena dengan perjanjian baru ini mereka akan mendapatkan laba yang berlipatganda. Sebenarnya ini bukan melulu tentang uang, tapi Kania ingin mengembalikan kondisi perusahaan ayahnya kembali ke posisi semula, jadi perusahaan sehat yang bisa menopang hidup ratusan karyawan beserta keluar
Kania memandang Mrs Brenda sambil bertanya dalam hati. 'seharusnya basa basi nggak sampai sedalam ini kan? Pakai nanya nama anak segala!' "Namanya Nico, Mrs Brenda." "Kamu sayang sama Nico?" 'pertanyaan nggak penting!' Ingin rasanya Kania menghardik Mrs Brenda. "Kenapa Mrs Brenda?" Nampak Mrs Brenda mendongak akan tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. "Yah...hanya ingin tahu saja." Kania hanya mengangguk samar tanpa menjawab pertanyaan Mrs Brenda. Tanpa terasa mereka telah sampai di parkir bawah tanah. Mereka keluar dan berjalan dengan Mrs Brenda yang memimpin di depan. Lalu Kania sadar bahwa mereka sedang berada di hotel bukan kantor! Sedang mereka berjalan terjadi keributan. Ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya. Si ibu kerepotan dengan barang bawaannya dan juga sibuk menenangkan bayinya yang sedang menangis kencang. Kania mengamati dan sedang berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menolong si ibu ketika dia merasa tangan M
"Selamat siang, mari silahkan masuk." Sambil mempersilahkan wanita itu masuk Kania berjalan menyongsong kliennya. Mereka berjabat tangan. Kania mencatat dalam hati bahwa wanita itu hanya sekilas memandang wajahnya lalu melihat ke sekeliling ruang kerja Kania. 'mungkin wanita ini mengukur kredibilitas perusahaan Kania melalui kondisi dan perabot kantor pemilik,' batin Kania. "Mari silahkan duduk Mrs Brenda, senang bisa bertemu dengan Anda hari ini." Merasa namanya di panggil Mrs Brenda memandang Kania lalu menganggukkan kepalanya. "Kemana orang-orangmu?" Kania sejenak berpikir bagaimana cara menjawab tanpa membuat wanita tua ini tersinggung. "Maaf, bukankah pesan yang sekretaris Anda kirim mengatakan agar sebaiknya kita hanya bertemu berdua saja?" Wanita tua itu tersenyum. Senyum formalitas, catat Kania dalam hati."Aku hanya ingin memastikan kau sudah melakukan apa yang aku inginkan," jawab Mrs Brenda.Kania mengangguk. "Baik, kalau ada yang ingin Anda tanyakan seputar pr
Nick meraih tengkuk istrinya lalu mulai memimpin mereka berdua. "Aku terus memikirkan ini sejak dokter bilang kau sudah boleh beraktivitas normal," bisik Nick dengan bibir basah yang merambah ke mana-mana. Nick membelai kulit istrinya yang sangat lembut dan membiarkan jemarinya meluncur turun ke leher, lalu ke tulang selangkanya. Nick mencium denyut nadi di leher Kania dan merasakan detak itu di lidahnya.Mereka setara dalam gairah."Aku ingin kau telanjang," gumam Nick yang tidak lagi ingin membuang waktu langsung menarik turun blouse Kania yang ternyata memang belum terkancing dengan sempurna."Aku terlalu merindukanmu.." gumam Nick.Mereka saling memandang."Me too. Jadi, apa yang kau tunggu, Hon? Pleaseee,"Nick tersenyum mendengar rengekkan Kania.."Kalau hanya untuk aku, sudah sedari tadi aku akan langsung masuk, berdiam di sana, menikmati kenikmatan luar biasa yang tak pernah gagal kau tawarkan." "Tapi?""Aku harus membayar hutangku dulu, betapa istriku yang murah hati su
"Satu minggu, Pak." Nick membiarkan pria itu mengerjakan tugasnya sampai selesai. "Catat di kertas, taruh di meja." Setelah melakukan persis yang Nick perintahkan, pemuda itu segera berlalu dari hadapan Nick. Nick langsung mengangkat telepon dan kembali memanggil Tommy."Siap Bos?" "Kenapa ada OB baru di sini?" "Memang vendor kita akan ganti orang baru kalau yang lama sudah menjelang habis masa kontrak, Nick." "Telepon mereka, suruh sediakan orang-orang yang sudah bekerja minimal 1 tahun, jangan pernah kirim orang baru apapun kondisinya atau kita akan cari vendor lain." Tommy mengangguk.'ini serius!' batin Tommy."Memangnya kenapa dengan OB yang kamu panggil tadi, Bos?" "Sebenarnya aku mau panggil teknisi tapi demi kepraktisan aku suruh OB aja, toh tidak membutuhkan keakuratan, hanya bayangan garis besarnya saja tapi ternyata orang yang datang asing, dengan kondisi kita saat ini, usahakan tidak ada orang baru, menutup kemungkinan mereka menyusup dengan mudahnya ke kantor ki
Akhirnya Nick kembali ke kantor dengan senyum lebar di bibirnya.Nick membuka ruang pertemuan dan mendapati ada Tommy yang sedang bersama dengan klien mereka."Mohon maaf pertemuan kita terganggu karena istri saya butuh bantuan." Itulah kalimat pertama yang Nick ucapkan. Nampak klien yang tua menatap Nick tajam lalu mulai menjawab."Tadinya saya kesal karena harus menunggu, padahal kami klien penting dan kami datang dari jauh, jadi tadi saya nyaris memutuskan bahwa saya akan mengakhiri hubungan bisnis di antara kita." Nick hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun karena dia tahu bahwa masih ada yang akan di ungkapkan oleh kliennya itu. "Akan tetapi di saat-saat terakhir setelah saya mendengar bahwa kau mengabaikan kami karena harus mengurus sesuatu yang berhubungan dengan istrimu akhirnya...saya putuskan untuk menunggumu." Nick mengangguk seakan ingin mengucapkan terima kasih melalui anggukkan kepalanya."Kau tidak ingin bertanya apa yang membuat saya memutuskan menunggumu
Nick berusaha melepaskan bibirnya untuk ciuman yang kesekian kali. "Udah pamit yang ketiga kali," gumam Kania setengah meledek suami sayang.Nick tersipu malu. "Berat ninggalin istri tercinta," jawab Nick sambil berjalan ke pintu. "Tumben rajin banget ngantor, ini udah jam berapa, Hon?" Nick berhenti lalu menatap lembut kekasih hatinya. "Kalau mereka belum terlanjur menunggu ya aku nggak bakalan ninggalin istriku...apalagi kalau mulai merajuk gini." Kania menggigit bibirnya lalu bertanya dengan raut wajah mulai serius."Menunggu? Jadi yang meeting penting hari ini..belum beres?" Nick kembali mendekat dan tanpa menyentuh Nick mengecup bahu Kania. "Aku melompat dan meninggalkan mereka begitu kau menutup teleponku! Ingat Sayang, hukuman untuk itu belum terbayar." "Maafkan Nia bikin kacau sampai pertemuan penting jadi terganggu, kalau nanti mereka marah dan batal gimana, Hon?" "Nggak mungkin batal, karena di awal aku sudah sempat menjamu mereka dengan baik, jadi mereka tahu ba