Suasa hati Arlan dan Shinta tidak baik-baik saja, apalagi ketika pria mapan tersebut mendengar makian yang di lontarkan wanita yang telah menjadi ibu bagi Baby Sandy itu, dengan suara lantang."Bibi, aku ingin melihat Sandy, dia anakku! Buka pintunya! Aku akan mengambil anak ku, dari tangan mu! Akan aku lakukan!! Karena Sandy juga darah ku, Bibi! BUKA PINTUNYA!!!!" teriaknya semakin frustasi, terus berusaha membuka hendel pintu, sambil menggedor-gedor dengan sekuat tenaga.Arlan justru tersenyum tipis, mendengar ancaman Shinta dari balik pintu kamar, yang sudah ia tutup kemudian menguncinya. Kini, tidak ada satupun yang bisa mengganggunya lagi, karena ia tidak akan pernah memberikan maaf kepada orang yang telah menyakitinya.Itulah yang terjadi pada Raline juga Liberti. Arlan tidak akan pernah berbaikan, walaupun yang dikatakan wanita serigala itu benar adanya mengenai sang menantu. Namun, ia masih belum bisa untuk berbaikan dengan keluarga almarhumah istrinya.
Jika mungkin dikatakan bahwa hidup itu adalah pilihan yang disesuaikan dengan perbuatan maka karma itulah yang akan kita jalani. Shinta kali ini harus mendapatkan hukuman yang setimpal dari perbuatannya selama ini, karena telah tega menyakiti perasaan seorang suami yang memiliki riwayat kesehatan kurang baik kala itu, sehingga Leon menjadi korban perselingkuhan dari kelakuan Shinta bersama Arlan.Shinta berteriak sekeras-kerasnya, ia merasa frustasi dan tidak menyangka bahwa Leon tega menyakiti perasaannya seperti ini, "LEON! Kenapa kamu tega mengkhianati pernikahan kita!!" Leon tersenyum sumringah, ia bahkan tertawa bahagia karena dapat melakukan hal serupa kepada wanita yang selama ini merawatnya dengan status sebagai istri. "Kenapa kau memarahi aku! Bukankah kita impas? Aku melakukan hal ini, karena kau lebih dulu yang melakukannya! Sehingga kau melupakan bagaimana perasaanku, Shinta!" tawanya menyeringai bak pembunuh berdarah dingin.Shinta menggeleng, "Aku seperti itu, karena ak
Enam bulan berlalu ...Arlan kembali ke Jakarta, setelah mendapatkan surat atas permintaan maaf dari Seno secara resmi, yang ia kirimkan melalui email dan diunggah di media masa sebagai rasa penyesalannya.Kedua pria dewasa itu kini berada di ruang rapat rumah sakit, didampingi Leon yang duduk bersebelahan dengan Raline juga Liberti.Pesona duda tampan seperti Arlan, lagi-lagi membius mata hati seorang Raline, yang sangat dikagumi sejak dulu.Akan tetapi, Arlan masih duduk dengan wajah tenang, sambil menatap layar gawai hanya untuk memastikan kondisi sang putra yang ia tinggalkan bersama baby sitter paruh baya tersebut.Tidak ingin menunggu lama, Arlan menautkan kedua alisnya, menatap lekat kearah Seno hanya berkata lirih, "Jadi apa yang harus aku tandatangani, cepat katakan! Karena aku tidak memiliki waktu yang banyak untuk duduk bersama kalian diruangan ini!"Seno yang masih dalam proses pemulihan, dari amukan Leon beberapa waktu lalu, hanya dapat bica
Cuaca semakin panas menyinari kota metropolitan, suasana terik sore menjelang matahari terbenam semakin melelahkan. Langkah kaki Shinta sedikit tertatih menuju apartemen milik Arlan. Wanita yang telah bebas dari kurungan penjara beberapa hari lalu, kini berada dilokasi apartemen duda beranak satu yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya."Bi, maafkan Shinta telah menyakiti Bibi. Shinta ingin bertemu Sandy anak kita, Bi ..." isaknya dalam kesendirian.Kini Shinta tengah mencari cara untuk dapat bertemu dan membawa Baby Sandy dari tangan pria yang sangat tulus mencintainya. Ia yang semakin memiliki keberanian untuk melakukan apapun, demi merebut kembali buah hatinya saat mengendap-endap memasuki koridor, ketika berada dilantai apartemen milik Arlan.Tidak menunggu lama, Shinta melihat pintu apartemen milik Arlan yang terbuka lebar, memberi kesempatan baginya untuk bergegas masuk kedalam apartemen tersebut.Akan tetapi, ketika pintu ruang tamu akan tertutu
Lebih dari dua jam Arlan dan Shinta saling bercerita. Berbincang ringan seputar kegiatannya ketika meninggalkan kediaman pria mapan tersebut dan kembali ke panti asuhan tempat ia dibesarkan di Singapura.Setelah mendapatkan pemeriksaan dari Dokter pribadi Arlan, dan kini tangan kanannya terpasang infus vitamin untuk menstabilkan kondisi tubuh Shinta."Jadi, apa maksud mu datang ke Jakarta? Dari mana kamu mendapatkan uang? Sementara rekening tabunganmu tertinggal dikamar ku!" Arlan menyuapkan potongan buah ke mulut Shinta, sambil memperhatikan Sandy yang masih sibuk memainkan jemari halus sang Mama.Shinta menekukkan wajah, dia masih belum dapat memaafkan diri sendiri, karena kebodohannya."Hmm Nyonya Rabeca yang memberikan Shinta uang, Bi. Waktu itu Shinta mau kembali ke apartemen, ta-tapi Bibi mengatakan tidak akan melihat Shinta lagi. Shinta takut, Bi," ucapnya sedikit berbisik.Arlan tersenyum lirih, dia merasakan apa yang dirasakan oleh wanitanya, "Jika
Malam berkabut kelam, Arlan tiba di kediamannya, langsung mencari keberadaan Leon dikamar yang berada lantai yang sama dengan ruang kerjanya. Ia datang membawa Raline di mobil yang sama, karena tidak ingin meninggalkan wanita itu di apartemen miliknya.Benar saja, ketika ia tengah membuka pintu kamar Leon, Arlan dikejutkan dengan pemandangan yang sangat menjijikkan.BRAK"Ogh my God! Leon! What the hell!? Ogh shiiit!" teriaknya lantang.Bagaimana tidak, Leon tengah asik bermadu kasih dengan Cua, didalam kamar tanpa mengunci pintu kamar pribadinya, seketika terlonjak melihat dua insan tengah bertelanjang bulat.Leon menoleh kearah Arlan, bergegas mengambil pakaiannya, untuk menutupi tubuh sang kekasih, sementara Cua langsung berhamburan masuk kedalam kamar mandi.PLAK Dengan sigap Arlan mendekati pria muda itu, melayangkan satu tamparan keras pada tubuh Leon, membuat pria muda itu terjerembab dilantai kamar."Apa yang kau lakukan dirumah ku! Ini
Malam semakin larut. Insan dewasa anak menantu itu tengah berdebat serius saling menyalahkan, menghakimi satu dan yang lainnya.Arlan membentak keras Liberti yang telah mengakui semua perbuatannya dihadapan Raline serta Leon, "What? Jadi Mama yang telah meminta Seno, dan membayar anak binatang itu untuk mendekati Yasmin? Membuat Yasmin jatuh cinta? Damn it!" Ia menggeleng kemudian melanjutkan ucapannya, "Aku pikir kalian dari Keluarga Utama yang kaya, bahkan tidak pernah jatuh miskin, memiliki jiwa baik juga tulus! Berarti Mama tahu selama ini bahwa Leon, bukan anak ku? Pantas Mama yang meminta Yasmin melakukan pencangkokan, padahal Seno juga mau melakukannya! Kenapa Mama begitu kejam padaku! Ogh Tuhan, bodohnya aku percaya pada kalian semua selama ini! Ternyata kalian keluarga jahat, tidak punya perasaan! Ja-ja-jadi selama ini, kalian mendukung Yasmin mengkhianati aku? JAWAB!!!"Wajah Arlan mengeras, bahkan merah padam. Dadanya terasa semakin sesak, menatap satu persat
Sementara Arlan masih memberikan pengarahan kepada para pengawal serta pelayannya dikediaman mewah itu, hanya untuk sekedar memastikan, bahwa Leon tidak pernah kembali ke kediamannya lagi. "Aku tidak ingin anak itu menginjakkan kakinya di kediaman ku ini! Jadi kalian harus terus mengawasinya, dan jangan pernah mereka melakukan apapun tanpa izin ku. Kalian mengerti!?"Salah satu pelayan mansion mengangguk mengerti, kemudian mengajukan pertanyaan kembali, "Ba-ba-baik pak! Hmm bagaimana dengan bapak? Apakah bapak, benar-benar akan menjual rumah ini?"Arlan tertawa kecil, "Rumah ini merupakan rumah pertama ku! Aku tidak akan pernah melepaskan kediaman ku ini begitu saja, karena tidak ada yang berani membayar harga nya!""Jadi Pak?"Arlan menautkan kedua alisnya, "Jadi kalian tetap tenang, bekerjalah seperti biasa, dan katakan kepada mereka, bahwa rumah ini telah berganti kepemilikan. Aku permisi!"Bergegas Arlan meninggalkan mansion megah itu, hanya untuk meliha
Sejuk angin berhembus perlahan, menyentuh kulit halus Alexa sambil menatap penuh cinta ke arah Brian. Tidak ada yang lebih indah, selain menjadi wanita dewasa di hadapan pria yang memperlakukannya dengan sangat baik. "Mr. Baby ..." terdengar suara serak Alexa menoleh ke arah Brian. "Hmm ..." Brian masih terus mengusap lembut punggung Alexa dengan sentuhan jemarinya yang sesekali mengecup lembut kepala gadis itu. Alexa tersenyum tipis, "Apakah yang kita lakukan ini salah, Mr. Baby? Kenapa aku merasa nyaman denganmu. Apakah, kamu akan mencampakkan aku jika mengalami sakit seperti Mama Cua?" Seketika Brian terdiam, rahangnya mengeras dan menghela nafas berat. Semua ini sangat berat baginya untuk menjelaskan bahwa ia juga terperangkap atas ketidakjujuran Cua--sang istri. "Aku tidak pernah ingin meninggalkan kamu, Baby. Bagiku, kamu wanita cerdas dan sangat patuh serta pantas untuk di pertahankan. Aku tidak akan menjanjikan apapun padamu, tapi aku akan memberikan yang terbaik untukmu
Wajah tampan bak artis Korea itu seketika berubah menjadi seorang pria yang memiliki rasa bersalah pada Arlan juga Shinta sang mantan istri. "Bukankah sejak dulu Shinta sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam hidupku, tapi kenapa aku justru menyakitinya dan akhirnya meninggalkan Cua begitu saja. Aku harus bertemu dengan Cua, aku tidak ingin melanjutkan perdebatan ini, karena hal ini tidak akan pernah usai ..." tuturnya dalam hati ketika mengemudikan kendaraan menuju kediaman Brian. Leon yang selama ini hanya mendengar cerita dari Duke melalui sambungan telepon tentang Cua, tapi tidak pernah bisa bertemu dengan sang mantan kekasih, justru merasa terjebak karena ulah pria itu yang memiliki dendam karena putri kesayangan mereka dihina oleh sikap Arlan beberapa waktu lalu. "Jika benar Cua melahirkan Alexa, berarti selama ini papi sudah mengetahui semua tentang aku, kenapa pak tua itu tampak segar dan jauh dari stroke sesuai apa yang dikatakan oleh Dokter Salim padaku ..." Kembal
Suasana apartemen milik Brian pribadi sangatlah berbeda dengan mansion mewah miliknya bersama Cua. Gadis muda nan cantik rupawan itu benar-benar tak berkutik dibuat pria bule tersebut, karena tidak menyangka bahwa yang tengah menikmati keindahan surga dunia bersamanya itu merupakan anak tiri darinya. "Tidurlah baby. Aku tahu, kamu pasti lelah setelah seharian melayani aku," titahnya mengusap lembut kepala Alexa kemudian mengecup bibir itu untuk kesekian kalinya. Alexa menggeliat, ia semakin terlihat jatuh hati kepada Brian. Pria beristri yang sangat baik dan bertanggung jawab tersebut. ***Sementara itu di kediaman Arlan, Shinta justru tampak kalut karena tidak menemukan keberadaan putra-putri kesayangannya. Bagaimana tidak, cukup lama mereka saling bercerita dengan cara yang berbeda, kini justru keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Sandy ataupun Alexa. Shinta berteriak keras kepada para pengawalnya, "Cari Alexa dan Sandy saat ini juga! Bawa mereka pulang, karena ada hal yan
Suasana siang itu semakin terik. Entah mengapa mansion mewah milik Keluarga Arlan, tampak seperti neraka yang akan hancur dalam hitungan detik. Shinta melemparkan beberapa perkakas yang ada diatas meja riasnya, karena tidak menyangka bahwa Arlan memiliki anak dari perempuan lain, bahkan wanita itu merupakan Raline, musuh bebuyutannya selama ini. Arlan justru semakin mendekat kepada Shinta, walau langkah kakinya sangat sulit untuk digerakkan. "Dengar sayang, aku tidak pernah melakukan hal itu dengan Raline. Aku benar-benar lupa, aku bersumpah tidak pernah bertemu dengan dia setelah kejadian di Santo Stefano, Shinta. Please ... aku mohon, jangan pernah percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan pria itu, sayang. Kamu harus percaya padaku, karena aku suamimu!" Dengan cepat, Shinta menepis semua ucapan Arlan. Ia tidak menyangka bahwa selama ini sang suami tercinta telah tega mengkhianatinya selama pernikahan mereka yang hampir menginjak sembilan belas tahun. "Katakan jujur sama aku,
Dapat dibayangkan bagaimana perasaan Sandy sebagai putra mahkota satu-satunya yang akan mewarisi semua harta kekayaan Arlan Alendra. Kini ia benar-benar tidak dapat berpikir jernih, karena telah menghabiskan malam bersama wanita yang merupakan adik tirinya. "Apakah benar Janet merupakan anak dari Papa Arlan? Kenapa dunia ini begitu sempit? Apa maksud Tuan Laren memperkenalkan Janet pada keluarga ku, bahkan mereferensikan gadis itu untuk menjadi secretaris pribadi ku ..." umpatnya, meremas kuat rambut ikal itu dengan perasaan bersalah. Seketika telinganya menjadi lebih awas, karena mendengarkan suara sang mama, yang terus memanggil kedua buah hatinya, "Sandy, Alexa!" Kedua putra-putrinya seketika muncul dihadapan Shinta yang langsung berhambur memeluk tubuh ramping sang mama dengan penuh kerinduan. Alexa menciumi pipi Shinta, sesekali melirik tajam kearah Sandy yang berdiri di sisi kanan sang mama. Terdengar suara rengekan Alexa yang sangat manja ditelinga Shinta, membuat wanita o
Tepat pukul 04.00 waktu Singapura, mereka tiba dibandara Changi tanpa mau bicara sepanjang penerbangan. Brian yang tak kuasa menahan rasa keingintahuannya, berkali-kali mencoba untuk mencari informasi dari kerabat dekatnya, Dokter Albert yang selalu ada dalam masa sulitnya ketika berusia muda dulu. [Bisa katakan padaku, apakah kamu mengetahui tentang Laren] Terdengar helaan nafas Albert dari balik gawainya, membuat Brian kembali menanyakan hal yang sama. [Albert, jawab aku! Apakah kau mengetahui tentang status Laren] [Ogh, boy! Sorry, mataku masih mengantuk, karena aku baru saja terlelap. Aku pikir yang menghubungi aku pasien, ternyata kamu. Bagaimana jika kita bertemu nanti siang di hotel ku. Aku istirahat dulu, oke] Tidak ada pilihan, Brian menuruti semua permintaan Albert, karena sejak dulu mereka selalu saling mengerti profesi masing-masing. Dengan tatapan lelah, Brian menoleh kearah Alexa yang meringkuk di dekapannya sejak memasuki mobil SUV yang sudah menunggu kemudian me
Cukup lama Brian menghabiskan waktu bersama sang kekasih didalam kamar hotel, sehingga melupakan waktu pertemuan mereka yang tinggal satu lagi untuk pengiriman barang, kemudian kembali ke Singapura sesuai jadwal yang sudah ditentukan keluarga. Tampak kegelisahan dihati Sandy, karena belum mendapatkan kabar dari sang adik tiri seraya bergumam dalam hati, "Kemana Alex? Apakah dia baik-baik saja ...?" Gegas Sandy meninggalkan restoran hotel tempat mereka menginap, hanya untuk memastikan keadaan Alexa, serta mencari tahu keberadaan Brian yang juga tidak menampakkan puncak hidungnya sejak malam. Tanpa Sandy sadari, ia meninggalkan gawai miliknya diatas meja restoran dengan merekam semua pembicaraan mereka, yang akan ia serahkan kepada sang papa. Akan demikian, ketika Sandy akan keluar dari pintu lift ketika tiba dilantai tempat mereka menginap, ternyata ia melihat pemandangan yang tidak biasa, Alexa tengah tertawa bahagia bersama Brian dengan wajah cerah selayaknya dirinya yang telah
Suasana kamar milik Alexa yang awalnya terasa sangat sejuk, kini berubah menjadi panas ketika kedua insan itu masih mendesah nikmat dalam suasana yang dimabuk hasrat juga gairah. Brian yang sudah lama tidak merasakan kehangatan dari seorang wanita, seakan banyak menuntut, karena tidak dapat menghentikan sentuhannya. "Stophh baby ...!" Alexa mengehentikan tangan liar Brian yang akan memasuki jemarinya ke lembah surga yang sudah tidak terhalang benang. Pandangan Brian yang berkabut gairah, hanya terus menciumi leher jenjang Alexa yang sangat memabukkan seraya berbisik, "Please babyhh ... kita merupakan kekasih. Aku sangat menginginkan mu, baby." Sejujurnya saat ini Alexa juga merasakan hal yang sama seperti Brian. Tapi kali ini pikirannya sedikit terganggu karena kondisi sang papa yang tengah sakit membuat dirinya berpikir dua kali untuk melakukan hal itu. "Maaf sayang, kembalilah kekamar mu. Aku tidak ingin melakukannya dengan cara seperti ini. Papa sedang sakit, dan jujur perasaan
Suasana Kota Roma yang sangat sejuk. Alexa hanya terus menyibukkan diri tanpa mau berbasa-basi dengan Sandy, karena perasaan kesal juga kecewa pada abang angkatnya tersebut. Bagaimana tidak, ia harus melihat pria muda itu tidur satu kamar dengan Janet, tanpa memikirkan bagaimana perasaannya sebagai seorang wanita muda yang juga memiliki perasaan.Dengan wajah menekuk murung, Alexa hanya menghabiskan malamnya dikamar hotel tanpa mau bertemu dengan siapapun termasuk Brian yang memilih pergi menghabiskan malam disalah satu club' kasino yang terletak di Kota Roma.Tak ingin menjawab pertanyaan Brian ketika kesibukan mereka disela-sela padatnya jadwal pertemuan dengan beberapa rekan bisnis yang berada di sana.Entah mengapa, perasaan Alexa seakan hancur setelah menyaksikan kemesraan Sandy bersama Janet yang sangat mengejutkan, ketika melihat pria muda itu berada diatas tubuh secretarisnya sendiri. "Kenapa aku harus percaya padanya? Kenapa dia tidak pernah jujur padaku, bahwa Sandy memang m