Aku tertawa membayangkan bagaimana wajah Ratna merah karena marah melihat apa jawabku atas pesan singkatnya.Pasti sekarang dia sudah membanting ponselnya karena tak terima aku mendapatkan perawatan mahal hari ini."Kurang ajar atas dasar apa Dara si anak tak berprestasi itu mendapatkan fasilitas apa yang aku inginkan," gumam Ratna sambil membanting ponselnya ke kasur."Ada apa Ratna kenapa kamu marah seperti itu apakah ada yang tidak membuatmu senang?" tanya bu Endang.Ratna memperlihatkan status dan chat pribadinya denganku pada bu Endang sehingga bu Endang murka dan mengirim pesan pada ibuku dan menceritakan kronologisnya. Bu Endang juga menyertakan capture pesanku dengan Ratna."Maksudnya apa bu Siti. Anak ibu yang sedang kejatuhan durian runtuh itu pamer kepada anak saya kalau sedang perawatan? Biar di sangka sok hebat bisa perawtan dan nginep di hotel. Saya juga bisa nyewa hotel dan spa. Apa bu Siti pikir saya nggak sanggup?" tanya bu Endang pada pesan sing
Aku tertawa membaca pesan dari Ratna yang sama persis seperti Irma kala itu mengatakan aku hanya ingin ongkang-ongkang kaki saja tidak bekerja lagi selama menjadi istri Nungki yang kaya. Pikiran mereka terlalu sempit aku mendapatkan pekerjaan baru di perusahaan yang lebih besar dari sekarang aku juga sudah ada perjanjian tidak hamil dulu selama setahun. Aku juga sudah membicarakan masalah ini kepada Nungki dan calon suamiku itu telah menyetujui apa yang aku inginkan. "Wah enak dong kalau tinggal ngeretin laki doang. Bukankah itu yang diharapkan semua wanita ya. Duduk manis di rumah transferan lancar terus. Tinggal shoping-shoping deh bisa online bisa datang ke mall langsung," jawabku biar Ratna semakin panas. "Aku akan capture pesan darimu ini kirim ke Nungki dan grup sosialita biar semua orang tahu kelakuan busukmu sebenarnya Dara," ucap Ratna yang kesal itu mengancamku.Silahkan saja kalau dia mau memviralkan aku yang berkata demikian. Yang ada nanti bakal malu
Kami menangis sesenggukan lalu kembai ke kamar untuk istirahat karena besok adalah hari yang akan melelahkan. Kami semua harus bersiap untuk esok pagi."Permisi kami dari tim rias pengantin," ucap seorang tim perias pengantin."Silahkan masuk kak, yang ini pengantinnya," tunjuk ibuku sekalian mempersilahkan masuk pengantinya.Aku mulai di rias untuk akad aku memakai kebaya warna putih juga riasan adat palembang. Akad dimulai pukul delapan pagi. Tamu sudah penuh berdatangan di dalam gedung di saksikan banyak tamu undangan Nungki mengucapkan kalimat ijab qabul sehidup semati di hadapan para saksi dan penghulu."Bagaimana ibu-ibu bapak-bapak sah?" tanya pak penghulu."Sah," banyak tamu secara kompak bilang sah."Alhamdulilah," jawab tamu undangan yang kompak.Akhirnya selesai ijab qabul dan aku resmi hari ini menjadi istri Nungki. Serangkaian acara adat sudah kami lakukan dan sekarang memakai baju adatnya. Adat ini sesuai dengan pe
Estel menertawakan bu Endang ijazah boleh smk saja tapi kalau rajin dan terus berusaha akan ada jalan indah yang ditempuhnya suatu hari nanti."Kamu itu tidak berwawasan luas ya. Emang yang sudah di dapat oleh putrimu yang berprestasi itu apa?" tanya Estel kembali meremehkan."Benar bu putrimu yang selalu membanggakan prestasi akademik itu saat prkatek berkomunikasi di depan banyak orang keok," balas Bagas yang sudah kesal dengan ibu dan anak itu.Bagas mengatakan selain hanya bisa menggoda pria kaya dan berambisi mendapatkan suami yang kaya. Memangnya Ratna bisa apa, nilai akademik boleh bagus tapi kalau atitude juga sikap yang arogan sering merendahkan orang ala gunanya semua itu."Kalian itu kenapa sih menghina anak saya terus. Siapa yang menggoda pria kaya emang anak saya berpotensi di deketin pria kaya kok," ucap bu Endang."Ah percuma berbicara dengan mereka berdua pasti tidak mau kalah namanya juga orang udik dan selalu iri pada pencapaian orang
Aku menulis di layar ponselku darimana aku mendapatkan pesan. Nungki mengangguk dan mengerti lalu melanjutkan obrolan dengan teman-temannya. Kami mengobrol sampai larut sore kemudian baru kembali ke kamar Hotel."Dara bersiaplah kita akan berangkat ke suatu tempat malam ini," ucap Nungki yang membuatku kaget."Kemana kita akan pergi apakah ke tempat yang jauh?" tanyaku aku tidak membawa baju ganti yang banyak memangnya mau kemana coba tidak bilang dari jauh-jauh hari.Nungki menyebutkan tempat yang sangat jauh dan membuatku kaget seakan tak percaya. Apa ini termasuk kejutan untukku aku tidak tahu harus melakukan apalagi bagaimana bisa aku pergi ke tempat yang jauh sedangkan tanpa persiapan apapun."Kita akan ke eropa dan ini adalah paspormu yang sudah jadi," Nungki memberikan paspor untukku."Ta-tapi aku tidak membawa baju ganti juga mempersiapkan apapun untuk dibawa. Kenapa tidak bilang jauh-jauh hari," ucapku sampai terbata ini adalah pengalamnku
Nungki tersenyum lalu berbisik padaku untuk segera mengambil pakaian yang akan kugunakan untuk berlibur bulan madu bersamanya. Sedangkan situasi di luar dia akan mengurusnya."Eh bu Endang kok kamu syirik sih sama orang. Kalau ada bukti nanti nanges lagi," ucap bu Arum sambil kipas-kipas kegerahan."Loh semua itu kan emang harus ada bukti bu. Kalau nggak ada paspor dan tiket pesawat saya nggak percaya. Paling ke bali doang!" seru bu Endang.Nungki menelpon supir untuk mengambilkan tas khusus paspor dan tiket pesawat yang akan kami gunakan. Bu Endang masih menggerutu karena sopir tak kunjung datang ia yakin kalau kami berbohong. kebetulan aku hanya mengambil baju yang kubutuhkan saja dan memasukkannya pada koper yang sudah di siapkan Nungki untukku."Tuan muda ini tas yang anda maksud," ucap sopir."Baik terima kasih," jawab Nungki lalu membuka tas warna hitam itu dan mengeluarkan isinya.Dua buah buku berwarna biru berikut visa dan tiket beserta bookinga
Jadi hari itu saat aku berangkat bulan madu ke eropa bersama suamiku, menurut cerita dari tetangga yang ada dilokasi bu Endang terus menjelekkan aku mendapatkan suami kaya dari hasil yang tidak benar. Padahal waktu itu bu Endang sudah pernah memfitnahku menggunakan ilmu pelet untuk menggaet pria kaya. "Ya apalagi kalau bukan jalur belakang bu Siti. Ratna yang sudah kumpul-kumpul orang kaya saja belum tentu di lirik padahal karir dan prestasinya bagus loh. Anak bu Siti kerja swasta sekolah swasta nilainya juga pas-pasan masa bisa mendapatkan suami speknya bagus banget sih. Nggak mungkin kalau nggak pakai jalur belakang," ucap bu Endang. "Kalau nggak ada bukti berarti fitnah tadi bu Endang nggak percaya anak menantu saya mau ke eropa dan meminta bukti berupa paspor dan tiket pesawat iya toh. Sekarang buktikan anak saya pakai jalur belakang lagian maksudnya jalur belakang itu apa saya nggak tahu. Jangan bisanya bacot doang bu Endang ini," balas ibuku. Bu Endang gel
Menurut cerita yang sampai di telingaku juga bu Endang mengamuk di tuding menggunakan ilmu pelet oleh bu Mutia. Loh orang dia juga menuduh orang memakai ilmu pelet tapi malah sakit hati di tanya hal yang dituduhkan olehnya."Itu berarti rejeki saya karena mendapatkan suami pns, bukan pakai ilmu pelet," jawab bu Endang sewot."Berarti Dara juga rejeki mendapatkan suami kaya bukan memakai jalur belakang seperti yang bu Endang tuduhkan!" seru bu Sri.Bu Endang yang biasanya nggak bisa di bantah kali ini tak bisa membalas kata-kata bu Sri lalu pergi pulang ke rumahnya. Bu Endang emang parah sih jadi orang suka mencampuri urusan orang lain saja.Aku masih menikmati masa bulan madu di eropa bersama Nungki. Nyaman saat berlibur karena tak ada nada sumbang dari tetangga tukang ghibah membuatku betah di sini."Bagaimana liburannya apa kamu suka?" tanya Nungki padaku."Suka banget dong. Aku pertama ke luar negeri dan juga naik pesawat terima kasih ya," jawa
Para ibu-ibu masih saja sibuk menggosipkan bu Endang yang pergi begitu saja karena kesal. Lucu sekali dia itu. Kenapa bisa mau menggosipkan orang. Tapi tak mau di gosipkan."Sudahlah biarkan saja dia mau bicara apa bu. Itu hukuman buat ibu yang selalu menggosipkan orang!" seru pak Nurdin."Bapak kok membela tetangga daripada ibu sih?" bentak bu Endang.Pak Nurdin tak menyahut lalu pergi begitu saja karena mungkin sudah malas dengan istrinya itu. Bu Endang sudah terlalu banyak ikut campur urusan orang makanya mungkin si suami juga sudah lelah mengurus istrinya."Pak, kok malah pergi ibu ajak bicara! Benar-benar deh bapak ini," ucap bu Endang."Bapak mau istirahat bapak pusing," balas pak Nurdin.Sedang asyik membaca chating dari bu Sri yang memberitahu aku kejadian di kampung. Tiba-tiba perutku mual lalu semakin mual dan badanku lemas dan setelahnya aku tak tahu apa yang terjadi lagi. Saat sudah sadar aku berada di ranjang dan ada Nungki yang menemaniku."Syukurlah kamu sudah sadar Dara
Bu Sri menertawakan pertanyaan yang dilontarakan oleh bu Endang. Yang menanyakan memangkan ibuku itu kaya atau tidak. Yah aku sih cukup menyadari kalau keluarga kami memang susah sejak dulu. Berjualan juga untuk kebutuhan sehari-hari dan anak sekolah. Tapi apakah kita akan bertahan dengan nasib ini dan tidak akan berusaha mengubah nasib. Bu Endang salah ke dua orang tuaku begitu gigih mencari uang untuk kami anak-anaknya di beri ilmu dan diberikan pendidikan untuk maju. Tidak pernah neko-neko lalu menabung untuk mengembangkan usaha. "Loh katanya tadi orang miskin tadi bu. Berhutang memangnya nggak pakai jaminan. Berhutang di bank juga pakai jaminan kaya bu Endang gitu gadein sertifikat pak nurdin untuk biaya nikahan Ratna," ucap bu Mutia. "Kalian itu memang bisa banget menjatuhkan aku. Memangnya kenapa kalau aku berhutang untuk nikahan anakku. Toh yang membayar aku juga bukan kalian," balas bu Endang. "Makanya toh bu Endang kalau tidak mau dijatuhkan sama tetangga ya jangan menja
"Ya jelas lah kamu iri sama bu Siti. Soalnya bu Siti sekarang usahanya sukses. Diem-diem beli mobil. Diem-diem beli tanah. Nggak banyak omong kaya bu Endang. Prestasi Ratna mulu di banggain ternyata tagihan kartu kreditnya banyak!" seru bu Sri."Kalau aku jadi bu Endang mah malu. Sesumbar mulu Prestasi sama pekerjaan yang mentereng. Tenda aja belum dibayar. Tamunya juga nggak kelihatan ada pas hajatan," ucap bu Arum.Para tetangga di kampung sukma jaya memprotes tindakan bu Endang yang gemar bergosip itu. Mereka tidak takut lagi akan berantem dengan bu Endang. Karena sudah biasa dan juga bu Endang semakin keterlaluan dalam bertindak. Andai saja bu endang tak pernah usil pada keluargaku. Andai saja bu Endang tak pernah menyakiti tetangga yang ada di kampung sukma jaya ini. Pasti tidak akan terjadi hal seperti ini 'kan."Itu karena kalian tidak tahu dalamnya keluarga bu Siti. Kalau seandainya kalian tahu kalau hutangnya banyak juga nggak akan menghinaku seperti ini," balas bu endang."
Bu Endang mengatakan. Akhir-akhir ini memang para warga desa sukma jaya selalu membicarakan sosok bu Siti dan keluargaku yang lainnya. Padahal yang mereka bicarakan mungkin bukan perbuatan ayah atau ibuku saat ini.Singkat cerita ayahku memang sering bergaul dengan warga yang lainnya. Saat kami masih susah dulu. Bapakku sering menolong siapapun yang membutuhkan."Ya karena kalian semua selalu membanggakan bu Siti yang gemar nraktir. Halah orang kayak kalian ini nanti saat bu Siti dan keluarganya jatuh pasti akan meninggalkannya. Dasar manusia berwajah ular," ucap bu Endang."Jadi bu Endang ini panas ya. Karena para warga selalu membicarakan keluarga bu Siti tentang kebaikannya. Sedangkan membicarakan bu Endang tentang keburukan saja. Sudah deh ngaku saja," ledek bu Arum.Bu Endang menegaskan tidak ada yang dia iri dengan bu Siti maupun keluargaku yang lainnya. Dia sudah mapan. Suami pns, anak kerja di rumah sakit lulusan fisika terbaik di unoversitas terkemuka. Mantu perawat pns. "D
Bu Endang tak terima keluarganya dijadikan bahan gosip oleh ibu-ibu di tukang sayur. Biasanya dia yang bergosip. Sekarang dijadikan baham gosip tidak terima."Memangnya kenapa kalau kami menggosipkan bu endang? Nggak terima? Ya posisi bu Endang saat ini seperti yang kami rasakan kalau bu Endang menggosipkan kita!" seru bu Arum."Kalian jangan seenaknya ya mentang-mentang aku menggelar acara tidak semewah bu Siti. Lalu kalian seperti punya hak untuk menyakiti hatiku," ucap bu Endang.keributan terjadi di tempat sayur antara bu Endang dan ibu-ibu yang lain. Dia sangat tidak suka di jadikan bahan gosip. Ramai sekali sampai menimbulkan kebisingan."Bu Endang udah deh nggak usah drama. Kita semua tahu kalau bu Endang itu sudah banyak menyakiti hati orang. Makanya jangan kebanyakan membuat ulah. Biar hati juga adem. Dan tidak banyak musuh," ucap bu Lastri."Bilang saja kalian pro sama bu Siti yang lagi kondisi keuangannya naik. Sedangkan aku terlihat hina dimata kalian. Nanti kalau aku seda
Ibu-ibu sudah pulang ke rumah puas setelah mengomentari acara hajatan di rumah bu Endang. Tentu saja bu Endang menyimpan dendam untuk tetangganya."Awas saja akan aku balas mereka semua," gumam bu Endang."Sudah to bu. Mungkin ini karma karena ibu juga suka mengomentati semua tetangga yang ada di kampung ini," ucap pak Nurdin.Ternyata sakit hati juga di omongin langsung di depan mata seperti ini. Bu Endang sakit hati pada mereka semua. Ini berita yang aku dengar tentang keluhan bu Endang pada suaminya yang tersebar di kampung.Beberapa hari setelah selesai hajatan. Tampak seorang pemilik tenda datang mencari rumah bu Endang."Mencari siapa dek?" tanya bu Sri."Rumah bu Endang bu. Sebelah mana ya," jawab seorang pemuda."Sebelah sana tuh pager biru, ada apa emangnya?" tanya bu sri.Pemuda itu mengatakan kalau bu Endang belum membayar tenda sebesar tiga juga rupiah. Sudah seminggu berlalu makanya pihak penyewa tenda akan menagihnya. Kenapa ada peristiwa seperti ini juga ya."Ohh itu di
Bu Endang kesal karena banyak ibu-ibu tetangganya yang mengomentari hajatan yang ia gelar. Dari segala sisi banyak banget mendapatkan komentar. Tidak ada yang sempurnya semuanya diomongin sana-sini sampai membuatnya gerah sendiri."Eh bu Mutia asal kamu tahu saja. Jaman serba canggih banyak banget yang amplopnya di transferin. Emang pada lihat hah. Ih ndeso kalian semua," balas bu Endang."Paling juga satu dua orang itu juga cuma gocap. Gitu aja dibanggain dih najis," balas bu Mutia.Mnedengar berita seperti ini membuatku geli. Ada-ada saja tingkah para ibu-ibu di desaku yang gemar bergosip itu. Perkara hajatan saja sampai bertengkar sama tetangga apa nggak malu sama tamu yang hadir."Sudah jangan ribut lagi bu. Kita ini kan lagi hajatan malu sama tamu. Ayo kita sapa para tamu," ajak pak Nurdin."Mereka membuat ibu kesal pak," balas bu Endang.Pak Nurdin menarin tangan bu Endang dan menasehatinya agar tidak banyak omong lagi. Ada beberapa tamu yang harus mereka sapa. Tidak baik membua
Ibu-ibu itu dengan semangat mengatakan sudah siap untuk bergosip. Mereka sudah rapi dan berkumpul di rumah bu Arum. Mendengar kabar seperti ini membuatku ingin tertawa dengan kelucuan mereka ada tetangga yang menggelar hajatan tapi mereka yang sibuk berkomentar."Aku sih sudah siap bu," ucap bu Sri."Sama dong aku sudah siap sedari tadi. Mengomentari hajatan bu Endang yang suka julit pada warga yang menggelar hajatan. Sekaranf gantian dong," balas bu Arum."Ho'oh bu. Kalau ada yang hajatan tidak luput dari komentarnya. Sekarang giliran kita memberikan komentar pada bu Endang," balas bu Mutia.Masih terngiang di ingatan bu Mutia saat bu Endang mengomentari anaknya yang mau nikahan. Sudah punya anak dua dari pria yang berbeda dapat bujangan yang belum punya anak. Lalu mereka menggelar pesta sederhana di rumah mulut bu Endang sangat pedas dan menyakiti hatinya."Alah bu Mutia. Emangnya bu mutia saja. Waktu saya nikahin dara mulutnya bu Endang juga begitu kok. Lebih ganas," ucap ibuku."I
Bu Lastri menunjuk siapa yang datang. beberapa orang ada yang masih pakai baju dinas. Ada juga yang sudah memakai baju biasa.."Kirain banyak yang dateng. Para perawat dan petugas medis lainnya," balas bu Arum.Iya kok cuman dikit. Apa nitip kali ya," balas bu Sri.Bisik-bisik tetangga saling terdengar di acara pernikahan itu. Sungguh memalukan sekali sudah mengumbar omong besar tapi yang datang hanya segelintir saja. "Tendanya sangat besar sih sama sperti yang dikatakan. Tapi tamunya dikit doang," balas bu Mutia. "Habis magrib kali bu tamunya pada dateng," ucap bu lastri.Mereka masih menunggu habis magrib. Baru asar tamu mereka sepi sekali kayak kuburan.Ibu-ibu banyak bergunjing lagi. Soal tamu saja jadi omongan apalagi yang lain-lain. duh dasar mulut tetangga."Sudah magrib nih ayo kita magriban dulu. Habis ini kita kumpul lagi. Kita lihat tamu yang di undang seribu itu wujudnya seperti apa," ucap bu Mutia."Oke ayo kita magriban dulu. Nanti kumpul lagi di tempat ini saja.," bal