Share

Ilmu Pengasih

Penulis: Handira Rezza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku tersenyum pahit saat bu Endang mengatakan itu kenapa bisa kata seperti itu begitu enteng terucap. Ilmu pengasih seperti apa yang aku pakai ini. Aku berharap bu Endang dapat memegang atau mempertanggungjawabkan kata-katanya.

"Bu Endang jangan asal bicara ilmu pengasih apa? Atau jangan-jangan bu Endang yang masuk pesantren tubuhnya seperti kebakar karena kebanyakan jin tukang gosip yang menempel!" jawabku.

"Kurang ajar kamu ya nggak sopan sama orang tua," hardik bu Endang.

"Saya akan sopan kalau lawan bicara saya juga sopan," jawabku lagi.

Para ibu-ibu yang menonton kejadian ini tertawa bersama. Menertawakan bu Endang yang memang suka bergosip, walaupun dia bilang kalimat demi kalimat yang ia lontarkan sudah terverifikasi dan dapat dipertanggung jawabkan sama saja dengan kepo pada masalah orang.

"Sudah-sudah jangan berdebat lagi, ibu juga jangan asal bicara nanti orang lain tersinggung," pinta Fitri.

"Coba Fit. Kamu kan sudah lama di pesantren ibunya d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Racun Mulut Tetangga   Terjawab Sudah

    Fitri tersenyum lalu berkata dia pertama kali mengeanl anak pemilik pesantren itu adalah ketika mengajar di kelasnya. Karena sering bertemu karena Fitri timbul kedekatan diantara mereka."Saya pertama kali bertemu dengan beliau saat mengajar di kelas bu. Saya sendiri juga menyukinya makanya mau untuk dinikahi, tapi bapak tidak menyetujuinya," balas Fitri."Ya jelas tidak menyetujuinya, bapak mana yang mau anaknya menjadi istri ketiga. Orang ibunya saja kalau ada istri kedua atau pelakor mulutnya gatal menghiannya. Masa anaknya mau jadi istri ketiga,"ucap bu Mutia sambil terkekeh menertawakan bu Endang.Pak Nurdin mengatakan tidak akan merestui hubungan mereka. Dan akan memindahkan Fitri ke pesantren yang lainnya. Demi kebaikan bersama dan tidak ada lagi hal yang tidak diinginkan pak Nurdin berencana memisahkan mereka.Aku sangat lega mendengar hal ini. Semoga keputusan pak Nurdin adalah keputusan yang terbaik bagi anaknya juga kedua belah piha

  • Racun Mulut Tetangga   Masih Berani Pulang Kamu!

    Bu Endang ternyata pingsan mungkin sudah tak kuat lagi menahan gejolak yang ada di hatinya. Anak-anaknya membuatnya kecewa."Tenang ibu-ibu, kita bagi dua saja ya. Satu mengurus bu Endang. Satu lagi kelompok ikut kami ke bidan," pintaku."Baik kalau begitu bu Endang serahkan pada kami saja!" seru bu Mutia selaku bu Rt.Akhirnya kami dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok mengurus bu endang yang pingsan. Kelompok kedua mengurus Fitri untuk menjalani pemeriksaan di bidan."Bu Bidan mohon maaf mengganggu malam-malam begini. Saya ingin melakukan pemeriksaan usg untuk adik kami," pintaku."Baiklah silahkan masuk," jawab bu Bidan.Tak butuh waktu lama bu Bidan memeriksa manual dan juga usg. Setelah aku menjelaskan maksud kedatangan kami untuk apa. Bu bidan tersenyum menatap wajah manis Fitri lalu menasihatinya."Kamu itu masih muda. Masa depan masih panjang untuk apa menipu orang tua. Menikah bukan untuk main-main banyak yang perlu dipersiapkan, a

  • Racun Mulut Tetangga   Merasa Lega

    Aku kembali menyerahkan surat keterangan dari Bidan kepada bu Endang yang masih emosi. Mau tak mau bu Endang harus tahu kalau sebenarnya Fitri tidak hamil, itu hanya sebuah alsan agar bapaknya memberikan ijin menikah. "Bu Endang kalau tidak mau baca dulu ya nggak bakalan tahu apa isinya loh," ucapku. "Apa kamu sedang meledekku hah! Aku tahu isinay pasti adalah sudah berapa usia janin di kandungan Fitri anak durhaka itu," ucap bu Endang. Aku membacakan apa yang tertera di surat itu. Karena isinya menyatakan bahwa Fitri tidak mengandung. Ibu-ibu yang lain kaget bukan main. Kenapa Fitri bisa mengatakan kalau sedang hamil. Sebegitu ngebetkan ingin kawin sehingga membohongi semua orang. "Apa yang ada dipikiranmu Fitri sehingga gampang banget berkata kalau kamu hamil. Memang menikah itu enak apa. Kalau beras dan gas habis bersamaan nanti kamu akan pusing memikirkan masalah yang timbul saat berumah tangga, kamu itu kok nggak berpikir dulu kalau mau bertindak samapi ibum

  • Racun Mulut Tetangga   Sudah bisa ditebak

    Aku mengangguk mengerti apa yang dimaksud oleh Nungki. Jika aku menjawab apa yang ibu-ibu itu katakan pasti akan dicap orang yang sombong, tidak sopan dengan orang tua, dan masih banyak drama lainnya. "Kamu benar mereka memang tukang drama. Selesai denagn gosip satunya sibuk mencari gosip yang lainnya. Gemar sekali mencari celah kesalahan orang lain," balasku. "Sudah sampai cepatlah bekerja. Bulan ini terakhir kamu bekerja kan ya," ucap Nungki. Bulan ini tinggal beberapa hari lagi aku bekerja di perusahaan kosmetik yang secara tidak langsung tempatku mencari nafkah juga membiayai kuliahku. Aku mengucapkan terimakasih kepada semua kenangan indah yang pernah aku lalui di sini. Terutama bu Sari yang sering membantuku. Aku bisa mendapatkan mobil untuk bapakku juga karena beliau saat ini mobilnya sudah lunas. "Nungki hati-hati dijalan ya. Aku akan semangat bekerja di hari-hari terakhirku bekerja di perusahaan papimu," ucapku. "Oke bersemangatlah. Aku akan se

  • Racun Mulut Tetangga   Makan Bersama

    Aku tak bawa bekal kebetulan hari ini. Sehingga aku ikut Desi dan Metta keluar makan siang bersama sambil mengobrol apa saja yang ingin kami obrolkan."Wah dari upik abu menjadi seorang putri yang rupawan. Dahulu selalu membawa bekal nasi sama tempe sekarang makan mewah karena dipersunting pangeran kaya yang bodoh mau sama seorang yang hidup di kampung kumuh," celetuk Irma tiba-tiba yang datang mengganggu kami."Alhamdulilah ya ada pangeran yang masih single melamarku. Jadi aku tidak dicap sebagai perebut suami orang sampai kapanpun," balasku.Irma selalu mengangguku jadi aku sekalian saja menyudutkannya. Irma mengatakan dia tidak merebut suami orang padahal ia sudah rela menjadi yang kedua. Istri pertama pak Roni saja yang mau cerai. Menurut Irma itu bukan kesalahannya. Sekarang dia sudah menjadi satu-satunya yang berada di hati pak Roni."Heh kami sekarang hanya hidup berdua dan menjalani biduk rumah tangga dengan bahagia. Kenapa kamu masih mengungkit masa lalu yan

  • Racun Mulut Tetangga   Masih saja salah dimata orang

    Bu Endang kembali berceramah karena aku menginginkan pesta sederhana saja seperti apa yang adakah oleh Husna. Karena banyak pertimbanagn dan aku tidak ingin banyak menghamburkan uang hanya untuk pesta sehari saja."Maaf bu lihat saja nanti aku pesta nikahannya seperti apa. Karena masih dalam tahap rundingan dengan pihak keluarga calon manten pria," jawabaku."Loh kemarin bukannya di bawain uang lima puluh juta aku dengar diacara lamaran. Masa iya masih rundingan lagi. Seharusnya kalau lima puluh juta mah sudah bisa pesta mewah kalau dikampung ini mah," balas bu Endang.Aku harus menjawab apa ya, iya sih emang lima puluh juta tapi kalau aku ngomong sekarang pestanya akan seperti apa nanti jadi bahan gosip lagi. Aku malas banget sebenernya meladeni bu Endang dan antek-anteknya ini."Terserah ibu dan bapak saja saya mah bu. Manut orang tua lebih baik," jawabku."Heh kamu juga harus punya pilihan sendiri nanti kalau kamu ternyata nggak cocok dengan mak

  • Racun Mulut Tetangga   Rahasia

    Aku tertawa lagi dengan tinglah lucu bu Endang yang tak tahu malu itu. Kondangan bukan soal gede-gedean isi amplop menurutku disaat seperti adalah kesempatan berbaur dengan warga yang lainnya. Toh kita memang mahkluk sosial yang harus bersosiali dan membutuhkan pertolongan orang lain."Maaf bu isinya rahasia biar mantennya saja yang membuka," balas ku sambil berlalu dan pergi."Kamu gila ya Dara. Besok kamu itu menikah kalau ngasih yang gede biar baliknya juga gede," balas bu Endang lagi.Lebih baik pergi saja karena bu Endang sudah mulai rese. Mending sekarang aku bersiap ke pukesmas untuk tes kesehatan bersama Nungki. Mempersiapkan persyaratan pernikahanku."Akhirnya selesai tes kesehatannya," ucap Nungki."Tanganku sakit," keluhku karena habis suntik tetanus."Nanti kompres air anget saja sama minum obatnya sampai rumah," balas Nungki.Kami melanjutkan berkeliling melihat pernak pernik souvenir sampai model undangan. Ke tempat weding organizer juga mel

  • Racun Mulut Tetangga   Khawatiran

    Aku menggelengkan kepalaku itu tidak terlalu mahal karena sebagian besar memakai tempat sendiri dan weding organizer juga menggunakan jasa keluarga tapi ya tetap bayar."Nggak bu uang yang kemarin di berikan kita untuk bayar weding organizer sama aula restoran. Selebihnya sponsor," jawabku."Oh jadi begitu nanti uangnya sama bapakmu ya. Tadi kamu ini survey tempat ya?" tanya ibu lagi."Iya kami berdiskusi untuk pernikahan ini. Bagaimanapun pernikahan adalah berdua bukan satu orang saja," ucapku.Bapak mendengar percakapan kami dan langsung memberikan uangnya. Bapak lega karena sudah tak repot seperti orang-orang yang mau hajatan berbelanja apa saja. Mikirin tenda dan yang lainnya. Kalau masakan katring ya bisa santai yang di rumah."Bapak serahkan ke kalian berdua saja ya. Kalau begitu ini uangnya," ucap bapakku."Terima kasih ya pak sudah percaya pada kami berdua," balasku."Ibu tenang saja nggak usah khawatir. Yang lain pada mikir belanjaan ini d

Bab terbaru

  • Racun Mulut Tetangga   Hamil- Season satu tamat

    Para ibu-ibu masih saja sibuk menggosipkan bu Endang yang pergi begitu saja karena kesal. Lucu sekali dia itu. Kenapa bisa mau menggosipkan orang. Tapi tak mau di gosipkan."Sudahlah biarkan saja dia mau bicara apa bu. Itu hukuman buat ibu yang selalu menggosipkan orang!" seru pak Nurdin."Bapak kok membela tetangga daripada ibu sih?" bentak bu Endang.Pak Nurdin tak menyahut lalu pergi begitu saja karena mungkin sudah malas dengan istrinya itu. Bu Endang sudah terlalu banyak ikut campur urusan orang makanya mungkin si suami juga sudah lelah mengurus istrinya."Pak, kok malah pergi ibu ajak bicara! Benar-benar deh bapak ini," ucap bu Endang."Bapak mau istirahat bapak pusing," balas pak Nurdin.Sedang asyik membaca chating dari bu Sri yang memberitahu aku kejadian di kampung. Tiba-tiba perutku mual lalu semakin mual dan badanku lemas dan setelahnya aku tak tahu apa yang terjadi lagi. Saat sudah sadar aku berada di ranjang dan ada Nungki yang menemaniku."Syukurlah kamu sudah sadar Dara

  • Racun Mulut Tetangga   Nggak jadi belanja

    Bu Sri menertawakan pertanyaan yang dilontarakan oleh bu Endang. Yang menanyakan memangkan ibuku itu kaya atau tidak. Yah aku sih cukup menyadari kalau keluarga kami memang susah sejak dulu. Berjualan juga untuk kebutuhan sehari-hari dan anak sekolah. Tapi apakah kita akan bertahan dengan nasib ini dan tidak akan berusaha mengubah nasib. Bu Endang salah ke dua orang tuaku begitu gigih mencari uang untuk kami anak-anaknya di beri ilmu dan diberikan pendidikan untuk maju. Tidak pernah neko-neko lalu menabung untuk mengembangkan usaha. "Loh katanya tadi orang miskin tadi bu. Berhutang memangnya nggak pakai jaminan. Berhutang di bank juga pakai jaminan kaya bu Endang gitu gadein sertifikat pak nurdin untuk biaya nikahan Ratna," ucap bu Mutia. "Kalian itu memang bisa banget menjatuhkan aku. Memangnya kenapa kalau aku berhutang untuk nikahan anakku. Toh yang membayar aku juga bukan kalian," balas bu Endang. "Makanya toh bu Endang kalau tidak mau dijatuhkan sama tetangga ya jangan menja

  • Racun Mulut Tetangga   Sindiran bu Sri

    "Ya jelas lah kamu iri sama bu Siti. Soalnya bu Siti sekarang usahanya sukses. Diem-diem beli mobil. Diem-diem beli tanah. Nggak banyak omong kaya bu Endang. Prestasi Ratna mulu di banggain ternyata tagihan kartu kreditnya banyak!" seru bu Sri."Kalau aku jadi bu Endang mah malu. Sesumbar mulu Prestasi sama pekerjaan yang mentereng. Tenda aja belum dibayar. Tamunya juga nggak kelihatan ada pas hajatan," ucap bu Arum.Para tetangga di kampung sukma jaya memprotes tindakan bu Endang yang gemar bergosip itu. Mereka tidak takut lagi akan berantem dengan bu Endang. Karena sudah biasa dan juga bu Endang semakin keterlaluan dalam bertindak. Andai saja bu endang tak pernah usil pada keluargaku. Andai saja bu Endang tak pernah menyakiti tetangga yang ada di kampung sukma jaya ini. Pasti tidak akan terjadi hal seperti ini 'kan."Itu karena kalian tidak tahu dalamnya keluarga bu Siti. Kalau seandainya kalian tahu kalau hutangnya banyak juga nggak akan menghinaku seperti ini," balas bu endang."

  • Racun Mulut Tetangga   Saingan yang mencolok

    Bu Endang mengatakan. Akhir-akhir ini memang para warga desa sukma jaya selalu membicarakan sosok bu Siti dan keluargaku yang lainnya. Padahal yang mereka bicarakan mungkin bukan perbuatan ayah atau ibuku saat ini.Singkat cerita ayahku memang sering bergaul dengan warga yang lainnya. Saat kami masih susah dulu. Bapakku sering menolong siapapun yang membutuhkan."Ya karena kalian semua selalu membanggakan bu Siti yang gemar nraktir. Halah orang kayak kalian ini nanti saat bu Siti dan keluarganya jatuh pasti akan meninggalkannya. Dasar manusia berwajah ular," ucap bu Endang."Jadi bu Endang ini panas ya. Karena para warga selalu membicarakan keluarga bu Siti tentang kebaikannya. Sedangkan membicarakan bu Endang tentang keburukan saja. Sudah deh ngaku saja," ledek bu Arum.Bu Endang menegaskan tidak ada yang dia iri dengan bu Siti maupun keluargaku yang lainnya. Dia sudah mapan. Suami pns, anak kerja di rumah sakit lulusan fisika terbaik di unoversitas terkemuka. Mantu perawat pns. "D

  • Racun Mulut Tetangga   Pagi-pagi Gosip

    Bu Endang tak terima keluarganya dijadikan bahan gosip oleh ibu-ibu di tukang sayur. Biasanya dia yang bergosip. Sekarang dijadikan baham gosip tidak terima."Memangnya kenapa kalau kami menggosipkan bu endang? Nggak terima? Ya posisi bu Endang saat ini seperti yang kami rasakan kalau bu Endang menggosipkan kita!" seru bu Arum."Kalian jangan seenaknya ya mentang-mentang aku menggelar acara tidak semewah bu Siti. Lalu kalian seperti punya hak untuk menyakiti hatiku," ucap bu Endang.keributan terjadi di tempat sayur antara bu Endang dan ibu-ibu yang lain. Dia sangat tidak suka di jadikan bahan gosip. Ramai sekali sampai menimbulkan kebisingan."Bu Endang udah deh nggak usah drama. Kita semua tahu kalau bu Endang itu sudah banyak menyakiti hati orang. Makanya jangan kebanyakan membuat ulah. Biar hati juga adem. Dan tidak banyak musuh," ucap bu Lastri."Bilang saja kalian pro sama bu Siti yang lagi kondisi keuangannya naik. Sedangkan aku terlihat hina dimata kalian. Nanti kalau aku seda

  • Racun Mulut Tetangga   Selesai Hajatan

    Ibu-ibu sudah pulang ke rumah puas setelah mengomentari acara hajatan di rumah bu Endang. Tentu saja bu Endang menyimpan dendam untuk tetangganya."Awas saja akan aku balas mereka semua," gumam bu Endang."Sudah to bu. Mungkin ini karma karena ibu juga suka mengomentati semua tetangga yang ada di kampung ini," ucap pak Nurdin.Ternyata sakit hati juga di omongin langsung di depan mata seperti ini. Bu Endang sakit hati pada mereka semua. Ini berita yang aku dengar tentang keluhan bu Endang pada suaminya yang tersebar di kampung.Beberapa hari setelah selesai hajatan. Tampak seorang pemilik tenda datang mencari rumah bu Endang."Mencari siapa dek?" tanya bu Sri."Rumah bu Endang bu. Sebelah mana ya," jawab seorang pemuda."Sebelah sana tuh pager biru, ada apa emangnya?" tanya bu sri.Pemuda itu mengatakan kalau bu Endang belum membayar tenda sebesar tiga juga rupiah. Sudah seminggu berlalu makanya pihak penyewa tenda akan menagihnya. Kenapa ada peristiwa seperti ini juga ya."Ohh itu di

  • Racun Mulut Tetangga   Ribut

    Bu Endang kesal karena banyak ibu-ibu tetangganya yang mengomentari hajatan yang ia gelar. Dari segala sisi banyak banget mendapatkan komentar. Tidak ada yang sempurnya semuanya diomongin sana-sini sampai membuatnya gerah sendiri."Eh bu Mutia asal kamu tahu saja. Jaman serba canggih banyak banget yang amplopnya di transferin. Emang pada lihat hah. Ih ndeso kalian semua," balas bu Endang."Paling juga satu dua orang itu juga cuma gocap. Gitu aja dibanggain dih najis," balas bu Mutia.Mnedengar berita seperti ini membuatku geli. Ada-ada saja tingkah para ibu-ibu di desaku yang gemar bergosip itu. Perkara hajatan saja sampai bertengkar sama tetangga apa nggak malu sama tamu yang hadir."Sudah jangan ribut lagi bu. Kita ini kan lagi hajatan malu sama tamu. Ayo kita sapa para tamu," ajak pak Nurdin."Mereka membuat ibu kesal pak," balas bu Endang.Pak Nurdin menarin tangan bu Endang dan menasehatinya agar tidak banyak omong lagi. Ada beberapa tamu yang harus mereka sapa. Tidak baik membua

  • Racun Mulut Tetangga   Sudah Siap bergosip

    Ibu-ibu itu dengan semangat mengatakan sudah siap untuk bergosip. Mereka sudah rapi dan berkumpul di rumah bu Arum. Mendengar kabar seperti ini membuatku ingin tertawa dengan kelucuan mereka ada tetangga yang menggelar hajatan tapi mereka yang sibuk berkomentar."Aku sih sudah siap bu," ucap bu Sri."Sama dong aku sudah siap sedari tadi. Mengomentari hajatan bu Endang yang suka julit pada warga yang menggelar hajatan. Sekaranf gantian dong," balas bu Arum."Ho'oh bu. Kalau ada yang hajatan tidak luput dari komentarnya. Sekarang giliran kita memberikan komentar pada bu Endang," balas bu Mutia.Masih terngiang di ingatan bu Mutia saat bu Endang mengomentari anaknya yang mau nikahan. Sudah punya anak dua dari pria yang berbeda dapat bujangan yang belum punya anak. Lalu mereka menggelar pesta sederhana di rumah mulut bu Endang sangat pedas dan menyakiti hatinya."Alah bu Mutia. Emangnya bu mutia saja. Waktu saya nikahin dara mulutnya bu Endang juga begitu kok. Lebih ganas," ucap ibuku."I

  • Racun Mulut Tetangga   Teman Ratna

    Bu Lastri menunjuk siapa yang datang. beberapa orang ada yang masih pakai baju dinas. Ada juga yang sudah memakai baju biasa.."Kirain banyak yang dateng. Para perawat dan petugas medis lainnya," balas bu Arum.Iya kok cuman dikit. Apa nitip kali ya," balas bu Sri.Bisik-bisik tetangga saling terdengar di acara pernikahan itu. Sungguh memalukan sekali sudah mengumbar omong besar tapi yang datang hanya segelintir saja. "Tendanya sangat besar sih sama sperti yang dikatakan. Tapi tamunya dikit doang," balas bu Mutia. "Habis magrib kali bu tamunya pada dateng," ucap bu lastri.Mereka masih menunggu habis magrib. Baru asar tamu mereka sepi sekali kayak kuburan.Ibu-ibu banyak bergunjing lagi. Soal tamu saja jadi omongan apalagi yang lain-lain. duh dasar mulut tetangga."Sudah magrib nih ayo kita magriban dulu. Habis ini kita kumpul lagi. Kita lihat tamu yang di undang seribu itu wujudnya seperti apa," ucap bu Mutia."Oke ayo kita magriban dulu. Nanti kumpul lagi di tempat ini saja.," bal

DMCA.com Protection Status