Share

Gosip lagi!

Penulis: Handira Rezza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nungki masih mengikuti jalanku menuju ruangan kerja. Orang yang masih tersisa di kantor kenapa tidak menegur seorang yang bukan anggota dari perusahaan ini batinku. 

Itu bukan urusanku sekarang lagian sebagaian karyawan sudah tidak ada jadi tidak menimbulkan keributan.

"Kenapa masih mengikutiku sampai tempat ini. Aku tidak mau kau mengejarku. Karena aku tidak menjadi banyak musuh karena dekat denganmu!" tegasku menjawab pertanyaan Nungki.

"Banyak musuh. Kenapa bisa dekat denganku menjadi banyak musuh?" tanya Nungki lagi.

Tentu saja jawaban dariku adalah karena banyak yang mendambakan seorang Nungki untuk menjadi miliknya. Banyak wanita yang mengejarnya aku tak mau menjadi buah bibir dan dimusuhi oleh kaum wanita yang sibuk mengejar Nungki.

"Semoga kau puas dengan jawaban yang aku katakan, sudah ya aku mau pulang jangan mengikutiku!" seru ku pada Nungku.

"Dara aku kan bisa mengantarmu. Kenapa kamu tidak memintaku untuk mengantarmu?" tany

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Racun Mulut Tetangga   Kekepoan bu Endang

    Aku menghela nafas melihat bu Endang yang antusias bertanya pada Nungki beberapa pertanyaan yang mungkin itu sanagt sensitif. Tapi kenapa pria tampan yang sedang mencoba mencari perhatian padaku secara gampang menjawab semua pertanyaan yang diberikan padanya."Saya bekerja di kafe," ucap Nungki santai."Hah bekerja di kafe bagian apa. Bukannya bekerja di kafe itu capek. Kmau tidak terlihat kalau kerjanya di kafe loh!" seru Bu Endang yang melihat Nungki dari atas ke bawah."Pokoknya saya kerjanya di kafe," jawab Nungki sambil tersenyum.Aku mengajak Nungki masuk ke rumah. Tidak enak juga dilihat abnyak tetangga. Bu Endang juga sangat kepo dengan kehadiran Nungki. Lebih baik membawanya masuk ke rumah toh ada bapak dan ibu di dalam rumah. Biar mereka saja yang mengobrol dengan Nungki daripada orang lain."Nungki lebih baik masuk dulu. Kita ngobrol di dalam ada bapak dan ibu juga di rumah," ajakku pada Nungki."Oke siap. Bu mari saya permisi dul

  • Racun Mulut Tetangga   Kekuatan Sosial Media

    Kekepoan bu Endang ini membuatku tak bisa berhenti berpikir. Orang sudah pada tua tapi kok main sosmed buat apa sih. Kalau sudah berteman di sosial media buat apa coba. Apa hanya untuk kepo semata. "Bu Endang main ingragram sama pacebook juga ya. Emm kalau begitu bisa folow saya deh," ucap Nungki ia juga mengeluarkan ponselnya. "Nungki apa tidak apa-apa sosial mediamu di follow tetanggaku?" tanyaku. Nungki tersenyum dan menggelengkan kepalanya. ia berkata tak apalah untuk sekedar berteman dan juga biar bu Endang dan tetanggaku yang lainnya tidak kepo lagi jika Nungki datang lagi berkunjunkung. "Dara kamu cemburu sama nenek-nenek yang minta sosial media pacar kamu. Bu Endang ini sudah tua sebentar lagi juga ngawinin," ucap bu Endang. "Bu-bukan begitu bu. Tapi ini kan privasinya Nungki. Dia juga baru pertama kali datang ke desa kita loh," ucapku. Bu Endang menuduhku kalau aku keberatan pria yang mengejarku di kepoin bu Endang. Ah bagaimana ya m

  • Racun Mulut Tetangga   Belum Berpikir terlalu jauh

    Aku saja belum berpikir sampai sejauh itu kenapa para tetanggaku berpikir jauh kesana. Memangnya keluarga Nungki akan bisa menerimaku. Aku tidak mau berpikir terlalu jauh dari pada sakit hati nantinya."Aku maunya sederhana saja bu. Tidak perlu mewah lagian kapan nikahnya juga belum tahu," jawabku pada Ibu-ibu rempong itu."Kalau lelakinya kaya mah nggak apa-apa Dara, Pengan nikah di gedung atau di hotel mewah juga nggak ada yang larang. Duitnya kan ada," balas bu Endang.Iya duitnya sih ada, kalau orang menganggap aku matre bagaimana. Apalagi aku ini hanya anak seorang penjual ikan yang tinggal di pinggiran ibu kota saja.Tetangga ini memang enak banget ya kalau bicara. Tak tahu nanti bagaimana reaksi keluarga calon suamiku jika aku mengikuti saran dari mereka."Saya belum berpikir terlalu jauh kesana bu-ibu. Mungkin jika waktunya tiba baru deh mau berbuat apa saja juga enak," jawabku."Kamu jangan polos-polos amat. Kalau dapat orang kaya nggak apa-apa minta a

  • Racun Mulut Tetangga   Para Penggosip

    Aku menggelengkan kepalaku serta menjelaskan kenapa aku menghela nafas berat karena sudah berhasil menghindar para penggosip di kampung tempat tinggalku. Mereka memang selalu heboh seperti itu.Aku berpikir Nungki akan kapok hari itu saat datang ke rumahku. Karena ada tetangga penggosip seperti bu Endang itu. Tertanya pikiranku salah Nungki datang lagi ke esokan harinya dengan menggunakan mobil.Sebelumnya ia mengunggah sarapan pagi di dapur rumahnya dan tetanggaku yang super heboh bernama bu Endang sudah memberikan pengumuman ke seluruh ibu-ibu lainnya."Jadi seperti itu ceritanya Nungki. Kamu jangan salah paham. Pagi ini kau sudah membuat kehebohan sebanyak dua kali," keluhku."Haha ... Aku baru pertama kali melihat seorang tetangga yang begitu heboh seperti tetanggamu itu, mereka unik ya?" ucap Nungki sambil tertawa."Menurutku mereka bukan unik para penggosip itu selalu menggangguku. Mereka selalu kepo dengan apa yang aku lakukan," balask

  • Racun Mulut Tetangga   Salah Menilai

    "Aku tadi mengantar pacarku dengan mobil papiku karena mobilku sedang ada dibengkel. Tapi mereka menggosipkan kalau pacarku adalah simpanan dari papiku, aku tidak terima!" seru Nungki.Bu Sari sudah mengerti siapa yang Nungki maksud jadi kalau begitu itu hanya gosip biasa. Nungki sudah menjelaskan kalau aku adalah pacarnya. Mungkin bu Sari sudah mengetahui tempramen Nungki seperti apa jadi bisa membujuknya agar tidak emosi. Dia bisa menimbulkan kegaduhan jika semua karyawan terus bergosip seperti ini."Maksudmu adalah Dara? Jadi seperti itu kejadiannya. Kalian berdua minta maaflah pada Dara. Nungki sudah mengatakan kalau dia yang mengantar Dara ke kantor menggunakan mobil pak Maulana," ucap bu Sari."Kamu supir barunya pak Maulana ya. Sombong sekali kamu berteriak ingin memecat kami. Anak pak Maulana saja lucki yang biasa datang ke sini sungguh baik hati dan mengayomi karywan. Tidak seperti kamu sopirnya pak Maulana tapi kelakuan sudah seperti bos besar!" bentak

  • Racun Mulut Tetangga   Saya Tidak Pantas

    Aku penasaran dengan perempuan yang sedang mengobrol dengan Lucki. Mereka tampak akrab satu sama lain. h sudahlah bukan urusanku lagi lebih baik fokus bekerja agar cepat selesai pekerjaanku ini."Cie Dara kamu diam-diam berpacaran dengan anak sulung perusahaan tempat kita bekerja," ucap Metta meledekku."Aku tak menyangka loh kalau ternyata lelaki tampan yang kita temui di tempat prasmanan itu adalah kekasihmu yang sedang berkencan dengan wanita lain," ledek Desi sambil tertawa.Aku hanya menarik nafas panjang mendengar ledekan mereka. Aku juga tak tahu kenapa Nungki bisa menyukaiku. Mungkin dia hanya bercanda saja atau sedang melakukan prank terhadapku saja. Mana ada seorang lelaki kaya seperti Nungki mau berpacaran denganku. Sangat mustahil sekali."Mungkin lelaki itu hanya bercanda. Tidak mungkin lah dia beneran menyukai gadis penjual ikan seperti aku ini," jawabku."Loh yang namanya cinta tidak bisa dipaksa Dara. Kalau memang Nungki beneran men

  • Racun Mulut Tetangga   Karyawan tukang gosip

    Aku menolehkan wajah ke sumber suara. Ternyata itu suara Nungki yang sudah berdiri di depan pintu. Dia menghampiriku juga memaksaku untuk menghentikan pekerjaan.“Berehenti bekerja dan makan sianglah bersamaku!” seru Nungki.“Kamu pikir aku ini seorang bos besar yang bisa berbuat seenaknya. Aku hanya seorang karyawan kecil jika tidak selesai tepat waktu tugasku bos akan memberiku peringatan. Bisa saja aku dipecat,” jawabku.“Siapa yang berani memberimu hukuman jika bersamaku?” tanya Nungki.Aku terdiam sejenak sepertinya pria ini keras kepala. Dan tidak akan pernah mendengarkanku, aku melihat sekeliling jika masih ada orang ini akan menjadi bahan gosip lagi seorang tuan muda kaya raya sedang berada satu ruangan bersamaku mana bu Sari juga makan siang.“Baiklah ayo makan siang. Tapi aku tadi sudah nitip ke Desi dan Metta,” jawabku.“Kabari mereka kalau kamu mau makan siang bersamaku,&rdquo

  • Racun Mulut Tetangga   Ulang Tahun anak tetangga

    Dalam waktu singkat ketiga karyawati yang dimaksud Nungki sudah sampai di ruangan kami makan. Wajah mereka begitu pucat karena mungkin ketakutan ketika dipanggil oleh atasan langsung. “Bos, apa perlu bantuan kami?” tanya salah satu karyawati. “Minta maaflah kepada nyonya kalian,” jawab Nungki. “Apa salah kami bos. Kami sepertinya tidak melakukan kesalahan?” tanya seorang lagi. Nungki terlihat marah dan membentak mereka. Dia mengancam akan memecat ketiga karyawan yang tidak patuh itu. Mereka kaget bagaimana bisa tidak melakukan kesalahan harus dipecat. Aku masih memperhatikan suasana yang ada. “Apa kalian pikir aku ini tuli tidak bisa mendengar kalian bergosip. Kalian bahkan berani menjelekkan calon nyonya di istanaku,” bentak Nungki. “Baik kami akan segera minta maaf bos. Jangan pecat kami karena susah sekarang mencari kerja,” ucap karyawan itu. Mereka meminta maaf kepadaku, tentu saja aku akan memaafkan mereka. Sekali lagi aku mengajak Nungki

Bab terbaru

  • Racun Mulut Tetangga   Hamil- Season satu tamat

    Para ibu-ibu masih saja sibuk menggosipkan bu Endang yang pergi begitu saja karena kesal. Lucu sekali dia itu. Kenapa bisa mau menggosipkan orang. Tapi tak mau di gosipkan."Sudahlah biarkan saja dia mau bicara apa bu. Itu hukuman buat ibu yang selalu menggosipkan orang!" seru pak Nurdin."Bapak kok membela tetangga daripada ibu sih?" bentak bu Endang.Pak Nurdin tak menyahut lalu pergi begitu saja karena mungkin sudah malas dengan istrinya itu. Bu Endang sudah terlalu banyak ikut campur urusan orang makanya mungkin si suami juga sudah lelah mengurus istrinya."Pak, kok malah pergi ibu ajak bicara! Benar-benar deh bapak ini," ucap bu Endang."Bapak mau istirahat bapak pusing," balas pak Nurdin.Sedang asyik membaca chating dari bu Sri yang memberitahu aku kejadian di kampung. Tiba-tiba perutku mual lalu semakin mual dan badanku lemas dan setelahnya aku tak tahu apa yang terjadi lagi. Saat sudah sadar aku berada di ranjang dan ada Nungki yang menemaniku."Syukurlah kamu sudah sadar Dara

  • Racun Mulut Tetangga   Nggak jadi belanja

    Bu Sri menertawakan pertanyaan yang dilontarakan oleh bu Endang. Yang menanyakan memangkan ibuku itu kaya atau tidak. Yah aku sih cukup menyadari kalau keluarga kami memang susah sejak dulu. Berjualan juga untuk kebutuhan sehari-hari dan anak sekolah. Tapi apakah kita akan bertahan dengan nasib ini dan tidak akan berusaha mengubah nasib. Bu Endang salah ke dua orang tuaku begitu gigih mencari uang untuk kami anak-anaknya di beri ilmu dan diberikan pendidikan untuk maju. Tidak pernah neko-neko lalu menabung untuk mengembangkan usaha. "Loh katanya tadi orang miskin tadi bu. Berhutang memangnya nggak pakai jaminan. Berhutang di bank juga pakai jaminan kaya bu Endang gitu gadein sertifikat pak nurdin untuk biaya nikahan Ratna," ucap bu Mutia. "Kalian itu memang bisa banget menjatuhkan aku. Memangnya kenapa kalau aku berhutang untuk nikahan anakku. Toh yang membayar aku juga bukan kalian," balas bu Endang. "Makanya toh bu Endang kalau tidak mau dijatuhkan sama tetangga ya jangan menja

  • Racun Mulut Tetangga   Sindiran bu Sri

    "Ya jelas lah kamu iri sama bu Siti. Soalnya bu Siti sekarang usahanya sukses. Diem-diem beli mobil. Diem-diem beli tanah. Nggak banyak omong kaya bu Endang. Prestasi Ratna mulu di banggain ternyata tagihan kartu kreditnya banyak!" seru bu Sri."Kalau aku jadi bu Endang mah malu. Sesumbar mulu Prestasi sama pekerjaan yang mentereng. Tenda aja belum dibayar. Tamunya juga nggak kelihatan ada pas hajatan," ucap bu Arum.Para tetangga di kampung sukma jaya memprotes tindakan bu Endang yang gemar bergosip itu. Mereka tidak takut lagi akan berantem dengan bu Endang. Karena sudah biasa dan juga bu Endang semakin keterlaluan dalam bertindak. Andai saja bu endang tak pernah usil pada keluargaku. Andai saja bu Endang tak pernah menyakiti tetangga yang ada di kampung sukma jaya ini. Pasti tidak akan terjadi hal seperti ini 'kan."Itu karena kalian tidak tahu dalamnya keluarga bu Siti. Kalau seandainya kalian tahu kalau hutangnya banyak juga nggak akan menghinaku seperti ini," balas bu endang."

  • Racun Mulut Tetangga   Saingan yang mencolok

    Bu Endang mengatakan. Akhir-akhir ini memang para warga desa sukma jaya selalu membicarakan sosok bu Siti dan keluargaku yang lainnya. Padahal yang mereka bicarakan mungkin bukan perbuatan ayah atau ibuku saat ini.Singkat cerita ayahku memang sering bergaul dengan warga yang lainnya. Saat kami masih susah dulu. Bapakku sering menolong siapapun yang membutuhkan."Ya karena kalian semua selalu membanggakan bu Siti yang gemar nraktir. Halah orang kayak kalian ini nanti saat bu Siti dan keluarganya jatuh pasti akan meninggalkannya. Dasar manusia berwajah ular," ucap bu Endang."Jadi bu Endang ini panas ya. Karena para warga selalu membicarakan keluarga bu Siti tentang kebaikannya. Sedangkan membicarakan bu Endang tentang keburukan saja. Sudah deh ngaku saja," ledek bu Arum.Bu Endang menegaskan tidak ada yang dia iri dengan bu Siti maupun keluargaku yang lainnya. Dia sudah mapan. Suami pns, anak kerja di rumah sakit lulusan fisika terbaik di unoversitas terkemuka. Mantu perawat pns. "D

  • Racun Mulut Tetangga   Pagi-pagi Gosip

    Bu Endang tak terima keluarganya dijadikan bahan gosip oleh ibu-ibu di tukang sayur. Biasanya dia yang bergosip. Sekarang dijadikan baham gosip tidak terima."Memangnya kenapa kalau kami menggosipkan bu endang? Nggak terima? Ya posisi bu Endang saat ini seperti yang kami rasakan kalau bu Endang menggosipkan kita!" seru bu Arum."Kalian jangan seenaknya ya mentang-mentang aku menggelar acara tidak semewah bu Siti. Lalu kalian seperti punya hak untuk menyakiti hatiku," ucap bu Endang.keributan terjadi di tempat sayur antara bu Endang dan ibu-ibu yang lain. Dia sangat tidak suka di jadikan bahan gosip. Ramai sekali sampai menimbulkan kebisingan."Bu Endang udah deh nggak usah drama. Kita semua tahu kalau bu Endang itu sudah banyak menyakiti hati orang. Makanya jangan kebanyakan membuat ulah. Biar hati juga adem. Dan tidak banyak musuh," ucap bu Lastri."Bilang saja kalian pro sama bu Siti yang lagi kondisi keuangannya naik. Sedangkan aku terlihat hina dimata kalian. Nanti kalau aku seda

  • Racun Mulut Tetangga   Selesai Hajatan

    Ibu-ibu sudah pulang ke rumah puas setelah mengomentari acara hajatan di rumah bu Endang. Tentu saja bu Endang menyimpan dendam untuk tetangganya."Awas saja akan aku balas mereka semua," gumam bu Endang."Sudah to bu. Mungkin ini karma karena ibu juga suka mengomentati semua tetangga yang ada di kampung ini," ucap pak Nurdin.Ternyata sakit hati juga di omongin langsung di depan mata seperti ini. Bu Endang sakit hati pada mereka semua. Ini berita yang aku dengar tentang keluhan bu Endang pada suaminya yang tersebar di kampung.Beberapa hari setelah selesai hajatan. Tampak seorang pemilik tenda datang mencari rumah bu Endang."Mencari siapa dek?" tanya bu Sri."Rumah bu Endang bu. Sebelah mana ya," jawab seorang pemuda."Sebelah sana tuh pager biru, ada apa emangnya?" tanya bu sri.Pemuda itu mengatakan kalau bu Endang belum membayar tenda sebesar tiga juga rupiah. Sudah seminggu berlalu makanya pihak penyewa tenda akan menagihnya. Kenapa ada peristiwa seperti ini juga ya."Ohh itu di

  • Racun Mulut Tetangga   Ribut

    Bu Endang kesal karena banyak ibu-ibu tetangganya yang mengomentari hajatan yang ia gelar. Dari segala sisi banyak banget mendapatkan komentar. Tidak ada yang sempurnya semuanya diomongin sana-sini sampai membuatnya gerah sendiri."Eh bu Mutia asal kamu tahu saja. Jaman serba canggih banyak banget yang amplopnya di transferin. Emang pada lihat hah. Ih ndeso kalian semua," balas bu Endang."Paling juga satu dua orang itu juga cuma gocap. Gitu aja dibanggain dih najis," balas bu Mutia.Mnedengar berita seperti ini membuatku geli. Ada-ada saja tingkah para ibu-ibu di desaku yang gemar bergosip itu. Perkara hajatan saja sampai bertengkar sama tetangga apa nggak malu sama tamu yang hadir."Sudah jangan ribut lagi bu. Kita ini kan lagi hajatan malu sama tamu. Ayo kita sapa para tamu," ajak pak Nurdin."Mereka membuat ibu kesal pak," balas bu Endang.Pak Nurdin menarin tangan bu Endang dan menasehatinya agar tidak banyak omong lagi. Ada beberapa tamu yang harus mereka sapa. Tidak baik membua

  • Racun Mulut Tetangga   Sudah Siap bergosip

    Ibu-ibu itu dengan semangat mengatakan sudah siap untuk bergosip. Mereka sudah rapi dan berkumpul di rumah bu Arum. Mendengar kabar seperti ini membuatku ingin tertawa dengan kelucuan mereka ada tetangga yang menggelar hajatan tapi mereka yang sibuk berkomentar."Aku sih sudah siap bu," ucap bu Sri."Sama dong aku sudah siap sedari tadi. Mengomentari hajatan bu Endang yang suka julit pada warga yang menggelar hajatan. Sekaranf gantian dong," balas bu Arum."Ho'oh bu. Kalau ada yang hajatan tidak luput dari komentarnya. Sekarang giliran kita memberikan komentar pada bu Endang," balas bu Mutia.Masih terngiang di ingatan bu Mutia saat bu Endang mengomentari anaknya yang mau nikahan. Sudah punya anak dua dari pria yang berbeda dapat bujangan yang belum punya anak. Lalu mereka menggelar pesta sederhana di rumah mulut bu Endang sangat pedas dan menyakiti hatinya."Alah bu Mutia. Emangnya bu mutia saja. Waktu saya nikahin dara mulutnya bu Endang juga begitu kok. Lebih ganas," ucap ibuku."I

  • Racun Mulut Tetangga   Teman Ratna

    Bu Lastri menunjuk siapa yang datang. beberapa orang ada yang masih pakai baju dinas. Ada juga yang sudah memakai baju biasa.."Kirain banyak yang dateng. Para perawat dan petugas medis lainnya," balas bu Arum.Iya kok cuman dikit. Apa nitip kali ya," balas bu Sri.Bisik-bisik tetangga saling terdengar di acara pernikahan itu. Sungguh memalukan sekali sudah mengumbar omong besar tapi yang datang hanya segelintir saja. "Tendanya sangat besar sih sama sperti yang dikatakan. Tapi tamunya dikit doang," balas bu Mutia. "Habis magrib kali bu tamunya pada dateng," ucap bu lastri.Mereka masih menunggu habis magrib. Baru asar tamu mereka sepi sekali kayak kuburan.Ibu-ibu banyak bergunjing lagi. Soal tamu saja jadi omongan apalagi yang lain-lain. duh dasar mulut tetangga."Sudah magrib nih ayo kita magriban dulu. Habis ini kita kumpul lagi. Kita lihat tamu yang di undang seribu itu wujudnya seperti apa," ucap bu Mutia."Oke ayo kita magriban dulu. Nanti kumpul lagi di tempat ini saja.," bal

DMCA.com Protection Status