RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 40. **Sebelum Nara dan suaminya meninggalkan ruang perawatan Siska. Tiba-tiba perawat masuk ke dalam untuk memberitahu sesuatu. Siska melirik mereka yang bertemu di perawat ruang perawatannya. Siska mendesah, sepertinya nggak jadi Nara pergi dari ruang perawatannya. Mereka mungkin akan tetap stay di sini ngejagain dia. "Selamat siang, Bu. Apakah ibu, keluarga Bu Siska?" "Bukan!" kata Nara kesal. Nara melipat tangannya masih kesal dengan segala keadaan. Sama Siska yang tidak mau diajak kompromi padahal Nara sudah memberikan kertas kepadanya untuk dibicarakan saat dia meminta maaf di Balai Desa. Yang kedua Siska pura-pura pingsan dan dia menjatuhkan dirinya di depan suami Nara. Yang ketiga para warga semakin membicarakan dirinya. Kuping Nara terasa panas. Gawai Adnan bergetar. Sepertinya perawat ini masih mau membicarakan sesuatu ke Nara. Adnan melirik gawainya, telepon dari Edo. Mungkin masalah di home industri mereka. Seperti ada masalah produksi atau
"Aku nggak tahu, Mas. Dari tadi dia marah sama aku. Aku juga nggak tahu apa kesalahan ku sama dia. Nara itu kasar banget sama aku," ucap Siska. "Nggak mungkin lah Nara bersikap kayak gitu. Kamu nggak usah melebih-lebihkan apa yang nggak terjadi. Lagi pula kamu itu wajar disalahkan karena kamu udah menyakiti hati anaknya. Kamu juga udah menyebarkan gosip yang tidak baik tentang dia," kata Adnan mendengkus kesal. "Aku cuma ngomong kalau dia itu nikah sama kamu dan aku juga nggak tahu apa kalian selingkuh atau enggak. Aku cuma ngomong gitu aja dan itu sudah jadi hal yang besar untuk dia!" "Ya pastilah karena kami nggak pernah selingkuh. Kami itu nggak kayak kamu sama Raka!" "Mas ... Maafkan aku ya. Aku salah sama kamu. Aku tahu pernah berdosa sama kamu di pernikahan kita. Untuk itu aku minta maaf sama kamu, Mas. Sejujurnya kamu nggak pernah tahu kalau aku itu selalu menangis setiap malam menyesali perbuatan dan kesalahanku."Siska memegang tangan Adnan dengan sebelah tangannya begitu
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 41. **"Nara …" Nara menoleh begitu pula Adnan ketika ada suara yang memanggil dirinya. "Syamsul …" "Eh, Nara, ini sapu tangan kamu tadi jatuh," kata Syamsul tersenyum memberikan sapu tangan itu padanya. Nara nggak tahu kalau dia menjatuhkan sapu tangan. Mungkin tadi dia terburu-buru hendak mencari suaminya sehingga dia nggak sadar kalau sapu tangannya jatuh. Nara lagi hamil. Lagi mual makanya menggunakan sapu tangan. Dia mengambil sapu tangan itu dari Syamsul dan tersenyum ke lelaki tersebut. "Terima kasih ya, Syam. Aku nggak tahu kalau tadi menjatuhkan sapu tangan ini. Lagian juga nggak terlalu penting kalaupun hilang juga nggak apa-apa," kata Nara. "Nggak apa lagi kebetulan tadi aku ngelihat kamu menjatuhkan sapu tangan itu. Kamu kayaknya terburu-buru masuk ke ruangan. Jadi aku tunggu kamu sebentar dan Alhamdulillah masih ketemu sama kamu," kata lelaki itu juga mengulas senyum. Adnan gusar melihat pemandangan yang tidak seharusnya dia lihat. Nara
Dia memberikan gawainya itu ke Nara. Nara melihat benda pipih itu memang mati. Nggak tahu apa benar-benar dimatikan oleh Adnan atau kehabisan daya. "Kamu masih nggak percaya sama Mas? Ya udah kita charge aja handphone nya," kata Adnan. Adnan men-charge benda pipih itu di mobilnya dan memang berwarna merah. Artinya suaminya gak berbohong. Nara hanya diam dan cemberut. Dia lega masalah gawai Adnan jujur kalau handphone nya kehabisan daya. "Masalah handphone aku percaya sama kamu. Tapi kenapa Siska bisa pegang-pegang kamu, Mas? Dan kamu diam aja waktu dia melakukan itu? Kenapa kamu nggak menyentak kasar tangan dia?" kata Nara menyilangkan tangan tanda protes. "Sayang, aku bingung dan aku juga nggak ngerti kenapa tiba-tiba dia melakukan itu. Aku udah menarik tangan ku tapi dia memegangnya dengan dua tangannya. Apalagi sebelah tangan itu pakai infus dan aku masih punya rasa kemanusiaan ngelihat dia sakit. Aku nggak bisa kasar-kasar banget. Tapi ketika kamu datang. Aku benar-benar kage
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 42. **Siska tersentak Raka sudah masuk. Dia segera mengakhiri panggilan begitu saja. "Siapa, Sis?" tanya Raka. "Mas, kamu masuk aja ngagetin aku. Emang kamu dari mana tadi? Kamu sadar nggak sih dari tadi kamu ninggalin aku sendiri. Kamu tahu nggak kalau tangan aku tuh sakit!" kata Siska cemberut. Dia berupaya mengalihkan perhatian agar tidak ketahuan kalau tadi ngobrol dengan Moly. Sebenarnya Siska merasa suntuk berada di rumah sakit. Dia seharusnya tidak ada di rumah sakit ini. Tetapi karena keadaan dia harus mematuhi agar tetap berada di tempat ini. "Iya sekarang infus kamu udah dipindahkan. Emang tangan kamu tadi kenapa?" tanya Raka duduk dengan kursi plastik di samping Siska. "Kamu belum jawab pertanyaan ku. Kenapa kamu begitu lama?" "Tadi ada berkas yang harus ku fotokopi jadi sekalian aja aku mau membeli makanan dan juga minuman agak lama juga sih, tadi antri. Di mana Nara?" tanya Raka. Soalnya tadi Raka berpesan sama Adnan dan Nara agar di si
"Sayang, nggak baik marah-marah sama suami apalagi kesel serta cemberut. Kasihan bayi yang ada di kandungan biasanya perut kamu Mas Adnan elus-elus sebelum tidur. Yuk sini. Mas peluk," kata suaminya. "Ogah!" kata Nara meminum susu. Lalu dia sisakan setengah untuk di minum suaminya. "Mas gak mau, Nara, kamu aja yang minum susunya. Lagian susu itu juga kurang untuk kesehatan kamu," ucap suaminya. "Gak mau. Kamu juga minum. Ini permintaan bayi kita," ucap Nara manja. "Ya udah," Adnan mengambil susu itu lalu meminumnya. Lelaki itu kemudian meletakkan gelas di nakas. "Kamu gak marah lagi?" "Enggak, Mas. Cuma Kamu harus janji sama aku kalau kamu nggak bakal dekat-dekat lagi sama Siska. Aku nggak suka sama dia. Bisa-bisanya dia pegang kamu. Aku nggak suka, Mas!" Adnan diam. Apa yang dikatakan Siska kepadanya kemarin tidak disampaikan ke Nara. Kalau disampaikan mungkin Nara bakal marah besar. Siska mengatakan kalau dia terpaksa mengandung anak Raka dan dia lebih memilih untuk hamil ana
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 43. **"Siska, kamu udah makan apa belum? Ini Ibu buatkan makanan untuk kamu," kata Bu Retno memanggil Siska. Bu Retno adalah Ibu kandung Siska. Setelah selesai dari kamar mandi. Bu Ratno ke meja makan ingin mempersiapkan makanan untuk Siska. Berapa kali dipanggil anaknya tidak juga menjawab. Apakah Siska masih tidur? Bu Retno begitu penasaran dengan Siska. Akhirnya Bu Retno mendatangi kamar Siska, dari tadi Siska tidak menjawab panggilannya. Dia melihat selimut yang tertutup. Mungkin Siska sedang menutup diri rapat-rapat dengan selimut. "Siska, ayo makan," kata Bu Retno lembut. Tetapi Siska tetap tidak menjawab. Bu Retno mencoba untuk membangunkan Siska. Namun dia heran kenapa sepertinya bukan Siska yang ada di dalam. Bu Retno menyingkap selimut itu dan melihat guling di sana, bukan Siska. Jadi ke mana Siska. Kenapa tidak ada di kamarnya? Tadi dapur juga tidak ada. "Siska … Siska …" Gak ada jawaban. Bu Reno menjadi gusar. Di mana anaknya? Dia kemudian
"Hai Moly …." "Sis … Kamu kok di sini?" tanya Moly heran. "Iya aku sengaja melarikan diri dari rumah karena suntuk. Aku juga sebenarnya nggak betah di Puskesmas dan minta pulang. Kalian bilang senang-senang serta party party," kata Siska cemberut. Mereka sekarang ini berada di ruangan karaoke. Moly serta teman-teman yang lain dan juga Siska biasa berada di tempat ini. Moly janda karena ketahuan selingkuh dan sampai sekarang belum menikah lagi. Begitupun dengan teman-teman yang lainnya. Ada yang janda ada yang seperti Siska yang melawan suami. Ada gadis juga walau sudah tak perawan. Tidak ada yang beres dari pertemanan mereka. "Kamu beneran hamil ya? Terus itu anak siapa?" tanya Moly. Ada tiga orang yang di sana. Moly, Rima, Gea. Mereka menyimak. Mereka berempat memang sering kumpul bersama. "Iya, Sis. Kamu yakin nggak itu anak suami kamu. Soalnya terakhir kali kamu main bukannya sama …" Gea menimpali. Secara cepat Siska menutup mulut Gea. "Diam, deh! Aku nggak mau kalian ngomo